Anda di halaman 1dari 47

Reaksi Redoks dan Elektrokimia

Pengertian
Reaksi kimia dapat digolongkan menjadi berbagai macam reaksi. Salah satu
diantaranya adalah reaksi yang berkaitan dengan perubahan bilangan oksidasi
dari atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Dari tinjauan bilangan oksidasi
reaksi dapat dibedakan menjadi 2 jenis reaksi yaitu :
1.

Golongan reaksi dimana atom-atom yang terlibat tidak mengalami


perubahan bilangan oksidasi sebelum dan sesudah reaksi. Reaksi dimana
atom-atom yang terlibat tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi
disebut reaksi bukan reduksi-oksidasi yang lazim disebut reaksi bukan
redoks.

2.

Golongan reaksi dimana diantara atom-atom yang terlibat ada yang


mengalami perubahan bilangan oksidasi. Sebelum dan sesudah reaksi
bilangan oksidasi atom-atom yang terlibat tidak sama (berubah). Reaksi ini
disebut reaksi reduksi-oksidasi (reaksi redoks)

1.

A.

PENGERTIAN REAKSI REDOKS

Redoks ( reduksi-oksidasi). Reduksi adalah penerimaan elektron atau penurunan


bilangan oksidasi, sedangkan oksidasi adalah pelepasan elektron atau
peningkatan bilangan oksidasi
CONTOH : REAKSI REDUKSI
Cu2+(aq) + 2e Cu (s)

Ag+(aq) + e Ag(s)

CONTOH : REAKSI OKSIDASI


Zn(s) Zn2+(aq)+ 2e

Al(s) Al3+(aq) + 3e

Aturan-aturan penentuan bilangan oksidasi :


1.

Atom-atom dalam unsur memiliki bilangan oksidasi nol

2.

Atom H dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi +1

3.

Dalam hidrida logam (misal NaH, BaH2, AlH3) bilangan oksidasi H = -1

4.

Atom O dalam senyawa memiliki

5.

Dalam senyawa F2O, bilangan oksidasi O = +2

6.

Dalam peroksida (misal H2O2, Na2O2, BaO2) bilangan oksidasi O= -1

7.

Atom logam dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi positif

8.

Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa = Nol

9.

Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam ion = muatan ion

10.

Jika dua atom berikatan, bilangan oksidasi negatif selalu dimiliki atom
yang keelektronegatifannya lebih besar

Konsep-konsep dasar Redoks


1.

Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron atau penambahan


(kenaikan) bilangan oksidasi

2.

Reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron atau pengurangan


(penurunan) bilangan oksidasi

3.

Reduktor (pereduksi) adalah zat yang mengalami oksidasi atau zat yang
melepaskan elektron, atau zat yang bilangan oksidasinya naik

4.

Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi atau zat yang menangkap
elektron atau zat yang bilangan oksidasinya turun

5.

Redoks adalah reaksi yang terdiri dari peristiwa reduksi dan oksidasi atau
reaksi perubahan bilangan oksidasi

6.

Reaksi disproporsionasi (autoredoks) adalah reaksi redoks dimana hanya


satu jenis atom yang mengalami reduksi dan oksidasi atau reaksi redoks
dimana hanya satu jenis atom yang bilangan oksidasinya berubah

7.

Mol elektron adalah selisih bilangan oksidasi


PENYETARAAN REAKSI REDOKS

1.METODE BILANGAN OKSIDASI


Langkah-langkah penyetaraan reaksi :
1.

Menentukan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi berdasarkan


perubahan bilangan oksidasi tiap unsur

2.

Menyetarakan jumlah unsur yang mengalami redoks dengan


menambahkan koefisien yang sesuai

3.

Menentukan besarnya kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dari


unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi

4.

Meneyetarakan perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberikan


koefisien yang sesuai

5.

Menyetarakan jumlah atom H dan O serta unsur-unsur yang lain

Contoh soal

2 .METODE SETENGAH REAKSI (ION ELEKTRON)


Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
1.

Menuliskan zat-zat yang mengalami reaksi redoks saja

2.

Memisahkan reaksi menjadi 2, setengah reaksi reduksi dan setengah


reaksi oksidasi

3.

Menyetarakan atom-atom yang mengalami redoks, kecuali atom hydrogen


(H) dan oksigen (O)

4.

Menyetarakan atom oksigen (O) dengan menambahkan molekul H2O ke


ruas yang kekurangan oksigen

5.

Menyetarakan atom Hidrogen (H) dengan menambahkan ion H+ ke ruas


yang kekurangan atom H

6.

Menyetarakan muatan dengan menambahkan elektron ke ruas yang


memiliki muatan lebih positif

7.

Menyamakan jumlah elektron pada kedua persamaan setengah reaksi


reduksi dan oksidasi

8.

Menyatukan kedua persamaan setengah reaksi menjadi reaksi redoks


yang utuh

9.

Mengembalikan ke bentuk reaksi awal

CONTOH SOAL

PENGERTIAN SEL ELKTROKIMIA


Transfer elektron pada reaksi redoks dalam larutan berlangsung melalui kontak
langsung antara partikel-partikel berupa atom , molekul atau ion yang saling
serah terima elektron. Pembahasan transfer elektron melalui sirkuit luar sebagai
gejala listrik, dan reaksi redoks yang seperti ini akan dipelajari pada elektrokimia.
Sel elektrokimia merupakan suatu sel atau tempat terjadinya aliran elektron
yang disebabkan oleh perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau
sebaliknya. Sel ini dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
1. Sel Volta

2. Sel Elektrolisis
Sel Volta melibatkan perubahan energi kimia menjadi energi listrik sedangkan sel
elektrolisis melibatkan perubahan energi listrik menjadi energi kimia.
Bagaimanakah proses terjadinya perubahan energi tersebut?

SEL VOLTA
Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (G < 0) untuk
membangkitkan energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk
(rendah) diubah menjadi energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap
lingkungan
Sel Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non
spontan (G > 0) lingkungan melakukan kerja terhadap sistem
Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik
antara sel dan lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang
terlibat dalam reaksi atau yang membawa muatan.
KOMPONEN SEL VOLTA
Rangkaian sel elektrokimia pertama kali dipelajari oleh LUIGI GALVANI (1780)
danALESSANDRO VOLTA (1800). Sehingga disebut sel Galvani atau sel Volta.
Keduanya menemukan adanya pembentukan energi dari reaksi kimia tersebut.
Energi yang dihasilkan dari reaksi kimia sel Volta berupa energi listrik

Sel Volta terdiri atas elektroda (logam seng dan tembaga) larutan elektrolit
(ZnSO4 dan CuSO4), dan jembatan garam (agar-agar yang mengandung KCl).
Logam seng dan tembaga bertindak sebagai elektroda. Keduanya dihubungkan
melalui sebuah voltmeter. Elektroda tempat berlangsungnya oksidasi disebut

Anoda (elektroda negatif), sedangkan elektroda tempat berlangsungnya reduksi


disebut Katoda (elektroda positif)
ELEKTRODA
Elektroda terbagi menjadi dua jenis yaitu anoda dan katoda
Setengah reaksi oksidasi terjadi di anoda. Elektron diberikan oleh senyawa
teroksidasi (zat pereduksi) dan meninggalkan sel melalui anoda
Setengah reaksi reduksi terjadi di katoda. Elektron diambil oleh senyawa
tereduksi (zat pengoksidasi) dan masuk sel melalui katoda.
Setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan dalam ZnSO4
Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam CuSO4
Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan negatif
dan katoda bermuatan positif
Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam yaitu tabung berbentuk U
terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel redoks gunanya
untuk menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion)
Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel
volta ini misalnya grafit dan platinum.
NOTASI SEL VOLTA
Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu2+)
Zn(s)|Zn2+(aq)Cu2+(aq)|Cu(s)
Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda
Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda (aqueous vs
solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma
Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri dan ujung
kanan.
POTENSIAL SEL
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam
masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh
aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari (lihat Elektrokimia I :
Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang diisi kembali
(recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik
dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur
pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 2 H 2O(l) > 2 H2(g) +
O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang


membedakan sel elektrolisisdari sel volta adalah, pada sel elektrolisis,
komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai).
Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah.
Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit
yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan
elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan
sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksireduksi berlangsung di katoda,
sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber
arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan kutub
positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda.
Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang
akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya,anoda bermuatan positif
dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas
bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda
dan gas di anoda.

Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan
anion pasti teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi
elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :
Katoda (-) : 2 Na+(l) + 2 e- > 2 Na(s) .. (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(l) Cl2(g) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) > 2 Na(s) + Cl2(g) .. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium


di katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan
garam NaCl diganti denganlarutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi
masih sama? Untuk mempelajari reaksielektrolisis larutan garam NaCl, kita
mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi
Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na +. Berdasarkan Tabel
Potensial Standar Reduksi, air memiliki Ered yang lebih besar dibandingkan
ion Na+. Ini berarti, air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab
itu, spesi yang bereaksi di katodaadalah air. Sementara, berdasarkan Tabel
Potensial Standar Reduksi, nilai Ered ion Cl- dan air hampir sama. Oleh karena

oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), makaoksidasi ion


Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang
bereaksi di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi
pada elektrolisis larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq) (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(aq) > Cl2(g) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) > H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) . [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan


ion OH- (basa) di katoda serta gelembung gas Cl 2 di anoda. Terbentuknya ion
OH- pada katoda dapat dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening
menjadi merah muda setelah diberi sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan
demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan
produk elektrolisis larutan.

Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na 2SO4. Pada katoda,


terjadi persaingan antara air dan ion Na +. Berdasarakan nilai Ered, maka air yang
akan tereduksi dikatoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO 42- dengan
air di anoda. Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai
keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka spesi SO42- tidak dapat mengalami
oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi dianoda. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e- > 2 H2(g) + 4 OH-(aq) .. (1)
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- .. (2)
Reaksi sel : 6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) .. [(1) +
(2)]
6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) . [(1) + (2)]
2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) .. [(1) + (2)]

Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru
adalah peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang
serupa juga ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO 3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan
elektroda yang tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak
inert hanya dapat bereaksi di anoda, sehingga produk yang dihasilkan
di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang tidak inert mudah
teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang

dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan


garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq) .. (1)
Anoda (+) : Cu(s) > Cu2+(aq) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) > Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) .. [(1) + (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan reaksi elektrolisis :
1.

Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan


bereaksi; elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda

2.

Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti
bereaksi di anoda

3.

Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah,
ion aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi
di katoda

4.

Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan
ion sisa asam oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang

disebut penyepuhan. Dalam proses penyepuhan, logam yang lebih mahal


dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada permukaan logam yang lebih
murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan sebagai sumber
listrik selama proses penyepuhanberlangsung. Logam yang ingin disepuh
berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan
logam penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan
harus mengandung spesi ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam
hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng perak di anoda akan
teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut kemudian akan
diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini relatif
mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri
perabot rumah tangga dan peralatan dapur.

Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan
melanjutkan dengan aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah
disebutkan di awal, tujuan utama elektrolisis adalah untuk mengendapkan logam
dan mengumpulkan gas dari larutan yang dielektrolisis. Kita dapat menentukan
kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol dan stoikiometri.

Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah
Faraday (F). Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol
elektron. Satu Faraday equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya,
setengah Faraday equivalen dengan setengah mol elektron. Sebagaimana yang
telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x 10 23partikel.
Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10 -19 C. Dengan
demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel
elektron
1 Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah
perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
Faraday = Coulomb / 96500
Coulomb = Faraday x 96500
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui
perkalian arus listrik (Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang
menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Coulomb = Ampere x Detik
Q=Ixt
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai
berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
Faraday = (I x t) / 96500
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol
elektron yang dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya,
dengan memanfaatkan koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di
katoda dan anoda, kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.
Hukum Faraday I :

Hukum Faraday II :

Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :
1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen
sebanyak 5,6 L pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan
pada proses tersebut?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : Ag+ + e- > Ag
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 eGas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4
L = mol O2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan mol gas O2,
maka jumlah mol elektron yang terlibat adalah sebesar 4 x = 1 mol elektron.
1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 C
Jadi, jumlah listrik yang terlibat adalah sebesar 96500 C
2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah
waktu yang diperlukan untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas
mengandung 25 L gas) dengan arus sebesar 10 Ampere?
Penyeleasian :
Reaksi elektrolisis lelehan NaF adalah sebagai berikut :
K (-) : Na+(l) + e- > Na(s)
A (-) : 2 F-(l) > F2(g) + 2 eGas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L
= 0,6 mol F2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2,
akan melibatkan mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron
1,2 mol elektron = 1,2 Faraday

Waktu yang diperlukan dapat dihitung melalui persamaan berikut :


Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
1,2 = (10 x t) / 96500
t = 11850 detik = 3,22 jam
Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin
3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung
lelehan CaCl2 selama 1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada
masing-masing elektroda?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis lelehan CaCl2 adalah sebagai berikut :
K (-) : Ca2+(l) + 2 e- > Ca(s)
A (+) : 2 Cl-(l) > Cl2(g) + 2 eMol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
Faraday = (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol Ca yang dihasilkan adalah
setengah dari mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, massa Ca yang
dihasilkan adalah :
Massa Ca = mol Ca x Ar Ca
Massa Ca = x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 40 = 0,506 gram Ca
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah
setengah dari mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl 2 (STP)
yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L
Volume gas Cl2 = x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 22.4 L = 0,283 L gas Cl 2
Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan
produk yang dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl 2 (STP)
4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan
secara seri. Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama
berisi larutan AgNO3, sedangkan sel kedua berisi larutan XCl 3. Jika setelah

elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram logam Ag pada sel pertama dan 0,12
gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar (Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 :
K (-) : Ag+(aq) + e- > Ag(s)
A (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 eLogam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag
yang dihasilkan sebesar 1,44 / 108 mol Ag
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk
menghasilkan logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)
Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah
sebesar 1,44 / 108 mol elektron
Reaksi elektrolisis larutan XCl3 :
K (-) : X3+(aq) + 3 e- > X(s)
A (+) : 2 Cl-(l) > Cl2(g) + 2 eArus yang sama dialirkan pada sel kedua, sehingga, mol elektron yang
digunakan dalam proses elektrolisis ini sama seperti sebelumya, yaitu sebesar
1,44 / 108 mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama
dengan 1 / 3 kali mol elektron, yaitu sebesar 1 / 3 x 1,44 / 108 mol X
Massa logam X = 0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah
sebagai berikut:
mol = massa / Ar
Ar = massa / mol
Ar = 0,12 / (1 / 3 x 1,44 / 108) = 27
Jadi, Ar dari logam X adalah 27
Materi juga dapat di lihat disini

Subjek:Kimia/Materi:Elektrokimia
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
< Subjek:Kimia

Elektrokimia adalah reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik.


Reaksi elektrokimia dibagi menjadi 2, yaitu:

Sel galvani/sel volta adalah reaksi redoks yang menghasilkan listrik. Contohnya baterai.

Sel elektrolisis adalah listrik yang mengakibatkan reaksi redoks. Contohnya adalah
pemurnian logam dan pelapisan logam.

Sel galvani/sel volta[sunting]

Pada gambar di atas, logam Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan
mengalami reduksi. Reaksi kimianya adalah:
Zn Zn2+ + 2 e, E0 = 0,76 volt
Cu2+ + 2 e Cu, E0 = 0,34 volt
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu, Esel = 1,1 Volt.
Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada
larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terusmenerus.

Notasi sel[sunting]
Untuk sel volta, penulisannya adalah: anoda || katoda atau zat yang teroksidasi || zat
yang tereduksi
Seperti pada contoh diatas, berarti notasi selnya adalah:
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu, Esel= 1,1 volt

Sel Elektrolisis[sunting]

Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks.


Pada sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi.
Pada katoda, terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:

kation (K+) atau

air (H20) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan.)

Pada anoda, terdapat 3 kemungkinan zat yang ada, yaitu:

anion (A-) atau

air (H20) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan.)

elektroda, elektroda ada 2 macam, inert (tidak mudah bereaksi, ada 3 macam
zat yaitu platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tak inert (mudah
bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au).

Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu:

Reaksi yang terjadi pada katoda

Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be,
Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi adalah 2 H20 + 2 e
H2 + 2 OH-

Jika kationnya berupa H+, maka reaksinya 2H+ + 2 e H2

Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe


(nama logam)

Reaksi yang terjadi pada anoda

Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:


Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2
H20 4H+ + O2 + 4 e
Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- 2H20 + O2 + 4 e
Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2
X(halida) X (halida)2 + 2 e

Jika elektroda tak inert (selain 3 macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe

8. ELEKTROLIT DAN
ELEKTROKIMIA***kimiatomesemka***
8.1

Membedakan larutan elektrolit dan nonelektrolit


Indikator :

Larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dibedakan berdasarkan sifat hantaran listrik,

Elekrolit kuat dan elektrolit lemah dapat dibedakan berdasarkan daya hantar listrik

Rangkuman Materi
8.1 Larutan elektrolit dan non elektrolit
skema penggolongan larutan berdasarkan daya hantar listrik :

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi 2 golongan yaitu


larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sedangkan elektrolit dapat
dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah sesuai
a. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Termasuk larutan elektrolit adalah asam, basa , garam. Zat terlarutnya disebut
elektrolit. Contoh : NaCl, H2SO4, dan NaOH.
b. larutan non elektrolit adalah larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Zat
terlarutnya disebut nonelektrolit. Contoh : air suling, gula, dan alcohol
Ciri-ciri hantaran listrik :
-

adanya ion-ion dalam larutan, semakin banyak jumlah ion daya hantar listrik
makin baik

jumlah ion dalam larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut.
Jenis larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listrik
1. Larutan elektrolit Kuat
- terionisasi sempurna
- menghantarkan arus listrik
- lampu menyala terang
2. Elektrolit Lemah
- terionisasi sebagian
- menghantarkan arus listrik
- lampu menyala redup
Penjelasan :
Jenis
larutan

Jenis zat terlarut

Nyala
lampu

Nama senyawa

Elektrolit
kuat

senyawa ion

Terang

Natrium klorida (NaCl)

senyawa kovalen polar


yang terhidrolisis
sempurna/hampir
sempurna

Asam nitrat (HNO3)


Asam sulfat (H2SO4)
Natrium hidroksida
(NaOH)

Kalium klorida (KCl)


Elektrolit
lemah

Senyawa kovalen polar


yang terhidrolisis
sebagian kecil

Redup

Asam cuka (CH3COOH)


Amonia (NH3)
Asam karbonat
(H2CO3)
Asam pospat (H3PO4)

Nonelektrol
it

Senyawa kovalen polar


yang tidak terhidrolisis

Tidak
menyala

Sukrosa (C12H22O11)
Etanol (C2H5OH)
Gula (C6H12O6)
Urea (CO(NH2)2)

8.2 Menerapkan konsep reaksi redoks dalam elektrokimia


Indikator :

Konsep reaksi redoks diterapkan pada proses sel volta

Konsep reaksi redoks doterapak pada sel elketrolisis

Banyaknya zat yang dihasilkan pada proses elektrolisis dihitung dengan hukum Faraday 1

Reaksi redoks yang terjadi pada proses korosi dijelaskan berdasarkan aturan bilangan oksidasi

Rangkuman Materi
8.2 Elektrokimia
Elektrokimia : Hubungan Reaksi kimia dengan daya gerak listrik (aliran elektron).
Ada dua macam yaitu :

Reaksi kimia menghasil- kan daya gerak listrik (sel galvani)

Daya gerak listrik menghasilkan reaksi kimia (sel elektrolisa)


Alat yang digunakan untuk mempelajari elektrokimia disebut sel elektrokimia.
Sel elektrokimia : sistem yang terdiri dari elektroda yang tercelup pada larutan
elektrolit.
1. Sel Volta/Gavaln
a. Prinsip-prinsip sel volta atau sel galvani :

Gerakan elektron dalam sirkuit eksternal akibat adanya reaksi redoks.

Aturan sel volta :


- Terjadi perubahan : energi kimia energi listrik
- Pada anoda, elektron adalah produk dari reaksi oksidasi; anoda kutub negatif
- Pada katoda, elektron adalah reaktan dari reaksi reduksi; katoda = kutub
positif
- Elektron mengalir dari anoda ke katoda
b. Konsep-konsep Sel Volta
Sel Volta:
Deret Volta/Nerst

a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au
b. Makin ke kanan, mudah direduksi dan sukar dioksidasi. Makin ke
kiri,mudah dioksidasi, makin aktif, dan sukar direduksi.
Prinsip:
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda katoda ; arus listrik : katoda anoda
3. Jembatan garam : menyetimbangkan ion-ion dalam larutan

Notasi sel : Zn/Zn+2//Cu+2/Cu


/ = potensial sel
// = potensial sambungan Sel (cell junction potential; jembatan garam)
Macam-macam sel volta:
1. Sel Kering atau Sel Leclance

Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll.

Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit)
yang
terlindungi oleh pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2

Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian
bawah baterai
sebagai terminal negatif.

Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO 2 + NH4Cl + sedikit Air

Reaksi anoda adalah oksidasi dari seng


Zn(s) Zn2+ (aq) + 2e
Reaksi katodanya berlangsung lebih rumit dan suatu campuran hasil akan
terbentuk.
Salah satu reaksi yang paling penting adalah :
2MnO2(s) + 2NH4 + (aq) + 2e- Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O

Amonia yang terjadi pada katoda akan bereaksi dengan Zn 2+ yang


dihasilkan pada
anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+.
2. Sel Aki

Katoda: PbO2

Anoda : Pb

Elektrolit: Larutan H2SO4

Reaksinya adalah :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O (total
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat
dalam reaksi tersebut.

Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang

(recharge) dengan
memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan
reaksi :
2PbSO4(s) + 2H2O PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi
ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
3. Sel Bahan Bakar

Elektroda : Ni

Elektrolit : Larutan KOH

Bahan Bakar : H2 dan O2


4. Baterai Ni Cd

Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang
umum dipakai
pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.

Katoda : NiO2 dengan sedikit air

Anoda : Cd

Reaksinya :
Cd(s) + 2OH- (aq) Cd(OH)2(s) + 2e2e- + NiO2(s) + 2H2O Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)

Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.


2. Sel elektrolisis
Terjadi perubahan : energi listrik energi kimia
Elektrolisa adalah reaksi non-spontan yang berjalan akibat adanya arus (aliran
elektron) eksternal yang dihasilkan oleh suatu pembangkit listrik
Pada sel elektrolitik
Katoda bermuatan negatif atau disebut elektroda
Terjadi reaksi reduksi
Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) dengan Alkali tanah(IIA),
Al dan Mn
-Reaksi : 2 H+(aq) + 2e- H2(g)
ion golongan IA/IIA tidak direduksi; dan penggantinya air
2 H2O(l) + 2 e- basa + H2(g)
ion-ion lain direduksi

Anoda bermuatan positif (+) atau disebut elektroda +


Terjadi reaksi oksidasi
Jenis logam diperhatikan
a. Anoda : Pt atau C (elektroda inert)
reaksi :
# 4OH- (aq) 2H2O(l) + O2(g) + 4e# gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh
2 H2O(l) asam + O2(g)
# golongan VIIA (halogen) gas
b. Anoda bukan : Pt atau C

reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau senyawa lain.


1. Contoh : Reaksi redoks pada elektrolisis larutan garam NaCl:
Katode :
Anode :

(skor =12)

2H2O(l) + 2e --------> H2(g) + 2OH2Cl- ------------->Cl2 + 2e


2H2O(l) + 2Cl- ----------> H2(g) + 2OH- + Cl2

Hukum Faraday
Banyaknya zat yang dihasilkan dari reaksi elektrolisis sebanding dengan
banyaknya arus listrik yang dialirkan kedalam larutan. Hal ini dapat digambarkan
dengan hukum faraday 1

W = massa zat yang dihasilkan

i = arus dalam ampere


t = waktu dalam satuan detik
F = tetapan Farady,
1 F = 96500 C
i.t = Q = arus dalam satuan C

Mol elektron dari suatu reaksi sama dengan perubahan biloks 1 mol zat. Dari
rumusan diatas diperoleh :
Jumlah Faraday = mol elektron
= perubahan bil.oksidasi 1 mol zat
Dalam penentuan massa zat yang dihasilkan dalam reaksi elektrolisis, biasanya
data yang diketahui adalah Ar bukan e, sedangkan

sehingga rumusan Hukum Faraday 1 menjadi :

n = valensi atau banyaknya mol elektron untuk setiap mol zat.


Contoh :

Hitunglah massa tembaga yang dapat dibebaskan oleh arus 10 ampere yang
dialirkan selama 965 detik ke dalam larutan Cu SO4(Ar-Cu=63,5)
Jawab :
Cu diendapkan di katoda menurut persamaan berikut ini:
Cu2+(aq) + 2e --------> Cu(s)
Ar-Cu
63,5
e =--------- =-------- = 31,7
2
2
e,i.t
31,7. 10. 965
W =------- =---------------- = 3,175 gram
96500
96500
Korosi
adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi , sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi . Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna
coklat-merah.
Reaksi perkaratan besi
a.

Anoda: Fe(s)--------> Fe2+ + 2e


Katoda: 2 H+ + 2 e- -------> H2
2 H2O + O2 + 4e- --------> 4OH-

b.

2H+ + 2 H2O + O2 + 3 Fe ------->3 Fe2+ + 4 OH- + H2


Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe 2O3 . nH2O

Faktor yang berpengaruh


1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan
dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEL ELEKTROKIMIA
Definisi elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik dengan
reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik pada elemen
elektrokimia, reaksi oksidasi-oksidasi secara spontan pada elemen yang dijadikan sumber
arus listrik, dan perpindahan elektron dan perpindahan elektron dalam larutan elektrolit dan
terjadi pada aki. Elektrokimia ini dikenal dengan dalam bahasa inggrisnya adalah electo
chemistry.
Adapun berbagai definisi elektrokimia lainnya yaitu
1. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang berlangsung dalam
larutan pada antarmuka konduktor elektron (logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik
(elektrolit), dan melibatkan perpindahan elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis
dalam larutan.Jika reaksi kimia didorong oleh tegangan eksternal, maka akan seperti
elektrolisis, atau jika tegangan yang dibuat oleh reaksi kimia seperti di baterai, maka akan
terjadi reaksi elektrokimia. Sebaliknya, reaksi kimia terjadi di mana elektron yang ditransfer
antara molekul yang disebut oksidasi / reduksi (redoks) reaksi. Secara umum, elektrokimia
berkaitan dengan situasi di mana oksidasi dan reduksi reaksi dipisahkan dalam ruang atau
waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik eksternal.
2. Elektrokimia adalah ilmu tentang hubungan antara senyawa listrik dan kimia. Elektrokimia
merupakan studi yang mempelajari bagaimana reaksi kimia dapat menimbulkan tegangan
listrik dan tegangan listrik terbalik dapat menyebabkan reaksi kimia dalam sel elektrokimia.
Konversi energi dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan sebaliknya adalah inti dari
elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik
adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika sel mengalami reaksi kimia sedangkan Sel
elektrolit adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan.
Elektrolisis dan korosi adalah contoh dari proses penting seperti yang ada pada elektrokimia.
Prinsip-prinsip dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan antara dua zat dan
memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin lama logam dalam elemen
galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia, semakin kuat listrik akan terekstrak.
Teori Elektro-kimia dan metode elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan
industri dalam banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah
memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan baterai, dan pemahaman
logam relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis dan korosi.

3. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia dalam larutan melibatkan
konduktor (logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), yang melibatkan
pertukaran elektron antara elektroda dan elektrolit. Bidang Ini mencakup bidang ilmiah yaitu
proses kimia yang melibatkan semua perpindahan elektron antar zat, sehingga transformasi
energi kimia menjadi energi listrik. Ketika proses ini terjadi, menghasilkan perpindahan
elektron yang terjadi secara spontan dan memproduksi arus listrik ketika terhubung ke sebuah
sirkuit listrik, memproduksi atau perbedaan potensial antar dua kutub, disebut sel atau baterai
(yang sering terdiri dari beberapa sel). Ketika proses ini terjadi dan disebabkan oleh aksi arus
listrik dari sumber eksternal, proses ini disebut elektrolisis.
4. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari perpindahan antara energi listrik dan
energi kimia. Dengan kata lain, reaksi kimia yang terjadi pada antarmuka konduktor listrik
(disebut elektroda yang dapat menjadi logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik
(elektrolit) dapat menjadi solusi dan dalam beberapa kasus khusus, zat padat . Jika reaksi
kimia didorong oleh beda potensial maka, secara eksternal disebut elektrolisis. Namun, jika
penurunan potensi listrik dibuat sebagai hasil dari reaksi kimia, yang dikenal sebagai "daya
baterai", juga disebut sel baterai atau galvanik. Reaksi kimia yang menghasilkan perpindahan
elektron antara molekul yang dikenal sebagai reaksi redoks, dan pentingnya dalam
elektrokimia sangat penting, karena melalui reaksi tersebut dilakukan proses yang
menghasilkan listrik atau sebaliknya, yang diproduksi sebagai konsekuensinya. Secara
umum, studi elektrokimia menangani situasi di mana terdapat reaksi oksidasi-reduksi
ditemukan dipisahkan secara fisik atau sementara, berada di lingkungan yang terhubung ke
sebuah sirkuit listrik. Penelitian yang terakhir adalah kimia analitik dalam subdiscipline
dikenal sebagai analisis potensiometri.

B. PENGGOLONGAN ELEKTROKIMIA DAN PERAN JEMBATAN GARAM


Elektrokimia adalah hubungan reaksi kimia dengan gaya gerak listrik (aliran electron).
Adapun penggolongan elektrokimia terdiri dari dua macam, yaitu :
Reaksi kimia menghasilkan daya gerak listrik (Sel Gallvani)
Daya gerak listrik menghasilkan reaksi kimia (Sel Elektrolisa)
Alat yang digunakan untuk mempelajari elektrokimia disebut sel elektrokimia. Sel
elektrokimia adalah sistem yang terdiri dari elektroda yang tercelup pada larutan elektrolit.
1. Sel Gallvani/Sel Volta

Pada gambar di atas, logam Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan
mengalami reduksi. Reaksi kimianya adalah :
Zn Zn2+ + 2 e

E0=

+0,76 volt

Cu2+ + 2 e Cu

E0 =

+0,34 volt

Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu,

Esel=

+1,1 Volt.

Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada
larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.
Prinsip-prinsip Sel Volta atau Sel Galvani:
a. Gerakan electron dalam sirkuit eksternal akibat adanya reaksi redoks.
b. Terjadi perubahan energi kimia energi listrik
c. Pada anoda, electron adalah produk dari reaksi oksidasi (anoda kutub negative)
d. Pada katoda, electron adalah reaktan dari reaksi reduksi (katoda kutub positif)
e. Arus electron mengalir dari anoda ke katoda, arus listrik mengalir dari katoda anoda.
f. Jembatan garam menyetimbangkan ion-ion dalam larutan.
Konsep-Konsep Sel Volta
a. Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca,Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni. Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Makin ke kanan, mudah direduksi atau sukar dioksidasi. Makin ke kiri mudah dioksidasi,
makin aktif dan sukar direduksi.
b. Notasi Sel
Contoh : Zn/Zn+2//Cu+2/Cu
Dimana :
/

= potensial sel

// = potensial sambungan sel (jembatan garam)


Macam-Macam Sel Volta

1) Sel Kering atau Sel Leclance


Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll. Katodanya sebagai
terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit) terlindungi oleh pasta karbon,
MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul
dibagian bawah baterai sebagai terminal negatif.
Reaksi Anoda adalah oksidasi dari seng :
Zn(s) Zn2+(aq) + 2eReaksi Katoda :
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn 2+ yang dihasilkan pada anoda
dan membentuk ion Zn(NH3)42+
2) Sel Aki
Katoda : PbO2
Anoda : Pb
Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq)
Pb (s) + SO42-(aq)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq)

PbSO4(s) + 2H2O (katoda)


PbSO4(s) + 2e- (anoda)
2PbSO4(s) + 2H2O (total)

Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia terlibat
dalam reaksi tersebut.
Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan
memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan reaksi :
2PbSO4(s) + 2H2O(l) PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
3) Sel Bahan Bakar
4) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum dipakai
pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.

Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air


Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
Cd(s) + 2OH- (aq) Cd(OH)2(s) + 2e2e- + NiO2(s) + 2H2O Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.
2. Sel Elektrolisa
Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel elektrolisis,
katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda, terdapat 2 kemungkinan
zat yang ada, yaitu:
Kation (K+)
Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau lelehan).
Pada anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
Anion (A-)
Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau lelehan)
Elektroda. Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi, seperti Platina
(Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert (mudah bereaksi, zat lainnya selain
Pt, C, dan Au).
Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu :
1) Reaksi yang terjadi pada katoda
Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba,
Ra), Al dan Mn.
Jika kationnya berupa H+.
Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe (nama logam)
2) Reaksi yang terjadi pada anoda
Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi :
Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 4H+ + O2 + 4 e
Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- 2H20 + O2 + 4 e
Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) X (halida)2 +
2e
Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe

C. POTENSIAL SEL STANDAR DAN KONSTANTA KESETIMBANGAN REAKSI SEL


a. Potensial Sel Standar

Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit
eksternal.
Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan kimia (reagents) yang terlibat. Sel
elektrokimia umumnya tersusun atas dua elektroda. Setiap elektroda disebut sebagai setengah
sel (half cell). Reaksi yang terjadi pada tiap elektroda disebut reaksi setengah sel atau reaksi
elektroda. Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat digolongkan menjadi :
1. Elektroda Logam-ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan
ionnya, contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2. Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini, amalgam logam M akan
berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M 2+). Logam logam aktif seperti Na dan Ca
dapat digunakan sebagai elektroda amalgam.
3. Elektroda Redoks
Yaitu elektroda yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi di dalamnya, contohnya
elektroda Pt | Fe3+, Fe2+.
4. Elektroda Logam Garam tak Larut
Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan garam sangat
sedikit larutnya M+X- dan larutan yang jenuh dengan M+X- serta mengandung garam atau
asam terlarut dengan anion Xz-.
Contoh : elektroda Ag AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan AgCl, dan larutan yang
mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5. Elektroda Gas
Yaitu elektroda yang berisi gas yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion dalam
larutan, misalnya elektroda Pt | H2(g) | H+(aq).
6. Elektroda Non Logam Non Gas
Yaitu elektroda yang berisi unsure selain logam dan gas, misalnya elektroda Brom (Pt | Br2(l) |
Br-(aq)) dan yodium (Pt | I2(s) | I-(aq)).

7. Elektroda Membran
Yaitu elektroda yang mengandung membrane semi permiabel. Untuk menggerakkan
muatan dari satu titik ke titik lain diperlukan beda potensila listrik antara kedua muatan. Beda
potensial diukur antara dua elektroda yanitu elektroda pengukur dan elektroda pembanding.
Sebgaai elektroda pembanding umunya digunakan elektroda hydrogen (H+ | H2 | Pt) atau
elektroda kolamel (Cl- | Hg2Cl2(s) | Hg). Beda potensial inilah yang dinyatakan sebagai daya
gerak listrik (DGL).
Bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih besar dari elektroda hidrogen (bernilai
positif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk tereduksi (bersifat
oksidator). Sedangkan bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih kecil dari elektroda
hidrogen (bernilai negatif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk
teroksidasi (bersifat reduktor). Karena reaksi setengah sel pada elektroda ditulis dalam bentuk
reduksi, maka nilai potensial elektroda standar juga dapat disebut potensial reduksi standar.
Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam sel;
Potensial sel standar E0 sel : potensial pada 250C, konsentrasi ion 1 M dan tekanan parsial 1
atm.
Potensial sel standar dihitung dengan menggunakan potensial-potensial standar zat-zat
yang mengalami redoks.

Diagram/ notasi sel dilambangkan : Oksidasi


Xn+

n+

E0sel = E0red - E0oks


,
E0oks = potensial standar zat yang mengalami oksidasi
E0red = potensial standar zat yang mengalami reduksi
Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan dengan
susunan fisik sel tersebut di laboratorium. Jadi yang diukur di laboratorium dengan
potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta atau sel galvani, dengan emf > 0.
Contoh:
Diketahui data:

Pb2+ + 2e

E0 = - 0,76 volt

In3+ + 3e

E0 = - 0,34 volt

Tentukan:
a.

Persamaan kimia

b. Notasi sel
c.

E0 sel
Pembahasan :

a.

Pb2+ + 2e Pb

E0 = - 0,76 volt

In3+ + 3e In

E0 = - 0,34 volt

Persamaan elektrokimia
Anoda : Pb Pb2+ + 2e

da : In

3+

3Pb 3Pb2+ + 6e E0 = + 0,76 volt

+ 3e In

2In

3+

+ 6e 2In E = - 0,34 volt


0

Kato
+

3 Pb + 2 In3+ 2 In + 3 Pb2+ E Sel = + 0,44 Volt

Redoks:
b. Notasi sel
Oksidasi
Pb2+

c.

3+

E0 sel
E0sel = E0reduksi - E0oksidasi
= - 0,34 (- 0,76)
= + 0,44 volt
Jika potensial elektroda berharga positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah mengalami
reduksi daripada H+, dan jika potensial elektroda berharga negatif artinya elektroda tersebut
lebih sulit untuk mengalami reduksi dibandingkan denga H+.
Jadi, potensial elektroda berharga positif, berarti elektroda tersebut lebih mudah mengalami
reduksi daripada H+.

b. Konstanta Kesetimbangan Reaksi Sel


Setiap reaksi kimia dapat dituliskan sebgaai kombinasi dari dua buah reaksi setengah sel
sehingga potensial sel dapat diasosiasikan dengannya. Nilai ditentukan oleh relasi nF =

-G. kondisi kesetimbangan untuk setiap reaksi kimia adalah G0 = -nF


menulis :
RT ln K = nF

, kita dapat

ln K =
karna,
sehingga,
Log10K =

. (1)

Dengan memakai persamaan (1), kita dapat menghitung konstanta kesetimbangan untuk
setiap reaksi dari potensial sel standar yang pada gilirannya dapat diperoleh dari nilai-nilai
pada tabel potensial setengah sel standar.

E0(Volt)

Li(s)

Setengah Reaksi
Li+(aq) + e

-3,04

K(s)

K+(aq) + e

-2,92

Ba(s)

Ba2+(aq) + 2e

-2,90

Ca(s)

Ca2+(aq) + 2e

-2,87

Na(s)

Na+(aq) + e

-2,71

Mg(s)

Mg2+(aq) + 2e

-2.37

Be(s)

Be2+(aq) + 2e

-1,85

Al(s)

Al3+(aq) + 3e

-1,66

Mn(s)

Mn2+(aq) + 2e

H2(aq) + 2OH-(aq)

2H2O(aq) +

-1,18
-0,83

2e
Zn(s)

Zn2+(aq) + 2e

-0,76

Cr(s)

Cr3+(aq) + 3e

-0,74

Fe(s)

Fe2+(aq) + 2e

-0,44

Cd(s)

Cd2+(aq) + 2e

-0,40

Co(s)

Co2+(aq) + 2e

-0,28

Ni(s)

Ni2+(aq) + 2e

-0,25

Sn(s)

Sn2+(aq) + 2e

-0,14

Pb(s)

Pb2+(aq) + 2e

-0,13

H2(s)

2H+(aq) + 2e

0,00

Sb(s)

Sb3+(aq) + 3e

+0,10

Sn(s)

Sn4+(aq) + 4e

+0,13

Cu(s)

Cu2+(aq) + 2e

+0,34

2I-

I2(aq) + 2e

+0,54

Hg(s)

Hg2+(aq) + 2e

+0,62

Fe(s)

Fe3+(aq) + 3e

+0,77

Ag(s)

Ag+(aq) + e

+0,80

2Br-

Br2(aq) + e

+1.07

Pt(s)

Pt2+(aq) + 2e

+1,50

Au(s)

Au3+(aq) + 3e

+1,52

Co(s)

Co3+(aq) + 3e

+1,82

Fe(s)

Fe3+(aq) + 3e

+2,87

Untuk menghitung konstanta kesetimbangan untuk setiap reaksi dari potensial sel
standart,yang pada gilirannya dapat diperoleh dari nilai nilai pada table potensial setengah sel
standart. Metoda berikut ini dan contoh contohnya menggambarkan procedure yang akan
memastikan untuk memperoleh 0 dengan ukuran besar dan tandanya.
Langkah 1. Pecahkan reaksi sell menjadi dua reaksi setengah sell.

a.Untuk reaksi setengah sell yang pertama ( yang di sebelah kanan elektroda) pilihlah spesies
teroksidasi yang muncul pada sisi reaktan dari reaksi sell dan tuliskan kesetimbangan dengan
spesies tereduksi yang sesuai.
b.Untuk reaksi setengah sell yang kedua (elektroda sebelah kiri) pilih spesies teroksidasi yang
muncul di sisi produk dari reaksi sell dan tulis kesetimbangan dengan spesies tereduksi yang
sesuai.
Tulis kedua reaksi setengah sell dengan electron pada sisi reaktan.
Langkah 2 Setimbangkan reaksi setengah sell dengan jumlah electron yang sama,n, pada
masing masingnya.
Langkah 3 Jika reaksi setengah sell kedua dikurangkan dari yang pertama, seluruh reaksi sell
diselesaikan ; periksalah untuk meyakinkannya. Kurangkan potensial elektroda dengan cara
yang sama (pertama minus kedua) untuk memperoleh potensial standar sell, o.
Langkah 4 Pergunakan persamaan (8.50) untuk menghitung K

Contoh soal :
Melalui persamaan RT ln K = nFo, atau pada 25oC log10K =

,hitung

Konstanta kesetimbangan ( K ) dari persamaan reaksi tersebut :


2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
Penyelesaian :
Reaksi setengah ini (pilih spesi teroksidasi, MnO4-, pada sisi reaktan untuk reaksi setengah
sell)
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O o= 1,51V;
2CO2 + 2H+ + 2e- H2C2O4

o = - 0,49V.

Kalikan koefisien reaksi pertama dengan 2, juga reaksi kedua dengan 5, kita peroleh :
2MnO4- + 16H+ + 10e- 2Mn2+ + 8H2O o= 1,51V;
10CO2 + 10H+ + 10e- 5H2C2O4

o = - 0,49V.

Dikurangkan, kita peroleh


2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
o = 1,51 V (-0,49V) = 2 V

karena n = 10,
atau K = 10338

D. POTENSIAL SEL DAN G REAKSI HUBUNGAN DENGAN REAKSI KIMIA


Hubungan antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol( E ) dapat diturunkan
dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan kuantitas yang
sangat kecil d pada beberapa kompoesisi. Maka G pada P,T tetap dan kompoesisitertentu
akan berubah besar.
G0 =
)P.T .......................................................................................(2)
Karena kerja maksimum yang dapat dilakukan reaksi itu ketika reaksi berlangsung sebesar
d pada temperatur dan tekanan tetap adalah
d We = G0 . d

....................................................................................(3)

yang harga nya sangat kecil dan komposisi sistem sebenarnya adalah tetap ketika reaksi ini
berlangsung. Sehingga nkerja yang dilakukan untuk muatan yang sangat kecil zF. d yang
bergerak dari anoda ke katoda dengan beda potensial tertentu akan berharga
d We = - n F d . E

....................................................................................(4)

jika kita samakan persamaan ( 2 ) dan ( 3 ) maka didapat


-nF E0 = G0 ..................................................................................( 5 )
atau E0= ) , adalah jumlah elekrton yang terlibat dalam setengah reaksi.
Sehingga,
Berdasarkan harga energi bebas gibbs G, dapat diramalkan berlangsung tidaknya suatu
sel elektrokimia. Suatu reaksi sel akan berlangsung spontan bila G< 0 atau harga E > 0.

Contoh :
Gunakan potensial elektroda standar untuk menghitung G0 pada 250C dalam reaksi :
Zn(s) + 2Ag+aq Zn2+(aq) + 2Ag(s)
Penyelesaian :
Setengah reaksi dan jumlah potensial elektrodanya adalah :
2Ag+(aq) + 2e- 2Ag(s)
E0 = +0,80 V
Zn(s) Zn2+(aq) + 2eE0 = -0,76 V
+
2+
0
2Ag )aq) + Zn(s) 2Ag(s) + Zn (aq)
E = +1,56 V
Setiap setengah reaksi melibatkan dua elektron, maka n = 2. Nilai potensial sel, E0= +1,56 V
dan tetapan Faraday, F adalah 9,65 x 104 C. Dengan demikian.
G0
= -n.F.Esel

= - (2) (9,65 x 104 C) (1,56 V)


= -3,01 x 105 J
Jadi, perubahan energi bebas standar adalah -3,01 x 105 J atau sama dengan 301 kJ.

E.

PERSAMAAN NERST
Walther

Hermann

Nernst

adalah

kimiawan

Jerman

yang

menerapkan

asas-

asas termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan sebuah persamaan yang dikenal sebagai
persamaan Nernst, yang menghubungkan voltase sel ke propertinya. Lepas dari Joseph
Thomson, ia menjelaskan mengapa senyawa terionisasi dengan mudah dalam air. Penjelasan
ini disebut aturan Nernst-Thomson yang menyatakan bahwa sulit halnya bagi ion yang
ditangkap untuk menarik satu sama lain melalui insulasi molekul air, sehingga terdiosiasi.
Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel sengan konsentrasi
suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan pada kondisi tertentu
untuk membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlangsung
spontan di dalam larutan air jika bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel
Galvani oksidasi diartikan sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan
reduksi berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi oksidasi
sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink dibenamkan dalam suatu
larutan tembaga sulfat maka akan terjadi logam tembaga menyepuh pada lembaran zink dan
lembaran zink lambat laun melarut dan dibebaskan energi panas. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk
menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn Zn2+ + 2eReduksi : Cu2+ + 2e- Cu
Sel yang mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di
dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat dipenuhi
oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua elektron.
Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt (V). Jika potensial sel
besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan

kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang
sama hanya dapat melakukan sedikit kerja.
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel
demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua electrode
yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Electrode dalam larutan pekat
merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan electrode dalam larutan encer
merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena larutan-larutan
yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan bukan konsentrasi
kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas habis, barulah sistem itu berada
dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0 dan faktor K dalam persamaan Nernst setara
dengan tetapan kesetimbangan. Oleh karena itu, potensial elektroda standar dihubungan
dengan tetapan kesetimbangan untuk reaksi oleh rumus:

dimana :
Esel = potensial sel
E0 = potensial sel standar
T = suhu/temperature
Q = hasil bagi reaksi
n = mol
R= konstanta molar gas (8,3145 j/(mol K)
F = konstanta Faraday (96.456, 3 s A/mol)
Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

atau

Persamaan diatas di dapatkan dari:


Menghubungkan potensial arus dengan aktivitas zat yang ikut serta dalam reaksi sel. Fungsi
Gibbs reaksi berhubungan dengan komposisi dengan:
Oleh karena itu,

Suku pertama di bagian kanan persamaan ini disebut potensial sel standar, dengan
Atau

Sehingga, untuk fungsi Gibbs standar yang dinyatakan sebagai potensial (dalam volt) adalah:

Persamaan
Karena

Nernst

untuk potensial sel arus nol pada


pada temperatur 25
maka,

segala

komposisi

sel.

Oleh karena itu, untuk reaksi dengan v = 1, jika Q ditambah dengan faktor 10, maka potensial
sel bertambah sebesar 59,2 mV.
Atau

Menjadi

Untuk setiap reaksi kimia energi Gibbs reaksinya adalah


G = Go + RT ln Q

(8.25)

dengan Q adalah hasil bagi dari aktifitas. Mengkombinasikan ini dengan persamaan (8.24),
kita peroleh
-nF = Go + RT ln Q
Potensial standart sel didefinisikan oleh
-nF = Go

Memasukkan nilai Go ini dan membagi dengan nF, kita peroleh

(8.26)

persamaan di atas adalah bentuk lain dari persamaan Nerst utnuk sel. Persamaan Nerst
menghubungkan po0tensial sel ke nilai standar, 0 dan aktifitas spesies ambil bagian dalam
reaksi sel. Dengan mengetahui nilai 0 dan aktifitas, kita dapat menghitung potensial sel.

Contoh :
Terangkan sel yang didasarkan pada setengah reaksi berikut:
VO+(aq) + 2H+(aq) +eVO2+(aq) + H2O(l)
E0 = 1,00 V (1)
Zn2+(aq) +2e-

E0= -0,76 V (2)

Zn(s)

Dengan: T= 298 K; [VO2+] = 2,00 M; [VO2+] = 1,0 x 10-2 M; [H+] = 0,50 M;


[Zn2+] = 0,1x10-1M
Penyelesaian :
Reaksi sel setara dan spontan diperoleh dengan cara membalikan reaksi (2) dan mengalihkan
reaksi (
1) dengan bilangan 2, hasilnya:
2VO+(aq) + 4H+(aq) +2e2VO2+(aq) + 2H2O(l)

E0 = 1,00 V (1)
Zn(

s)

Zn2+(aq) +2e-

2VO+(aq) + 4H+(aq) + Zn(s)

-E0= 0,76 V (2)


2VO2+(aq) + Zn2+(aq) + 2H2O(l)

E0 = 1,76 V

Oleh karena sel mengandung komponen dengan konsentrasi bukan standar, kita harus
menggunakan persamaan Nernst untuk menghitung potensial selnya. Pada 298K dengan n=2,
diperoleh:

Jadi potensial sel ini adalah 1,89 Volt.

F.

POTENSIAL REDUKSI STANDAR DAN KOMPOSISI


Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan elektron mengalir dari elektroda
negatif ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensial antara kedua
elektroda. Andaikan kita mengukur perbedaan potensial (V ) antara dua elektroda dengan
menggunakan potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan mengalir sampai habis. Maka
akan diperoleh nilai limit atau perbedaan potensial saat arus listriknya nol yang disebut
sebagai potensial sel ( E0sel )
Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan
konsentrasi serta temperatur larutan elektrolit. Sebagai contoh untuk sel daniell, bila diukur
dengan potensiometer beda potensial pada suhu 250C saat konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ sama
adalah 1,10V. Bila elektroda Cu/Cu2+ dalam sel daniell diganti dengan elektroda
Ag/Ag+ potensial sel adalah 1,56V. Jadi dengan berbagai kombinasi elektroda dapat
menghasilkan nilai potensial sel yang sangat bervariasi. Jadi alat potensiometer digunakan
untuk mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda sedangkan untuk mengukur nilai
potensial mutlak untuk suatu elektroda tidak bisa dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu elektroda yang dipakai sebagai standar atau
pembanding dengan elektroda-elektroda yang lainny. Dan telah ditentukan yang digunakan
sebagai elektroda standar adalah elektroda hidrogen. Elektroda hidrogen terdiri dari gas
H2 dengan tekanan 1 atm yang dialirkan melalui sekeping logam platina ( Pt ) yang dilapisi
serbuk Pt harus pada suhu 250C dalam larutan asam ( H+) 1M. Berdasarkan perjanjian
elektroda hidrogen diberi nilai potensial 0,00Volt.
Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen / standar ( H/H + ) dan
elektroda Zn/Zn2+ adalah -0,76V. Bila elektroda Zn/Zn2+ diganti dengan Cu/Cu2+ maka besar
potensialnya selnya menjadi +0,34V.
H2 + Zn2+ 2H+ + Zn

E0 = -0,76V

H2 + Cu2+ 2H+ + Cu

E0 = +0,34V

Karena besarnya potensial elektroda hidrogen =0,00V maka potensial reduksi ( E0red )
zn dan Cu dapat ditentukan :
Zn2+ +2e Zn
Cu2+ +2e Cu

E0 = -0,76V
E0 = +0,34V

disingkat E0red Zn = -0,76V


disingkat E0red Cu = +0,34V

Potensial reduksi ( E0red ) menunjukkan kecenderungan untuk menerima elektron.jadi


berdasarkan nilai potensial eletroda diatas, potensial elektroda Zn bernilai negatif ( - )
menunjukkan bahwa Zn/Zn2+ lebih sukar untuk menerima elektron/direduksi dibanding
dengan H/H+ dan Cu bernilai positif ( + ) menunjukkan bahwa Cu/Cu 2+ lebih mudah untuk
menerima elektron/direduksi dibanding dengan H/H+
Semakin sukar untuk direduksi berarti semakin mudah untuk dioksidasi dan sebaliknya
semakin mudah direduksi berarti semakin sukar dioksidasi. Karena besar potensial oksidasi (
E0oks ) berlawanan dengan potensial reduksi ( E0red )
Zn Zn2+ + 2e E0 = +0,76V

disingkat ( E0oks )Zn = +0,76V

Cu Cu2+ + 2e E0 = -0,34V

disingkat ( E0oks )Cu = -0,34V


Potensial sel volta

Potensial

sel

volta

dapat

ditentukan

dengan

percobaan

dengan

menggunakan

potensiometer/voltmeter dan secara teoritis potensial sel dapat dihitung berdasarkan


perbedaan potensial reduksi ( E0red ) kedua elektroda atau penjumlahan potensial oksidasi
pada anoda dengan potensial reduksi pada katoda.
Sebagai contoh pada sel daniel :
Zn2+ +2e Zn

E0 = -0,76V

Cu2+ +2e Cu

E0 = +0,34V

Yang mempunyai harga potensial reduksi ( E0red ) lebih kecil akan di oksidasi dan yang
potensial reduksi ( E0red ) lebih besar akan direduksi .
Anoda ( oksidasi )

: Zn Zn2+ + 2e

E0 = +0,76V

Katoda ( reduksi )

: Cu2+ + 2e Cu

E0 = -0,34V

Reaksi total ( redoks )

: Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

E0 = +1,10V

Secara singkat dapat dihitung :


Nilai E0red yang lebih kecil akan dioksidasi dan yang lebih besar akan direduksi. Maka Zn
akan dioksidasi dan Cu akan direduksi.
E0oks Zn = +0,76V
E0red Cu = +0,34V
E0sel = E0oks + E0red = 0,76 V + 0,34V = 1,10V

Nilai potensial sel ( E0sel ) yang positif menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat berlangsung
secara spontan.
Maka sebaliknya reaksi :
Cu + Zn2+ Cu2+ + Zn E0= -1,10V
Nilai potensial sel ( E0sel ) nya negatif menunjukkan bahwa dalam keadaan normal tidak akan
terjadi reaksi. Reaksi dapat terjadi bila ada suplai elektron dari luar/dialiri listrik yang akan
dibahas pada elektrolisis
Setengah reaksi reduksi ( pada katoda )

E0red ( volt )

Li+(aq) + e- Li(s)

-3,04

K+(aq) + e- K(s)

-2,92

Ca2+(aq) + 2e- Ca(s)

-2,76

Na+(aq) + e- Na(s)

-2,71

Mg

2+
(aq)

+ 2e Mg(s)
-

-2,38

Al3+(aq) +3e- Al(s)

-1,66

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)

-0,76

Cr3+(aq) + 3e- Cr(s)

-0,74

Fe2+(aq) + 2e- Fe (s)

-0,41

Cd2+(aq) + 2e- Cd (s)

-0,40

Ni2+(aq) + 2e- Ni (s)

-0,23

+ 2e Sn (s)

-0,14

Pb2+(aq) + 2e- Pb (s)

-0,13

Fe3+(aq) + 3e- Fe (s)

-0,04

2H+(aq) + 2e- H2 (g)

0,00

Sn4+(aq) + 2e- Sn2+ (aq)

0,15

Cu2+(aq) + e- Cu2+ (aq)

0,16

ClO4-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO3-(aq) + 2OH-(aq)

0,17

AgCl(s) + e- Ag(s) + Cl-(aq)

0,22

Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

0,34

ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO2-(aq) + 2OH-(aq)

0,35

IO-(aq) + H2O(l) +2e- I-(aq) + 2OH-(aq)

0,49

Cu+(aq) + e- Cu (s)

0,52

I 2 (s) + 2e- 2I- (aq)

0,54

Sn

2+
(aq)

ClO2-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO-(aq) + 2OH-(aq)

0,59

Fe3+(aq) + 2e- Fe2+(aq)

0,77

Hg22+(aq) + 2e- 2Hg(l)

0,80

Ag+(aq) + e- Ag (s)

0,80

Hg2+(aq) + 2e- Hg(l)

0,85

ClO-(aq) + H2O(l) + 2e- Cl-(aq) + 2OH-(aq)

0,90

2Hg2+(aq) + 2e- Hg22+(aq)

0,90

NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- NO(g) + 2H2O(l)

0,96

Br2(l) + 2e- 2Br-(aq)

1,07

O2(g) + 4H+(aq) + 4e- 2H2O(l)

1,23

Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)

1,33

Cl2(g) + 2e- 2Cl-(aq)

1,36

Ce4+(aq) + e- Ce3+(aq)

1,44

MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- Mn2+(aq) + 4H2O(l)

1.49

H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- 2H2O(l)

1.78

Co3+(aq) + e- Co2+(aq)

1.82

S2O82-(aq) + 2e- 2SO42-(aq)

2.01

O3(g) + 2H+(aq) + 2e- O2(g) + H2O(l)

2.07

F2(g) + 2e- 2F-(aq)

2.87

Deret volta:
K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Semakin ke kanan semakin mudah direduksi yang berarti semakin mudah menerima
elektron dan merupakan oksidator (penyebab zat lain mengalami oksidasi).
Semakin ke kiri semakin mudah dioksidasi yang berarti semakin mudah melepas
elektron dan merupakan reduktor (penyebab zat lain mengalami reduksi).
Logam di sebelah kiri dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kanannya :
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

Logam di sebelah kanan tidak dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kirinya :
Cu + Zn2+ tidak bereaksi

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :

Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang berlangsung dalam
larutan pada antar muka konduktor elektron (logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik
(elektrolit), dan melibatkan perpindahan elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis
dalam larutan.
Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit
eksternal.
Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada larutan
dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.
Setiap reaksi kimia dapat dituliskan sebagai kombinasi dari dua buah reaksi setengah sel
sehingga potensial sel dapat diasosiasikan dengannya.

Hubungan antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol( E ) dapat diturunkan dengan
memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan kuantitas yang sangat
kecil.
Persamaan Nernst adalah sebagai berikut :

Kegunaan potensial reduksi standar pada tabel adalah sebagai berikut :

DA

TRODA

TROKIMIA

1. Meramalkan kemampuan oksidasi dan reduksi dari zat.


2. Semakin positif nilai E0, maka semakin bertambah daya oksidasi zat,Zat merupakan
oksidator yang baik, sebaliknya.
3. Semakin negative nilai E0, semakin bertambah daya reduksi zat, atau zat merupakan
reduktor yang baik.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi. Dan
alangkah baiknya jika isis dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengampu agar tidak
terjadi kesalahfahaman dalam memahami materi tentang Elektrokimia ini.

GLOSARIUM
: Merupakan elektron positif pada sel elektrolisis; dan sebaliknya merupakan elektroda
negatif pada sel volta . Pada anoda berlangsung reaksi reduksi
: suatu pengahantar yang dapat terbentuk batangan , kepingan , atau kawat . digunakan untuk
memancarkan atau mengendalikan aliran partikel-partikel yang bermuatan baik suatu cairan ,
gas, atau semikonduktor .
ELEKTRON

: merupakan partikel subatom yang bermuatan negatif (-)

: merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang energi atau arus listrik yang
menyebabkan terjadinya suatu reaksi atau perubahan kimia , serta energi listrik yang
dihasilkan melalaui suatu reaksi kimia , dan juga hasil reaksi-reaksi pada suhu yang amat
tinggi melalui perubahan energi listrik menjadi panas .

TROLIT

: zat zat jika dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ion(ionisasi) sehingga dapat
mengahantarkan arus listrik . zat yang termasuk elektrolit lemah adalh asam,basa, dan garam.

TROLISIS

: peristiwa penguraian atau perubahan kimia tertentu jika dilewatimuatatan atau arus listrik
melalui larutan elektrolit atau zat cair senyawa tersebut.

TAN GARAM

ASI

: suatu jembatan pemisah yang mengahntarkan listrik dan berbentuk kaca atau pipa U
yang berisi agar-agar KCl/KNO3
: ion bermuatan positif yang terbentuk melalui penyumbangan secara paksa atau sukarela
elektron oleh suatu atomn atau molekul.Selama elektrolisis kation-kation ditarik ke katoda
: dalam elektrolisis merupakan elektroda negatif , juga dalam klep-klep termionik , rangakain
sistem listrik yang tertutup, dan sebagainya .tetapi , pada peralatan elektronik atau tabung
bermuatan gas, justru merupakan elektroda positif.

: reaksi suatu zat dengan oksigen yang disertai pelepasan elketron sehingga mengalami
kenaikan oksidasi.

SIAL ELEKTRODA: ukuran terhadap kemampuan suatu unsur unsur oksidasi atau reduksi yang

KS

mempunyai sifat harga mutlak tak teratur jadi perlu potensisal standar (Eo) yaitu gas H2 ( pada
25 oC ,1 atm) dan
[H+] = 1 M Eo H2 = 0 volt
: Proses reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara spontan ,yakni selama berlangsungnya
oksidasi , sedangkan oksidatornya sendiri akan tereduksi pula. Begitu juga sebaliknya

KSI

: peristiwa pembebasan oksigen dari suatu senyawa.

OLTA

: sel yang digunakan sebagai sumber tegangan listrik . dalam sel volta , terjadi perubahan dari
energi kimia menjadi energi listrik , misalnya batu abterai dan aki.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo. Jakarta:
Erlangga.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik. Edisi Keempat. Jilid II. Terjemahan Irma I.
Kartohadiprojo. Jakarta : Erlangga.
Dogra, S.K. dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Terjemahaan Umar
Mansyur. Jakarta : Universitas Indonesia.

Keenam, Charles W. Donald C. Kleinfelter Jesse H. Wood. 1996. Kimia Untuk


Universitas. Edisi Keenam. Jilid I. Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta :
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai