Anda di halaman 1dari 29

I.

Judul Percobaan : Redoks dan Sel Elektrokimia


II. Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa/ 27 Februari 2017
III. Tujuan Percobaan :
1. Mengidentifikasi nilai redoks berdasarkan perubahan warna yang
diamati
2. Menentukan daya gerak listrik (DGL) sel volta
3. Menguji elektrolisis larutan KI
IV. Tinjauan Pustaka :
Elektrokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang
mempelajari hubungan antara reaksi redoks dan aliran listrik. Dalam
elektrokimia terjadi reaksi Redoks dimana pada dasarnya merupakan
singkatan dari reduksi dan oksidasi. Reduksi dan oksidasi merupakan istilah
yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-
atom dalam sebuah reaksi kimia. Reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
merupakan semua reaksi elektrokimia yang menyangkut perpindahan
elektron. Karena reaksi-reaksi ini berlangsung dalam suatu sel yan disebut
dengan sel elektrokimia.
Konsep mengenai istilah oksidasi sendiri telah berkembang sejak abad
kesembilan belas. Dimana dijelaskan bahwa reaksi oksidasi merupakan reaksi
suatu zat yang bersenyawa dengan oksigen atau reaksi suatu zat mengikat
oksigen sedangkan reaksi reduksi yaitu suatu zat melepas oksigen. Sejalan
dengan perkembangan ilmu kimia, konsep oksidasi dan reduksi yang semula
hanya menyangkut perpindahan oksigen kini telah diperluas, yaitu:
Oksidasi adalah suatu perubahan kimia:
 Jika suatu zat memberikan atau melepaskan elektron
 Jika suatu unsur mengalami pertambahan bilangan oksidasi atau
tingkat oksidasi
 Yang terjadi di anoda suatu sel elektrokimia
Sedangkan, Reduksi adalah suatu perubahan kimia:
 Jika suatu zat menerima atau menangkap elektron
 Jika suatu unsur mengalami pengurangan bilangan oksidasi atau
tingkat oksidasi
 Yang terjadi di katoda suatu sel elektrokimia
Adapun perbedaan reduksi dan oksidasi berdasarkan teori klasik dan
modern yaitu sebagai berikut:

Klasik Oksidasi: reaksi antara suatu zat dengan oksigen

Reduksi: reaksi antara suatu zat dengan hidrogen

Modern Oksidasi:

 Kenaikan bialangan oksidasi

 Peepasan elektron

Reduksi:

 Penurunan bilangan oksidasi

 Penangkapan elektron

Oksidator:

 Mengalami reduksi

 Mengalami penurunan bilangan oksidasi

 Mampu mengoksidasi

 Dapat menangkap elektron

Reduktor:

 Mengalami oksidasi

 Mengalami kenaikan bilangan oksidasi

 Mampu mereduksi

 Dapat memberikan elektron

Auto Redoks:

 Reaksi redoks dimana sebuah zat mengalami reduksi


sekaligus oksidasi

Pada reaksi redoks zat yang mengoksidasi zat lain disebut oksidator
atau pengoksidasi, sedangkan zat yang mereduksi zat lain disebut reduktor
atau pereduksi. Pada oksidtor akan mengalami reduksi sedangkan pada
reduktor mengalami oksidasi. Transfer elektron pada reaksi redoks dalam
larutan berlangsung melalui kontak langsung antara partikel-partikel berupa
atom, molekul atau ion yang salig serah terima elektron.

Reduksi
2+
Cu + Mg Cu + Mg2+
Oksidasi

Berdasarkan reaksi diatas, Cu2+ mengalami reduksi menjadi Cu dan


Mg mengalami oksidasi menjadi Mg2+. Sehingga Cu2+ disebut sebagai
oksidator dan Mg2+ disebut sebagai reduktor.
Pada setiap persamaan reaksi oksidasi reduksi yang sudah setara
jumlah bertambahnya bilangan oksidasi unsur (atau unsur-unsur) yang
dioksidasi sama dengan jumlah bilangan oksidasi unsur (atau unsur-unsur)
yeng direduksi. Pada setiap persamaan reaksi oksidasi reduksi yang sudah
setara jumlah muatan ion dari kedua ruas adalah sama. Sementara itu, sel
elektrokimia dibedakan menjadi dua, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.
1. Sel Volta
Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik dari
reaksi kimia berupa reaksi redoks spontan. Prinsip kerja sel Volta adalah
sebagai berikut :
a. Energi hasil dari reaksi ini dirubah menjadi energi listrik
b. Reaksi yang berlangsung adalah reaksi redoks
c. Pada katoda terjadi reduksi dan merupakan kutub positif
d. Pada anoda terjadi oksidasi dan merupakan kutub negatif
Jadi katoda positif, Anoda negatif disingkat KPAN
Sel volta merupakan penataan bahan kimia dan penghantar listrik
yang memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat
kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel volta,
oksidasi berarti dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion.
Sedangkan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel
ini. Dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik atau reaksi
redoks menghasilkan arus listrik.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi Oksidasi : Zn → Zn2+ (aq) + 2e
Reaksi Reduksi : Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)
Zn (s) + Cu2+ (aq)  Zn2+ (aq) + Cu (s)
Pada anoda (ruang anoda) terjadi reaksi oksidasi
Pada katoda (ruang katoda) terjadi reaksi reduksi

Pada sel Volta berguna untuk menghasilkan energi listrik karena sel
ini mengkonveksi energi yang dihasilkan reaksi kimia menjadi energy
listrik. Sel volta memanfaatkan reaksi spontan ∆𝐺 < 0 untuk
membangkitkan listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk
(rendah) diubah menjadi energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja
terhadap lingkungan. Selain itu pada sel ini berlangsung spontan dengan
disertai pembebasan energi panas yang ditandai dengan naiknya suhu
larutan

Energi listrik = -n . F . E

Dimana n = jumlah ekivalen zat yang bereaksi

F = tetapan faraday

E = daya gerak listrik atau potensial sel


Daya gerak listrik (DGL) yang diukur dengan E = E+ - E-
Dimana E+ = potensial elektroda positif
E- = potensial elektroda negative
Elektroda positif adalah katoda dan elektroda negatif adalah anoda.
Secara praktis ada dua macam sel volta yaitu:
1) Sel volta reversible, sel ini tidak digunakan sebagai sumber arus
listrik, tetapi sebagai sumber potensial, dimana sel volta
reversible ada dua jenis:
a) Sel kimia yang terdiri atas dua macam elektroda
b) Sel konsentrasi yang terdiri atas dua elektroda yang sama
dengan konsentrasi elektrolit yang berbeda.
2) Sel komersial, sel ini digunakan sebagai sumber arus listrik
misalnya: sel primer (batu baterai), sel sekunder (aki), dan sel
bahan bakar.
a) Elektroda Sel Volta
Pada sel volta, elektroda tempat terjadinya reaksi
oksidasi disebut anode. Anode merupakan kutub negatif.
Elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi disebut katode.
Katode merupakan kutub positif.
b) Notasi Sel Volta
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu
notasi singkat yang disebut diagram sel. Secara umum,
diagram sel dituliskan anode ll Katode.
c) Deret Volta
Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn - (H2O) – Zn –
Cr – Fe – Cd – Ni – Co – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag
– Pt – Au
d) Potensial Elektrode Standar (E0)
Potensial elektrode standar adalah potensial
elektrode yang dibandingkan dengan elaktrode hidrogen
pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm. Potensial elektrode
standar menunjukkan urutan kecenderungan untuk
mengalami reduksi sehingga juga dikenal sebagai
potensial reduksi standar. Semakin besar harga Eo, maka
semakin muddah mengalami reduksi. Sebaliknya,
semakin kecil Eo, maka semakin mudah mengalami
oksidasi.
3) Sel Daniel
Salah satu sel yang terkenal adalah Sel Daniel yang dibuat
oleh John Daniel (1835). Sel ini terdiri atas dua elektroda.
Elektroda tempat terjadinya oksidasi adalah batang seng yang
dicelupkan kedalam larutan seng sulfida (ZnSO4). Elektroda
lainnya berupa batang tembaga yang dicelupkan kedalam larutan
tembaga sulfat (CuSO4), pada elektroda ini terjadi reaksi reduksi.
Dijaga agar kedua larutan tidak bercampur sehingga terjadi aliran
elektron. Kedua larutan ini dihubungkan dengan suatu partisi
berpori atau jembatan garam.

Daya Gerak Listrik (DGL), perbedaan potensial dalam suatu


sel adalah merupakan ukuran perbedaan kedua elektroda untuk
mendorong elektron ke sirkuit luar. Ini adalah tekanan listrik
dalam menggerakkan elektron dari satu elektroda ke elektroda
yang lain.

Potensial Elektroda Hidrogen, sebagai elektroda


pembanding dipilih elektroda hidrogen standar yang potensialnya
ditetapkan nol volt
Elektroda hidrogen standar terdiri atas logam platina yang
dilapisi platina hitam, yaitu berbentuk halus. Pelapisan ini
dilakukan secara elektrolisis. Logam platina ini dicelupkan
kedalam larutan yang mengandung ion H+ dengan konsentrasi 1
M dan dialiri gas hidrogen pada tekanan 1 atm. Reaksi reduksi
yang terjadi pada elektroda hidrogen adalah:
2H+ (aq) + 2e  H2 (g) ; ΔH = 0 Volt
Reaksi elektroda hidrogen standar diketahui harganya = 0 Volt
(E0 = 0 Volt)
2. Sel Elektrolisis
Elektrolisis adalah proses peruraian zat elektrolit dalam bentuk
larutan atau lelehan oleh arus listrik searah. Sel elektrolisis tersusun atas
sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus searah.
Jika dua batang karbon atau platina dicelupkan dalam larutan
elektrolit, masing-masing batang elektrode bertindak sebagai katode dan
anode. Katoda merupakan kutub negatif, sedangkan anoda merupakan
kutub positif, bisa disingkat KNAP.
K N A P

Katoda Negatif Anoda Positif

Sumber arus listrik akan mengalirkan elektron ke katode,


selanjutnya elektron ini ditangkap ion positif (kation) sehingga pada
permukaan katode terjadi reaksi reduksi.Pada saat yang sama, anion
melepaskan elektron. Elektron ini dikembalikan ke sumber arus melalui
anode. Akibatnya pada permukaan anode terjadi oksidasi.
Elektrode positif dan elektrode negatif pada sel elektrolisis
ditentukan oleh sumber arus listrik. Jenis elektrode yang digunakan
dalam proses elektrolisis sangat berpengaruh pada hasil elektrolisis.
Elektrode dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kereaktifannya,
yaitu elektrode tidak aktif atau tidak ikut bereaksi atau inert, seperti C,
Pt, Au dan elektrode aktif atau ikut bereaksi selain C, Pt, Au pada proses
elektrolisis. Pada proses elektrolisis dengan elektrode aktif berlangsung
reaksi elektrode dan reaksi elektrolit, sedangkan proses elektrolisis
dengan elektrode inert hanya berlangsung reaksi elektrolitnya saja.
Reaksi di Katoda
a. Jika ada ion H + di asam :
2H+ + 2e  H2 (g)
b. Jika logam golongan IA, IIA, IIIA dan Mn, maka yang direduksi
adalah air
2H2O + 2e  H2 (g) + 2OH −
c. Jika logam lain :
Contoh : L+ + e  L(s)
Cu2+ + 2e  Cu(s)
Reaksi di Anoda
a. Elektroda Inert
 Jika ada ion OH − dari basa :
4OH −  O2 (g) + 2H2 (g) + 4e
 Jika anion dari unsur Halogen (F, Cl, Br, I) :
2X −  X2 (g) + 2e
 Jika anion sisa asam oksi (NO− 2− 2−
3 , SO4 , CO3 ) :

2H2O  O2 (g) + 4H + + 4e
b. Elektroda Tidak Inert
Contoh : L(s)  L+ + 1e
Fe(s)  Fe2+ + 2e
Sel elektrolisis tersusun atas sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan
sumber arus searah.

Jika dua batang karbon atau platina dicelupkan dalam larutan


elektrolit, masing-masing batang elektrode bertindak sebagai anode dan
katode. Sumber arus listrik akan mengalirkan elektron ke katode,
selanjutnya elektron ini ditangkap ion positif (kation) sehingga pada
permukaan katode terjadi reaksi reeduksi. Pada saat yang sama, anion
melepaskan elektron. Elektron ini dikembalikan ke sumber arus melalui
anode. Akibatnya pada permukaan anode terjadi oksidasi. Oleh karena
itu, ion positif bergerak menuju katode.
Contoh beberapa peristiwa elektrolisis:
1. Elektrolisis Larutan Na2SO4
Na2SO4  Na2+ + SO2−
4

Katoda (reduksi) : 2H2O + 2e  H2 (g) + 2OH − (x2)


Anoda (oksidasi) : 2H2O  O2 (g) + 4H + + 4e
4H2O + 2H2O  2H2 (g ) + 4OH − + O2 (g) + 4H +
Keterangan :
 Pada reaksi di katoda, zat yang dihasilkan adalah gas H2
(berwarna pink). Hal ini bisa dilihat dengan munculnya
gelembung di sekeliling elektroda karbon katota Na2SO4
 Pada reaksi di katoda menghasilkan warna pink karena
pada reaksi tersebut terdapat ion OH − . Ion OH − ini tidak
bisa terlihat, sehingga perlu ditambahkan Indikator PP.
Akibat dari penambahan Indikator PP menyebabkan
perubahan warna dari tidak berwarn menjadi warna merah
muda
 Pada reaksi di anoda, zat yang dihasilkan adalah gas O2
(tidak berwarna). Hal ini bisa dilihat dengan munculnya
gelembung pada elektroda karbon anoda Na2SO4
2. Elektrolisis Larutan CuSo4
CuSO4  Cu2+ + SO2−
4

Katoda (reduksi) : Cu2+ + 2e  Cu(s) (x2)


Anoda (oksidasi) : 2H2O  O2(g) + 4H + + 4e
2Cu2+ + 2H2O  2Cu + O2(g) + 4H +
Keterangan :
 Pada reaksi di katoda zat yang dihasilkan adalah endapan
Cu (berwarna merah bata) yang bisa dilihat pada elektroda
karbon katoda CuSO4
 Pada reaksi di katoda tidak mengandung ion OH − .
Sehingga meskipun ditetesi dengan Indikator PP,
warnanya tidak berubah menjadi pink.
 Pada reaksi di anoda zat yang dihasilkan adalah gas O2
(berwarna biru bening). Hal ini bisa dilihat pada
munculnya gelembung di sekeliling elektroda karbon
anoda CuSO4
3. Elektrolisis Larutan KI
KI  K+ + I−
Katoda (reduksi) : 2H2O + 2e  H2(g) + 2OH −
Anoda (oksidasi) : 2I −  I2(g) + 2e
2H2O + 2I −  H2(g) + 2OH − + I2(g)
Keterangan :
 Pada reaksi di katoda, zat yang dihasilkan adalah gas H2
(berwarna merah muda). Hal ini bisa dilihat dengan
munculnya gelembung di sekeliling elektroda karbon
katoda KI
 Pada reaksi di katoda, terdapat ion OH − . Sehingga apabila
ditetesi dengan Indikator PP, menyebabkan warna larutan
berubah menjadi warna pink
 Pada reaksi di anoda, zat yang dihasilkan adalah gas I2
(berwarna coklat). Hal ini bisa dilihat dengan adanya
gelembung pada elektroda karbon anoda KI. Perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah disebabkan
karena pada reaksi di anoda ditetesi dengan indikator
amilum.
Hukum Faraday
 Hukum Faraday I
Banyaknya zat yang bereaksi pada elektrolisis sebanding
dengan jumlah listrik yang digunakan. 1 mol e- faraday ~ 96.500
coulumb.
W=e.f
Keterangan:
W : massa hasil elektrolisis (g)
𝐴𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑟
e : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛
𝑖 .𝑡
f : jumlah listrik (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛)

i : kuat arus (A)


t : waktu (s)

 Hukum Faraday II
Bila dua atau lebih larutan dielektrolisis secara bersama-
sama dengan jumlah arus listrik yang sama (kuat arus dan waktu
yang sama), berat endapan pada masing-masing kutub katode
dirumuskan sebagai berikut :
W1 : W2 = e1 : e2
V. Rangkaian Percobaan :
A. Gambar Rangkaian

Penentuan DGL Sel

Susunan alat beberapa reaksi redoks (elektrolisis)


B. Alat
1. Gelas kimia 100mL 2 buah
2. Tabung reaksi 4 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Tabung U 1 buah
5. Batang karbon (dari batrei) 1 buah
6. Voltmeter 1 buah
7. Adaptor 6Volt 1 buah
8. Kabel 2 buah
9. Lempeng tembaga 1 buah
10. Lempeng seng 1 buah
C. Bahan
1. (NH4)2Fe(SO4)2 jenuh 9. KNO3 / NaNO3 1 M
2. KCNS 0,1 M 10. FeCl3 0,1 M
3. H2SO4 2 M / Pekat 11. HNO3 pekat
4. KI 0,1 M/ 0,25 M 12. Phenolphtalein
5. K2Cr2O7 0,1 M 13. Larutan kanji
6. CuSO4 1M 14. CHCl3
7. ZnSO4 1 M 15. Larutan I
8. H2O2 3%

VI. Alur Percobaan :


1. a) Beberapa Reaksi Redoks
Tabung I Tabung II
1 mL KI 0,1 M 1 mL KI 0,1 M

 Dimasukkan ke dalam tabung  Dimasukkan ke dalam


reaksi + 5 tetes larutan kanji tabung reaksi + 5 tetes
larutan kanji

Warna Putih keruh

 Ditambah 1 mL H2SO4 1
 Ditambah 1 mL H2SO4 1 M + M + 0,5 mL FeCl3 0,1 M
0,5 mL H2O2 3%

Perubahan Warna Perubahan Warna


Tabung III
1 mL larutan KI 0,1 M
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi + 5 tetes
larutan kanji

Warna

Ditambah HNO3 pekat


tetes demi tetes

Perubahan Warna

5 tetes dari tabung 1 5 tetes dari tabung 3

Dimasukkan 5 tetes dari tabung 2 Dimasukkan


tabung dan tabung dan
ditambah 2 tetes Dimasukkan ditambah 2 tetes
larutan kanji tabung dan larutan kanji
(amilum) ditambah 2 tetes (amilum)
larutan kanji
(amilum)

Bandingkan
b)

Larutan H2SO4 2 M

- Dimasukkan ke dalam tabung bentuk


“U” yang sudah dipasang pada gelas
kimia sampai ± 2 cm dari mulut tabung

 Ditambahkan 2 ml
 Ditambahkan 2 mL
(NH4)2Fe(SO4)2 jenuh +
K2Cr2O7 0,1 M ke mulut
5 tetes KSCN 0,1 M ke
tabung sebelah kiri mulut tabung sebelah
kanan

- Dicelupkan elektroda karbon 2 hingga


terendam ± 2 cm dari mulut tabung

Elektroda karbon sebelah Elektroda karbon sebelah


kiri kanan

- Dihubungkan kedua elektron kanan dan


kiri dengan kabel

Perubahan warna

Pembanding
Dibandingkan
2 tetes larutan FeCl3

Larutan KSCN 0,1 M

Larutan merah kecoklatan


2) Penentuan Daya Gerak Listrik dari Sel Kimia

Sel Cu / CuSO4 // ZnSO4 / Zn

Gelas Kimia I Gelas Kimia II

15 ml CuSO4 0,1 M 15 ml ZnSO4 0,1 M

- Dimasukkan ke dalam
- Dimasukkan ke dalam gelas
gelas kimia 100 mL
kimia 100 mL
- Dicelupkan batang/
- Dicelupkan batang/ kawat/
lempeng tembaga kawat/ lempeng seng

- Dihubungkan dengan voltmeter


- Dibuat jembatan garam dari tissue yang
digulung
- Dicelupkan pada larutan KCl

Eo Sel
3) Elektrolisis KI

Larutan KI 0,25 M

- Dimasukkan kedalam tabung U

- Dicelupkan hingga ± 2 cm
Elektroda karbon pada cmElektroda
cm karbon pada
mulut tabung sebelah
mulut tabung sebelah
kiri
kanan

- Dihubungkan dengan adaptor 6 volt

Kutub ( + ) Kutub ( - )

- Diamati setelah 5 menit maka akan


terjadi perubahan warna

2 mL larutan hasil 2 mL larutan hasil


elektrolisis dari anoda elektrolisis dari katoda

- Dimasukkan ke tabung
- Dimasukkan ke tabung reaksi
reaksi
- Ditmbahkan 1 mL CHCl4
- Ditambahkan beberapa
tetes indikator universal +
2 mL larutan FeCl 0,1 M

Terbentuk dua lapis warna Perubahan warna


(warna kuning di bagian atas,
warna merah muda di bagian
bawah)
VII. Hasil Pengamatan :
VIII. Analisis Data :
IX. Pembahasan :
 Percobaan pertama: Beberapa reaksi redoks
Pecobaan 1a:
Reaksi-reaksi dalam elektrokimia terdiri dari reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi (redoks). Istilah reduksi diterapkan untuk proses-proses
dimana oksigen dilepaskan oleh suatu zat, maka oksidasi terjadi ketika
oksigen diambil atau diikat oleh suatu zat. Konsep lain yaitu pengikatan
hidrogen disebut reduksi dan pelepasan hidrogen disebut reaksi oksidasi.
Seiring dengan perkembangan, konsep reaksi redoks diperluas yaitu
menyangkut dengan elektron, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang
disertai dengan pelepasan elektron dalam suatu zat (atom, ion, atau
molekul), sedangkan reduksi adalah reaksi yang disertai pengikatan
elektron oleh zat (atom, ion, atau molekul). Zat yang mengalami oksidasi
disebut reduktor dan zat yang mengalami reduksi disebut oksidator.
Reaksi oksidasi dan reduksi selalu berlangsung secara serempak. Hal ini
sangat jelas karena elektron yang dilepaskan oleh suatu zat harus diambil
oleh zat yang lain, sehingga apabila terdapat suatu reaksi oksidasi maka
suatu reaksi reduksi juga sedang berlangsung pada saat yang sama.

Konsep reaksi redoks tampak pada beberapa reaksi berikut yaitu


reaksi antara larutan KI dan H2O2 dalam suasana asam, dengan
persamaan reaksi:

H2SO4 (aq) + H2O2 (aq) + 2 KI (aq)  I2 (aq) + 2 H2O(aq) + K2SO4


(aq)

Dan reaksi ion-ionnya:

2 I- +2 H+ +H2O2  I2 +2 H2O

Reaksi ini bertujuan untuk membuktikan terjadinya reaksi redoks


antara H2O2, H2SO4, dan KI. Ketika H2O2 ditambahkan dengan H2SO4
warna larutan berwarna putih bening. H2O2 merupakan oksidator yang
berfungsi sebagai donor ion H+ Penambahan H2SO4 berfungsi untuk
memberikan suasana asam agar terjadi reaksi antara H2O2 dengan KI,
karena reaksi redoks akan berlangsung pada suasana asam atau basa.
Lalu ditambahkan larutan KI dan terjadi perubahan warna menjadi
kuning muda. KI berfungsi sebagai indikator karena KI apabila tereduksi
menjadi I2 yang berwarna ungu pada larutan. Kemudian larutan
tersebut ditambahkan amilum yang bertujuan sebagai indikator redoks
untuk membuktikan adanya I2 sebagai hasil produk reaksi. Setelah
ditambahkan amilum dalam bentuk larutan,larutan berubah warna
menjadi warna ungu yang menunjukkan bahwa adanya iodin (I2) dalam
produk.
Berdasarkan reaksi diatas terdapat zat yang mengalami reaksi
oksidasi maupun reaksi reduksi. I- mengalami reaksi oksidasi karena
biloksnya berubah dari -1 menjadi 0 sebagai akibat dari pelepasan
elektron. Agar proses serah terima elektron nampak dalam persamaan
reaksi maka persamaaan reaksi harus dipecah menjadi reaksi setengah
sel, persamaan reaksinya:
2 I-  I2 + 2e

2 elektron yang dilepaskan ini kemudian diterima oleh H2O2 :

H2O2 +2H+ +2e 2H2O

O mengalami perubahan biloks dari +1 (senyawa peroksida) menjadi


-2, sehingga aliran elektron terjadi dari I- ke H2O2. Dengan demikian
larutan KI merupakan reduktor karena mengalami oksidasi dan H2O2
merupakan oksidator karena mengalami reduksi. Kekuatan H2O2 sebagai
oksidator dapat dilihat dari warna larutan setelah bereaksi yaitu ungu
kehitaman yang menandakan bahwa kandungan amilum banyak dan
kandungan I2 sedikit karena hanya sedikit I- yang teroksidasi. Maka
kekuatan H2O2 dalam mengoksidasi I- tidak begitu kuat. Kerja oksidasi
H2O2 didasarkan pada proses 2 elektron yang mengakibatkan
terbentuknya air dan peranannya dalam reaksi redoks bergantung pada
kuat pengoksid ataupun pereduksi dari pasangan reaksinya serta
tergantung pula pada pH larutan.

Reaksi redoks yang lainnya yaitu reaksi antara larutan KI dengan


larutan FeCl3 yang berlangsung dalam suasana asam, dengan persamaan
reaksi:

2 KI (aq) + H2SO4 (aq)+ 2FeCl3 (aq)  K2SO4 (aq) + I2 (aq) + 2HCl


(aq) + 2FeCl2(aq)

dan reaksi ion-ionnya:

2 I-+ 2 H+ +Fe3+  I2+ 2 H++ Fe2+

Reaksi ini juga menggunakan amilum sebagai indikatornya. Setelah


bereaksi diperoleh larutan berwarna coklat kekuningan. Berdasarkan
persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa larutan KI teroksidasi
menjadi I2. Hal ini terbukti dari kenaikan bilangan oksidasi dari I yaitu
dari -1 naik ke 0 sebagai akibat dari pelepasan elektron, persamaan
reaksinya:

2 I-  I2 + 2e

Elektron ini kemudian digunakan untuk mereduksi FeCl3 menjadi


FeCl2 :

2Fe3+ + 2e  2Fe2+

Fe mengalami reaksi reduksi karena mengalami penurunan biloks


dari +3 ke +2 sebagai akibat dari pengikatan elektron yang dihasilkan
oleh oksidasi KI. Dengan demikian larutan KI merupakan reduktor
karena mengalami oksidasi dan FeCl3 merupakan oksidator karena
mengalami reduksi. Kekuatan FeCl3 sebagai oksidator dapat dilihat dari
warna larutan hasil reaksi yaitu coklat kekuningan. Warna kekuningan
ini menandakan bahwa didalam larutan tersebut terkandung banyak
molekul I2, yang juga berarti bahwa banyak KI yang teroksidasi. Dengan
banyaknya jumlah molekul KI yang teroksidasi maka dapat dikatakan
bahwa FeCl3 merupakan oksidator kuat.
Reaksi antara larutan KI dengan larutan asam nitrat (HNO3) juga
termasuk reaksi redoks, persamaan reaksinya:

2 KI (aq)+ 2HNO3 (aq)  I2 (aq)+ 2KNO3 (aq)+H2 (g)

Persamaan reaksi ion-ionnya:

2 I- + 2 H++ NO3-  I2 + NO3-+ H2

Berdasarkan reaksi tersebut larutan KI mengalami oksidasi karena


mengalami kenaikan biloks dari -1 menjadi 0 dengan melepaskan 2
elektron, sesuai dengan persamaan reaksi:

2I- I2 + 2e

Elektron ini kemudian ditangkap oleh HNO3 sehingga mengalami


reaksi reduksi karena bilangan oksidasi H turun dari +1 ke 0,dengan
persamaan reaksi:

2 H+ + 2e  H2

Sehingga elektron mengalir dari I- dan kemudian berikatan dengan


HNO3. Maka yang bertindak sebagai reduktor adalah larutan KI karena
teroksidasi dan yang bertindak sebagai oksidator adalah HNO3 karena
mengalami reduksi. Kerja oksidasi asam nitrat (HNO3) bergantung pada
konsentrasi asam dan temperatur, HNO3 pekat atau setengah pekat
biasanya digunakan untuk melarutkan logam atau endapan. Kekuatan
HNO3 dalam mengoksidasi KI dapat dilihat dari warna larutan setelah
bereaksi, yaitu ungu kehitaman yang menandakan bahwa kandungan I2-
nya lebih sedikit.

Dengan demikian, dari ketiga oksidator dapat disimpulkan bahwa


oksidator yang paling kuat adalah FeCl3, karena mampu mengoksidasi
banyak molekul KI menjadi I2. Dengan demikian, urutan oksidator dari
yang paling kuat adalah FeCl3>H2O2>HNO3.

Percobaan 1b :
Reaksi oksidasi reduksi juga terjadi pada reaksi antara larutan FeSO4
dan larutan K2Cr2O7. Sebelum bereaksi dengan KSCN, larutan FeSO4
dioksidasi oleh K2Cr2O7 malalui elektroda karbon yang dihubungkan
dengan kabel yang di beri sumber arus sehingga menghasilkan ion Fe3+
yang nantinya bisa bereaksi dengan KSCN. Elektroda karbon dan kabel
berfungsi sebagai jalan bagi elektron yang dilepaskan oleh FeSO4.

Setelah dihubungkan dengan elektroda karbon dan kabel. Fungsi


dari penggunaan karbon sebagai elektroda yaitu sebagai penghantar
elektron sekaligus sebagai tempat terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi.
Pengunaan elektroda karbon dapat diganti dengan logam inert atau logam
mulia. Dari penghungan elektroda karbon dan kabel, mengakibatkan
terjadinya reaksi oksidasi FeSO4 oleh K2Cr2O7 sesuai dengan persamaan
reaksi ion-ionnya:

6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+  6Fe3+ +2 Cr3+ +7 H2O

Jika dibuat reaksi setengah sel :

6 Fe2+  6Fe3+ + 6e

Fe mengalami reaksi oksidasi dari Fe2+ menjadi Fe3+ dengan


membebaskan 6 elektron, bilangan oksidasi Fe naik, dari +2 ke +3.
Selanjutnya 6 elektron yang dilepaskan oleh Fe mengalir melalui
elektroda karbon kemudian berikatan dengan ion Cr2O72- :

Cr2O72- + 6e + 14 H+  2Cr3+ + 7 H2O

Cr2O72- mengalami reaksi reduksi dengan mengikat 6 elektron hasil


oksidasi dari Fe2+, sehingga bilangan oksidasinya turun dari +6 menjadi
+3. Hasil reduksi dari senyawa dikromat (Cr2O72-) menghasilkan ion Cr3+
dalam senyawa kromat Cr2O42-. Karena mengalami reduksi maka
senyawa K2Cr2O7 disebut oksidator sedangkan FeSO4 disebut reduktor
karena mengalami oksidasi.

Setelah dioksidasi menjadi Fe3+, barulah bisa bereaksi dengan ion


SCN- dari KSCN, dengan persamaan reaksi ion:
Fe3+ + 3 SCN-  Fe(SCN)3-

Zat inilah Fe(SCN)3 atau kompleks besi(III) tiosianat ) yang


menyebabkan larutan pada mulut tabung sebelah kanan berwarna merah
darah. Sedangkan larutan pada mulut tabung sebelah kiri mengandung
ion Cr2O42- (senyawa kromat) yang seharusnya berwarna kuning, namun
karena kembali bercampur dengan senyawa dikromat yang belum
tereduksi, maka warna kuningnya tidak nampak karena berbaur dengan
warna jingga dari senyawa dikromat sehingga warna larutan yang
nampak pada mulut tabung sebelah kiri berwarna jingga. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa K2Cr2O7 termasuk oksidator kuat
karena mampu mengoksidasi FeSO4 sehingga dihasilkan ion Fe3+.

 Percobaan kedua: Penentuan DGL dari sel kimia

Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan dan ada juga yang tidak
berlangsung spontan. Berdasarkan hal tersebut sel elektrokimia
dibedakan menjadi 2, yaitu sel Volta/sel Galvani dan sel elektrolisis.

Dalam sel Volta reaksi spontan terjadi dan disertai pembebasan


energi berupa panas yang dapat digunakan sebagai sumber listrik. Karena
aliran listrik pada dasarnya merupakan aliran elektron. Setiap elektron
bergerak membawa muatan listrik sebesar 1,6 x 10-19 Coulomb. Dalam
reaksi redoks, terjadi pemindahan elektron dari reduktor ke oksidator.
Proses serah terima elektron ini dapat terjadi secara langsung, yakni satu
ion menabrak ion lain dan selama itu elektron diteruskan dari satu ion ke
ion lainnya serta dapat pula terjadi serah terima elektron melalui
elektroda dan kabel yang berhubungan. Suatu alat yang dapat mencapai
hal ini disebut sel Volta/sel Galvani. Sebuah sel Volta terdiri dari dua
setengah sel, masing-masing terdiri dari sebuah elektrode dan sebuah
elektrolit. Kedua elektrolit dihubungkan dengan suatu jembatan garam
dan jika kedua elektrode itu dihubngkan dengan kawat, maka akan terjadi
aliran elektron dari reduktor ke oksidator.
Sel Volta berikut terdiri dari larutan ZnSO4, larutan CuSO4 dan dua
elektrode berupa lempeng tembaga dan seng serta jembatan garam KCL.
Lempeng tembaga dicelupkan pada larutan CuSO4 dan lempeng seng
dicelupkan pada larutan ZnSO4 dan kedua larutan dihubungkan melalui
jembatan garam KCL yang berfungsi sebagai tempat pertukaran elektron.
Pada rangkaian tersebut lempeng tembaga disebut katoda karena
merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi sedangkan lempeng seng
disebut anoda karena sebagai tempat terjadinya reaksi oksidasi. Lempeng
tembaga dan seng merupakan kutub-kutub listrik, karena oksidasi
merupakan pelepasan elektron, maka anoda merupakan kutub negatif dan
katoda merupakan kutub positif.

Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, logam seng akan malarut sambil
melepaskan 2 elektron, persaan reaksinya:

Zn  Zn2+ +2e

2 elektron yang dibebaskan ini tidak memasuki larutan, tetapi


tertinggal pada logam seng dan selanjutnya akan bergerak melalui kawat
penghantar menuju logam tembaga. Ion Cu2+ akan mengambil elektron
tersebut dari logam tembaga kemudian mengendap, reaksinya:

Cu2+ + 2e  Cu

Dengan demikian, rangkaian tersebut akan menghasilkan aliran


elektron (listrik). Akan tetapi, bersamaan dengan melarutnya logam seng,
larutan ZnSO4 menjadi bermuatan positif hal ini akan menghambat
pelarutan logam seng selanjutnya. Sementara itu, larutan CuSO4 menjadi
bermuatan negatif seiring dengan mengendapnya ion Cu2+, sehingga
menahan pengendapan ion Cu2+. Maka untuk menetralkan muatan
listriknya, kedua larutan dihubungkan dengan suatu jambatan garam
KCl. Disinilah jembatan garam berperan, ion-ion Cl- akan bergerak
kedalam larutan ZnSO4 dan menetralkan ion Zn2+, sedangkan ion-ion
Na+ akan menetralkan bergerak kedalam larutan CuSO4 dan menetralkan
ion SO42-. Dengan adanya jembatan garam maka reaksi akan terus
bekelanjutan.

Pada rangkaian sel Volta tersebut, elektron mengalir dari elektroda


Zn ke elektroda Cu, bukan sebaliknya. Dari hal ini, dapat dilihat bahwa
Zn lebih mudah teroksidasi (melepaskan elektron) daripada Cu dan ion
Cu2+ lebih mudah tereduksi dan menyerap elektron dibandingkan ion
Zn2+. Perbedaan kecenderungan teroksidasi pada kedua elektroda
tersebut menyebabkan adanya perbedaan rapat muatan pada kedua
elektroda, yang kemudian menyebabkan beda potensial listrik antara Zn
dan Cu, yang mendorong elektron untuk mengalir. Beda potensial
tersebut dikenal dengan potensial sel (Esel) atau DGL sel (Daya Gerak
Listrik). Potensial sel ini dapat diukur dengan menggunakan Voltmeter
yang bertahanan tinggi. Jarum pada Voltmeter menunjukkan simpangan
yang sepadan dengan voltase elektrode seng dan tembaga yaitu sebesar
1 dengan skala maksimal 10 dan skala pengukuran 2.5. Hasil ini hampir
sama dengan Esel yang diperoleh melalui rumus:

Esel = E0katoda – E0anoda

= E0Cu2+/Cu - E0 Zn/Zn2+

= 0,34 – (- 0,76)

Esel = 1,1 Volt

 Percobaan ketiga: Elektrolisis

Reaksi redoks yang berlangsung secara tidak spontan disebut dengan


elektrolisis. Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik
agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Dalam sel elektrolisis, katoda
merupakan elektroda negatif dan anoda merupakan elektroda positif.
Elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu elektroda yang tidak ikut bereaksi (inert) contohnya C, Pt dan
Au dan yang kedua adalah elektroda yang ikut bereaksi (selain C, Pt dan
Au).
Elektrolisis larutan KI menggunakan elektroda karbon dan
kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah yaitu batu baterei 6
volt. Tabung U diisi dengan larutan KI 0,25 M warna awal tidak
berwarna sampai ± 2 cm dari mulut tabung. Pada kedua mulut tabung
dicelupkan elektroda karbon dan menghubungkan elektroda karbon
kanan dengan kutub negatif sumber arus sedangkan elektroda karbon kiri
dihubungkan dengan kutub positif sumber arus.

Setelah di elektrolisis selama ± 5 menit, warna larutan pada mulut


tabung sebelah kanan (katoda) tidak berwarna dan menghasilkan
gelembung gas H2, sedangkan pada sebelah kiri (anoda) larutan berubah
menjadi kuning.

Berdasarkan data potensial elektroda, reaksi akan lebih mudah


terjadi apabila potensial elektrodanya lebih positif. Pembentukan ion
negatif adalah kebalikan dari pembentukan ion positif, maka reaksi
oksidasi yang mudah terjadi adalah yang mempunyai potensial elektroda
lebih negatif. Sehingga pada ruang katoda yang mengalami reduksi
adalah air.

Reaksi pada katoda (kanan):

2 H2O + 2e  H2 +2 OH-

Larutan tidak berwarna dan menghasilkan gelembung gas H2

Reaksi pada anoda (kiri):

2 I-  I2 + 2e

Larutan berwarna kuning karena larutan KI dioksidasi menjadi I2

Untuk membuktikan bahwa larutan KI benar-benar telah


terelektrolisis, larutan di ruang katoda diambil dengan pipet, setelah
ditetesi indikator pp, larutan menjadi berwarna merah muda. Warna
merah muda tersebut menunjukkan bahwa larutan dalam suasana basa,
karena indikator pp memiliki trayek pH antara 8,3-10 dan nilai tersebut
merupakan indikator basa. Setelah ditambah larutan FeCl3 0,1 M, larutan
menjadi berwarna merah kecoklatan, persamaan reaksinya:

FeCl3 + 3 OH-  Fe(OH)3

Terbentuk endapan Fe(OH)3 yang berbentuk sol dan berwarna merah


kecoklatan.

Larutan di ruang anoda juga diambil sebanyak 2 mL, larutan


berwarna kuning, setelah ditambah 1 mL larutan CHCl3 dan dikocok,
larutan tersebut berubah menjadi larutan yang membentuk 2 warna,
bagian atas berwarna kuning ,sedangkan bagian bawah berwarna merah
muda. Larutan berwarna merah muda menunjukkan bahwa I2 dalam
kloroform, sedangkan warna kuning menandakan bahwa I2 larut dalam
air. Larutan dapat terpisah karena terjadi perbedaan kepolaraan dimana
I2 adalah polar sementara CHCl3 adalah non polar. Selain itu juga
disebabka karena massa jenis kloroform lebih besar dibandingkan
dengan I2.

X. Kesimpulan :
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini, yaitu:
1. Reaksi oksidasi terjadi karena pelepasan elektron sehingga terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi reduksi terjadi karena
pengikatan elektron sehingga terjadi penurunan bilangan oksidasi.
2. Oksidator yang paling kuat yaitu FeCl3, dengan urutan FeCl3 > H2O2 >
HNO3.
3. Besarnya DGL sel Volta Zn/ Zn2+// Cu2+/ Cu yaitu 1 Volt.
4. Pada ruang katoda, larutan KI terelektrolisis menjad molekul air,
sedangkan di ruang anoda larutan KI terelektrolisis menjadi larutan I2.
5. Larutan di ruang anoda juga diambil sebanyak 2 mL, larutan berwarna
kuning, setelah ditambah 1 mL larutan CHCl3 dan dikocok, larutan
tersebut berubah menjadi larutan yang membentuk 2 warna, bagian atas
berwarna kuning ,sedangkan bagian bawah berwarna merah muda.
Larutan dapat terpisah karena terjadi perbedaan kepolaraan dimana I2
adalah polar sementara CHCl3 adalah non polar. Selain itu juga
disebabka karena massa jenis kloroform lebih besar dibandingkan
dengan I2.
XI. Jawaban Pertanyaan :
F.
1. Pada percobaan redoks tidak diperlukan sumber arus, sedangkan pada
elektrolisis diperlukan arus mengapa demikian? dan jelaskan apa
sebenarnya fungsi arus tersebut!
Jawab :
Pada reaksi elektrolisis diperlukan arus listrik karena reaksi redoks
pada sel elektrolisis merupakan reaksi nonspontan atau tidak langsung,
sehingga diperlukan energi listrik agar reaksi tidak spontan tersebut dapat
berlangsung. Dengan adanya arus listrik partikel-partikel (elektron) dapat
berpindah melalui elektroda sebagai akibat dari adanya gaya tarik
elektrostatik yang timbul ketika arus dijalankan.
Fungsi arus listrik tersebut yaitu untuk memberi gaya tarik
elektrostatik sehingga elektron dapat berpindah dan reaksi dapat
berlangsung spontan.
2. Apa yang dimaksud dengan jembatan garam, apa fungsinya dan jelaskan
cara pembuatannnya dengan kertas tissue!
Jawab :
Jembatan garam adalah suatu penghubung yang terbuat dari pipa U
terbalik yang didalamnya berisi larutan elektrolit (larutan garam) sehingga
mampu menghantarkan listrik.
Fungsi Jembatan Garam yaitu untuk menetralkan muatan listrik,
ion-ion negatif dari jembatan garam menetralkan ion-ion positif dari larutan
sel Volta sedangkan ion-ion positif dari jembatan garam menetralkan ion-
ion negatif dari larutan sel Volta. Selain itu jembatan garam juga berfungsi
untuk menghantarkan elektron. Dengan adanya jembatan garam, aliran
elektron akan terus berkelanjutan dan rangkaian menjadi rangkaian tertutup
sehingga arus listrik sel dapat diukur.
Pembuatan Jembatan Garam dari Kertas Tissu yaitu dengan cara
menggulung beberapa kertas tissu dan membasahinya dengan larutan
garam/larutan elektrolit lalu ujung kertas tissu yang sudah dibasahi larutan
garam dicelupkan pada larutan dalam sel Volta tersebut.

XII. Daftar Pustaka :


Fessenden, Ralp J., at al. 1999. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Keenan, Charles W, at al. 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi
Keenam. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sugiarto, Bambang, dkk. 2014. Kimia Dasar lanjut. Surabaya: Unesa
University Press.
Tim Kimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut.
Surabaya: Unesa University Press
Vogel.1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro.Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai