Anda di halaman 1dari 9

Sel Konsentrasi

Nama : Ni Putu Hermayani

NIM : 1803051001

I. Judul
Sel Konsentrasi
II. Tujuan
Untuk mengamati dan memahami proses sel konsentasi.
III. Dasar Teori

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonveksi


energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksedasi-
reduksi) di mana dalam reaksi ini energi yang dilepaskan oleh reaksi spontan diubang
menjadi distrik atau di mana energi listrik digunakan untuk reaksi yang nonspontan
bisa terjadi. Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua macam, yaitu: Reaksi yang
menghasilkan arus listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan reaksi yang dihasilkan
oleh arus listrik elektrolisis (Keenan, 1992).
Menurut Baharuddin, dkk (2013: 51), sel elektrokimia dapat dibagi menjadi :
1. Sel Volta/ sel Galvani : mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Pada sel
Volta/sel Galvani, anoda adalah elektroda negatif dan katoda adalah elektroda positif.
Contohnya, baterai (sel kering) dan accu (aki).
2. Sel elektrolisis : mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis
anoda adalah elektroda positif dan katoda adalah elektroda negatif.
Reaksi kimia terjadi pada dua elektrode. Elektrode tempat terjadinya oksidasi
disebut anode; tempat terjadinya reduksi disebut katode. Listrik dilewatkan melalui
rangkaian di bawah pengaruh potensial atau voltase, yaitu gaya dorong pergerakan
muatan. Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik.
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau leburan),
dan dua elektroda, anoda dan katoda. pada anoda terjadi reaksi oksida sedangkan pada
elektroda katoda terjadi reaksi reduksi (Golbert, 2007).
Pada tahun 1833, M. Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat yang beraksi pada
elektroda-elektroda sel elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah arus yang melalui
sel tersebut. Selain dari pada itu ia membuktikan bahwa jika jumlah arus tertentu
mengalir melalui beberapa sel elektrolisis, maka akan dihasilkan jumah ekivalen
masing-masing zat.

Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan.
Dalam proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai
lapisan tipis) pada permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai
umumnya digunakan sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung.
Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam yang sama
dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng
perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut
kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini
relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri
perabot rumah tangga dan peralatan dapur.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah
Faraday (F). Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron.
Satu Faraday equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday
equivalen dengan setengah mol elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap
satu mol partikel mengandung 6,02 x 1023partikel. Sementara setiap elektron
mengemban muatan sebesar 1,6 x 10-19 C. Dengan demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel
elektron 1 Faraday = 96320 C (Oxtoby dkk, 2001).
Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel dengan
konsentrasi suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan
pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi oksidasi
reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air jika bahan pengoksidasi dan
pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi diartikan sebagai dilepaskannya
elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh
partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi oksidasi sederhana dan berlangsung spontan
adalah bila lembar tipis zink dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka
terjadi logam tembaga menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun
melarut dan dibebaskan energi panas (Oxtoby dkk, 2001).
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik
ketika reaksi di dalamnya mengerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja
yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial
antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam
volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara
kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel
kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja
(Oxtoby dkk, 2001).
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel
demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua
elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektrode dalam
larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektrode
dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi) (Oxtoby dkk,
2001).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan karena larutan-
larutan yang diperikan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan bukan konsentrasi
kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas habis, barulah sistem itu
berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0 dan faktor K dalam persamaan
Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan. Jadi persamaan nernst merupakan
persamaan yang menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektron ion-ion
metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan.
E0reduksi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami reduksi sedangkan
E0oksidasi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami oksidasi.
Kegunaan potensial reduksi standar, E0, di table Data E0 di tabel mempunyai
kegunaan, tiga di antaranya adalah: Meramalkan kemampuan oksidasi dan reduksi dari
zat. Semakin positif nilai E0, semakin bertambah daya oksidasi zat, atau zat merupakan
oksidator yang baik. Sebaliknya, semakin negatif nilai E0, semakin bertambah daya
reduksi zat, atau zat merupakan reduktor yang baik.
Proses pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn
akan teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini
akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu. Kelebihan elektron pada
elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang disediakan oleh larutan
Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung,
dalam larutan Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi). Demikian juga dalam
larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3– sebab ion pasangannya (Cu2+) berubah
menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektrode Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan
dinetralkan oleh ion NO3– dari jembatan garam, demikian juga kelebihan ion
NO3– akan dinetralkan oleh ion Na+ dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam
berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks.
Proses pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn
akan teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini
akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu. Kelebihan elektron pada
elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang disediakan oleh larutan
Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung,
dalam larutan Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi). Demikian juga dalam
larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3– sebab ion pasangannya (Cu2+) berubah
menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektrode Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan
dinetralkan oleh ion NO3– dari jembatan garam, demikian juga kelebihan ion
NO3– akan dinetralkan oleh ion Na+ dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam
berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks (Underwood A.L dan A
day N, 1998).
Perbedaan Pokok antara Sel Volta dan Sel Elektrolisis adalah sebagai berikut: Sel
Volta, terjadi pada reaksi redoks yang bersifat spontan (bereaksi dengan sendirinya)
dan menghasilkan arus listrik. Dalam reaksi sel, perbedaan energi potensial kimia
antara reaktan yang lebih tinggi energinya dan produk yang lebih rendah energinya
menghasilkan arus listrik. Dengan kata lain sistem bekerja pada lingkungan . Katoda
merupakan kutub positif dan anoda kutub negatif. Jadi dalam sel Volta energi kimia
diubah menjadi energi listrik. Elektrolisis, terjadi pada reaksi redoks yang tidak
spontan, sehingga untuk melakukan reaksi diperlukan energi. Energi yang diperlukan
dalam sel elektrolisis adalah energi listrik dengan arus searah. Untuk berlangsungnya
proses elektrolisis diperlukan adanya elektroda, larutan elektrolit, dan sumber arus
listrik searah. Dalam sel elektrolisis katoda dihubungkan dengan kutub (-), dan anoda
dihubungkan dengan kutub (+) sumber arus. Apabila arus listrik dialirkan ke dalam
elektrolit, maka kation akan mengalami reduksi dengan menangkap elektron dan anion
akan mengalami oksidasi dengan melepas elektron (Underwood A.L dan A day N,
1998).
IV. Alat dan Bahan
Untuk melakukan praktikum sel konsentrasi dibutuhkan alat dan bahan yang tersaji
seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan
Nama Alat Nama Bahan
Gelas beker Aquades
Ampelas Larutan CuSO4 1,5 M dan 0,5 M
Gelas ukur KCl
Kabel penghubung Agar
Multitester
Elektroda Cu
Tabung U

V. Cara Kerja
Dalam melakukan praktikum sel konsentrasi hal pertama yang dilakukan
yaitu alat dan bahan yang dibutuhkan dipersiapkan. Selanjutnya yaitu membuat
jembatan garam, dengan menimbang agar sebanyak 0,7 gram dalam 90 mL
aquades, dan menimbang KCl 6,7095 gram. Kemudian serbuk agar ditambahkan
dengan aquades dan KCl aduk sampai merata. Lalu larutan dipanaskan sambil
diaduk sampai merata. Kemudian dinginkan, setelah agar sedikit mendingin lalu
dimasukkan ke dalam selang yang sudah diikan dengan tali membentuk huruf U,
selanjutnya didinginkan pada kulkas. Untuk pembuatan larutan CuSO4 1,5 M
bahan ditimbang 5,985 gram dilarukan dengan 25 mL aquades lalu dihomogenkan.
Untuk larutan CuSO4 0,5 M diencerkan dari larutan CuSO4 1,5 M. Selanjutnya
elektroda Cu diamplas dengan ampelas, lalu disiapkan multitester masing masing
kabel dijepitkan pada elektroda Cu. Setelah itu dilakukan percobaan dengan
memasukkan elektroda Cu ke dalam larutan CuSO4 yang memiliki konsentrasi
sama yaitu larutan CuSO4 0,5 M dan 0,5 M. Lalu diukur berapa beda potensialnya
dan diamati perubahan yang terjadi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar1. Percobaan selanjutnya dengan memasukkan elektroda Cu ke dalam
larutan CuSO4 yang memiliki perbedaan konsentrasi yaitu ke dalam larutan CuSO4
1,5 M dan 0,5 M. setelah itu diamati perubahan yang terjadi, untuk leih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.
VI. Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka didapatkan data pengamatan
seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2. Tabel Data Hasil Pengamatan
No Pengamatan Hasil Gambar
Pengamatan
1. Elektroda Cu Besar beda
dimasukkan potensial v = 0.
ke dalam
larutan
CuSO4 0,5 M

2. Elektroda Cu Besar beda


dimasukkan potensial 12,00
ke dalam volt
larutan Tidak ada
CuSO4 0,5 M gelembung gas.
dan 1,5 M

Perhitungan:

Diktahui : Larutan CuSO4 = 1,5 M dan 0,5 M

Ditanyakan : E sel… V?
Jawab :

0,592 [𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖]
E sel = E˚ sel - × log
𝑛 [𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖]

0,592 0,5
= 0,15 - × log 1,5
2

= 0,15 – 0,296 × log 0,33

= 0,15 – 0,296 × (-0,48)

= 0,15 + 0,1421

= 0,2921 V

Pembahasan:

Sel elektrokimia juga disebut sel volta atau sel galvani, adalah suatu alat dimana
reaksi kimia terjadi dengan produksi suatu perbedaan potensial listrik antara dua
elektroda. Jika kedua elektroda dihubungkan terhadap suatu sirkuit luar dihasilkan
aliran arus, yang dapat mengakibatkan terjadinya kerja mekanik sehingga sel
elektrokimia mengubah energi kimia.
Dalam percobaan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu larutan
larutan CuSO4 dengan konsentrasi 1,5 M dan 0,5 M dan elektroda Cu.

Pertama logam Cu diampelas menggunkan ampelas kemudian disiapkan larutan


CuSO4 dengan konsetrasi 1,5 M dan 1,5 M. Selanjutnya disiapkan multitester yang
sudah dihubungkan dengan kabel positif dan negative, lalu elektroda Cu dijepitkan
pada masing-masing kabel dan elektroda dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 dengan
konsentrasi yang sama yaitu 1,5 M dan dimasukkan jembatan garam pada kedua
larutan. Maka tidak terjadi perubahan pada elektroda maupun larutan CuSO4 dan
didapatkan besar potensial reduksinya yaitu 0 V. Hal ini terjadi karena pada percobaan
ini kedua larutan memiliki konsentrasi yang sama sehingga tidak ada beda potensial
yang terukur sehingga tidak ada rekasi yang terjadi. Selanjutnya elektroda Cu yang
sudah diampelas dijepitkan pada masing-masing kabel lalu dimasukkan ke dalam
larutan CuSO4 dengan konsentrasi 1,5 M dan 0,5 M dan dihubungkan dengan jembatan
garam. Maka didapatkan beda potensial 12,00 V, tidak terdapat gelembung pada
elektroda Cu maupun pada larutan. Pada percobaan ini terjadi reaksi oksidasi pada
larutan CuSO4 konsentrasi 0,5 M sedangkan reaksi reduksi terjadi pada larutan CuSO4
1,5 M.
Katoda : Cu2+ + 2e  Cu
Anoda : Cu  Cu2+ +2e
Cu2+ + Cu  Cu + Cu2+

Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi maka larutan tersebut akan memilki
E˚sel semakin besar pula. Berdasarkan persamaan nerst didapatkan harga E sel 0,2921
V.
Jawaban pertanyaan:

1. Reaksi apa yang terjadi pada prosedur IV.4 dan IV.5? Tuliskan persamaan
reaksinya!
2. Kemanakah arah aliran electron pada prosedur IV.4 dan IV.5?
Jawab:
1. Pada percobaan IV.4 tidak terjadi reaksi elektrokimia karena tidak ada beda
potensial, sedangkan pada percobaan IV.5 trjadi rekasi elektrokima karena terdapat
beda potensial.
Reaksinya:
Katoda : Cu2+ + 2e  Cu
Anoda : Cu  Cu2+ +2e
Cu2+ + Cu  Cu + Cu2+

2. Pada percobaan IV.4 tidak terjadi aliran electron sedangkan pada percobaan IV.5
aliran electron terjadi dari CuSO4 konsentrasi 0,5 ke konsentrasi 1,5.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sel
elektrokimia dapat dibagi menjadi dua yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Pada sel
Volta, terjadi reaksi redoks yang menghasilkan listrik, Reaksi redoks spontan
terjadi apabila sel anode lebih mudah terdoksidasi dan sel katode lebih mudah
tereduksi. Pada percobaan sel konsentrasi yang dilakukan pada konsentrasi yang
sama dan dengan konsentrasi yang berbeda. Pada konsentrasi yang sama yaitu
larutan CuSO4 0,5 M tidak mengalami perubahan dikarenakan tidak ada perbedaan
potensial dan dalam konsentrasi yang sama. Pada percobaan kedua terjdapat
perbedaan potensial dan terjadi reaksi setengah sel. Semakin besar konsentrasi
suatu larutan maka beda potensialnya juga semakin besar.
VIII. Daftar Pustaka
1. Goldbert. 2007. Kimia Untuk Pemula. Diterjemahkan dari Beginning Chemistry
oleh Suminar Setiadi Achmadi. Erlangga. Jakarta.
2. Keenan, C. W., dkk. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 2 edisi keenam.
Terjemahan dari General College Chemistry sixth edition, oleh Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta. Erlangga.
3. Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Diterjemahkan dari Principles
Of Modern Chemistry oleh Suminar Achmadi . Jakarta. Erlangga
4. Underwood A.L dan A day N. 1998. Analisa Kimia Kualitatif. Diterjemahkan dari
Quantitative Analysis oleh Lis Sophan. Jakarta.Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai