Anda di halaman 1dari 8

I.

Judul
Penentuan Kadar Cu dengan Teknik Elektrogravimteri
II. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan kadar Cu dengan
teknik elektrogravimetri.
III. Dasar teori

Metode elektrogravimetri ini menggunakan elektroda-elektroda untuk


menentukan kadar suatu logam. Metode elektrogravimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar tembaga dalam suatu sampel, di mana tembaga dilarutkan dalam
asam sulfat dan asam nitrat (harus bebas nitrit). Dalam analisis elektro- gravimetri,
unsur yang akan ditetapkan, didepositkan secara elektrolisis di atas suatu elektrode
yang sesuai. Jadi penyaringan terhindarkan, dan jarang terjadi kodeposisi, jika
kondisi-kondisi eksperimen dikendalikan dengan hati-hati. metode ini, bila dapat
dipakai, mempunyai banyak keuntungan, maka akan dikaji teori (dari) prosesnya,
untuk mengerti bagaimana dan kapan ia dapat dipakai (Bassett,1994).

Dalam membahas elektrogravimetri, hal ini mencakup tentang analisis gravimetri


dan elektrolisis. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil tang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.
Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa
cara, seperti: metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis atau
berbagai macam metode lainnya. Pada prakteknya, dua metode pertama adalah yang
terpenting. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor
dari konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan
(Khopkar, 1990).

Elektrolisis selalu disertai dengan perpindahan bahan dalam suatu sel elektrolisis.
Migrasi (perpindahan) partikel-partikel adalah akibat gaya tarik elektrostatik, yang
terbit ketika arus dijalankan. Jadi partikel-partikel yang bergerak ke arah katode harus
bermuatan positif, sedangkan partikel-partikel yang bermuatan negatif akan bergerak
ke arah anode (Svehla, 1990)

Logam Cuprum (tembaga) merupakan salah satu logam berat yang keberadaan
dalam lingkunagan dapat berasal dari industri penyamakan kulit, pelapisan logam,
tekstil, maupun industri cat. Dalam air limbah, tembaga dapat ditemukan sebagai
Cu(I), Cu(II), dan Cu(III) yang berbentuk padat, namun keberadaan tembaga (III)
sangat jarang ditemukan. Limbah cair Cu(II) tertama berasal dari proses pewarnaan
dengan menggunakan bahan kimia seperti CuSO4 untuk pewarnaan biru, sehingga
Cu(II) potensial mencemari lingkungan. Hampir 15% dari total produksi zat pewarna
pada proses industri hilang ketika proses pewarnaan dan dikeluarkan sebagai limbah
industri. Tembaga merupakan mikronutrien esensial bagi tanaman, namun pada
permukaan air tembaga meracuni tumbuhan air pada konsentrasi dibawah 1ppm dan
dapat meracuni beberapa ikan (Moothy, 1980).

Logam berat mempunyai sifat toksik terhadap hewan dan manusia. Manifestasi
toksisitas logam berat terhadap manusia memerlukan waktu yang lama karena proses
akumulasi dalam tubuh sehingga proses pencegahan sebaiknya dilakukan sedini
mungkin. Beberapa jenis logam berat misalnya Cadmium (Cd), air raksa (Hg), timah
hitam (Sn), dan cuprum (Cu) bisa juga merupakan bahan pencemaran yang sangat
berbahaya. Pencemaran logam berat ini, kemungkinan terjadi akibat buangan industri
yang tidak terkontrol. Buatan industri yang mengandung logam berat bermuara ke
laut, dengan demikian air laut menjadi tercemar (Palar, 1994).

Dalam bentuk yang biasa elektrogravimetri melibatkan penyaluran suatu logam


pada katode platinum yang telah ditimbang dan kemudian penimbangan kembali
untuk menetapkan kuantitas logam itu. Penetapan tembaga merupakan contoh.
Sampel itu, barangkali suatu aliase tembaga, dilarutkan dalam asam nitrat. Katode
kasa platinum, yang telah dibersihkan dalam asam nitrat dibilas, dikeringkan dalam
oven dan setelah itu ditimbang, kemudian dicelupkan ke dalam larutan dan dibuat
hubungan listrik dengan menggunakan sejenis jepitan. Voltase luar dinaikkan sampai
ammeter itu menunjukkan suatu arus dan katode tampak kemerahan (dari tembaga);
akan tampak gelembung yang timbul dari anode. Dalam praktek, suhu-suhu dalam
persamaan Eapplied tersebut tidak dapat dihitung dengan tepat (Day, 1999).

IV. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti gelas beaker, gelas ukur, labu
ukur, kabel penghubung, sumber arus searah (DC), multitester, statif, batang
pengaduk, elektroda karbon, neraca analitik dan magnetic stirrer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan CuSO4 0,05 M dan
larutan K4FeCN6 1%.
V. Prosedur Kerja
Dalam praktikum ini langkah pertama yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Kemudian karena larutan CuSO4 0,05 M tidak ada jadi harus dibuat
dengan menimbang bahan 1,245 gram pada neraca analitik lalu bahan yang sudah
ditimbang dituangkan ke dalam gelas beaker dan ditambahkan dengan sedikit
aquades. Lalu diaduk hingga merata dengan batang pengaduk, setelah itu dimasukkan
ke dalam labu ukur dan ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas kemudian
larutan dihomogenkan dan dituangkan ke dalam gelas beaker serta diberi label.
Selanjutnya satu buah batang karbon di oven pada suhu….° dan satu batang karbon di
timbang pada neraca analitik dan hasilnya dicatat pada jurnal. Kemudian statif,
multitester dan magnetic stirrer disiapkan, statif diletakkan di dekat magnetic stirrer
lalu batang karbon yang sudah dioven dijepikan pada kabel berwarna merah yaitu
sebagai anoda dan batang karbon yang tidak dioven dejepitkan pada kabel berwarna
hitam yaitu sebagai katoda. Selanjutnya larutan CuSO4 diletakkan di atas magnetic
stirrer lalu kedua batang karbon dimasukkan ke dalam larutan CuSO 4 0,05 M,
kemudian voltmeter dihidupkan serta multitaster juga dihidupkan lalu diamati
perubahan arus yang dihasilkan dan perubahan yang terjadi pada pada larutan.
Elektrolisis berjalan sempurna dilihat dari perubahan warna yang dihasilkan jika diuji
dengan larutan K4(Fe(CN)6) jika larutan berwarna coklat maka dilakukan kembali
elektrolisis.
VI. Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka didapatkan hasil pengamatan
yang tersaji seperti table 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan

No Pengamatan Hasil Pengamatan Gambar


1. Larutan CuSO4 - Larutan CuSO4
0,05 M berwarna biru
dimasukkan ke muda
dalam gelas beaker
dan diaduk dengan
magnetic stirer

2. Berat awal - Didapatkan berat


elektroda karbon karbon awal
yaitu 4,8363
gram

.3. Batang carbon - Terdapat


dicelupkan ke gelembung pada
dalam larutan batang karbon di
CuSO4 0,05 M dan katoda.
dialiri arus searah - Warna larutan
mengalami
perubahan yang
awalnya
berwarna biru
kemudian
menjadi
berwarna hitam.
- Diberikan
voltase 9,41 V
menghasilkan
arus 0,15A

4. Berat akhir Berat akhir karbon yaitu


elektroda karbon 5,1146 gram

Perhitungan:

Diketahui : Massa elektroda karbon awal = 4,8363 gram

Massa elektroda karbon akhir = 5,1146 gram

Massa endapan Cu = Berat akhir – berat awal

= 5,1146 gram – 4,8363 gram

= 0,2783 gram

Ar Cu = 63,5 gram/mol

Mr CuSO4 = 249,71 gram/mol

Ditanya : Kadar (%) Cu dalam sampel CuSO4?


Jawab :

Massa CuSO4 dalam sampel CuSO4 0,05 M dalam 100 mL

gram 1000
M = ×
Mr CuSO 4 V

gram 1000
0,05 = ×
249,71 100

Massa = 1,2485 gram

Massa Cu secara teori

Ar Cu
Massa Cu = × massa CuSO4
Mr CuSO 4

63,5
= × 1,2485
249,71

Massa Cu = 0,3175 gram

Berat Cu yang diendapkan

Ar Cu
Berat Cu = Berat endapan ×
Mr CuSO 4

63,5
= 0,2783 ×
249,71

= 0,070 gram

Berat Cu
%Cu = × 100%
Berat sampel

0,070
= × 100%
1,2485

= 5,606%

Pembahasan:
Pada praktikum kali ini, yaitu elektrogravimetri yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar dari suatu logam tertentu didalam larutannya. Pada praktikum
menggunakan CuSO4 sebagai larutan, dimana percobaan ini bertujuan untuk menentukan
kadar dari Cu didalam larutannya. Alat elektrogravimetri ini bekerja berdasarkan prinsip
elektrolisis, dengan pemberian arus listrik menyebabkan reaksi kimia reduksi komponen
pada katoda dan sebaliknya proses oksidasi pada anodanya. Katoda berupa elektroda
karbon yang sudah dioven dan anoda elektroda karbon yang tidak dioven, elektroda pada
anoda ditimbang agar dapat mengetahui massa awal elektroda karbon serta dapat
menentukan berat endapan pada elektroda katoda. Elektroda pada katoda dioven untuk
meningkatkan ketelitian dan menghindari pengotor-pengotor lain yang menempel lebih.
Dan konsentrasi Cu2+ yang digunakan sangat kecil dan kemungkinan mengendap itu
kecil.
Pada percobaan ini, digunakan elektroda karbon. Hal ini disebabkan karena
elektroda ini bekerja baik sebagai elektroda indikator, yang berfungsi untuk
membangkitkan kecenderungan sistem tersebut dalam mengambil atau melepaskan
elektron, sedangkan ia tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks.
Pada percobaan diberikan tegangan 9,41 V dan menghasilkan arus 0,15 A, saat diberikan
tegangan terdapat banyak gelembung pada elektroda di anoda sedangkan pada katoda
mulai terdapat endapan yang menempel berwarna kemerahan pada elektroda yaitu Cu 2+.
Larutan terus dielektrolisis maka arus yang dihasilkan semakin kecil, endapan pada
katoda semakin banyak yang berwarna merah karena tereduksi. Setelah terus
dielektrolisis larutan berubah warna yang awalnya berwarna biru menjadi hitam, hal ini
karena elektroda karbon di anoda terlepas atau terkikis. Setelah terus dielektolisis arus
yang dihasilkan sebesar 0,2 A dengan potensial yang sama, semakin lama dielektrolisis
arusnya menjadi 0,48 A. Untuk memastikan larutan telah terelektrolisis sempurna maka
diuji dengan larutan K4FeCN6 jika saat ditetesi masih larutan masih berwarna coklat maka
larutan harus terus dielektrolisis. Reaksi yang terjadi:
2Cu+2 + 4e  2Cu
2H2O  4H+ + O2 + 4e
2Cu+2 + 2H2O  2Cu + 4H+ + O2
Dari percobaan didapatkan berat akhir elektroda karbon yaitu 5,1146 gram dan dapatkan
kadar Cu dalam sampel CuSO4 yaitu 5,606%. Ketidaksesuain hasil yang didapatkan
karena elektroda karbon di anoda terlepas sehingga menempel pada katoda yang
mempengaruhi berat endapan pada katoda.

VII. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Analisa gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa, sedangkan elektrogravimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif
berdasarkan pengendapan atau pendepositan logam tersebut pada elektroda dengan
bantuan arus listrik. Prinsip dari praktikum ini yaitu elektrolisis dan pengendapan.
Cu2+ menempel pada katoda, sedangkan arus yang digunakan adalah arus searah.
Diperoleh kadar Cu dalam sampel CuSO4 yaitu 5,606 %.
VIII. Daftar Pustaka
1. Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC, Jakarta.
2. Moothy. 1980. Electronic Absorption Spectrum of Cobalt Antipyrine Complex.
India: S.V University
3. Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai