Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN 5
ELEKTROGRAVIMETRI

Disusun oleh :
Nama : Tengku Khadijah Nurul Hanifah
NIM/Prodi : 20307141028/Kimia
Kelas : B
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2021
Tanggal Pengumpulan : 11 Okober 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN 5 ELEKTROGRAVIMETRI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, praktikan terampil melakukan pemisahan
dengan metoda elektrogravimetri.

B. DASAR TEORI

Elektrogravimetri adalah suatu proses untuk menyelidiki zat


berupa logam dengan cara elektrolisis dimana logam akan mengendap pada
katoda. Dalam percobaan elektrogravimetri biasanya menggunakan
elektroda inert (lebih sering menggunakan platina) guna mencegah
terjadinya kopresipitasi (Soebagio.,et.al, 2005). Endapan dibentuk secara
elektrokimia, dengan kata lain analit dielektrolisis sehingga terjadi logam
sebagai endapan dikenal dengan elektrogravimetri (Didik dan Retno, 2010).

Pengukuran yang dilakukan dalam elektrogravimetri merupakan


pengukuran berat, zat atau analit yang hendak diukur jumlahnya di dalam
larutannya akan dipisahkan dari komponen lain yang terdapat di larutan
tersebut. Elektrogravimetri biasanya melibatkan proses pelapisan maupun
pengendapan suatu logam pada katoda yang telah diketahui beratnya, yang
kemudian perlu ditimbang kembali setelah elektrolisis guna mengetahhui
berat logam yang melapisinya atau mengendap (Underwood, 1999).
Hukum Faraday I menyatakan bahwa jumlah zat yang mengendap
pada elektroda akan berbanding lurus dengan jumlah coloumb yang mengalir.
Sedangkan Hukum Faraday II menyatakan bahwa jika jumlah coloumb yang
mengalir sama maka berat yang mengendap pada elektroda akan berbanding
lurus dengan gram ekivalen listrik (Hogness, 1954).
Elektrogravimetri juga berkaitan dengan Hukum Ohm. Dimana ohm
(hambatan) berbanding lurus dengan volt (tegangan) dan berbanding
terbalik dengan arus listrik dalam rumus 𝑅 = E/I, dimana R adalah
hambatan, E adalah tegangan, dan I adalah arus listrik (Soebagio et.al.,
2005).
Berdasarkan Hukum Faraday, jika w merupakan jumlah analit yang
mengendap pada elektroda dan Q merupakan jumlah qoloumb yang
mengalir pada larutan, sehingga dapat dituliskan sebagai w = Q, atau
coloumb sama dengan perkalian amphere dengan waktu dalam detik, dapat
dituliskan sebagai w = i × t, apabila persamaan di atas dihubungkan dengan
hukum faraday maka di dapat rumus :

Dengan : W = berat zat yang diendapkan (gram) e = berat ekivalen zat


i = kuat arus (amphere)
t = waktu elektrolisis (detik)
F = bilangan Faraday (96500 coloumb) (Dasli & dkk, 1997).
Bilangan Faraday merupakan banyaknya listrik yang diperlukan agar
satu gram ekivalen zat mengendap atau larut. Berat ekivalen suatu zat
merupakan massa atom zat tersebut dibagi dengan valensinya. Sehingga
persamaan diatas dapat ditulis sebagai :

Sehingga rumus dapat berubah menjadi :


𝑤 =𝑎×𝑖×𝑡
Dengan rumus persamaan tersebut maka kita dapat menghitung berat
endapan secara teoritis (Tim Penyusun Kimia Analisis, 2015).
Dalam melarutkan material yang menganding Cu(II) perlu mengubah
dulu agar menjadi garamnya dengan menambahkan larutan H2SO4 atau
HNO3 atau terkadang campuran dari keduanya. Kadar asam tidak boleh
terlalu tinggi karena jika terlalu tinggi endapan tidak mau mengendap atau
melekat. Terkadang supaya endapan mengkilat, ke dalam larutan ditetesi
larutan HCl.
Ion nitrat yang digunakan dapat bekerja sebagai depolisator pada katoda
dengan persamaan : NO3- + 10H+ + 8e-  NH4+ + 3H2O

Tegangannya akan menurun untuk melepaskan muatan. Senyawa nitrat yang


dicampurkan dalam larutan hendaklah bebas dari nitrit, karena nitrit dapat
menyulitkan proses pengendapan di katoda.

Reaksi yang berlangsung selama proses elektrolisis adalah sebagai berikut :

Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)

H+(aq) + e-  ½ H2(g)

Anoda : 2OH-(aq)  ½ O2(g) + H2O(l) + 2e-


Cu2+(aq) + 2OH-(aq)  Cu(aq) + H2O(l) + ½ O2(g) (Soebagio, et.al.,
2005).
Efensiensi arus dihitung dengan membandingkan jumlah zat yang
mengendap pada katoda secara percobaan dan secara teoritis. Guna
menghitung efensiensi arus diperlukan data lama elektrolisis dan kuat arus
yang mengalir selama proses elektrolisis (Tim Penyusun Kimia Analisis,
2015).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat :
1. Labu takar 2. Gelas kimia 250 mL dan 100 3. Pipet volume
100 mL mL

4. Ball pipet 5. Pengaduk 6. Pipet tetes

7. Stopwatch 8. Seperangkat alat elektrolisis 9. Neraca analitik


Bahan- bahan :

1. Kawat platina (anoda)

2. Cawan nikel (katoda)

3. Larutan sampel CuSO4

4. Aseton

5. Larutan heksasianoferat

6. Larutan asam nitrat encer

7. Larutan asam sulfat pekat

RANGKAIAN ALAT
D. PROSEDUR KERJA
E. DATA PERCOBAAN

No
Jenis Pengamatan Hasil
.
1. Beda potensial (V) 3 Volt
2. Kuat arus (i) 0,25 A
3. Waktu elektrolisis (t) 164 menit (9.840 s)
4. Massa atom relatif zat (Cu) 63,546 gr/mol
5. Valensi 2
6. Volume sampel 25 ml
7. Massa kawat platina (anoda) 3,039 gram
8. Massa cawan nikel (elektroda) 52,484 gram
9. Massa cawan nikel + endapan 53,191 gram
10. Massa endapan 0,707 gram
11. Warna endapan Coklat kemerahan

F. REAKSI DAN PERHITUNGAN


Reaksi

Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)

H+(aq) + e-  ½ H2(g)

Anoda : 2OH-(aq)  ½ O2(g) + H2O(l) + 2e-


Cu2+(aq) + 2OH-(aq)  Cu(aq) + H2O(l) + ½ O2(g)

1. Berat tembaga (Cu) secara teoritis


e ×i ×t
W=
96500
Ar Cu ×i× t
W=
valensi × 96500
gr
63,546 ×0,25 A × 9.840 s
W= mol
2 ×96500
W = 0,810 gram

2. Berat tembaga (Cu) secara percobaan


a. Massa endapan Cu
Massa endapan Cu = (massa cawan nikel + endapan) – massa cawan nikel
Massa endapan Cu = 53,191 gram – 52,484 gram
Massa endapan Cu = 0,707 gram
b. Kadar Cu dalam sampel
100 massa endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 volume sampel
100 0,707 gram
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 25 ml
Kadar Cu dalam sampel = 2,828%

c. Efisiensi Arus
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi = × 100 %
berat endapan secara teori
0,707 gram
Efisiensi = × 100 %
0,810 gram
Efisiensi = 87,284%

G. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Elektrogravimetri” dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 04 Oktober 2021 secara daring. Percobaan ini memiliki tujuan agar
setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan terampil dalam melakukan
pemisahan metode elektrogravimetri. Metode yang dipakai dalam praktikum ini
adalah metode elektrolisis menggunakan katoda berupa kruss nikel dan anoda
berupa kawat platina. Zat yang akan diendapkan di katoda adalah logam Cu dalam
larutan sampel.
Sebelum elektrolisis dijalankan, langkah yang harus dilakukan adalah
membersihkan katoda (kruss nikel) dengan menggunakan amplas guna
menghilangkan karat atau pengotor lain yang kemungkinan bisa mengganggu
jalannya reaksi saat elektrolisis. Setelah katoda bersih, langkah selanjutnya yaitu
menimbang katoda dan anoda berupa kawat platina menggunakan neraca analitik
serta mencatat hasilnya.
Di dalam elektrolisis diperlukan larutan elektrolit yang salah ssatu zat
didalamnya akan diendapkan di katoda. pada percobaan ini akan mengendapkan
logam Cu. Sebelumnya material atau larutan yang mengandung Cu(II) hendaklah
dilarutkan dengan H2SO4 dan HNO3 agar menjadi larutan garamnya yakni
CuSO4. Namun, asam yang digunakan tidak boleh terlalu kuat agar tidak
menghambat melekatnya endapan di katoda. Cara membuat larutannya yaitu
dengan memipet larutan Cu(II) sebanyak 25 ml dengan pipet ukur lalu
memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian menambahkan asam sulfat
pekat 2 ml dan asam nitrat pekat 1 ml menggunakan pipet ukur dan dilarutkan ke
dalam labu ukur tadi, kemudian menuangkan akuades hingga tanda batas pada
labu ukur (100 ml). Setelah itu, digojog sebentar dan larutan siap digunakan.
Larutan yang terbentuk berwarna biru cerah.
Alat elektrolisis kemudian dirangkai dengan kruss nikel sebagai katoda
dan pita platina sebagai anoda, serta disambungkan ke multimeter (avometer).
Katoda akan dijepit oleh kabel yang terhubung pada skala penunjuk besaran kuat
arus pada multimeter, sedangkan anoda akan dijepit oleh kabel yang mengarah
pada skala penunjuk besaran tegangan pada multimeter. Saat semuanya siap maka
larutan yang tadi sudah dibuat dituangkan ke dalam kruss nikel dan nyalakan
multimeter serta pasang pada tegangan 3 volt. Saat elektrolisis berlangsung perlu
diperhatikan pada bagian ampheremeter menunjukan angka berapa. Reaksi yang
terjadi pada proses elektrolisis adalah sebagai berikut

Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)

H+(aq) + e-  ½ H2(g)

Anoda : 2OH-(aq)  ½ O2(g) + H2O(l) + 2e-


Cu2+(aq) + 2OH-(aq)  Cu(aq) + H2O(l) + ½ O2(g)

Selama proses elektrolisis jika larutan mulai jernih, mengambil beberapa


tetes dengan pipet tetes dan diletakkan di gelas kimia lalu diuji dengan
heksasianoferat(II), reaksi antara heksasianoferat(II) dengan logam Cu(II) akan
membentuk endapan coklat kemerahan kompleks Cu2[Fe(CN)6] dalam reaksi
2Cu2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq)  Cu2[Fe(CN)6](s)

yang menandakan masih terdapat ion Cu(II) di dalamnya. Pada percobaan saat
pengambilan pertama masih terdapat endapan coklat dan kemudian dilanjutkan
elektrolisis kembali kemudian diuji lagi hingga tidak ada endapan yang terbentuk.
Setelah tidak terdapat endapan, kemudian larutan dipindahkan dan katoda
ditimbang. Massa endapan Cu dihitung dengan rumus :
Massa endapan Cu = (massa cawan nikel + endapan) – massa cawan nikel
Kemudian kadar Cu daoat diketahui dengan rumus :
100 massa endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 volume sampel
Efisiensi arus adalah perbandingan antara massa yang terjadi dari
percobaan dibgai dengan massa yang terjadi secara teoritis atau ditulis sebagai
berikut :
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi = × 100 %
berat endapan secara teori
Secara teoritis, efisiensi arus elektrolisis tergantung pada arus elektrolisis,
temperature, kecepatan alir, konsentrasi, dan jenis anolyte, serta desain pada sel
tersebut (Bray, Iet.al., 1986).
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum yaitu :
1. Pengujian keberadaan Cu (II) dengan larutan heksasianoferat tidak
dilakukan dengan teliti.
2. Kualitas alat yang kurang baik.
3. Kesalahan saat mengukur larutan.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dengan judul elektrogravimetri, dapat disimpulkan
bahwa pemisahan logam Cu dari sampel dapat dilakukan dengan metode
elektrogravimetri. Endapan Cu (II) yang diperoleh pada percobaan sebanyak
0,707 gram. Kadar Cu (II) yang diperoleh sebesar 2,828% dan efisiensi arus
sebesar 87,284%.

I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Hitung kadar tembaga (II) dalam persen dari larutan sampel mula-mula!
a. Massa endapan Cu
Massa endapan Cu = (massa cawan nikel + endapan) – massa cawan nikel
Massa endapan Cu = 53,191 gram – 52,484 gram
Massa endapan Cu = 0,707 gram

b. Kadar Cu dalam sampel


100 massa endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 volume sampel
100 0,707 gram
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 25 ml
Kadar Cu dalam sampel = 2,828%
2. Hitung effisiensi arusnya!
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi = × 100 %
berat endapan secara teori
0,707 gram
Efisiensi = × 100 %
0,810 gram
Efisiensi = 87,284%

DAFTAR PUSTAKA
Bray,J.L.,Ryan,L.A.,Wheelwright,E.J. (1986). "Electrochemical Processfor
Dissolving Plutonium Dioxide and Leaching Plutonium from Scrapon
Wastes",AICE,Miami,Florida.
Dasli, & dkk. (1997). Diktat Kimia Analitik. Padang: Universitas Ardalas.
Hogness. (1954). The Lancet. Ney York: National Academia of Sciene.
Ddidik dan Retno. (2010). Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soebagio, Budiasih, E., Ibnu, M. S., Widarti, H. R., & Munzil. (2005). Kimia
Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Tim Penyusun Kimia Analisis. (2015). Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan
Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Underwood, A. L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai