Disusun oleh :
Nama : Tengku Khadijah Nurul Hanifah
NIM/Prodi : 20307141028/Kimia
Kelas : B
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2021
Tanggal Pengumpulan : 11 Okober 2021
B. DASAR TEORI
H+(aq) + e- ½ H2(g)
4. Aseton
5. Larutan heksasianoferat
RANGKAIAN ALAT
D. PROSEDUR KERJA
E. DATA PERCOBAAN
No
Jenis Pengamatan Hasil
.
1. Beda potensial (V) 3 Volt
2. Kuat arus (i) 0,25 A
3. Waktu elektrolisis (t) 164 menit (9.840 s)
4. Massa atom relatif zat (Cu) 63,546 gr/mol
5. Valensi 2
6. Volume sampel 25 ml
7. Massa kawat platina (anoda) 3,039 gram
8. Massa cawan nikel (elektroda) 52,484 gram
9. Massa cawan nikel + endapan 53,191 gram
10. Massa endapan 0,707 gram
11. Warna endapan Coklat kemerahan
H+(aq) + e- ½ H2(g)
c. Efisiensi Arus
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi = × 100 %
berat endapan secara teori
0,707 gram
Efisiensi = × 100 %
0,810 gram
Efisiensi = 87,284%
G. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Elektrogravimetri” dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 04 Oktober 2021 secara daring. Percobaan ini memiliki tujuan agar
setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan terampil dalam melakukan
pemisahan metode elektrogravimetri. Metode yang dipakai dalam praktikum ini
adalah metode elektrolisis menggunakan katoda berupa kruss nikel dan anoda
berupa kawat platina. Zat yang akan diendapkan di katoda adalah logam Cu dalam
larutan sampel.
Sebelum elektrolisis dijalankan, langkah yang harus dilakukan adalah
membersihkan katoda (kruss nikel) dengan menggunakan amplas guna
menghilangkan karat atau pengotor lain yang kemungkinan bisa mengganggu
jalannya reaksi saat elektrolisis. Setelah katoda bersih, langkah selanjutnya yaitu
menimbang katoda dan anoda berupa kawat platina menggunakan neraca analitik
serta mencatat hasilnya.
Di dalam elektrolisis diperlukan larutan elektrolit yang salah ssatu zat
didalamnya akan diendapkan di katoda. pada percobaan ini akan mengendapkan
logam Cu. Sebelumnya material atau larutan yang mengandung Cu(II) hendaklah
dilarutkan dengan H2SO4 dan HNO3 agar menjadi larutan garamnya yakni
CuSO4. Namun, asam yang digunakan tidak boleh terlalu kuat agar tidak
menghambat melekatnya endapan di katoda. Cara membuat larutannya yaitu
dengan memipet larutan Cu(II) sebanyak 25 ml dengan pipet ukur lalu
memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian menambahkan asam sulfat
pekat 2 ml dan asam nitrat pekat 1 ml menggunakan pipet ukur dan dilarutkan ke
dalam labu ukur tadi, kemudian menuangkan akuades hingga tanda batas pada
labu ukur (100 ml). Setelah itu, digojog sebentar dan larutan siap digunakan.
Larutan yang terbentuk berwarna biru cerah.
Alat elektrolisis kemudian dirangkai dengan kruss nikel sebagai katoda
dan pita platina sebagai anoda, serta disambungkan ke multimeter (avometer).
Katoda akan dijepit oleh kabel yang terhubung pada skala penunjuk besaran kuat
arus pada multimeter, sedangkan anoda akan dijepit oleh kabel yang mengarah
pada skala penunjuk besaran tegangan pada multimeter. Saat semuanya siap maka
larutan yang tadi sudah dibuat dituangkan ke dalam kruss nikel dan nyalakan
multimeter serta pasang pada tegangan 3 volt. Saat elektrolisis berlangsung perlu
diperhatikan pada bagian ampheremeter menunjukan angka berapa. Reaksi yang
terjadi pada proses elektrolisis adalah sebagai berikut
H+(aq) + e- ½ H2(g)
yang menandakan masih terdapat ion Cu(II) di dalamnya. Pada percobaan saat
pengambilan pertama masih terdapat endapan coklat dan kemudian dilanjutkan
elektrolisis kembali kemudian diuji lagi hingga tidak ada endapan yang terbentuk.
Setelah tidak terdapat endapan, kemudian larutan dipindahkan dan katoda
ditimbang. Massa endapan Cu dihitung dengan rumus :
Massa endapan Cu = (massa cawan nikel + endapan) – massa cawan nikel
Kemudian kadar Cu daoat diketahui dengan rumus :
100 massa endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = × ×100 %
100 volume sampel
Efisiensi arus adalah perbandingan antara massa yang terjadi dari
percobaan dibgai dengan massa yang terjadi secara teoritis atau ditulis sebagai
berikut :
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi = × 100 %
berat endapan secara teori
Secara teoritis, efisiensi arus elektrolisis tergantung pada arus elektrolisis,
temperature, kecepatan alir, konsentrasi, dan jenis anolyte, serta desain pada sel
tersebut (Bray, Iet.al., 1986).
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum yaitu :
1. Pengujian keberadaan Cu (II) dengan larutan heksasianoferat tidak
dilakukan dengan teliti.
2. Kualitas alat yang kurang baik.
3. Kesalahan saat mengukur larutan.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dengan judul elektrogravimetri, dapat disimpulkan
bahwa pemisahan logam Cu dari sampel dapat dilakukan dengan metode
elektrogravimetri. Endapan Cu (II) yang diperoleh pada percobaan sebanyak
0,707 gram. Kadar Cu (II) yang diperoleh sebesar 2,828% dan efisiensi arus
sebesar 87,284%.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Hitung kadar tembaga (II) dalam persen dari larutan sampel mula-mula!
a. Massa endapan Cu
Massa endapan Cu = (massa cawan nikel + endapan) – massa cawan nikel
Massa endapan Cu = 53,191 gram – 52,484 gram
Massa endapan Cu = 0,707 gram
DAFTAR PUSTAKA
Bray,J.L.,Ryan,L.A.,Wheelwright,E.J. (1986). "Electrochemical Processfor
Dissolving Plutonium Dioxide and Leaching Plutonium from Scrapon
Wastes",AICE,Miami,Florida.
Dasli, & dkk. (1997). Diktat Kimia Analitik. Padang: Universitas Ardalas.
Hogness. (1954). The Lancet. Ney York: National Academia of Sciene.
Ddidik dan Retno. (2010). Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soebagio, Budiasih, E., Ibnu, M. S., Widarti, H. R., & Munzil. (2005). Kimia
Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Tim Penyusun Kimia Analisis. (2015). Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan
Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Underwood, A. L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.