Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Percobaan berjudul “Elektrogravimetri” ini bertujuan untuk memisahkan dan


menentukan kadar ion Cu2+ dalam suatu cuplikan secara elektrogravimetri. Elektrogravimetri
adalah suatu cara penyelidikan zat berupa logam yang diendapkan di katoda dengan metode
elektrolisis (Soebagio, 2003). Prinsip dari percobaan ini adalah pengendapan logam Cu dari
larutannya dengan cara reduksi menggunakan potensial listrik. Dimana pengendapan logam
tersebut terjadi karena kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda yang memerlukan
elektron dan kutub positif sumber arus mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif
dan menarik kation-kation logam yang mengalami reduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya,
anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang teroksidasi menjadi gas. Sehingga di
sekitar elektroda positif (anoda) akan tampak gelembung-gelembung gas yang muncul saat proses
elektrolisis berlangsung. Elektrogravimetri adalah metode pemisahan yang mengubah energi
listrik menjadi energi kimia.
Prosedur pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menyiapkan elektroda.
Langkah pertama yaitu menyiapkan elekroda Cu dan karbon. Kemudian, elektroda yang berupa
kawat Cu spiral dibersihkan dengan cara diamplas sampai zat pengotor CuO yang melapisi kawat
tembaga dapat hilang sehingga warna kawat Cu menjadi kuning keemasan. Alasan elektroda Cu
dibentuk spiral adalah untuk meminimalisir rontoknya endapan Cu yang menempel pada elektroda.
Jika elektroda Cu dibuat lurus maka endapan yang menempel akan mudah rontok akibat tarikan
gaya gravitasi bumi. Kemudian elektroda Cu ditimbang untuk mengetahui banyaknya endapan Cu
yang menempel. Berat elektroda Cu hasil penimbangan adalah 2,243 gram. Kemudian elektroda
Cu dan C tersebut dipasang pada alat elektroanalisis sehingga terbentuk rangkaian alat
elektroanalisier.
Prosedur kedua yaitu meakukan elektrolisis. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menyiapkan 50 ml larutan cuplikan CuSO4 berwarna biru dimasukkan ke dalam gelas
kimia. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan HNO3 5 M tidak berwarna. Penambahan HNO3
sebagai depolizer atau buffer potensial yang berfungsi untuk mencegah reduksi H+ yang berasal
dari H2O (pemberi sasana asam). Karena konsentrasi Cu2+ diturunkan dengan elektroreduksi dan
katoda menjadi lebih negatif sampai reduksi nitrat terjadi (Day & Underwood, 1998). Jika H+ yang
terlalu banyak pada larutan akan mengganggu jalanya reaksi karena H+ akan menempel pada
katoda yang dapat menghalangi Cu yang akan menempel pada katoda. Dalam peristiwa ini terjadi
persaingan antara Cu2+ dan H+ untuk menempel pada katoda . Akibat inilah yang menyebabkan
rendemen yang dihasilkan oleh Cu2+ akan berkurang. Jika elektrolsis berlangsung tanpa
penambahan HNO3, maka yang tereduksi terlebih dahulu adalah H+ karena H+ lebih cepat tereduksi
daripada Cu2+. Setelah penambahan HNO3 larutan tetap berwarna biru. Langkah selanjutnya
setelah penambahan HNO3 adalah menempatkan larutan CuSO4 yang sudah ditambahkan HNO3
pada alat elektroanalisier sampai kedua elektroda masuk ke dalam larutan. Kemudian dielektrolisis
pada potensial 5 V dan kuat aru 0,5 A. Saat proses elektrolisis berlangsung, terbentuk gelembng-
gelembung gas pada elektroda karbon. Kemudian dihentikan elektrolisis seelah 10 menit
berlangsung. Terbentuk endapan merah bata pada katoda, larutan cuplikan menjadi berwarna biru
pudar. Kemudian diambil katoda dan dimasukkan ke dalam larutan aseton secara perlahan.
Penambahan aseton bertujuan untuk membersihkan endapan dari zat pengotor yang ikut
mengendap. Lalu dikeringkan dan ditimbang berat katoda. Berat elektroda Cu dan endapan Cu
yang terbentuk adalah sebesar 2,265 gram. Sehingga berat endapan Cu yang terbentuk dapat
dihitung melalui rumus ∆𝑊 = 𝑊2 -𝑊1 (Day & Underwood, 1998) menghasilkan berat endapan Cu
sebesar 0,022 gram.
Pada percobaan ini, digunakan elektroda carbon. Hal ini disebabkan karena elektroda karbon
merupakan elektroda inert (Didik & Retno, 2010) yang dapat bekerja baik sebagai elektroda
indikator, yang berfungsi untuk membangkitkan kecenderungan sistem tersebut dalam mengambil
atau melepaskan elektron tanpa ikut secara nyata dalam reaksi redoks.
Namun, pada percobaan digunakan arus sebesar 0,5 A dan dengan poensial sebesar 15 V. Hal
ini dikarenakan pada analisa ion Cu2+ dalam larutan tersebut digunakan cara cepat dengan
pengadukan. Pada analisa elektrogravimetri ini yang ditentukan adalah logam Cu yang mengendap
pada katoda karena ion Cu2+ mengalami reduksi dan pada anoda mengalami okdidasi hal ini
ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas yang terbentuk pada larutan. Pada perlakuan
ini sesuai dengan persamaan reaksi reduksi oksidasi dalam (Day & Underwood, 1998)
Katoda : Cu2+ + 2e- → Cu (s) E° sel = 0,34 V
Anoda : 2H2O + 2e → 2OH + H2 (g)
_ -
E° sel = -0, 83 V
Dari hasil percobaan, dihasilkan berat endapan Cu yang terbentuk sebesar 0,022 gram.
Presentase perbandingan antara berat endapan yang terbentuk pada saat praktikum dengan berat
endapan yang terbentuk secara perhitungan menggunakan rumus %𝑊 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
× 100% adalah sebesar 22,289%. Nilai presentase tersebut
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
menunjukkan bahwa hasil praktikum tidak sesuai dengan teori. Dimana berat endapan Cu yang
𝑒 ×𝑖 ×𝑡
seharusnya terbentuk berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus 𝑊 = (Riyanto,
96500
2013) adalah 0,0987 gram, sedangkan endapan yang terbentuk pada hasil percobaan adalah sebesar
0,022 gram. Hal ini disebabkan pada percobaan digunakan voltase 15 V tidak sesuai dengan
prosedur yang memerintahkan besarnya voltase sebesar 5 V. Penggunaan voltase sebesar 15 V
dimaksudkan agar proses elektolisis dapat berjalan lebih cepat. Namun, besarnya voltase
berpengaruh terhadap kecepaan reaksi yang terjadi. Jika mengunakan voltase standar yaitu 5 V,
maka reaksi yang berjalan stabil dan endapan yang terbentuk banyak, sedangkan saat
menggunakan voltase dengan kapasitas 15 V seperti yang dilakukan pada percobaan, reaksi
berjalan terlalu cepa sehingga endapan lebih sedikit terbentuk.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ion Cu pada cuplikan dapat dipisahkan menggunakan metode elekrogravimetri dengan
bantuan potensial lisrik.
2. Berat endapan Cu yang dihasilkan adalah 0,022 gram tidak sesuai dengan perhitungan
teoritis yang menghasilkan endapan sebesar 0,0987 gram.
3. Kadar ion Cu yang diperoleh sebesar 22,289%.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A dan Underwood, A. L. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif (Edisi keenam). Lis Sopyan,
Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Didik dan Retno. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riyanto, dkk. 2013. Elektrokimia dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai