Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN : Pengenalan Jenis-jenis Karbohidrat


B. WAKTU PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2019, Pukul 07.30 WIB
C. SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2019, Pukul 12.00 WIB
D. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida
3. Melakukan pengujian adanya gula pereduksi
4. Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida
5. Menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida
E. DASAR TEORI
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen
yang terdapat di alam. Senyawa ini pernah disangka “hidrat dari karbon”,
sehingga disebutlah karbohidrat. Pada tahun 1880 dinyatakan bahwa
gagasan “hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang salah dan
sebenarnya karbohidrat adalah polihidroksi aldehida dan keton atau
turunan keduanya (Fessenden & Fessenden, 1986).
Karbohidrat terdiri dari 3 kelompok yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat
yang paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang
dihidrolisis menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan
polisakarida merupakan monomer-monomer yang berasal dari
monosakarida (Respati, 1990).

Monosakarida:

atau
Glukosa

atau

Fruktosa
Disakarida:

Sukrosa laktosa
Polisakarida:

Amilosa
a. Monosakarida atau gula sederhana terdiri dari hanya satu unit
polisakarida aldehid atau keton. Menurut Lehninger (1982),
monosakarida yang paling sederhana yaitu gliseraldehid dan
dihidroksiaseton. Contoh monosakarida yang penting yaitu glukosa,
fruktosa, galaktosa, dan pentosa. Monosakarida.
1. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa)
yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh kebanyakan sel
heterotrofik (Stansfield, 2006).
Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan
merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa
lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk
memperoleh energi. Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa
dan galaktosa) diubah menjadi glukosa atau zat antara dalam
metabolisme glukosa (Williams, 2005).

Gambar rumus fischer glukosa


2. Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa.
Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya
berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang
terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis
jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air.
Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi

Gambar (a) rumus fischer galaktosa (b) rumus hawort galaktosa


3. Fruktosa
Fruktosa (bahasa Inggris: fructose, levulose), atau gula
buah, adalah monosakarida yang ditemukan di banyak jenis
tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting
bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa langsung
diserap ke aliran darah selama pencernaan. Fruktosa ditemukan
oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun
1847. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih,
berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam air.
Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon
buah, bunga, beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat
berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa
(Habibana, 2014).
Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon.
Fruktosa merupakan isomer dari glukosa; keduanya memiliki
rumus molekul yang sama (C6H12O6) namun memiliki struktur
yang berbeda (Habibana, 2014).

Gambar rumus fischer fruktosa

b. Oligosakarida (bahasa yunani oligos “sedikit”) terdiri dari rantai


pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh
ikatan kovalen. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dialam
ialah disakarida. Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang
banyak dikonsumsi oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap molekul disakarida akan terbentuk dari gabungan 2 molekul
monosakarida. Golongan disakarida yaitu sukrosa yang terbentuk
dari gabungan 1 molekul glukosa dan fruktosa, maltosa yaitu suatu
disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung
(amilum) yang tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa,
laktosa yang terbentuk dari gabungan 1 molekul glukosa &
galaktosa, dan trehalosa . Oligosakarida yang lain ialah trisakarida
yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida
yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Golongan yang
termasuk oligosakarida adalah rafinosa yang bila dihidrolisis
menjadi galaktosa, glukosa, dan fruktosa (Lehninger, 1982).
c. Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau
ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida seperti selulosa,
mempunyai rantai linear. Sedangkan yang lain seperti glikogen,
mempunyai rantai bercabang (Maggy, 1990). Polisakarida umunya
berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak
mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi.
Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum,
glikogen, dekstrin, dan selulosa.
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung
banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan
glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan menghasilkan
monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa.
Berikut beberapa polisakarida terpenting.
4. Selulosa Menurut Budiman (2009) Selulosa merupakan
polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung
seperti batang, dahan, daun dari tumbuhtumbuhan. Selulosa
merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang.
Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus
dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam
air menghasilkan Dglukosa.
5. Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida yang kita kenal sebagai gula pasir.
Selain terdapat pada tebu dan bit, sukrosa juga dapat ditemukan
ditanaman lain seperti nanas dan wortel. Hidrolisis dengan enzim
sukrase, sukrosa akan terpecah dan menghasilkan satu molekul
glukosa dan satu molekul fruktosa. Sukrosa digunakan sebagai zat
pemanis secara langsung dan untuk mengawetkan buah dalam
kaleng (Marzuki,2010.)

6. Ailum
Pati atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat
banyak di alam terutama pada sebagian besar tumbuhan. Amilum
terdapat pada umbi, batang, daun, dan biji-bijian. Amilum terdiri
atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (20 - 28%) dan sisanya amilopektin.
Amilum dapat dihidrolisis dengan sempurna menggunakan enzim
amilase (Marzuki, 2010).

Amilosa

Amilopektin
Ada beberapa uji kualitatif Karbohidrat diantaranya yaitu :
1. Uji Molish
Pereaksi Molish adalah α-naftol dalam alcohol 95%. Reaksi ini sangat
efektif untuk uji senyawa-senyawa yang dapat di dehidrasi oleh asam sulfat
pekat menjadi senyawa furfural atau furfural yang tersubtitusi. Seperti
hidroksimetilfurfural. Warna merah ungu yang terasa disebabkan oleh
kondensasi furfural atau turunannya dengan α-naftol.
Selain dari furfural dapat terkondensasi dengan bermacam-macam
senyawa fenol atu amin memberikan turunan yang berwarna. Uji molish
adala uji umum untuk karbohidrat walaupun hasilnya bukan merupakan
reaksi yang spesifik untuk karbohidrat. Hasil yang negatif merupakan
petunjuk yang jelas tidak adanya karbohidrat dalam sample (Yazid dan
Nursanti, 2006).
2. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat golongan
ketosa. Uji ini didasarkan atas terjadinya perubahan fruktosa oleh asam
klorida panas menjadi asam levulenat dan 4-hidroksimetil furfural, yang
selanjutnya terjadi kondensasi 4-hidroksimetil furfural dengan resorsonol
(1,3-dihydroksibenzen) yang dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa
memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohidrat lain
dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama (Yazid dan
Nursanti, 2006)..
3. Uji Barfoed
Pereaksi Barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air yang
ditambahkan asam asetat atau asam laktat. Pereaksi ini digunakan untuk
membedakan monosakarida dan disakarida dengan cara mengontrol kondisi

percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Senyawa Cu2+ tidak


membentuk Cu(OH)2 dalam suasana asam. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat
oleh monosakarida dari pada oleh disakarida.
4. Uji Tollens
Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang
dapat digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid, -CHO menjadi asam
karboksilat, -COOH. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus aldehid
dapat dikenali melalui uji tollens. Contoh senyawa-senyawa yang sering diuji
dengan tollens adalah formalin, asetaldehid, dan glukosa.
Uji tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa
yang mengandung gugus karbonil, -CO-. Senyawa karbonil ini dapat berupa
aldehid, -CHO jika gugus karbonilnya terletak di ujung (atom C nomor 1), dan
dapat berupa keton, -CO- jika gugus karbonil berada di tengah rantai C, atau
paling tidak pada atom C nomor 2. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka
tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton. Pereaksi tollens ini dapat
dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula larutan ini direaksikan
dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat Ag2O yang terbentuk
dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk kompleks perak
amoniakal, Ag(NH3)2+(aq).
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)
Ag2O(s) + 4NH3(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) → 2Ag(NH3)2NO3(aq) +
2NaOH(aq)
5. Tes Fehling
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent
yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B
(NaOH dan KNa tartarat).
Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

R + 2Cu2+ + 5OH-  R O- + Cu2O↓ + 3H2O


endapan merah bata
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehid pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil
sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion
Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO.Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa
1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan
apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%,
endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Winarno, 1992).
6. Uji Benedict

Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau ketom bebas. Pereaksi
Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat. Pada proses reduksi
dalam dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti
sitrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium
bikarbonat. Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid bebas atau monoketo bebas.
Disakarida seperti maltosa dan laktosa dapat mereduksi larutan
Benedict karena mempunyai gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula
dipakai untuk memperkirakan konsentrasi karbohidrat bebas karena berbagai
konsentrasi karbohidrat akan memberikan intensitas warna yang berlainan
(Winarno, 1992).
7. Hidrolisa
Hidrolisa merupakan proses pemecahan karbohidrat kompleks menjadi
sederhana. Uji ini dilanjutkan dengan uji Fehling. Karbohidrat dengan berat
molekul tinggi akan terhidrolisis oleh asam, menghasilkan gula yang
penyusunnya sederhana. Uji ini dilakukan dengan mengubah polimer menjadi
monomer-monomer (Handayani, dkk, 2013).
8. Reaksi Pati dengan Iodium
Pati jika direaksikan dengan Iodium akan menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna biru/ungu. Iodine akan berada di bagian tengah
polimer amilosa yang berbentuk heliks. Akan tetapi struktur atau ikatan
antara iodium dengan pati belum diketahui dengan pasti. Intensitas warna
biru yang terjadi tergantung pada panjang unit polimer amilosa. Dextrin
dengan iodium akan menghasilkan warna merah anggur (Yazid dan Nursanti,
2006).
a. Reagen Molisch
Molisch yang (dinamai ahli botani Austria Hans Molisch)
adalah reagen kimia sensitif untuk mendeteksi karbohidrat, berdasarkan
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau asam klorida untuk
menghasilkan aldehida, yang mengembun dengan dua molekul fenol
(biasanya α- naftol, meskipun fenol lain (misalnya resorsinol, timol)
juga memberikan produk berwarna), menghasilkan senyawa-merah
atau ungu berwarna. Larutan uji dikombinasikan dengan sejumlah kecil
Molisch yang reagen (α-naftol dilarutkan dalam etanol) dalam tabung
reaksi. Setelah pencampuran, sejumlah kecil asam sulfat pekat
ditambahkan secara perlahan menuruni sisi miring tabung, tanpa
pencampuran, untuk membentuk lapisan. Reaksi positif ditunjukkan
dengan munculnya cincin ungu pada antarmuka antara asam dan uji
lapisan. Semua karbohidrat - monosakarida, disakarida, dan
polisakarida - harus memberikan reaksi positif, dan asam nukleat dan
glikoprotein juga memberikan reaksi positif, karena semua senyawa ini
akhirnya dihidrolisis menjadi monosakarida oleh asam mineral kuat.
Pentosa kemudian dehidrasi untuk furfural, sementara heksosa
mengalami dehidrasi sampai 5-hydroxymethylfurfural (Harisha, 2005).
b. H2SO4
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik)
yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam
sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utama industri kimia. Massa molar 98, 08 g/mol. Cairan bening tak
berwarna dan tak berbau. Derajat keasamannya memiliki pH 3.
Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia,
pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak (Agamanolis, 2005).
c. Larutan Yodium
Yodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada
tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini
diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Yodium adalah halogen
yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif.
Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan
lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat
sulit untuk mengkonfirmasikan hal ini. Yodium terutama digunakan
dalam medis, fotografi, dan sebagai pewarna. Seperti halnya semua
unsur halogen lain, yodium ditemukan dalam bentuk molekul diatomik
(Agamanolis, 2005).
d. Reagen Barfoed
Barfoed adalah reagen kimia yang digunakan untuk mendeteksi
adanya monosakarida. Hal ini didasarkan pada pengurangan tembaga
(II) asetat untuk tembaga (I) oksida (Cu2O), yang membentuk endapan
batu bata merah (Flinn, 2011).
RCHO + 2Cu2+ + 2H2O → RCOOH + Cu2O ↓ + 4H +
(Disakarida juga bereaksi, tetapi reaksi jauh lebih lambat.) Kelompok
aldehid dari monosakarida yang biasanya membentuk hemiasetal siklik
teroksidasi menjadi karboksilat tersebut. Sejumlah zat lain, termasuk
natrium klorida, dapat mengganggu. Hal ini ditemukan oleh kimiawan
Denmark Christen Thomsen Barfoed dan terutama digunakan dalam
botani. Reagen ini mirip dengan larutan Fehling untuk aldehida (Flinn,
2011).
e. Reagen Benedict
Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula
pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip pengujiannya sama dengan uji
menggunakan larutan Fehling. Gula pereduksi yang dapat diuji berupa
monosakarida, disakarida kecuali sukrosa. Larutan Benedict akan
menguji keberadaan gugus aldehida dan keton pada gula aldosa dan
ketosa. Larutan Benedict mengandung sodium sitrat, natrium karbonat
anhidrat, dan tembaga sulfit. 7H2O, dan semua garam tersebut
dilarutkan dalam air. Hasil positif yang ditunjukkan dari uji ini adalah
terbentukan endapan berwarna merah bata yang tidak larut. Endapan
merah bata diakibatkan reaksi dari ion logam tembaga(II) direduksi
menjadi tembaga (I) (Nigam, 2007).

F. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Tabung reaksi 16 buah
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Pipet tetes 8 buah
4. Gelas ukur 2 buah
5. Gelas kimia 2 buah
6. Pembakar spiritus 1 buah
7. Kaki tiga 1 buah
8. Kasa 1 buah
b. Bahan
1. Larutan glukosa secukupnya
2. Larutan sukrosa secukupnya
3. Larutan Amilum secukupnya
4. Larutan Laktosa secukupnya
5. Larutan Fruktosa secukupnya
6. Pereaksi Seliwanoff secukupnya
7. Pereaksi Tollens secukupnya
8. Pereaksi Barfoed secukupnya
9. Amoniak pekat secukupnya
10. Pereaksi Molisch secukupnya
11. H2SO4 pekat secukupnya
12. Pereaksi Benedict secukupnya
13. HCl 6 M secukupnya
14. Fehling A dan Fehling B secukupnya
15. NaOH 3 M secukupnya
16. NH4OH secukupnya
G. ALUR PERCOBAAN
H. HASIL PENGAMATAN
I. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Percobaan yang berjudul “Pengenalan Jenis-jenis Karbohidrat ini


bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan
karbohidrat, melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida,
melakukan pengujian adanya gula pereduksi, melakukan hidrolisis
polisakarida dan disakarida, dan menguji hasil hidrolisis disakarida dan
polisakarida.
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat di alam. Karbohidrat merupakan gagasan yang salah dan sebenarnya
karbohidrat adalah polihidroksi aldehida dan keton atau turunan keduanya
(Fessenden & Fessenden, 1986). Karbohidrat terdiri dari 3 kelompok yaitu
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan
karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang
dihidrolisis menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan
polisakarida merupakan monomer-monomer yang berasal dari monosakarida
(Respati, 1990).
1. Tes molisch
Uji molish adalah uji umum untuk karbohidrat walaupun hasilnya
bukan merupakan reaksi yang spesifik untuk karbohidrat. Hail positif ditandai
dengan terbentuknya larutan berwarna ungu. Hasil yang negatif merupakan
petunjuk yang jelas tidak adanya karbohidrat dalam sample (Yazid dan
Nursanti, 2006).
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
pada sampel yang diuji. Dasar dari percobaan ini adalah reaksi antara α-naftol
dengan furfural/ hidroksimetil furfural sehingga dihasilkan senyawa kompleks
berwarna ungu. Pada percobaan ini digunakan bahan glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa, dan amilum. Penambahan reagen Molisch bertujuan untuk mendeteksi
karbohidrat, berdasarkan dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau asam
klorida menghasilkan aldehida yang mengembun dengan dua molekul fenol
menghasilkan senyawa merah atau berwarna ungu. Sedangkan Penambahan
larutan H2SO4 pekat akan menghirolisis ikatan glikosidik (ikatan antara
monosakarida satu dengan monosakarida lainnya), menghasilkan
monosakarida selanjutnya yang didehidrasi menjadi furfural dan turunan
karbohidrat dalam uji molisch. Penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena
larutan tersebut bersifat eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat
melubangi dasar tabung reaksi. Kemudian ditambahkan H2O bertujuan untuk
mengencerkan larutan sehingga menghasilkan larutan berwarna ungu dan ada
endapan berwarna ungu.
a. Glukosa
Pada hasil percobaan glukosa, setelah penambahan H2SO4 larutan
berubah warna menjadi merah keunguan. Kemudian setelah ditambahkan 5 ml
air, warna larutan berubah menjadi ungu (++++) hal ini mengindikasikan
bahwa glukosa merupakan senyawa karbohidrat. Hasil percobaan tersebut
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa glukosa adalah monosakarida
berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh
kebanyakan sel heterotrofik (Stansfield, 2006). Dimana monosakarida
merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari hanya satu unit polisakarida
aldehid atau keton. Perubahan warna disebabkan karena glukosa terdehidrasi
oleh H2SO4 menjadi senyawa hidroksimetil furfural berwarna merah.
Kemudian setelah didiamkan dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah
menjadi berwarna ungu yang disebabkan karena terbentuknya senyawa
kompleks furfural yang berikatan dengan ion naftol dari reagen Molisch.
Mekanisme reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah:
Gambar mekanisme reaksi glukosa pada uji Molisch
b. Laktosa
Pada hasil percobaan laktosa, setelah penambahan H2SO4 larutan
berubah warna menjadi merah (+). Kemudian setelah ditambahkan 5 ml air,
warna larutan berubah menjadi ungu (+) hal ini mengindikasikan bahwa
laktosa merupakan senyawa karbohidrat. Hasil percobaan tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan golongan disakarida yaitu sukrosa, maltosa,
laktosa, dan trehalosa (Lehninger, 1982). Dimana disakarida merupakan jenis
karbohidrat yang terbentuk dari gabungan 2 molekul monosakarida.
Perubahan warna disebabkan karena laktosa terhidrolisis oleh H2SO4 sehingga
ikatan glikosida terputuus menjadi glukosa dan galaktosa, kemudian glukosa
dan galaktosa yang merupakan kelompok monosakarida tersebut terdehidrasi
menjadi senyawa hidroksimetil furfural berwarna merah. Kemudian setelah
didiamkan dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi berwarna
ungu yang disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks furfural yang
berikatan dengan ion naftol dari reagen Molisch. Mekanisme reaksi yang
terjadi dalam percobaan ini adalah:
c. Amilum
Pada hasil percobaan amilum, setelah penambahan H2SO4 larutan
berubah warna menjadi merah (++). Kemudian setelah ditambahkan 5 ml air,
warna larutan berubah menjadi ungu (++) hal ini mengindikasikan bahwa
amilum merupakan senyawa karbohidrat. Hasil percobaan tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa pati atau amilum merupakan
polisakarida yang terdapat banyak di alam terutama pada sebagian besar
tumbuhan (Marzuki, 2010). Dimana polisakarida merupakan jenis
karbohidrat polimer monosakarida yang mengandung banyak satuan
monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Perubahan warna
disebabkan karena amilum terhidrolisis sempurna oleh H2SO4 sehingga
ikatan glikosida terputus menjadi glukosa, kemudian glukosa yang
merupakan kelompok monosakarida tersebut terdehidrasi menjadi senyawa
hidroksimetil furfural berwarna merah. Kemudian setelah didiamkan dan
diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi berwarna ungu yang
disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks furfural yang berikatan
dengan ion naftol dari reagen Molisch. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam
percobaan ini adalah:

d. Sukrosa
Pada hasil percobaan sukrosa, setelah penambahan H2SO4 larutan
berubah warna menjadi merah (++). Kemudian setelah ditambahkan 5 ml air,
warna larutan berubah menjadi ungu (++) hal ini mengindikasikan bahwa
sukrosa merupakan senyawa karbohidrat. Hasil percobaan tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa Sukrosa adalah disakarida yang kita
kenal sebagai gula pasir (Marzuki, 2010). Dimana disakarida merupakan jenis
karbohidrat yang terbentuk dari gabungan 2 molekul monosakarida.
Perubahan warna disebabkan karena sukrosa terhidrolisis oleh H2SO4
sehingga ikatan glikosida terputus menjadi glukosa dan fruktosa, kemudian
glukosa yang merupakan kelompok monosakarida tersebut terdehidrasi
menjadi senyawa hidroksimetil furfural berwarna merah. Kemudian setelah
didiamkan dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi berwarna
ungu yang disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks furfural yang
berikatan dengan ion naftol dari reagen Molisch. Mekanisme reaksi yang
terjadi dalam percobaan ini adalah:

e. Fruktosa
Pada hasil percobaan fruktosa, setelah penambahan H2SO4 larutan
berubah warna menjadi merah (+++). Kemudian setelah ditambahkan 5 ml
air, warna larutan berubah menjadi ungu (+++) hal ini mengindikasikan
bahwa fruktosa merupakan senyawa karbohidrat. Hasil percobaan tersebut
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa fruktosa atau gula buah,
adalah monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan
merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama dengan glukosa
dan galaktosa, yang bisa langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan
(Habibana, 2014). Dimana monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang
terdiri dari hanya satu unit polisakarida aldehid atau keton. Perubahan warna
disebabkan karena fruktosa terdehidrasi oleh H2SO4 menjadi senyawa
hidroksimetil furfural berwarna merah. Kemudian setelah didiamkan dan
diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi berwarna ungu yang
disebabkan karena terbentuknya senyawa kompleks furfural yang berikatan
dengan ion naftol dari reagen Molisch. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam
percobaan ini adalah:
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa glukosa,
fruktosa, sukrosa, amilum, dan laktosa merupakan jenis senyawa karbohidrat.

2. Tes Seliwanof
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus ketosa
pada sampel. Uji selliwanof dalam pengujian ini golongan aldosa bereaksi,
sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk membentuk 4-hidroksi
metil furfural yang kemudian mengalami kondensasi dengan resorsinol, dan
akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah
orange. Dilakukannya pemanasan pada bahan uji yang telah diberi pereaksi
Selliwanof adalah untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan
kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna. Reaksi positif terjadi
jika, larutan berwarna merah.

J. KESIMPULAN
K. DAFTAR PUSTAKA
L. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai