Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA

TOPIK I REAKSI UJI KARBOHIDRAT

Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018


Asisten Lab : Heriani, S. Pd, M. Si
Percobaan ke- : 1 (satu)
Kelompok : 1 (satu)
Anggota :
1. Ahmaddinoor Kusuma S. (ACC 115 046)
2. Aik Sopiah (ACC 115 033)
3. Anastasia Dimas F. (ACC 115 034)
4. Anita Nurrada (ACC 115 022)
5. Asmy Dyah Hayunanda (ACC 115 015)

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangka Raya
2018
PERCOBAAN I
REAKSI UJI KARBOHIDRAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mempelajari dan memahami reaksi-reaksi uji pada karbohidrat.
1.2 Membedakan pati dari sakarida lainnya dengan uji iodine.

II. DASAR TEORI


Umumnya makanan mengandung tiga unsur yaitu karbohidrat, lemak
dan protein. Dari ketiga unsur tersebut yang merupakan sumber energi
utama bagi tubuh ialah karbohidrat. Karbohidrat ialah senyawa organik
dengan fungsi utama sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan
jaringan tubuh. Peran utama karbohidrat di dalam tubuh ialah menyediakan
glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi.
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik
yang tersusun dari atom karbon serta sejumlah besar gugus hidroksil.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana sehingga secara sederhana karbohidrat dapat dikatakan sebagai
bentuk polimer gula. Terdapat tiga golongan utama dari karbohidrat yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida atau gula
sederhana, terdiri dari hanya satu unit aldehid (yang disebut
polihidroksialdehid atau aldosa) atau keton (disebut polihidroksiketon atau
ketosa). Oligosakarida terdiri atas serangkaian rantai pendek dari unit
monosakarida yang digabungkan secara bersama-sama oleh ikatan kovalen.
Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan
unit monosakarida (Umar, 2008).
Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah karbon
yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling
sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksi aldehid atau aldosa)
atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan
pengertian diatas berarti diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H
dan O. Adapun rumus umum dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau
CnH2nOn (Wiraatmaja, 2011). Karbohidrat terdiri dari:

1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri
dan I gugus cincin. Contoh dan monosakarida yang banyak terdapat di
dalam set tubuh manusia adalah glukosa. fruktosa dan gataktosa.
Glukosa di datam industri pangan lebih dikenal sebagai dekstrosa atau
juga gula anggur. Di alam. gtukosa banyak lerkandung di dalam buah-
buahan. sayuran dan juga sirup jagung. Fmktosa dikenal juga sebagai
gula buah dan merupakan guta dengan rasa yang paling manis. Di atam
frukiosa banyak terkandung di dalam madu (bersama dengan glukosa).
dan juga terkandung diberbagai macam huah-buahan. Sedangkan
galaktosa merupakan karbohidrat hasil proses pencemaan lakiosa
sehingga tidak terdapat di alam secara bebas. Selain sebagai motekut
tunggal, monosakarida juga akan berfungsi sebagai molekul dasar bagi
pembentukan senyawa karbohidrat kompleks pall (.ctarch) atau
selulosa.
a) Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa. disebut juga dekstrosa
karena memutar bidang polanisasi kc kanan. (ulukosa merupakan
komponen utama gula darah. menyusun 0,065- 0,11% darah kita
Glukosa dapat terbentuk dan hidrolisis pati, glikogen. dan maltosa.
Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kim
menggunakannya Iangsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens
sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi (Budiman,2009).
b) Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang
terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam
bentuk laktosa. yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa
mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan
kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa. galaktosa juga
mempakan gula pereduksi (Budiman.2009). Galaktosa yang ditemukan
pada produk susu tentu otomatis akan sering masuk ke dalam tubuh kita
selama kita mengonsumsinya secara rutin. Tubuh kemudian akan
melakukan pemecahan terhadap laktosa hingga berubah menjadi
galaktosa dan dari situ galaktosa oleh enzim tubuh akan dipecah lagi
lebih jauh ke jenis gula yang lain lagi. Ketika konsumsi susu
berlebihan, maka galaktosa pun juga otomatis berlebih kadarnya di
dalam tubuh dan jumlah tingginya akan menumpuk di dalam sirkulasi
darah yang juga berpeluan tertimbun di dalam ovarium
c) Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga Ievulosa karena
memutar bidang polarisasi ke kiri Merupakan satu-satunya heksulosa
yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat
dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Fruktosa dapat
terbentuk dan hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa dan
fruktosa adalah salah satu gula pereduksi (Budiman,2009).

2) Disakarida
Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi
oleh inanusia di dalam kehidupan schari-hari. Setiap molekul disakarida
akan terbentuk dan gabungan 2 molekul monosakanda. Contoh
disakanda yang umum digunakan dalam konsumsi sehari-hari adalah
sukrosa yang terbentuk dan gabungan 1 molekul glukosa dan fruktosa
dan juga Iaktosa yang terbentuk dan gabungan I molekul glukosa dan
galaktosa. Di dalam produk pangan. sukrosa merupakan pembentuk
hampir 99% dan gula pasir atau gula meja (table sugar) yang biasa
digunakan dalam konsumsi sehari-hani sedangkan Iaktosa merupakan
karbohidrat yang banyak terdapat di dalam susu sapi dengan
konsentrasi 6.8 gr 1100 ml.
a) Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dan hidrolisis
parsial tepung (amilum). Maltosa tersusun dan molekul α-D-glukosa
dan β-D-glukosa. Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O-
sebagai penghubung antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-
glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida
pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase.
Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.

b) Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan dalam kehidupan sehari-hari
sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul
glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa
terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-
fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada 8
sukrosa. Jika diperhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon
karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam
air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki
gugus hemiasetal. Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa
tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
3) Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung
banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida.
Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida.
Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. Berikut beberapa
polisakarida terpenting
a) Selulosa
Menurut Budiman (2009) Selulosa mempakan polisakarida yang
banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung seperti batang, dahan,
daun dan tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan polimer yang berantai
panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa
merupakan polimer rantai lurus dan 1,4’- β -D-gIukosa. Hidrolisis
selulosa dalam HCI 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.
b) Amilum/pati
Pati yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel
tumbuhan ini berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan
berdiameter berkisar antara 5-50 nm. Pati terbentuk lebih dari 500
molekul monosakarida. Merupakan polimer dari glukosa. Pati terdapat
dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika
dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi
utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk
rantai dan jumlah monomernya. Komposisi kandungan amilosa dan
amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan dimana produk
pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin
mudah untuk dicerna.

Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan


kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang
digunakan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah test Molisch.
Ketika ada beberapa larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa larutan
tersebut mengandung karbohidrat atau tidak, test ini bisa dilakukan untuk
menentukan adanya kandungan karbohidrat. Larutan yang bereaksi positif
akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksi dengan
alphanaftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat
pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk
membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasi dengan
alphanaftol untuk membentuk produk berwarna (Pranata, 2004).
1. Uji Molisch
Dengan prinsip karbohidrat direaksikan dengan a-naftol dalam alkohol
kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat melalui dinding tabung,
(+) bila terbentuk cincin ungu (Sawhney, 2005).
2. Uji Barfoed
Pereaksi terdiri dari Cu-asetat dan asam asetat. Sampel ditambah
pereaksi kemudian dipanaskan,endapan merah bata menunjukkan (+)
monosakarida (Krause, 2006).
3. Uji Benedict
Pereaksi terdiri dari Cu-sulfat, Na-sitrat dan Na-karbonat.Sampel
ditambah pereaksi dan dipanaskan adanya endapan merah cokelat
menunjukkan adanya gula reduksi.
4. Uji Iodium
Larutan sampel diasamkan dengan HCl kemudian ditambah iodin
dalam larutan KI. Warna biru berati (+) adanya pati kalau warna merah
(+) glikogen.
5. Uji Seliwanoff
Pereaksi 3.5 ml resocsinol 0,5 % dengan 12 ml HCl pekat diencerkan
3,5 ml dengan aquades setelah sampel ditambah pereaksi dipanaskan.
Warna merah cerah menunjukkan positif adanya fruktosa dalam
makanan. (Winarno FG, 2004)
6. Uji Antron
Prinsip uji Antron sama dengan uji Seliwanof dan Molisch yaitu
menggunakan senyawa H2SO4 untuk membentuk senyawa furfural lalu
membentuk kompleks dengan pereaksi Antron sehingga terbentuk
warna biru kehijauan.
7. Uji Fehling
Pereaksi terdiri dari Cu-sulfat dalam suasana alkalis, NaOH, ditambah
Chelating Agent (kalium natrium tartrat). Ion Cu2+ akan direduksi
menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Pereaksi ini digunakan untuk menguji adanya gugus aldehid pada suatu
karbohidrat.
Cu2+ + karbohidrat Cu+
(dalam suasana basa, membentuk Cu2O)
Dalam larutan pekat, membentuk endapan warna merah bta, sedangkan
bila encer akan membentuk endapan hijau-kuning.

III. ALAT BAHAN


a. Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Rak Tabung Reaksi - 1buah
2. Tabung reaksi - 5 buah
3. Hot plate - 1 buah
4. Penjepit - 1 buah
5. Pipet tetes - 10 buah
6. Gelas ukur 100 ml 7 buah

b. Bahan
No Nama Bahan Satuan Jumlah
1. Larutan Gula ml 6 ml
2. Larutan Glukosa ml 6 ml
3. Larutan Laktosa ml 6 ml
4. Larutan Galaktosa ml 6 ml
5. Larutan Amilum ml 6 ml
6. Iodione ml 25 tetes
7. Larutan HNO3 ml 30 tetes
8. Larutan NaOH ml 30 tetes
9. Larutan AgNO3 ml 25 tetes
10. Fehling A ml 25 tetes
11. Fehling B ml 25 tetes
12. Aquades Secukupnya Secukupnya

IV. CARA KERJA


1. Uji Iodin
 Ditambahkan 5 tetes iodine pada 1 ml pada masing-masing larutan
karbohidrat (larutan Glukosa, larutan Galaktosa, larutan Laktosa,
larutan Amilum), pada tabung reaksi I ditambahkan 2 tetes air,
tabung reaksi II ditambahkan 2 tetes HNO3 6 M, dan tabung reaksi
III ditambahkan 2 tetes NaOH 6 N.
 Dikocok dan diperhatikan warna yang terbentuk.
 Dipanaskan tabung yang berwarna kemudian mendinginkannya.
 Dilakukan hal yang sama pada semua larutan karbohidrat lain.
 Dicatat hasil pengamatan.

2. Uji Fehling
 Diisi tabung reaksi dengan larutan fehling A dan Fehling B
 Ditambahkan 1 ml larutan sampel larutan karbohidrat dan
memanaskannya selama 5 menit.
 Dilakukan hal yang sama pada semua larutan sampel.
 Dicatat hasil pengamatan.

3. Uji Tollens
 Dicampurkan 1 ml AgNO3 kemudian 5tetes NaOH 10% (tetes
demi tetes) dan 3 tetes ammonia encer.
 Diaduk kemudian menambahkan 2 ml larutan sampel
(karbohidrat) diamkan selama 5 menit.
 Dipanaskan larutan jika tidak terjadi reaksi
 Dilakukan hal yang sama pada semua larutan sampel.
 Dicatat hasil pengamatan.

V. HASIL PENGAMATAN
A. Uji Iodine

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Ditambahkan 5 tetes iodine Larutan iodine : Oranye.
pada 1ml larutan
karbohidrat. Percobaan 1
dengan larutan gula. Pada
tabung reaksi 1 Larutan gula
ditambahkan H2O. Pada Larutan gula : Tak berwarna.
tabung reaksi 2 ditambah 2 1. Tb.1 + H2O : Oranye
tetes HNO3 6M, dan pada 2. Tb.2 + HNO3 : Oranye
tabung reaksi 3 3. Tb.3 + NaOH : Tak berwarna.
ditambahkan 2 tetes NaOH Tabung 1 dan 2 dipanaskan, warna larutan
6M. Dikocok dan tetap.
memperhatikan bentuk.
Larutan amilium
Larutan amilum : Tak berwarna
1. Tb.1 + H2O : oranye
2. Tb.2 + HNO3 : Oranye
3. Tb.3 + NaOH : Tak berwarna.
Tabung 1 dan 2 dipanaskan, warna tetap. Dan
ada endapan sedikit berwarna hitam

Larutan Laktosa
2. Dipanaskan tabung yang Larutan Laktosa : Tak berwarna
berwarna kemudian 1. Tb.1 + HNO3 : Oranye
mendinginkannya. 2. Tb.1 + HNO3 : Oranye
3. Tb.3 + NaOH : Tak berwarna
Tabung 1 dan 2 dipanaskan. Warna tetap.

Larutan Laktosa
3. Diulangi langkah 1 dan 2 Larutan Laktosa : Tak berwarna
dengan larutan karbohidrat 1. Tb.1 + HNO3 : Oranye
lain. 2. Tb.1 + HNO3 : Oranye
3. Tb.3 + NaOH : Tak berwarna
Tabung 1 dan 2 dipanaskan. Warna tetap.

Larutan Galaktosa
Larutan Galaktosa : Tak berwarna
1. Tb.1 + H2O : Oranye
2. Tb.2 + HNO3 : Oranye
3. Tb.3 + NaOH : Tak berwarna
Tabung 1 dan 2 dipanaskan , warna
larutan tetap.

B. Uji Fehling
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Diisi tabung reaksi dengan Fehling A : Tb 1 : Biru tua
fehling A dan fehling B. Fehling B : Tb 2 : Tak berwarna
1. Glukosa
Fehling A + Glukosa : Biru muda
(dipanaskan) : tetap
Fehling B + Glukosa : Bening
(dipanaskan) : Coklat tetap

2. Gula
Fehling A + Gula : Biru muda
(dipanaskan) : Tetap
Fehling B + Glukosa : Bening
(dipanaskan) : Coklat muda

3. Laktosa
Fehling A + Laktosa : Biru muda
(dipanaskan) : Tetap
Fehling B + Laktosa : Bening
(dipanaskan) , Coklat pekat

4. Galaktosa
Fehling A + galaktosa : Biru muda
(dipanaskan), Tetap
Fehling B + amilum : Tak berwarna.
(dipanaskan) : tetap
2. Ditambahkan 1 ml larutan 1. Glukosa
sampel karbohidrat dan Fehling A + Glukosa : Biru muda
memanaskannya. Diulangi (dipanaskan) : tetap.
hal yg sama pada semua Fehling B + Glukosa : Bening
sampel. (dipanaskan) : Coklat tetap
2. Gula
Fehling A + Gula : Biru muda
(dipanaskan) : Tetap
Fehling B + Glukosa : Bening
(dipanaskan) : Coklat muda

3. Laktosa
Fehling A + Laktosa : Biru muda
(dipanaskan) : Tetap
Fehling B + Laktosa : Bening
(dipanaskan) , Coklat pekat

4. Galaktosa
Fehling A + galaktosa : Biru muda
(dipanaskan), Tetap
Fehling B + amilum : Tak berwarna.
(dipanaskan) : tetap

C. Uji Tollens
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Dicampurkan 1 ml AgNO2 AgNO3 : bening
kemudian 5 tetes NaOH AgNO3 + NaOH : hitam
10% dan 3 tetes ammonia AgNO3 + NaOH + HNO3 = hitam ada
encer endapan
2. Diaduk kemudian Setelah dikocok warna campuran berubah
ditambahkan 2 ml Larutan menjadi coklat keruh ada endapan.
sampel, diamkan selama 5
menit. Tabung 1
Campuran + gula = coklat pekat ada endapan

Didiamkan 5 menit = Coklat bening ada


endapan.

Tabung 2
Campuran + glukosa = coklat muda ada
endapan

Didiamkan 5 menit = lebih pudar ada


endapan.

Tabung 3
Campuran + laktosa = Coklat muda ada
endapan
Didiamkan 5 menit = lebih pudar ada
endapan.

Tabung 4
Campuran + Galaktosa = Coklat pekat ada
endapan.

Didiamkan 5 menit = Coklat bening ada


endapan.

Tabung 5
Campuran + amilum =Coklat muda ada
endapan

Diamkan 5 menit = coklat bening ada


endapan.
3. Dipanaskan larutan jika Semua larutan pada tabung 1-4 terjadi reaksi
tidak terjadi reaksi. yang ditandai dengan adanya perubahan
warna .

VI. PEMBAHASAN
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Uji karbohidrat
biasanya menggunakan uji Molisch, uji Benedict, uji Iodine, Uji Fehling, uji
Tollens, dan masih banyak lagi.
A. Uji Iodine
Uji iodine merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pegujian
mengandung iodium dan pati yang dapat membentuk ikatan kompleks
berwarna biru. Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan gula,
larutan amilum, larutan laktosa, larutan glukosa dan larutan galaktosa.
Disiapkan 3 tabung reaksi untuk masing-masing satu sampel
karbohidrat. Ditambahkannya 5 tetes iodine pada 1 ml larutan sampel
karbohidrat. Iodine menjadi indikator yang menunjukkan perubahan
warna pada sampel. Pada tabung 1 ditambahkan 2 tetes H2O, pada
tabung 2 ditambahkan 2 tetes HNO3 6M, dan pada tabung 3
ditambahkan 2 tetes NaOH 6M. Penambahan H2O pada percobaan ini
berfungsi sebagai larutan netral. Fungsi dari penambahan HNO3
adalah untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida
penyusunnya dan memberikan suasana asam pada uji iodine. Dan
fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa
pada uji iodine. Dipanaskan tabung yang berwarna, kemudian
mendinginkannya.

Pada larutan gula, tabung 1 (5 tetes iodine + 1 ml larutan gula)


ditambahkan H2O. Larutan iodine berwarna orange, larutan gula tak
berwarna, dan H2O tak berwarna. Tabung 1 berwarna oranye, karena
pengaruh dari warna larutan iodine. Penambahan air tidak
mempengaruhi warna larutan. Tabung 2 (5 tetes iodine + 1 ml larutan
gula) ditambahkan HNO3. Larutan iodine berwarna orange, larutan
gula tak berwarna, dan HNO3 tak berwarna. Tabung 2 berwarna
oranye, karena pengaruh dari warna larutan iodine. Penambahan
HNO3 juga tidak mempengaruhi warna larutan. Tabung 3 (5 tetes
iodine + 1 ml larutan gula) ditambahkan NaOH. Larutan iodine
berwarna orange, larutan gula tak berwarna, dan NaOH tak berwarna.
Tabung 2 berwarna oranye, karena pengaruh dari warna larutan
iodine. Penambahan NaOH mempengaruhi warna larutan menjadi tak
berwarna. Larutan yang berwarna pada tabung 1 dan 2 akhirnya
dipanaskan. Setelah didinginkan, larutan tetap berwarna oranye sedikit
terang.
Pada larutan laktosa, larutan glukosa, dan larutan laktosa
mempunyai kemiripan dengan larutan gula. Dimana, seluruh larutan
tak berwarna. Seluruh larutan ini, pada tabung 1 yang ditambahkan
dengan air, tabung 2 yang ditambahkan dengan HNO3, dan tabung 3
yang ditambahkan NaOH juga mengalami hal yang sama persis
dengan larutan gula.

Sedangkan pada larutan amilum, Pada larutan gula, tabung 1 (5


tetes iodine + 1 ml larutan amilum) ditambahkan H2O. Larutan iodine
berwarna orange, larutan amilum tak berwarna, dan H2O tak
berwarna. Tabung 1 berwarna oranye, karena pengaruh dari warna
larutan iodine. Penambahan air tidak mempengaruhi warna larutan.
Tabung 2 (5 tetes iodine + 1 ml larutan amilum) ditambahkan HNO3.
Larutan iodine berwarna orange, larutan amilum tak berwarna, dan
HNO3 tak berwarna. Tabung 2 berwarna oranye, karena pengaruh dari
warna larutan iodine. Penambahan HNO3 juga tidak mempengaruhi
warna larutan. Tabung 3 (5 tetes iodine + 1 ml larutan amilum)
ditambahkan NaOH. Larutan iodine berwarna orange, larutan amilum
tak berwarna, dan NaOH tak berwarna. Tabung 2 berwarna oranye,
karena pengaruh dari warna larutan iodine. Penambahan NaOH
mempengaruhi warna larutan menjadi tak berwarna. Larutan yang
berwarna pada tabung 1 dan 2 akhirnya dipanaskan. Setelah
didinginkan, larutan mengandung sedikit endapan berwarna hitam.
Adanya endapan ini, menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada
saat pemanasan. Namun, endapan yng muncul karena proses hidrolisis
pati yang tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir
amilum.
Ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat
putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan.
Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga iod
mudah terlepas, sama halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum
akan mengerut sehingga iod kembali terikat dengn amilum. Hal ini
karena kemampuan menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi
glukosa.
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan terhadap beberapa
bahan uji, terlihat semua reaksi perubahan pada uji iodine
menunjukkan reaksi negatif karena tidak terjadi perubahan warna. Hal
ini tidak sesuai dengan teori dimana prinsip dari uji iodine dapat
membentuk ikatan kompleks yang berwarna biru, kemungkinan hal ini
terjadi karena kondisi larutan yang tidak memungkinkan atau
dikarenakan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan percobaan
ini.

B. Uji Fehling
Pereaksi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehid. Pereaksi Fehling terdiri dari dua
bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan
CuSO4 dan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereaksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru
tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks.
Pereaksi Fehling apat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi
ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi
Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan
apabila digunakan larutan yang lebih encer. Misalnya, larutan glukosa
0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.

Diisi tabung reaksi dengan Fehling A dan Fehling B. Kemudian


ditambahkan dengan 1 ml larutan sampel karbohidrat dan kemudian
memanaskannya. Diulangi hal yang sama pada semua sampel. Fehling
A berwarna biru tua dan Fehling B tak berwarna.
Pada larutan glukosa. Fehling A yang ditambahkan larutan
glukosa berwarna biru muda, setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan warna. Fehling B yang ditambahkan larutan glukosa tak
berwarna setelah dipanaskan menjadi coklat pekat. Pada larutan gula.
Fehling A yang ditambahkan larutan gula berwarna biru muda, setelah
dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Fehling B yang
ditambahkan larutan gula tak berwarna setelah dipanaskan menjadi
coklat muda. Pada larutan laktosa. Fehling A yang ditambahkan
larutan laktosa berwarna biru muda, setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan warna. Fehling B yang ditambahkan larutan laktosa tak
berwarna setelah dipanaskan menjadi coklat pekat. Pada larutan
galaktosa. Fehling A yang ditambahkan larutan galaktosa berwarna
biru muda, setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Fehling
B yang ditambahkan larutan galaktosa tak berwarna setelah
dipanaskan menjadi coklat pekat. Pada larutan amilum. Fehling A
yang ditambahkan larutan amilum berwarna biru muda, setelah
dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Fehling B yang
ditambahkan larutan amilum tak berwarna setelah dipanaskan tidak
terjadi perubahan.
Pada percobaan kali ini, praktikan salah memahami maksud dari
prosedurnya. Akhirnya, terjadi kesalahan prosedur. Dimana,
seharusnya Fehling A dan Fehling B dicampurkan untuk menjadi
larutan Fehling sesungguhnya. Bukan dipisahkan dan diteliti masing-
masing dengan larutan sampel yang ada. Hal inilah yang
menyebabkan hasil percobaan tidak sesuai dengan teori yang ada.

C. Uji Tollens
Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan senyawa aldehid dan senyawa keton. Dalam percobaan
ini, yang pertama adalah membuat pereaksi Tollens yaitu
mencampurkan 1 ml AgNO3 kemudian 5 tetes NaOH 10% dan 3 tetes
ammonia encer. AgNO3 tak berwarna, ketika ditambahkan dengan
NaOH menjadi berwarna hitam. Kemudian ditambahkan dengan
ammonia encer, tetap berwarna hitam dan adanya endapan.
Penambahan NaOH tetes demi tetes, menghasilkan pengoksidasi
ringan yaitu larutan basa dari perak nitrat. Untuk mencegah
pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi, maka
ditambahkan beberapa tetes larutan ammonia encer, yang akhirnya
membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
Setelah dibuat pereaksi Tollens, diaduk dan ditambahkan
masing-masing 2 ml larutan sampel, dan didiamkan selama 5 menit.
Setelah dikocok, diamati perubahan warna yang terjadi. Akhirnya,
warna campuran menjadi coklat keruh ada endapan.
Pada tabung 1, pereaksi Tollens ditambah dengan larutan gula
menjadi coklat pekat ada endapan. Setelah didiamkan 5 menit warna
larutan menjadi coklat bening ada endapan. Begitu juga dengan
tabung 2, pereaksi Tollens ditambah dengan larutan glukosa menjadi
coklat muda ada endapan. Setelah didiamkan selama 5 menit, warna
larutan menjadi lebih pudar ada endapan. Tabung 3, pereaksi Tollens
ditambah dengan larutan laktosa menjadi coklat muda ada endapan.
Setelah didiamkan selama 5 menit, larutan menjadi lebih pudar ada
endapan. Pada tabung 4, pereaksi Tollens ditambah dengan larutan
galaktosa menjadi coklat pekat ada endapan. Setelah didiamkan
selama 5 menit, larutan menjadi coklat bening ada endapan. Dan
tabung 5, pereaksi Tollens ditambah dengan amilum warna larutan
menjadi coklat muda ada endapan. Setelah didiamkan selama 5 menit,
larutan menjadi coklat bening ada endapan.
Pada tabung 1-4, yakni larutan gula, larutan glukosa, larutan
laktosa, dan larutan galaktosa terbentuk endapan cermin perak pada
dinding tabung dan endapannya berwarna kehitaman. Dari
pengamatan ini, dapat dinyatakan bahwa keempat larutan merupakan
senyawa aldehid, karena pada dasar tabung reaksi mengkilat yang
menunjukkan adanya endapan cermin perak. Endapan ini berasal dari
gugus aktif pereaksi Tollens yaitu Ag2O yang bila tereduksi akan
menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah
ikatan C-H pada aldehid menjadi C-O.
Dan pada tabung 5, yakni amilum. Memang benar ada endapan,
hanya saja endapan pada amilum terlihat hitam keunguan. Bukan
cermin perak seperti halnya pada larutan gula, larutan glukosa, larutan
laktosa, dan larutan galaktosa. Hal ini menunjukkan bahwa larutan ini
termasuk senyawa keton karena tidak menghasilkan endapan cermin
perak. Karena, amilum tidak mempunyai atom Hidrogen yang terikat
pada gugus karbonnya. Kedua tangan gugus karbonnya sudah
mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi
ketika ditambah pereaksi Tollens dan dipanaskan.
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1990.

Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.

Hermanto, S. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia . Jakarta : UIN Syahid

Lehninger, Albert L. 1982. Principles of Biochemistry. 5 edition. Food


iiiiiiiiTrade Press Ltd. London.

Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Robert T. Marison & Robert N. 1992. Organic Chemistry. Sixth Edition.


iiiiiiiiiPrentice-Hall. England Cliffs, New Jersey

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 1986. Analisa Bahan


iiiiiiiiMakanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka


iiiiiiiiUtama.

Wahyuni, Nila. Laporan Praktikum Biokimia Karbohidrat.


iiiiiiiihttps://www.academia.edu/10150604/LAPORAN_PRAKTIKUM_Biii
iiiiiiiiOKIMIA_KARBOHIDRAT_Dosen_Pembimbing_Siti_Imroatul.
Iiiiiiii(diakses pada 6/3-2018)
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai