Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AWAL BIOKIMIA

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

OBJEK V

OLEH : RAHMA SARITA

NIM : 2130106046

REKAN KERJA :

1. INDAH JEFYSA 2130106023


2. NOOR HANANI 2130106037
3. TESSA JOHELMEY PUTRI 2130106056
4. ZAHRA RAMADHANI 2130106062

ASISTEN PRAKTIKUM :
ZAHARA RAHMA

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2022
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT
Objek V

I. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa karbohidrat
2. Untuk menguji senyawa golongan karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi
3. Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam bentuk monosakarida
4. Untuk mengidentifikasi adanya amilum pada karbohidrat
5. Untuk mengidentifikasi adanya gula dalam urine

II. Teori
A. Pengertian Karbohidrat
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau
senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung
gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya,
istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu
senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat
pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen,
fosforus, atau sulfur.
Dalam kondisi rendah karbohidrat, tidak seperti orang-orang kelaparan, konsentrasi glukosa
tetap dipertahankan meskipun kurangnya asupan karbohidrat. Pemeliharaan dari konsentrasi
glukosa dan kurangnya pemecahan protein endogen merupakan perbedaan penting antara
kelaparan dan asupan karbohidrat sangat rendah (Westman et al., 2017:277).
B. Jenis Jenis Karbohidrat
1. Gula sederhana (monosakarida)
Monosakarida yaitu senyawa yang mengandung enam atau lima atom karbon.
Monosakarida tidak terhidroilisis menjadi lebih sederhana lagi, tetapi hasil dari hidrolisis dari
tiga golongan yang lain. Monosakarida merupakan senyawa yang tidak berwarna, mempunyai
rasa manis dan berbentuk kristal dan larut dalam air. Salah satu jenis monosakarida yang
penting adalah glukosa atau gula yang memiliki enam atom karbon, dengan rumus kimia yaitu
C Glukosa merupakan monosakarida yang paling umum dan senyawa organik yang paling
banyak terdapat di alam.
2. Oligosakarida
Oligosakarida yaitu senyawa yang berisi dua atau lebih gula sederhana yang
dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehid atau keton dengan gugus
hidroksil. Jika dua gula sederhana digabung akan menjadi disakarida, tiga gula sederhana
digabung menjadi trisakarida. Ikatan penghubung bersama - sama gula ini disebut glikosida.
Senyawa ini juga larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam eter. Ikatan
glikosida dapat terhidrolisis oleh asam encer menghasilkan komponen monosakarida.
Disakarida yang banyak terdapat di alam adalah sukrosa, laktosa dan maltosa.

3. Polisakarida
Polisakarida yaitu senyawa yang terdirir atas banyak ikatan gula sederhana yang
dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi : pati, selulosa dan dekstrin,
merupakan substansi yang amorph yang sebagian tidak larut dalam air dan tidak berasa
(Hamidjojo, 2015).
C. Contoh Karbohidrat
1. Sukrosa
Sukrosa mengandung glukosa dan fruktosa. Sukrosa ditemukan dalam tebu. Sukrosa
adalah non gula pereduksi. Formula sukrosa C12H22O11. Sukrosa dihidrolisis oleh sukrase
menjadi fruktosa dan glukosa. Tanaman membentuk sukrosa dan hewan lainnya tidak bisa
membuat sukrosa. Hal ini secara alami ditemukan pada tanaman. Nenas dan aprikot
merupakan sumber utama dari sukrosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Lebih dari konsumsi sukrosa memiliki efek yang merugikan kesehatan seperti karies gigi.
Karies gigi, bakteri mulut mengubah gula menjadi asam yang menyerang enamel gigi. Lebih
dari konsumsi sukrosa juga berhubungan dengan sindrom metabolik seperti diabetes mellitus
Sebuah studi yang dilakukan pada tikus di mana tikus diberi makan diet yang mengandung
dua pertiga dari sukrosa, di tingkat trigliserida mulai meningkat dan kemudian pada resistensi
insulin dikembangkan. Pada tikus penelitian lain diberi makan diet kaya sukrosa yang
dikembangkan hipertrigliseridemia, hiperglikemia dan resistensi insulin.
2. Maltosa
Maltosa juga disebut gula malt. Ini berisi dua molekul glukosa yang bergabung dengan α
(1 → 4) linkage. Maltosa dihidrolisis oleh maltase dalam usus. Maltosa adalah gula pereduksi
dan membentuk osazon kristal. Maltosa terjadi dalam tubuh sebagai produk setengah pati
pencernaan. Ketika maltosa dihidrolisis, ia menghasilkan dua molekul glukosa.
3. Laktosa
Ini juga disebut gula susu. Laktosa adalah disakarida yang ditemukan dalam susu. Laktosa
adalah molekul gula besar yang terdiri dari dua molekul gula yang lebih kecil, glukosa dan
galaktosa. Laktosa dihidrolisis oleh laktase di usus. Intoleransi laktosa adalah ketika
seseorang memiliki kesulitan atau tidak dapat mencerna susu karena kurangnya laktase.
Anak-anak yang diduga intoleransi laktosa dapat dinilai secara klinis oleh eliminasi laktosa
diet atau dengan tes termasuk non-invasif pengujian napas hidrogen atau invasif penentuan
biopsi usus laktase (dan disaccharidase lainnya) konsentrasi. Manajemen mencakup
penggunaan produk laktase-diperlakukan susu atau suplemen laktase lisan, pembatasan
makanan yang mengandung laktosa, eliminasi orordairy. (Asif, 2011:002)
4. Heksosa
Heksosa, baik sebagai monomer (misalnya, glukosa) atau polimer (misalnya selulosa dan
amilosa), adalah karbohidrat yang paling umum dikonsumsi oleh ruminansia karena serat dan
pati dalam diet ruminansia. Selulosa adalah polisakarida paling melimpah di dinding sel
tumbuhan dan menganugerahkan kekuatan struktural untuk tanaman. Amilosa dan
amilopektin membentuk dua polisakarida penyimpanan yang paling melimpah di jaringan
tanaman.
5. Hemiselulosa
Hemiselulosa biasanya sebuah heteropolimer terdiri dari arabinose dan xylose dengan
jumlah yang lebih kecil dari glukosa, galaktosa dan rhamnose. (Pinder, 2012:715)
6. Pati
Dalam pati terdapat dua bagian, yaitu bagian yang larut dalam air disebut amilosa (10-
20%), dan bagian yang tak larut dalam air disebut amilopektin (80-90%). Amilosa dan
amilopektin mempunyai rumus empiris (C6H10O5), dan bila dihidrolisis menunjukkan
adanya sifat-sifat karbonil, dan pati tersusun atas satuan-satuan maltosa. Bila pati yang
terdapat dalam sel dihidrolisis oleh enzim maka pati akan pecah menjadi bagian yang lebih
kecil disebut dekstrin, sehingga diperoleh maltosa. Salah satu polisakarida yang terdapat
dalam tanaman disebut inulin yang bila dihidrolisis akan memberikan warna kuning akan
menghasilkan fruktosa dan sejumlah kecil dari glukosa (Sastrohamidjojo, 2005). Pati tidak
larut dalam air dan dalam analisis pati, memberikan warna biru dengan iodium. Hasil
hidrolisis pati/amilum adalah glukosa (Manatar dkk., 2012:89). Dalam proses hidrolisis rantai
polisakarida tersebut dipecah menjadi monosakarida-monosakarida. Hidrolisis adalah
pemecahan suatu senyawa menggunakan air. Hidrolisis dengan larutan asam biasanya
menggunakan larutan asam encer, dimana kecepatan reaksinya sebanding dengan konsentrasi
asam (Mastuti & Dwi, 2010:23).
Kadar glukosa dan ethanol pada hasil fermentasi onggok yang dihidrolisa dengan asam
klorida, asam sulfat, dan asam oksalat dengan konsentrasi asam, jumlah ragi, dan waktu
fermentasi hasil optimasi. Kadar glukosa untuk onggok yang dihidrolisis dengan asam sulfat
adalah 23,88%, asam klorida 23,73%, sedangkan asam oksalat 20,43%, karena pada proses
hidrolisis (pemanasan), asam oksalat akan terurai menjadi H2O dan CO2 (Yusrin & Ana,
2010:24).
D. Karbohidrat Polimer Tinggi
1. Karbohidrat polimer yang sangat tinggi
Karbohidrat polimer yang sangat tinggi seperti selulosa, mannan, atau xylan, yang
menghasilkan kompleks yang tidak larut dalam alkali dengan solusi tembaga basa. Sebuah
kompleks jenis ini terdiri dari polisakarida yang bersangkutan, tembaga (II) atau besi (III),
logam alkali, dan hidroksi organik. Kompleks ini membentuk serpihan coklat dengan larutan
Fehling. Jika produk Maillard dihancurkan dengan klorin dioksida, kompleks tembaga biru
muda endapan. Jika ini diperlakukan dengan asam metanol-asetat, polisakarida berwarna atau
campuran polisakarida yang diperoleh. Campuran ini dapat secara kuantitatif ditentukan.
Jumlah polisakarida yang dapat diendapkan dengan cara ini tergantung pada tingkat
memanggang kopi. Kandungan endapan polisakarida meningkat sesuai dengan peningkatan
memanggang.
2. Karbohidrat polimer tinggi
Karbohidrat polimer tinggi, polisakarida diendapkan dengan larutan tembaga alkali terdiri
dari mannan dan galactan. Biasanya glucan sedikit juga hadir. Dalam kasus biasanya
panggang kopi arabika polisakarida con tains sekitar 94% mannan dan 6% galactan sementara
ro busta kopi mengandung 88% mannan dan 10-12% galaktan. Biasanya kurang dari 0,5%
glukan. Angka-angka ini hanya berlaku untuk isi polisakarida endapan. (Arya & Jagan
2007:63)
E. Uji karbohidrat
Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi- reaksi warna yang
dipengaruhi oleh produk- produk hasil penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan berbagai
senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil
yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam sulfat, hidroklorat dan fosfat pada
karbohidrat menghasilkan pembentukan produk terurai yang berwarna. Beberapa analisis
kualitatif karbohidrat yang sering dilakukan adalah uji Molish, uji Seliwanof, uji Antrone, dan uji
Fenol (Andarwulan et al., 2011).
Analisis kuantitatif karbohidrat dalam suatu bahan yaitu dengan cara kimiawi, cara fisik, cara
enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk
polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu dihidrolisa terlebih
dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Penentuan karbohidrat dengan cara kromatografi adalah
dengan mengisolasi dan mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat
ini berdasarkan prinsip pemisahan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi rationya
pada fase diam dan fase gerak (Sudarmaji, 2004 ).
Untuk mengidentifikasi adanya polisakarida dapat digunakan kromatografi lapis tipis dengan
cara menghidrolisis terlebih dahulu dengan asam. Hal ini dikarenakan polisakarida perlu
diderivatisasi agar dapat terlihat pada lempeng kromatografi dan sulit larut dalam metanol.
Karbohidrat terikat kuat pada fase diam sehingga fase gerak yang digunakan harus sangat polar.
Fase gerak yang sering digunakan adalah butanol:piridin:air (Kaminska et al., 2009:42).
F. Uji Benedict
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel.
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung
dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang
mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat
pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya
gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula
reduksinya semakin banyak (Kusbandari, 2015).
G. Uji Barfoed
Pada uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Endapan
berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Ion Cu2+ dari
pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida
dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah
yang mendasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan
merah bata karena terbentuk hasil Cu2O (Kusbandari, 2015).
H. Uji Molisch
Uji Molisch ini adalah tes kimia sensitif untuk kehadiran karbohidrat, berdasarkan dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat atau asam klorida untuk menghasilkan aldehida, yang mengembun
dengan dua molekul fenol (biasanya α - naftol, meskipun fenol lainnya (misalnya resorsinol,
timol) juga memberikan produk berwarna), menghasilkan senyawa merah- atau ungu berwarna.
Gula reduksi dioksidasi oleh ion tembaga dalam larutan untuk membentuk asam karboksilat dan
endapan kemerahan tembaga (I) oksida dalam waktu tiga menit. Mengurangi disakarida menjalani
reaksi yang sama, tetapi melakukannya pada tingkat lebih lambat. (Anonymmous, 2014)
I. Uji Selliwanof
Uji Seliwanoff digunakan untuk ketohesksosa. Reagen Ini terdiri dari resorsinol (C6H4(OH))
dalam 6M HCl. Konsentrasi asam klorida memungkinkan ketosa mengalami dehidrasi
dibandingkan aldoses dan lebih lanjut membentuk produk merah ceri. Ketose mengandung
senyawa dapat menghasilkan hasil yang positif, Fruktose dan sukrosa adalah ketosa sementara
laktosa, glukosa, xilosa, dan galaktosa adalah aldosa.
J. Uji Bial
Tes Orsinol Bial menunjukkan hasil yang positif untuk pentosa dan digunakan untuk
membedakan pentosa dari heksosa. Reagen Bial terdiri dari orsinol, konsentrasi. (asam klorida)
HCl, dan (ferric chloride) FeCl. Pentosa diperbolehkan untuk dehidrasi unggul untuk furfural
yang mengembun orsinol dan ferric ion membentuk solusi hijau biru.
K. Uji Iodium
Amilosa dalam pati bertanggung jawab untuk pembentukan warna biru di hadapan yodium.
Molekul Iodium berada dalam kumparan amilosa. Iodium sangat tidak larut dalam air, oleh karena
reagen Iodium dibuat dengan melarutkan Iodium dalam air dengan kalium iodida. Hal ini
membuat triiodida kompleks ion linear dengan larut. Ion ion triiodida tergelincir ke dalam
kumparan pati yang menyebabkan warna hitam biru intens.
III. Prosedur Percobaan
1. Alat dan bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan praktikum Sifat-Sifat Saliva Dan Hirolisis Pati
Alat dan bahan Fungsi
Tabung reaksi Mereaksikan zat
Rak tabung reaksi Menyimpan tabung reaksi
Pipet tetes Memipet larutan
Bunsen Pemanasan / pembakaran
Kaki 3 Penyangga ketika proses pemanasan
Kawat kasa Menahan beban di atas kaki tiga pada
proses pembakaran
Beaker gelas Untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan
Lumpang dan alu Untuk menghaluskan bahan dari zat kimia
Klem Bahan yang akan diamati
Gula pasir Bahan yang akan diamati
Mie instan Bahan yang akan diamati
Strawberry, apel, semangka, anggur, Bahan yang akan diamati
nanas
Sakarin Untuk memeriksa derajat keasaman suatu
zat secara akurat
Indikator iodium Untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi
Tepung kanji Bahan yang akan diamati
Urine pagi Bahan yang akan diamati
Pereaksi Mollisch Sebagai pereaksi
Reagen Fehling A dan Fehling B Sebagai indikator untuk mengetahui
adanya gugus aldehid
H2SO4 Sebagai pereaksi
Pereaksi benedict Untuk analisa kualitatif glukosa
Larutan barfoed Untuk membedakan senyawa
monosakarida dengan disakarida
HCL 0,05 Untuk memecah, mencerna dan menutrisi
2. Langkah Kerja
A. Uji Mollisch
1. Siapkan tabung reaksi dan beri label pada masing-masing tabung
2. Isi pada masing-masing tabung 3 ml larutan bahan uji
3. Tambahkan 2 tetes pereaksi Mollisch pada masing-masing tabung sesuai dengan
tabelnya
4. Miringkan tabung reaksi yang berisi larutan standar karbohidrat, kemudian alirkan 2
ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung
5. Amati warna pada bidang batas antara asam dan larutan air
6. Perhatikan terbentuknya cincin warna ungu yang terjadi pada bidang batas
B. Uji Fehling
1. Siapkan tabung reaksi yang bersih.
2. isi dengan 2 ml saliva:
3. Reaksikan dengan 1 ml NaOH 10%. Campur secara merata, lalu tetesi dengan 10
tetes larutan CuSO4 0,1%
4. Catat warna yang terbentuk
C. Uji Benedict
1. Masukkan 1 ml saliva dalam tabung reaksi.
2. Kemudian tetesi dengan beberapa tetes asam cuka 5%
3. tambahkan 5 ml Aquades, kemudian tambahkan larutan NaOH 10%
4. amati perubahan yang terjadi
5. panaskan
6.
D. Uji Iodium
1. Siapkan 2 buah petridis tang sudah diberi label. A dan B dan sepotong singkong
2. Singkong diambil sepotong kecil dan di pipihkan pada kedua pe ridis.
3. Pada Petridis B ditaburkan ragi diatas singkong yang telah dipipilikan
4. Kemudian di letakkan pada ruangan tertutup
5. 4.Sedangkan A tidak diberi perlakuan apapun dan diletakkan padi ruangan terbuka
3. Skema Kerja
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., Kusnandar, F & Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.
Anonymous, 2014. Molisch's Test.
Arya, Meenakshi & L J.M. Rao. 2007. An Impression of Coffe Carbohydrates. Cri. Rev. In
Food Sci. Nutr., 47(1):51-67.
Kaminska, A.S., Matysik, G., Kosior, M.W., Donica, H., & Sowa, I. 2009. Thin Layer
Chromatography Of Sugars In Plant Material. Annales Universitatis Mariaecurie
Sklodowska, 22(42).
Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung Dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.) Pharmaҫiana, 5(1):35-42.
Manatar J.E., J. Pontoh, M.R.J. Runtuwene. 2012. Analisis Kandungan Pati Dalam Batang
Tanaman Aren (Arenga pinnata). Jurnal Ilmiah Sains, 12(2):89-92.
Mastuti, Endang & Dwi Ardiana S. 2010. Pengaruh Variasi Temperatur Dan Konsentrasi
Katalis Pada Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela Pohon. Ekuilibrium,
9(1):23-27.
Pinder, R. S., J.A. Patterson, C.A. O’bryan, P.G. Crandall, & S.C. Ricke. 2012. Dietary Fiber
Content Influences Soluble Carbohydrate Levels in Ruminal Fluids. Journal of
Environmental Science and Health, 47:710–717.
Sastrohamidjojo. H., 2005. Kimia Organik, Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. 2004. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
Westman, E. C., R.D. Feinman, J.C. Mavropoulos, M.C. Vernon, J.S. Volek, J.A. Wortman,
et al. 2007. Low-Carbohydrate Nutrition And Metabolism. Am. J. Clin. Nutr., 86:276 –
841.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Yusrin & Ana H.M. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi Asam Pada Pembuatan
Ethanol. Prosiding semninar nasional unimus.

Anda mungkin juga menyukai