Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui sifat-sifat dari karbohidrat dan menentukan waktu yang
dibutuhkan untuk menghidrolisis karbohidrat (tepung beras)
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton,
atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau
keton) dan banyak gugus hidroksil. Karbohidrat yang merupakan polimer
alam (bio polimer ) adalah polisakarida. Polisakarida terbentuk dari
monomer-monomer monosakarida yang bergabung melalui ikatan kovalen
berupa ikatan glikosida dalam reaksi polimerisasi kondensasi.
Monosakarida + Monosakarida +

Polisakarida + H2O

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang


mengandung atom karbon, hidrogen, dan oksigen, dan pada umumnya unsur
hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh
karbihidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari
gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat
dibentuk dari hasil reaksi CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis di dalam
sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil).

Karbohidrat juga berperan penting dalam menentukan karakteristik


bahan makanan, misalnya warna, rasa, tekstur dan lain-lain. Sedangkan
dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis,
pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk
metabolisme lemak dan protein (Winarno, 2002).
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung,
kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam.
Karbohidrat

memiliki

rumus

umum

Cn(H2O)n. Karbohidrat

dapat

dikelompokkan menjadi monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.


Monosakarida merupakan monomer dari dimer dan polimer yang. Terdapat
tiga jenis monosakarida, yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Glukosa dan
galaktosa tergolong aldoheksosa, sedang fruktosa adalah ketoheksosa.
Aldoheksosa merupakan suatu heksosa yang memiliki gugus fungsi
aldehida, sedang ketoheksosa adalah heksosa yang mengandung gugus
fungsi keton. Sedang oligosakarida meliputi disakarida, trisakarida, dan
tetrasakarida; masing-masing merupakan dimer, trimer,dan tetramer.
Pembahasan umum hanya ditujukan pada disakarida, yang meliputi sukrosa
(sakarosa), maltosa dan laktosa. Polisakarida tergolong senyawa polimer,
meliputi amilum, glikogen, selulosa, dan inulin.
a. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana (simple
sugar), oleh karena tidak bisa lagi dihidrolisa. Monosakarida larut di
dalam air dan rasanya manis, sehingga secara umum disebut juga gula.
Penamaan kimianya selalu berakhiran -osa. Dalam Ilmu Gizi hanya ada
tiga jenis monosakarida yang penting yaitu, glukosa, fruktosa dan
galaktosa.

a) Glukosa
Glukosa dengan rumus umum C6H12O6, Terkadang orang
menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di
alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup
jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil
akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa.
Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut Kadar Gula
Darah) dan berfungsi sebagai penyedia energi bagi seluruh sel-sel
dan jaringan tubuh. Pada keadaan fisiologis Kadar Gula Darah
sekitar 80-120 mg %. Kadar gula darah dapat meningkat
melebihi normal disebut hiperglikemia, keadaan ini dijumpai
pada penderita Diabetes Mellitus.
b) Fruktosa
Disebut juga gula buah ataupun levulosa. Merupakan jenis
sakarida yang paling manis, banyak dijjumpai pada mahkota
bunga, madu dan hasil hidrolisa dari gula tebu. Di dalam tubuh
fruktosa didapat dari hasil pemecahan sukrosa.
c)

Galaktosa
Tidak dijumpai dalam bentuk bebas di alam, galaktosa yang
ada di dalam tubuh merupakan hasil hidrolisa dari laktosa.

b. Oligosakarida
Oligosakarida

merupakan

gabungan

antara

(dua)

monosakarida, pada bahan makanan disakarida terdapat 3 jenis yaitu


sukrosa, maltosa dan laktosa.

a) Sukrosa
Adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih
sering disebut gula meja (table sugar) atau gula pasir dan disebut
juga gula invert. Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang
terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Sumber: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%),
jam, jelly.
b) Maltosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari
dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil
pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan rasanya lebih enak
dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi
warna biru.
Peranan perbandingan amilosa dan amilo pektin terlihat pada
serelia; Contohnya beras, semakin kecil kandungan amilosa atau
semakin tinggi kandungan amilopektinnya, semakin lekat nasi
tersebut. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat
dibagi menjadi 4 golongan:
amilosa tinggi 25-33%
amilosa menengah 20-25%
amilosa rendah 09-20%
amilosa sangat rendah
c) Laktosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari
satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang

larut di dalam air. Sumber : hanya terdapat pada susu sehingga


disebut juga gula susu.
susu sapi 4-5%
asi 4-7%
Laktosa dapat menimbulkan intolerance (laktosa intolerance)
disebabkan kekurangan enzim laktase sehingga kemampuan
untuk mencema laktosa berkurang. Kelainan ini dapat dijumpai
pada bayi, anak dan orang dewasa, baik untuk sementara maupun
secara menetap. Gejala yang sering dijumpai adalah diare,
gembung, flatus dan kejang perut. Defisiensi laktase pada bayi
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, karena bayi sering
diare. Terapi diit dengan pemberian formula rendah laktosa
seperti LLM, Almiron, Isomil, Prosobee dan Nutramigen, dan AI
110 bebas Laktosa. Formula rendah laktosa tidak boleh diberikan
terlalu lama (maksimum tiga bulan), karena laktosa diperlukan
untuk pertumbu ban sel-sel otak.
c. Polisakarida
Merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung
lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk
rantai lurus ataupun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak
manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida. Di dalam Ilmu Gizi
ada 3 (tiga) jenis yang ada hubungannya yaitu amilum, dekstrin,
glikogen dan selulosa.
a) Amilum (zat pati)
Merupakan sumber enersi utama bagi orang dewasa di
seluruh penduduk dunia, terutama di negara sedang berkembang
oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Sumber:

umbi-umbian,serealia dan biji-bijian merupakan sumber amilum


yang berlimpah ruah oleh karena mudah didapat untuk di
konsumsi. Jagung, beras dan gandum kandungan amilurnnya
lebih dari 70%, sedangkan pada kacang-kacangan sekitar 40%.
Amilum tidak larut di dalam air dingin, tetapi larut di dalam
air panas membentuk cairan yang sangat pekat seperti pasta;
peristiwa ini disebut gelatinisasi.
b) Dekstrin
Merupakan zat antara dalam pemecahan amilum. Molekulnya
lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, denganjodium
akan berubah menjadi wama merah.
c) Glikogen
Glikogen merupakan pati hewani, terbentuk dari ikatan
1000 molekul, larut di dalam air (pati nabati tidak larut dalam
air) dan bila bereaksi dengan iodium akan menghasilkan warna
merah. Glikogen terdapat pada otot hewan, manusia dan ikan.
Pada waktu hewan disembelih, terjadi kekejangan (rigor mortis)
dan kemudian glikogen dipecah menjadi asam laktat selama post
mortum. Sumber banyak terdapat pada kecambah, serealia, susu,
syrup jagung (26%).
d) Selulosa
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
adalah selulosa, karena selulosa merupakan bagian yang
terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak
dapat dicerna oleh tubuh manusia, oleh karena tidak ada enzim
untuk memecah selulosa. Meskipun tidak dapat dicerna, selulosa
berfungsi sebagai sumber serat yang dapat memperbesar volume
dari faeses, sehingga akan memperlancar defekasi.

Dahulu serat digunakan sebagai indeks dalam menilai


kualitas makanan, makin tinggi kandungan serat dalam makanan
maka nilai gizi makanan tersebut dipandang semakin buruk.
Akan tetapi pada dasawarsa terakhir ini, para ahli sepakat bahwa
serat merupakan komponen penyusun diet manusia yang sangat
penting. Tanpa adanya serat, mengakibatkan terjadinya konstipasi
(susah buang air besar).
2.2.1

Uji Karbohidrat
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat, yaitu:
1. Uji Molisch
Uji molisch bertujuan membuktikan adanya karbohidrat secara
kualitatif. Identifikasi karbohidrat oleh molisch didasarkan pada
hidrolisis karbohidrat oleh asam sulfat pekat yang menghasilkan
monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam
sulfat pekat menghasilkan furfural. Sedangkan golongan heksosa
dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil furfural.
Pereaksi molisch terdiri atas alfa-naftol dalam alkohol akan
bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu.

Thymol dapat dipakai sebagai pengganti alfa-naftol. Ia juga lebih


stabil daripada alfa-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak
berubah warna.

2. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula
pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa
diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya
tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict,
contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non
pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa
hemiasetal

dan

hemiketalnya

tidak

berada

dalam

kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan


prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium
karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga
sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak
dapat mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).

3. Uji Seliwanoff
Reaksi spesifik lainnya untuk uji karbohidrat tertentu adalah uji
Seliwanoff dan uji Foulger. Reaksi Seliwanoff disebabkan
perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam
levulinat

dan

hidroksimetilfurfural.

Selanjutnya

kondensasi

hidroksimetilfurfural dengan resorsinol menghasilkan senyawa


kompleks berikut yang berwrna merah:

Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa,


memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Pada pendidihan
lebih lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan
reagen Seliwanoff, karena aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl
menjadi ketosa.
4. Uji Fehling
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanaya gugus
aldehid. Larutan fehling itu ada dua komponen, yaitu fehling A
(CuSO4) dan fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Larutan fehling
yang terdiri dari kupsi sulfat Na-K dan natrium hidroksida dengan
gula reduksi dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna
hijau, kuning-orange atau merah tergantung gula reduksinya.

Campuran fehling berwarna biru yang mengandung kompleks ion


Cu++ dalam suasana alkalis. Bila ditambahkan aldehida dan
dipanaskan maka ion Cu++ akan direduksi menjadi bervalensi satu
dan mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah.
O

CH

CH

(CHOH)4 + 2CuO

(CHOH)4 + Cu2O

CH2OH
Glukosa

CH2OH

endapan merah bata

Asam lukonoat

5. Uji Tollens
Dengan

menggunakan

produksi

tollens,

gula

produksi

identifikasi dengan adanya endapan berbentuk cincin perak


didalam larutan. Hal ini terjadi karena gula produksi dapat
mereduksi Ag+ dalam pereaksi tollens (Ag(NH3)2+) menjadi
endapan perak menurut reaksi berikut.
O

(Ag(NH3)2+ (aq) + R C H (aq)

R C OH (aq) + Ag (s) + NH3 (g)

6. Uji Iodin
Uji Iodium bertujuan membuktikan adanya polisakarida
(amilum, glikogen, dan dekstrin). Identifikasi ini didasarkan pada
pembentukan

kompleks

adsorpsi

berwarna

spesifik

oleh

polisakarida akibat penambahan iodium. Amilum atau pati dengan


iodium menghasilkan berwarna biru, dekstrin menghasilkan warna
merah anggur sedangkan glikogen dan sebagian pati terhidrolisis
bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi

9. Spatula

2. Gelas kimia

10. Hot plate

3. Pipet tetes

11. Erlenmeyer

4. Pipet volume

12. Neraca digital

5. Pipet ukur

13. Labu ukur

6. Bulp

14. Kertas lakmus

7. Batang pengaduk

15. Botol semprot

8. Stopwatch

16. Kaca arloji

2.1.2 Bahan yang digunakan


1.

Tepung beras

2.

HCl 4 N

3.

Larutan I2

4.

Aquadest

5.

Sukrosa 5%

6.

Natrium karbonat 5%

7.

Fehling

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1

Hidrolisis Disakarida

Memasukkan larutan sukrosa 5% ke dalam tabung reaksi sebanyak


10 mL dan menambahkan 10 tetes HCl pekat
Memanaskan di atas hot plate sampai mendidih sambil diaduk
Mendinginkan kemudian menetralkan larutan menggunakan Natrium
Karbonat 5% (menggunakan petunjuk kertas lakmus)
Menguji hasil hidrolisis dengan larutan fehling
2.2.2

Hidrolisis polisakarida
Memasukkan 0.2 gram tepung terigu yang telah dilarutkan sebanyak
200 ml dan menambahkan 10 mL HCl pekat

Memanaskan di atas hot plate

Mengambil 1 mL larutan dan memasukkan ke dalam tabung reaksi


setiap 5 menit sekali

Menguji larutan tersebut dengan I2

Mencatat perubahan warna yang terjadi setiap 5 menit

Mencatat hidrolisis sampai tidak berwarna lagi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Hidrolisis Disakarida
Sampel
+ HCl
No.

Sampel

pekat

Warna
Sampel +
HCl pekat
dan
Dinetralkan
Oleh Na2CO3

Sampel + HCl
pekat + Na2CO3
+ Fehling A

Sampel +
HCl pekat
+ Na2CO3
+ Fehling
B

Terdapat emulsi
bening dan
endapan
berwarna biru

Sampel
berwarna
biru dan
terdapat
endapat
berwarna
merah bata

Terdapat emulsi
bening dan
endapan
berwarna biru

Sampel
berwarna
biru dan
terdapat
endapat
berwarna
merah bata

Warna
berubah
1.

Warna

menjadi

awal

kuning

bening

bening

Kertas lakmus
berubah
warna dari
merah
menjadi biru

Warna
berubah
2.

Warna

menjadi

awal

kuning

bening

bening

Kertas lakmus
berubah
warna dari
merah
menjadi biru

Tabel 3.1.2 Hidrolisis Polisakarida


Sampel

Ditambah HCl

(mL)

pekat 10 Ml

Bening

Hitam

Bening

5-10

Coklat pekat

Bening

10-15

Coklat pekat

Waktu (menit)

Perubahan
warna

Bening

15-20

Coklat terang

Bening

20-25

Coklat terang

Bening

25-30

Coklat terang

Bening

30-35

Coklat terang

Bening

35-40

Coklat terang

Bening

40-45

Coklat terang

Bening

45-50

Coklat terang

Bening

50-55

Coklat terang

Bening

55-60

Coklat terang

Bening

60-65

Coklat terang

Bening

65-70

Coklat terang

Bening

70-75

Coklat terang

Bening

75-80

Coklat terang

Bening

80-85

Coklat terang

Bening

85-90

Coklat terang

Bening

90-95

Coklat terang

Bening

95-100

Coklat terang

Bening

100-105

Coklat terang

Bening

105-110

Coklat terang

Bening

110-115

Coklat kuning

Bening

115-120

Coklat kuning

Bening

120-125

Coklat kuning

Bening

125-130

Coklat kuning

3.2 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat- sifat dari karbohidrat dan
menentukan waktu yang dibutuhkan untuk menghidrolisis karbohidrat.
a. Hidrolisis disakarida
Proses ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi dari sukrosa dan
apakah monosakarida yang menyusun sukrosa adalah gula pereduksi
atau bukan yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna hijau,
kuning-orange, merah tergantung dari macam gula reduksinya.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah larutan sukrosa 5%
dan ditambahkan HCl pekat. Penambahan HCl ini bertujuan untuk
menghidrolisis gugus aldehid dan keton. Dalam percobaan dilakukan
pemanasan, tujuannya untuk membantu pemutusan rantai gugus aldehid.
Campuran dinetralkan dengan larutan Natrium Karbonat 5% yang
merupakan garam dari NaOH dan H2CO3. Penetralan perlu dilakukan
karena pada awal percobaan larutan sukrosa ditambahkan HCl pekat
sehingga larutan bersifat asam. Setelah larutan bersifat netral, penetralan
ini diuji menggunakan kertas lakmus merah yang kemudian berubah
menjadi biru. Hasil hidrolisis ini kemudian diuji dengan larutan fehling
A, dan terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru muda, karena
pengaruh dari larutan fehling A yang berwarna biru, kemudian terbentuk
emulsi berwarna bening dengan endapan berwarna biru muda. Dalam uji
fehling

sukrosa

akan

menghasilkan

endapan

merah

bata.

Dihasilkannya endapan merah bata karena larutan yang memiliki ion


Cu2+ (larutan fehling) direduksi menjadi Cu2O yang akan diendapkan
menjadi warna merah bata.
b. Hidrolisis polisakarida
Pada tahap ini dilakukan proses hidrolisis polisakarida yang
bertujuan untuk mengetahui jenis gula yang menyusun polisakarida.
Sampel yang digunakan adalah tepung beras. Sebelum dipanaskan,
larutan ditambahkan HCl pekat. Penambahan HCl pekat berfungsi untuk
menghidrolisis pati menjadi glukosa dan pemanasan bertujuan agar
proses reaksi hidrolisis berjalan dengan cepat karena adanya bantuan
suhu. Larutan pati hingga mendidih. Pada menit ke-5 setelah mendidih,
larutan pati diambil dan dilakukan uji iodin. Dalam uji iodin

memberikan hasil yang positif apabila terbentuk larutan warna biru


kehitaman. Perlakuan ini dilakukan setiap 5 menit sampai tercapai warna
konstan (tidak terjadi perubahan warna lagi).
Dari percobaan diperoleh data bahwa larutan sampel yang
ditambahkan dengan aquadest dan iodin serta HCl membentuk larutan
berwarna biru kehitaman. Terbentuknya larutan berwarna biru kehitaman
pada penambahan aquadest dan HCl disebabkan karena pati dapat
bereaksi dengan iodin dalam suasana asam.
Terbentuknya warna biru kehitaman

ini

disebabkan

oleh

terbentuknya kompleks berwarna biru-hitam dengan iodin. Iodin


membentuk kompleks polisakarida yang besar dengan - heliks amilosa
menghasilkan warna biru hitam, dimana I2 terperangkap atau terikat
molekul spiral dari amilum. Terbentuknya warna biru kehitaman ketika
ditambahkan HCl, karena dalam suasana asam amilum dapat
terhidrolisis sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan iodin
membentuk kompleks berwarna biru kehitaman pada amilopektin.
Adapun reaksi uji positif terhadap iodin:
(C6H10O5)n + H2O + I2
(C6H10O5)n I + H2
Ketika percobaan larutan berwarna biru kehitaman. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam larutan sampel terdapat amilosa. Karena
amilosa dengan iodin akan memberikan warna biru kehitaman.
Dari data percobaan terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan
larutan pati, warna biru kehitaman yang dihasilkan ketika uji iodin juga
semakin berkurang. Hal ini menunjukkan semakin lama pemanasan
maka pati semakin banyak terhidrolisis membentuk glukosa sehingga
semakin berkurang pada terbentuknya kompleks antara amilum dengan
iodin yang berwarna biru kehitaman. Akibatnya warna biru kehitaman
pada larutan akan semakin pudar, karena larutan iod tidak bereaksi
dengan glukosa untuk membentuk komplek yang berwarna biru
kehitaman.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji iodin semakin
lama waktu pemanasan larutan pati, maka larutan berwarna biru

kehitaman yang dihasilkan semakin pudar atau semakin menunjukkan


hasil yang negative. Hal ini terjadi karena larutan pati dengan semakin
lama

pemanasan

maka

akan

semakin

terhidrolisis

menjadi

monosakaridanya, yaitu glukosa oleh adanya larutan HCl pekat,


sehingga uji iodin yang memberikan hasil positif dengan adanya amilum
akan semakin berkurang.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Dalam hidrolisis disakarida, menghasilkan warna biru yang menunjukkan
adanya glukosa dalam larutan
2. Waktu yang diperlukan untuk menghidrolis tepung terigu adalah 130 menit
3. Lama waktu hidrolisis tepung berbeda-beda tergantung dari karbohidrat
penyusunnya

DAFTAR PUSTAKA

Putri V / Karbohidrat , 2012 : 25 Desember 2013 , 08.30 WITA


Muddinjafar I / Uji Karbohidrat Kualitatatif , 2010 : 25 Desember 2013 , 08.30
WITA
Latifa D / 8 Jenis Uji Identifikasi Karbohidrat , 2013 : 25 Desember 2013 , 08.30
WITA
Polnes / Modul Ajar Praktikum Proses Kimia Terapan , 2013 : 25 Desember
2013, 08.00 WITA

LAMPIRAN

GAMBAR ALAT :

Gelas Kimia

Tabung Reaksi

Pipet Tetes

Pipet Volume

Batang Pengaduk

Hot Plate

Pipet Ukur

Stopwatch

Erlenmeyer

Spatula

Neraca Digital

Labu Ukur

Kaca Arloji
s

Kertas Lakmus

Botol Semprot

Bulp

Anda mungkin juga menyukai