3 cm
KARBOHIDRAT
Kelompok 9
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 3cm
2018
PENDAHULUAN
METODE
Alat-alat yang digunakan ialah gelas piala, tabung reaksi, sudip, pipet mohr,
bulf, kaca arloji, tabung fermentasi, penangas air, mortar, pipet tetes, dan stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan ialah akuades, NaOH 10%, ragi, asam sulfat
pekat, fosfomolibdat, fenil hidrazin Na asetat, pereaksi barfoed, pereaksi benedict,
pereaksi molisch, pati 1%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%,
glukosa 1%, tepung pati, tepung agar-agar, dan tepung gum arab.
Prosedur Percobaan
Uji Molisch
2,5 mL larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, pati 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, 2 tetes
pereaksi molisch ditambahkan ke dalam tabung reaksi, campur hingga merata.
Setelah itu, 1,5 mL asam sulfat pekat ditambahkan secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung. Warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan mengindikasikan
reaksi positif, sedangkan warna hijau mengindikasikan reaksi negatif.
Uji Benedict
2,5 mL pereaksi benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, 4tetes
larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%,
pati 1%) ditambahkan ke dalam tabung reaksi, campur, dan didihkan selama 5 menit.
Seletelah itu, tabung reaksi dibiarkan hingga mendingin. Warna biru pada larutan
mengindikasikan tidak adanya gula pereduksi, sedangkan warna hijau kebiruan,
hijau, kuning, dan merah bata mengindikasikan adanya gula pereduksi dengan
konsentrasi sekitar 250, 500, 1000, dan 2000 mg/dL.
Uji Barfoed
1 mL pereaksi Barfoed dan 1 mL larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian,
tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan selanjutnya, tabung
reaksi dibiarkan hingga mendingin. Setelah itu, 1 mL fosfomolibdat ditambahkan ke
dalam tabung reaksi dan kocok.
Uji Fermentasi
20 mL larutan bahan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa
1%, maltosa 1%, pati 1%) dan 2 gram ragi roti dimasukkan ke dalam mortar, gerus
hingga terbentuk suspensi yang homogen. Kemudian, suspensi dimasukkan ke dalam
tabung fermentasi hingga bagian kaki yang tertutup terisi penuh oleh cairan. Lalu,
lakukan pemeraman pada suhu 36 ºC dan periksa setiap selang waktu 1 jam sebanyak 3
kali pengamatan. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup, ukur panjang
atau isi gas tersebut. Setelah itu, larutan NaOH 10% ditambahkan ke dalam tabung
fermentasi untuk membuktikan gas yang terbentuk adalah gas CO 2. Larutan
ditambahkan melalui kaki yang terbuka dan tutup mulut tabung dengan ibu jari sembari
tabung dibolak-balik beberapa kali. Isapan pada ibu jari mengindikasikan adanya gas
CO2.
Uji Selliwanoff
Uji Selliwanoff dengan 5ml pereaksi selliwanoff dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes bahan yang akan ditambah, lalu didihkan selama 30 detik atau
dipanaskan selama 60 detik dan diamati warna yang terbentuk. Bahan yang diuji adalah
larutan pati 2%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, glukosa 1%.
Uji Osazon
Uji osazon dilakukan dengan fenil hidrazin Na asetat kering dicampurkan dengan 5
ml larutan percobaan, lalu dikocok dan dipanaskan didalam penangas air selama 30 menit,
kemudian didinginkan dan diperiksa endapan dibawah mikroskop. larutan yang diuji
adalah larutan pati 2%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, glukosa 1%.
Uji Tauber
2 mL pereaksi Tauber dan 1 tetes larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%,
arabinosa 1%, gum arab 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, tabung reaksi
dipanaskan hingga mendidih dan selanjutnya, tabung reaksi didinginkan dalam air dingin
(direndam). Setelah itu, sejumlah air ditambahkan.
Uji Iod
Sedikit tepung percobaan (tepung pati, tepung glikogen, tepung gum arab, tepung
agar-agar, tepung inulin) dimasukkan ke dalam papan uji. Kemudian, 1 tetes larutan iod
encer ditambahkan ke dalam papan uji dan campur hingga merata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Uji selliwanof
(Bintang 2010)
Fruktosa 1%
(Bintang 2010)
Sukrosa 1%
(Bintang 2010)
Laktosa 1%
(Bintang 2010)
Maltosa 1%
(Bintang 2010)
Pati 1%
Sukrosa 1% - Coklat
Sukrosa 1% - Biru
Pati 1% - Biru
Keterangan :
+ = Tidak membentuk furfural
- = Membentuk furfural
Uji Benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus aldehid atau
keton bebas yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang
mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Gula pereduksi
merupakan gula yang memiliki gugus alkali atau keton bebas yang terdapat gugus –
OH glikosidis pada strukturnya. Semua monosakarida, termasuk beberapa disakarida
seperti laktosa, maltosa dan selobiosa merupakan gula pereduksi (Sumardjo 2006).
Larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, laktosa 1%, dan maltosa 1% merupakan bagian
dari gula pereduksi. Larutan ini apabila diuji karbohidrat dengan menggunakan
pereaksi Benedict, sampel akan bereaksi positif.
Benedict merupakan larutan tembaga alkalis yang akan direduksi oleh gula
dengan gugus aldehid atau keton bebas membentuk kupro oksida yang berwarna.
Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu 2O).
Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol merupakan OH
yang terikat pada atom C pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula
pereduksi atau bukan (Slamet et al. 1996). Hasil percobaan pada keenam sampel,
selain pati dan sukrosa, terdapat endapan merah bata. Hasil ini menunjukkan bahwa
keenam sampel mengalami oksidasi dan mampu mereduksi senyawa yaitu
melepaskan O2 sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O). Sukrosa dan pati tidak
menunjukkan warna merah bata atau tidak bereaksi karena sukrosa dan pati bukan
gula pereduksi dan sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif, karena
keduanya sudah saling terikat (Winarno 1984).
Fruktosa 1% + Biru
Keterangan :
++ = Terdapat gula pereduksi dengan konsentrasi sekitar 2000 mg/dL
+ = Terdapat gula pereduksi dengan konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/dL
- = Tidak terdapat gula pereduksi
Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada
disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan
dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan
resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah
jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff. Sampel monosakarida mempunyai waktu yang
lebih cepat membentuk warna merah bata pada uji Barfoed (Sumardjo 2006). Warna biru
tua akan muncul sebagai hasil positif setelah penambahan fosfomolibdat (Poedjiadi dan
Supriyanti 2007).
Glukosa dan fruktosa termasuk monosakarida, sedangkan maltosa, laktosa, dan
sukrosa termasuk disakarida, dan pati adalah contoh dari polisakarida (Pina 2005). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa semua reaksi positif berwarna biru. Hasil negatif
menunjukkan bahwa sampel yang diuji merupakan bagian dari disakarida. Sebenarnya
untuk larutan maltosa, laktosa, dan sukrosa harusnya bereaksi negatif, karena larutan
tersebut termasuk disakarida yang tidak akan bereaksi dengan pereaksi Barfoed.
Pemanasan yang tidak merata dimungkinkan menjadi penyebab hasil reaksi tidak sesuai
dengan literatur yang ada.
Keterangan :
+ = Senyawa berwarna biru terbentuk ketika penambahan fosfomolibdat
KESIMPULAN
Karbohidrat dapat diuji secara kualitatif dengan uji Molisch, uji Baenedict, uji
Barfoed, uji Fermentasi, uji Selliwanoff, uji Osazon, uji Tauber, dan uji Iod. Semua
sampel yang diujikan positif terhadap adanya karbohidrat. Gula pereduksi terdapat
pada semua larutan uji, kecuali pada sukrosa dan pati, karena sukrosa dan pati tidak
bereaksi (tidak berubah warna) ketika ditambahkan pereaksi Benedict. Uji Barfoed
menghasilkan semua larutan yang diujikan positif karena semua larutan berwarna biru
ketika penambahan fosfomolibdat. Larutan maltosa, laktosa, dan sukrosa seharusnya
bereaksi negatif karena larutan tersebut termasuk disakarida yang tidak akan bereaksi
dengan pereaksi Barfoed, namun pemanasan yang tidak merata kemungkinan menjadi
penyebab hasil reaksi tidak sesuai dengan literatur yang ada. Uji fermentasi
menghasilkan panjang yang berbeda pada tabung fermentasi dalam waktu yang
berbeda pula, namun semua sampel menunjukkan aktivitas fermentasi ditunjukkan
dengan terhisapnya ibu jari.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): Erlangga.
Aini F, Berlin Z, Ulandari Z. 2016. Uji kadar alkohol pada tapai ketan putih dan
singkong melalui fermentasi dengan dosis ragi yang berbeda. Jurnal Biota. 2(1).
1-6.
Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV,
Jackson RB. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta(ID): Erlangga.
Karlina S. 2008. Pengaruh persentase ragi tape dan lama fermentasi terhadap mutu
tape ubi jalar [skripsi]. Sumatera Utara(ID): UNiversitas Sumetera Utara.
Pina B. 2005. Studi penentuan kandungan karbohidrat protein dan mineral dalam
air rebusan beras sebagai minuman pengganti susu. Jurnal Sains Kimia 9(3): 15-
16.