Anda di halaman 1dari 18

4 cm

Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Kamis/8 Maret 2018


Biokimia Umum Waktu : 09.00-12.00 WIB
PJP : Dr. Waras Nurcholis,S.Si, M.Si
Asisten : Mita Amalia
Nadya Tri Novia
Tryanisa Ridla Amalia
Ari Putra

3 cm

KARBOHIDRAT
Kelompok 9

Sonia Prabaningrum B04170008


Aisyah Nurfitra B04170097
Raynaldo B04170110
Annisa Rahma Fitriana B04170179

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 3cm
2018
PENDAHULUAN

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida keton, atu senyawa yang


menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisis. Secara umum terdapat tiga macam
karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Oligosakarida ialah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2
sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen yang
biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri
dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida
(a=α) (Lehninger 1982).
Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tidak kalah penting bagi
beberapa mahluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, merubah karbohidrat (glukosa)
menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Dalam kehidupannya,
makhluk hidup sangat membutuhkan karbohidrat sebagia sumber energi utama untuk
tetap bertahan hidup. Baik secara langsung oleh herbivora maupun tidak langsung.
Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Karbohidrat dibagi menjadi jumlah
monomernya, yaitu monosakarida, oligosakaraida, dan polisakarida (Winarno 2008).
Pertama adalah monosakarida. Monosakarida merupakan jenis karbohidrat
sederhana yang terdiri dari satu gugus karbohidrat, contoh dari monosakarida yang
banyak terdapat didalam sel tubuh manusia adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pada
praktikum kali ini diamati dua jenis monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa.
Kedua adalah oligosakarida merupakan jenis karbohidrat yang memiliki 2-10
monomer karbohidrat (Winarno 2008). Oligosakarida banyak dikonsumsi oleh manusia
didalam kehidupan sehari-hari. Setiap molekul oligosakarida akan terbentuk dari
gabungan dua sampai sepuluh molekul monosakarida, contoh oligosakarida yang diuji
dalam praktikum ini adalah jenis disakarida yang terdiri atas sukrosa, laktosa, dan
maltosa. Sukrosa terbentuk dari gabungan satu molekul glukosa dan fruktosa. Laktosa
yang terbentuk dari gabungan satu molekul glukosa dan galaktosa. Sementara maltosa,
terbentuk dari dua monomer glukosa.
Ketiga, polisakarida merupakan polimer dari molekul-molekul monosakarida
yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim
yang spesifik kerjanya (Winarno 2008). Jenis polisakarida yang diamati pada praktikum
kali ini adalah pati. Pati umumnya merupakan simpanan energi didalam sel-sel
tumbuhan ini berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter birkisaran
antara 5-50mm. Dan di alam, pati akan banyak berkandung dalam beras, gandum,
jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga tergantung
didalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi.
Karbohidrat merupakan bahan baku yang menunjang da;am proses fermentasi,
dimana prinsip dasar fermentasi adalah degredasi komponen pati oleh enzim. Fermentasi
mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku
menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal,
antibiotika dan biopolimer (Muhidin et al. 2001). Mikroba yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan
kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran.
Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses fermentasi
tradisional yang memanfaatkan microorganism yang ada dilingkungan. Fermentasi adalah
ptoses produksi energi sel dalam keadaan anaerobik. Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik tanpa akseptor
elektron eksternal. GUla adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Ragi adalah suatu
inokulum arau starter untuk melakukan fermentasi dalam pembuatan produk tertentu.
Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2 (Aini et al. 2016).
Praktikum ini bertujuan menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui
uji-uji kualitatif dan mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya
dengan beberapa reagen uji.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum Karbohidrat dilaksanakan pada hari kamis, 8 Maret 2018 Pukul


09.00-12.00 WIB di Laboratorium Pendidikan Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Gedung Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Praktikum kali ini tentang karbohidrat.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah gelas piala, tabung reaksi, sudip, pipet mohr,
bulf, kaca arloji, tabung fermentasi, penangas air, mortar, pipet tetes, dan stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan ialah akuades, NaOH 10%, ragi, asam sulfat
pekat, fosfomolibdat, fenil hidrazin Na asetat, pereaksi barfoed, pereaksi benedict,
pereaksi molisch, pati 1%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%,
glukosa 1%, tepung pati, tepung agar-agar, dan tepung gum arab.

Prosedur Percobaan

Uji Molisch
2,5 mL larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, pati 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, 2 tetes
pereaksi molisch ditambahkan ke dalam tabung reaksi, campur hingga merata.
Setelah itu, 1,5 mL asam sulfat pekat ditambahkan secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung. Warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan mengindikasikan
reaksi positif, sedangkan warna hijau mengindikasikan reaksi negatif.
Uji Benedict
2,5 mL pereaksi benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, 4tetes
larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%,
pati 1%) ditambahkan ke dalam tabung reaksi, campur, dan didihkan selama 5 menit.
Seletelah itu, tabung reaksi dibiarkan hingga mendingin. Warna biru pada larutan
mengindikasikan tidak adanya gula pereduksi, sedangkan warna hijau kebiruan,
hijau, kuning, dan merah bata mengindikasikan adanya gula pereduksi dengan
konsentrasi sekitar 250, 500, 1000, dan 2000 mg/dL.

Uji Barfoed
1 mL pereaksi Barfoed dan 1 mL larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian,
tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan selanjutnya, tabung
reaksi dibiarkan hingga mendingin. Setelah itu, 1 mL fosfomolibdat ditambahkan ke
dalam tabung reaksi dan kocok.

Uji Fermentasi
20 mL larutan bahan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa
1%, maltosa 1%, pati 1%) dan 2 gram ragi roti dimasukkan ke dalam mortar, gerus
hingga terbentuk suspensi yang homogen. Kemudian, suspensi dimasukkan ke dalam
tabung fermentasi hingga bagian kaki yang tertutup terisi penuh oleh cairan. Lalu,
lakukan pemeraman pada suhu 36 ºC dan periksa setiap selang waktu 1 jam sebanyak 3
kali pengamatan. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup, ukur panjang
atau isi gas tersebut. Setelah itu, larutan NaOH 10% ditambahkan ke dalam tabung
fermentasi untuk membuktikan gas yang terbentuk adalah gas CO 2. Larutan
ditambahkan melalui kaki yang terbuka dan tutup mulut tabung dengan ibu jari sembari
tabung dibolak-balik beberapa kali. Isapan pada ibu jari mengindikasikan adanya gas
CO2.

Uji Selliwanoff
Uji Selliwanoff dengan 5ml pereaksi selliwanoff dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes bahan yang akan ditambah, lalu didihkan selama 30 detik atau
dipanaskan selama 60 detik dan diamati warna yang terbentuk. Bahan yang diuji adalah
larutan pati 2%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, glukosa 1%.

Uji Osazon
Uji osazon dilakukan dengan fenil hidrazin Na asetat kering dicampurkan dengan 5
ml larutan percobaan, lalu dikocok dan dipanaskan didalam penangas air selama 30 menit,
kemudian didinginkan dan diperiksa endapan dibawah mikroskop. larutan yang diuji
adalah larutan pati 2%. maltosa 1%, laktosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, glukosa 1%.

Uji Tauber
2 mL pereaksi Tauber dan 1 tetes larutan percobaan (glukosa 1%, fruktosa 1%,
arabinosa 1%, gum arab 1%) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, tabung reaksi
dipanaskan hingga mendidih dan selanjutnya, tabung reaksi didinginkan dalam air dingin
(direndam). Setelah itu, sejumlah air ditambahkan.

Uji Iod
Sedikit tepung percobaan (tepung pati, tepung glikogen, tepung gum arab, tepung
agar-agar, tepung inulin) dimasukkan ke dalam papan uji. Kemudian, 1 tetes larutan iod
encer ditambahkan ke dalam papan uji dan campur hingga merata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Uji selliwanof

Larutan Hasil pengamatan Keterangan Gambar


Glukosa 1% --- Larutan menjadi
warna kuning

Fruktosa 1% --- Larutan menjadi


warna kuning

Sukrosa 1% +++ Larutan menjadi


warna merah

Laktosa 1% --- Larutan menjadi


warna kuning

Maltosa 1% --- Larutan menjadi


warna kuning

Pati 1% --- rutan menjadi warna


kuning

Akuades --- Larutan menjadi


warna kuning
Keterangan: (+) mengandung gula ketosa

(-) tidak mengandung gula ketosa

Prinsip uji selliwanoff, peristiwa uji dehidrasi monosakarida ketosa


menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosahal ini
dikarenakan bahwa aldose sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu mengalami
transformasi menjadi ketosa dengan demikian aldose akan bereaksi negative (Slamet
2007). Uji selliwanoff adalah pembentukan senyawa berwarna merah yaitu 4-
hidroksil metil furfural oleh adanya resorsinol atau 1,3-hidridroksi benzene. Larutan
yang berwarna merah oren atauuji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula
ketotektosa. Pereaksi selliwanoff terdiri dari 0,5% resorsino dan HCl pekat. Larutan
yang dipanaskan yang sudah diberi pereaksi selliwanoff berfungsi sebagai untuk
mempercepat laju reaksi agar dapat membentuk senyawa kompleks berwarna, reaksi
positif terjadi jika larutan berwarna merah (Sumardjo 2006).

Hasil percobaan tabel 1 diperoleh hasil yang sama dengan literatur


yang menyatakan sukrosa merupakan jenis gula yang memberikan hasil positif karena
sukrosa adalah disakarida tang terdiri dari fruktosa dan glukosa (Harper et al.1979).
Larutan sukrosa memberikan warna merah setelah diberikan reagen selliwanoff dan
dipanaskan.
Tabel 2 Uji osazon

Larutan Gambar Gambar literatur


pengamatan
Glukosa 1%

(Bintang 2010)
Fruktosa 1%

(Bintang 2010)
Sukrosa 1%

(Bintang 2010)

Laktosa 1%

(Bintang 2010)

Maltosa 1%

(Bintang 2010)
Pati 1%

Percobaan osazon prinsipnya yaitu pemanasan kerbohidrat yang memiliki


gugus fungsi aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebih yang akan
membentuk osazon. Pada percobaan ini diperoleh data bahwa karbohidrat dapat
dibedakan dari beracam-macam gambar kristalnya. Hal ini dikarenakan semua
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida tau keton bebas akan membentuk
hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Maltosa,
fruktosa, dan glukosa pada pereaksinya terbentuk Kristal. Beberapa dengan sukrosa,
ketika direaksika tidak terbentuk Kristal. Hal ini dikarenakan gugus aldehida atau
keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas. Gula jenis disakarida,
misalnya maltosa dan laktosa menghasilkan Kristal osazon berbentuk sunflower –
shaped dan cotton – ball – shaped.Gula non – reduksi, misalnya sukrosa tidak akan
membentuk Kristal osazon (Nigam dan Ayyagari 2008).

Tabel 3 Hasil pengamatan Uji Molisch


Larutan Hasil Pengamatan Keterangan (Warna) Gambar
Glukosa 1% - Kuning

Fruktosa 1% - Coklat kehitaman

Sukrosa 1% - Coklat

Laktosa 1% - Coklat muda

Maltosa 1% + Ada cincin ungu


kemerahan (violet)

Pati 1% + Ada cincin ungu


kemerahan (violet)

Uji Molisch merupakan uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat


menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami
dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksosa
menjadi hidroksi-multifurfural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi Molisch
yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk
karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangkan
warna hijau adalah negatif (Sumardjo 2006).
Percobaan menunjukkan hasil bahwa larutan yang diuji pada maltosa 1% dan
pati 1% positif mengandung karbohidrat karena terbentuk cincin ungu kemerahan
pada batas diantara pereaksi dengan larutan percobaan. Cincin ungu kemerahan itu
terbentuk dari reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat (asam organik pekat).
H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch, α-naftol membentuk
cincin yang berwarna ungu kemerah-merahan (Anny et al. 2005).
Semua larutan seharusnya mengandung karbohidrat, namun pada percobaan
hanya larutan maltosa 1% dan pati 1% yang bereaksi positif. Campuran yang tidak
tercampur merata dimungkinkan menjadi penyebab hasil reaksi tidak sesuai dengan
literatur yang ada.

Tabel 4 Hasil pengamatan Uji Benedict


Larutan Hasil Pengamatan Keterangan (warna) Gambar
Glukosa 1% + Hijau kebiruan dan
coklat

Fruktosa 1% + Hijau kebiruan

Sukrosa 1% - Biru

Laktosa 1% + Hijau kebiruan dan


coklat

Maltosa 1% ++ Ada endapan merah


bata

Pati 1% - Biru

Keterangan :
+ = Tidak membentuk furfural
- = Membentuk furfural

Uji Benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus aldehid atau
keton bebas yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang
mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Gula pereduksi
merupakan gula yang memiliki gugus alkali atau keton bebas yang terdapat gugus –
OH glikosidis pada strukturnya. Semua monosakarida, termasuk beberapa disakarida
seperti laktosa, maltosa dan selobiosa merupakan gula pereduksi (Sumardjo 2006).
Larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, laktosa 1%, dan maltosa 1% merupakan bagian
dari gula pereduksi. Larutan ini apabila diuji karbohidrat dengan menggunakan
pereaksi Benedict, sampel akan bereaksi positif.
Benedict merupakan larutan tembaga alkalis yang akan direduksi oleh gula
dengan gugus aldehid atau keton bebas membentuk kupro oksida yang berwarna.
Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu 2O).
Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol merupakan OH
yang terikat pada atom C pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula
pereduksi atau bukan (Slamet et al. 1996). Hasil percobaan pada keenam sampel,
selain pati dan sukrosa, terdapat endapan merah bata. Hasil ini menunjukkan bahwa
keenam sampel mengalami oksidasi dan mampu mereduksi senyawa yaitu
melepaskan O2 sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O). Sukrosa dan pati tidak
menunjukkan warna merah bata atau tidak bereaksi karena sukrosa dan pati bukan
gula pereduksi dan sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif, karena
keduanya sudah saling terikat (Winarno 1984).

Tabel 5 Hasil pengamatan Uji Barfoed


Larutan Hasil Pengamatan Keterangan (Warna) Gambar
Glukosa 1% + Biru

Fruktosa 1% + Biru

Sukrosa 1% + Biru terang

Laktosa 1% + Biru terang

Maltosa 1% + Biru terang

Pati 1% + Biru terang

Keterangan :
++ = Terdapat gula pereduksi dengan konsentrasi sekitar 2000 mg/dL
+ = Terdapat gula pereduksi dengan konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/dL
- = Tidak terdapat gula pereduksi

Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada
disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan
dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan
resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah
jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff. Sampel monosakarida mempunyai waktu yang
lebih cepat membentuk warna merah bata pada uji Barfoed (Sumardjo 2006). Warna biru
tua akan muncul sebagai hasil positif setelah penambahan fosfomolibdat (Poedjiadi dan
Supriyanti 2007).
Glukosa dan fruktosa termasuk monosakarida, sedangkan maltosa, laktosa, dan
sukrosa termasuk disakarida, dan pati adalah contoh dari polisakarida (Pina 2005). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa semua reaksi positif berwarna biru. Hasil negatif
menunjukkan bahwa sampel yang diuji merupakan bagian dari disakarida. Sebenarnya
untuk larutan maltosa, laktosa, dan sukrosa harusnya bereaksi negatif, karena larutan
tersebut termasuk disakarida yang tidak akan bereaksi dengan pereaksi Barfoed.
Pemanasan yang tidak merata dimungkinkan menjadi penyebab hasil reaksi tidak sesuai
dengan literatur yang ada.

Tabel 6 Hasil pengamatan Uji Fermentasi


Penambahan tinggi larutan (mL)
Larutan menit ke- Ketika (+) Hasil Pengamatan
0 5 10 15 20 25 30 NaOH
Glukosa 1% 0 0,1 0,2 0,1 0 0 0 Ada isapan Terdapat gas CO2
Fruktosa 1% 0 0,5 0,5 0,4 1,3 1,5 1,8 Ada isapan Terdapat gas CO2
Sukrosa 1% 0 2,2 3,5 9 10 +10 +10 Ada isapan Terdapat gas CO2
Laktosa 1% 0 0 0,4 0,6 0,8 1,3 1,7 Ada isapan Terdapat gas CO2
Maltosa 1% 0 0,1 0,8 1,5 2,1 2,6 3,1 Ada sedikit Terdapat gas CO2
isapan
Pati 1% 0 0,1 0,1 0,1 0 0 0,1 Ada isapan Terdapat gas CO2

Keterangan :
+ = Senyawa berwarna biru terbentuk ketika penambahan fosfomolibdat

Fermentasi merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara


anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses
fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi
oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Proses pemecahan karbohidrat secara anerobik dapat
diuji melalui uji fermentasi. Prinsip dari uji ini adalah pembentukan etanol dan CO 2 dari
karbohidrat dalam keadaan anaerob bila ditambahkan NaOH. Uji fermentasi berfungsi
untuk mengetahui gula yang dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida pada suasana
aerob. Ragi memiliki peran sebagai pengubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan
karbondioksida dalam keadaan anaerob. NaOH berfungsi sebagai pendesak gas CO2
sehingga gas tersebut dapat lepas ke udara.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati terdapat isapan pada ibu jari oleh gas CO 2. Menurut Karlina (2008),
glukosa cepat mengalami fermentasi karena merupakan golongan monosakarida yang
cukup mengalami satu tahap untuk berubah menjadi asam laktat atau asetat setelah proses
glikolisis menuju proses fermentasi karena tidak ada gas O2.

KESIMPULAN
Karbohidrat dapat diuji secara kualitatif dengan uji Molisch, uji Baenedict, uji
Barfoed, uji Fermentasi, uji Selliwanoff, uji Osazon, uji Tauber, dan uji Iod. Semua
sampel yang diujikan positif terhadap adanya karbohidrat. Gula pereduksi terdapat
pada semua larutan uji, kecuali pada sukrosa dan pati, karena sukrosa dan pati tidak
bereaksi (tidak berubah warna) ketika ditambahkan pereaksi Benedict. Uji Barfoed
menghasilkan semua larutan yang diujikan positif karena semua larutan berwarna biru
ketika penambahan fosfomolibdat. Larutan maltosa, laktosa, dan sukrosa seharusnya
bereaksi negatif karena larutan tersebut termasuk disakarida yang tidak akan bereaksi
dengan pereaksi Barfoed, namun pemanasan yang tidak merata kemungkinan menjadi
penyebab hasil reaksi tidak sesuai dengan literatur yang ada. Uji fermentasi
menghasilkan panjang yang berbeda pada tabung fermentasi dalam waktu yang
berbeda pula, namun semua sampel menunjukkan aktivitas fermentasi ditunjukkan
dengan terhisapnya ibu jari.

DAFTAR PUSTAKA
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): Erlangga.

Winarno F G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta(ID) Gramedia.

Muhidin N.H, N. Juli, dan I.N.P.Aryantha. 2001. Peningkatan kandungan protein


kulit umbi ubi kayu melalui proses fermentasi. JMS. 6(1). 1-10.

Aini F, Berlin Z, Ulandari Z. 2016. Uji kadar alkohol pada tapai ketan putih dan
singkong melalui fermentasi dengan dosis ragi yang berbeda. Jurnal Biota. 2(1).
1-6.

Slamet. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta(ID): Liberty


Yogyakarta.

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta(ID): EGC

Harper R, Rodwell, Mayes. 1979. Review of Phisiologycal Chemistry. Ed ke-17.


California (CA): Lange Medical California.

Nigam A, Ayyagari A. 2008. Lab Manual in Biochemistry, Immunology, and


Biotechnology. New York(US): McGraw – Hill.

Bintang Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta(ID): Erlangga.

Anny R, Suranto, Purwoko T. 2005. Analisis karbohidrat proteindan lemak pada


pembuatan kecap lamtoro gung Leucaena leucocephala terfementasi Asepergillus
oryzae. Jurnal Bioteknologi 2(1): 14-20.

Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV,
Jackson RB. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta(ID): Erlangga.

Karlina S. 2008. Pengaruh persentase ragi tape dan lama fermentasi terhadap mutu
tape ubi jalar [skripsi]. Sumatera Utara(ID): UNiversitas Sumetera Utara.

Pina B. 2005. Studi penentuan kandungan karbohidrat protein dan mineral dalam
air rebusan beras sebagai minuman pengganti susu. Jurnal Sains Kimia 9(3): 15-
16.

Poedjiadi, Supriyanti.2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI Press. Sanyi


SS. 2008. Pembuatan alkohol dengan proses fermentasi buah jambu mete oleh
khamir Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik(8) 2:104-111.

Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan 13(2): 38-44.


Slamet S, Bambang H, Suhardi. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta (ID): Penerbit Liberty.

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta(ID): EGC.

Anda mungkin juga menyukai