Anda di halaman 1dari 6

Nama : Silvia Ramadhanty

NIM : 03031181722027

ASPERGILLUS NIGER

Jamur Aspergillus niger merupakan jenis jamur dari genus aspergillus


dengan kelas deuteromycetes. Kelompok jamur dari kelas deuteromycetes hanya
melakukan perkembangbiakan secara aseksual dalam berbagai bentuk seperti,
konidium, oidium, dan klamidospora (Sastrahidayat, 2011). Kebanyakan jamur
dalam kelas ini merupakan penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman
dan hewan. Koloni Aspergillus niger mencapai diameter 4-5 cm, terdiri dari
lapisan basal yang kompak bewarna putih hingga kuning, dan lapisan konidiofor
yang lebat bewarna coklat tua hingga bewarna kehitaman (Gandjar dkk, 1999).
Bagian kepala konidia bewarna hitam, berbentuk bulat, dan cenderung
merekah pada koloni berumur tua. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat,
dan berdiameter 50-100 μm. Bagian fialid terbentuk pada metula. Metula bewarna
hialin hingga coklat dan bersepta. Gambar 1 menunjukkan bagian dari jamur
Aspergillus niger yang terdiri atas, simbol a adalah vesikel, simbol b adalah
metula, simbol c adalah fialid, dan simbol d merupakan bagian konidia.

Gambar 1. Aspergillus Niger


(Sumber: Gandjar dkk, 1999)

Aspergillus niger banyak dimanfaatkan untuk produksi asam sitrat. Jamur


ini memiliki bagian konidia yang bewarna kehitaman. Jamur Aspergillus niger
juga dimanfaatkan untuk produksi enzim. Enzim yang banyak diteliti adalah
glukoamilase. Enzim glukoamilase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis
amilosa menjadi monosakarida dari sisi non reduksi. Glukoamilase juga mampu
menghidrolisis ikatan 1,6-alfa pada titik percabangan amilopektin. Produksi enzim
Nama : Silvia Ramadhanty
NIM : 03031181722027

oleh Aspergillus niger juga dapat berupa enzim renin yang penting pada
pembuatan keju. Aspergillus niger menghasilkan spora aseksual yang disebut
dengan konidia (Hidayat dkk, 2018). Konidia berbentuk melalui fragementasi hifa
yang bersepta, yang kemudian mengalami penebalan dinding. Konidia Aspergillus
niger yang bewarna hitam menjadi ciri khas dari jamur ini (Sastrahidayat, 2011).
Jamur ini merupakan patogen utama yang menyebar di udara dan dapat
ditemukan pada pupuk kandang dan humus. Jamur Aspergillus niger dapat
tumbuh sebagai saprofit pada tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada
tanah, debu organik, air, atau pada permukaan bahan makanan buah dan sayur.
Spora Aspergillus niger memiliki ukuran sangat kecil dan ringan mudah menyebar
di udara, sehingga mempunyai peran yang sangat besar. Identifikasi jamur jenis
aspergillus biasanya menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA), karena
jamur mampu hidup pada media dengan derajat keasaman yang rendah dan
kandungan gula yang tinggi dari dextrose. Salah satu unsur paling banyak
dibutuhkan oleh Aspergillus niger untuk pertumbuhannya adalah karbohidrat.
Sumber karbohidrat banyak terdapat pada beras, jagung, dan singkong.
Aspergillus niger merupakan jenis jamur yang berfilamen. Aspergillus
terpisah secara genus, namun memiliki kekerabatan yang dekat dengan spesies
penicillium di dalam kingdom fungi. Aspergillus niger dapat diisolasi dari tanah,
sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Aspergillus niger tumbuh optimum
pada suhu 35-37℃ , dengan suhu minimum 6-8℃ ,dan suhu maksimum 45-47℃.
Jamur Aspergillus niger saat masih muda, mempunyai koloni bewarna
putih dan berubah menjadi hitam ketika berbentuk konidiospora. Kepala konidia
bewarna hitam dan juga berbentuk bulat. Koloni Aspergillus niger bewarna putih
sampai kuning pada permukaan bawah koloni, yang kemudian berubah warna
menjadi coklat gelap hingga hitam setelah berbentuk konidiofor. Jamur
Aspergillus niger dan Penicillium digiatum dimanfaatkan dalam meningkatkan
produksi verbenol. Verbenol adalah senyawa makanan yang banyak digunakan
tambahan pada minuman ringan, sosis, dan es krim. Aspergillus niger mempunyai
fungsi utama untuk proses sakrarifikasi zat pati beras. Namun beberapa spesies
digunakan untuk fermentasi produk-produk tradisional seperti kecap asin, miso
Nama : Silvia Ramadhanty
NIM : 03031181722027

atau tauco, dan untuk industri fermentasi seperti industri sake. Aspergillus niger
merupakan salah satu jenis jamur yang dapat menghasilkan protease. Protease dari
cendawan aspergillus memiliki banyak keuntungan daripada protease bakteri
dalam pemisahan enzim, karena miselium dapat dihilangkan hanya dengan filtrasi.
Protease yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger lebih baik, karena hasil
akhir lebih tinggi, waktu produksinya lebih singkat, dan biayanya relatif murah.
Beberapa negara di benua Asia, genus aspergillus banyak digunakan untuk
memproduksi makanan fermentasi minuman tradisional seperti sake. Aspergillus
niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang
terdapat di dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa
dapat langsung diserap. Keberadaan molekul yang lebih kompleks harus dipecah
terlebih dahulu sebelum diserap masuk ke dalam bagian sel, dengan menghasilkan
beberapa enzim seperti enzim protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase.
Bahan organik dari substrat digunakan oleh jamur Aspergillus niger untuk
aktivitas molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel (Sastrahidayat,
2011). Terdapat sekitar 23 jenis enzim yang telah diidentifikasi dari Aspergillus
niger. Beberapa enzim komersil yang dihasilkan dari Aspergillus niger seperti,
enzim amilase, glukoamilase, selulase, pektinase, dan katalase. Reproduksi jamur
ini secara aseksual melalui penyebaran spora. Spora aseksual dihasilkan lebih
cepat dengan jumlah yang lebih banyak, dibandingkan spora secara seksual. Spora
aseksual memiliki ukuran yang kecil dengan diameter 1-10 μm dan ringan,
sehingga penyebarannya secara pasif menggunakan bantuan aliran udara.

1. Pembuatan Asam Sitrat


Asam sitrat merupakan salah satu bahan aditif yang dikenal luas pada
berbagai kalangan industri, termasuk industri pangan dan farmasi. Senyawa ini
dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme melalui proses
fermentasi, baik fermentasi secara padat, biak rendam, atau dengan menggunakan
sel yang teramobilisasi. Banyak mikroorganisme yang dapat digunakan dalam
proses produksi asam sitrat, seperti Penicillum glaucum, Candida tropicalis,
Aspergillus niger, Aspergillus nidulans, dan Aspergillus awamori (Demirel dkk,
2005). Namun diantara mikroorganisme tersebut Aspergillus niger merupakan
Nama : Silvia Ramadhanty
NIM : 03031181722027

jamur yang sering digunakan untuk produksi asam sitrat, karena menghasilkan
lebih banyak asam sitrat per satuan waktu dan juga kemampuannya untuk
memproduksi asam sitrat dari bahan baku yang murah (Soccol dkk, 2006).
Molase merupakan hasil samping industri pengolahan gula yang kaya akan
kandungan karbohidrat, termasuk sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Molase dengan
kandungan karbohidrat yang tinggi, sangat potensial untuk dijadikan sebagai
substrat sumber karbon pada proses produksi asam sitrat. Proses pembuatan
dimulai dari tahapan biakan Aspergillus niger pada media agar miring Potato
Dextrose Agar (PDA). Masa inkubasi selama 7 hari pada suhu 30℃ hingga
terbentuknya spora. Biakan akan disimpan dalam lemari es pada suhu 4℃ dan
siap untuk digunakan untuk pembuatan inokulum spora (Anne dkk, 2015).
Medium inokulasi dan fermentasi molase akan di sterilisasi dengan autoclave.
Medium untuk prose inokulasi dengan molase ditanami Aspergillus niger,
menggunakan metode shaker dengan kecepatan 200 rpm selama dua hari. Proses
fermentasi diikuti dengan memantau perubahan yang terjadi pada media yang
meliputi pH, berat kering sel, konsentrasi gula pereduksi, dan konsentrasi asam
sitrat. Waktu optimum inkubasi untuk menghasilkan asam sitrat bervariasi pada
setiap organisme dan jiga ditentukan oleh kondisi fermentasinya. Produksi asam
sitrat dimulai dari fase lag (adaptasi) yang biasanya berlangsung selama dua hari
dan produksi mencapai maksimum pada permulaan fase stasioner atau akhir fase
eksponensial selama 6 hari. Penggunaan medium inokulum sebelum medium
fermentasi bertujuan untuk mempersingkat waktu adaptasi atau agar cepat masuk
ke tahap eksponensial. Proses fermentasi asam sitrat membutuhkan kondisi pH
awal yang rendah untuk merangsang akumulasi asam sitrat. Nilai pH awal yang
tinggi dapat memicu akumulasi produk lain yaitu asam oksaloasetat.
Keberadaan gula pereduksi yaitu molase di dalam media digunakan oleh
Aspergillus niger sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan aktivitas
biokimia lainnya. Semakin besar konsentrasi gula dalam media, maka diharapkan
asam sitrat yang akan terbentuk juga semakin banyak. Namun konsentrasi gula
pereduksi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan osmotik,
sehingga mengganggu pertumbuhan dari jamur. Kesesuaian jenis substrat yang
Nama : Silvia Ramadhanty
NIM : 03031181722027

tersedia juga mempengaruhi konsentrasi asam sitrat yang terbentuk. Substrat


terbaik untuk menghasilkan asam sitrat berturut-turut adalah sukrosa, glukosa,
fruktosa, dan laktosa. Gula jenis galaktosa tidak menyebabkan terakumulasinya
produk asam sitrat. Molase mengandung sukrosa, glukosa, dan fruktosa, sehingga
sesuai untuk digunakan pada proses produksi asam sitrat (Anne dkk, 2015).
2. Penghasil Enzim
Jamur Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim fitase dan amilase
yang banyak digunakan di sektor industri pangan, pakan, dan kesehata. Enzim
fitase untuk fortifikasi pakan ternak bertujuan untuk meningkatkan nilai cerna
pakan. Pakan ternak yang sebagian besar terdiri atas biji-bijian, mengandung asam
fitat yang cukup tinggi. Asam fitat dapat berikatan dengan ion logam, protein, dan
asam amino, sehingga mengganggu penyerapan senyawa tersebut oleh hewan
ternak dan juga pada usus manusia. Asam fitat merupakan anti-nutrien yang dapat
mengganggu fungsi dan komponen-komponen nutrisi pada pangan.
Asam fitat adalah agen yang dapat berikatan kuat dengan mineral, protein,
dan beberapa asam amino. Pakan ternak umumnya mengandung asam fitat yang
dapat menurunkan ketersediaan mineral bagi hewan ternak. Asam fitat pada pakan
ternak dapat dihidrolisis oleh enzim fitase dengan memutuskan ikatan fosfat dari
asam fitat menjadi inositol dan fosfat anorganik. Enzim fitase dapat membantu
memutuskan ikatan asam fitrat dengan protein. Jamur terutama Aspergillus niger
terbukti mampu menghasilkan fitase yang cukup tinggi. Enzim amilase juga
digunakan untuk meningkatkan pencernaan karbohidrat. Ampas tahu merupakan
substrat yang belum banyak dimanfaatkan untuk pembentukan enzim. Ampas tahu
mengandung protein dan karbohidrat. Kandungan nutrisi yang cukup baik dapat
digunakan sebagai substrat untuk pembuatan enzim amilase dan enzim fitase.
Biji kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu juga mengandung asam
fitat yang baik untuk substrat enzim fitase. Aspergillus niger menghasilkan enzim
fitase dan amilase pada pH 6,8 pada suhu 30℃, dengan waktu inkubasi selama
tiga hari. Enzim fitase dihasilkan pada kondisi pH 6-7. Produksi enzim amilase
pada hari ke empat pada suhu 30-35℃ (Kanti, 2017). Proses hidrolisis oleh enzim
fitase dapat ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi fosfat yang akan dihasilkan.
Nama : Silvia Ramadhanty
NIM : 03031181722027

DAFTAR PUSTAKA

Anne, C., dkk. 2015. Fermentasi Biak Rendam Molase dengan Aspergillus niger
untuk Produksi Asam Sitrat. Chimica et Natura Acta. 3(1): 25-29.
Demirel, G., dkk. 2005. The Production of Citric Acid by Using Immobilized
Aspergillus niger. Applied Microbiology and Biotechnology. 19(1): 393-
397.
Gandjar., dkk. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Hidayat, N., dkk. 2018. Mikroorganisme dan Pemanfaatannya. Malang: UB
Press.
Kanti, A. 2017. Potensi Kapang Aspergillus niger, Rhizopus oryzae, dan
Neurospora sitophila sebagai Penghasil Enzim Fitase dan Amilase pada
Substrat Ampas Tahu. Buletin of Animal Science. 41(1):26-36.
Sastrahidayat, I. 2011. Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB Press.
Soccol., dkk. 2006. New Prespective for Citric Acid Production and Application.
Food Technology and Biotechnology. 44(2): 141-149.

Anda mungkin juga menyukai