Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak jelantah

Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair
pada suhu kamar (25°C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga mudah
mengalami oksidasi. Minyak yang berbentuk padat biasa disebut dengan lemak. Minyak dapat
bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak
bunga matahari. Minyak dapat juga bersumber dari hewan, misalnya minyak ikan sardin, minyak
ikan paus dan lain-lain (Ketaren, 1986). Minyak jelantah Adapun komposisi minyak jelantah
sebagai berikut :

2.2. Hidrodeoksigenasi (HDO)

Hidrodeoksigenasi (HDO) adalah suatu proses hidrogenolisis yang bertujuan


menghilangkan oksigen dari suatu bahan dengan cara memotong ikatan karbon-oksigen dengan
menggunakan gas hidrogen. Proses hidrodeoksigenasi biasa diikuti dengan reaksi hidrogenasi,
dekarboksilasi (DCO), dan dekarbonilasi (DCN), ataupun gabungan ketiganya. Hidrogenasi
dapat didefinisikan sebagai proses adisi molekul hidrogen pada ikatan rangkap trigliserida
(Yemişçioğlu et al, 2009). Prinsip dari proses ini adalah penjenuhan ikatan rangkap rangkap
menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi dapat membuat minyak menjadi stabil dan mencegah
pembusukan. Produk utama proses hidrogenasi total pada trigliserida biasanya adalah n-alkana
dan produk sampingnya adalah propana dan air (Mohammad et al, 2012). Dalam
hidrodeoksigenasi terjadi peningkatan nilai energi pada minyak dengan melepaskan gugus oksi
dalam bentuk H2O atau dalam bentuk CO2 melalui proses dekarboksilasi. Tujuan utama dari
proses ini adalah untuk mereduksi rasio O/C dan secara simultan meningkatkan rasio H/C
(Mohammad et al, 2012).

Jenis katalis dan kondisi operasi (tekanan dan temperatur) dapat mempengaruhi jalur dari
proses ini. Katalis jenis NiMo/Al2O3 dan CoMo/Al2O3 biasa digunakan dalam proses
hidrogenasi ( vonortas, 2014) . Hidrodeoksigenasi dilangsungkan pada tekanan tinggi (sekitar
75-300 bar) karena pada tekanan tinggi, kelarutan gas H2 dalam minyak nabati akan meningkat.
Konsentrasi hidrogen dapat mempengaruhi selektivitas katalis terhadap reaksi HDO dan juga
akan meningkatkan laju reaksi. Kelebihan HDO adalah menghasilkan produk samping berupa air
yang ramah lingkungan. Kekurangannya adalah membutuhkan gas H2 bertekanan tinggi dalam
jumlah besar, sekitar 600-1000 L/kg minyak nabati (Dickerson & Soria, 2012).

Reaksi hidrodeoksigenasi biasanya menggunakan temperatur yang relatif tinggi. Semakin


tinggi temperatur yang digunakan dalam reaksi, maka derajat deoksigenasi akan semakin besar
dan menunjukkan bahwa oksigen dalam hasil reaksi mengalami reduksi. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya banyak gas (Annisa, 2012). Sebenarnya pada reaksi HDO, tekanan tidak terlalu
berpengaruh terhadap perolehan yield yang dihasilkan pada akhir reaksi HDO (Choudhary et al,
2011). Dalam reaksi HDO, tekanan gas H2 yang tinggi bertujuan untuk meningkatkan kelarutan
gas H2 dalam minyak nabati, serta mencegah pembentukan deposit karbon pada permukaan
katalis. Berikut ini perbedaan proses biodiesel dengan transesterifikasi dan proses green diesel
dengan hidrogenasi ( vonortas, 2014)

Gambar proses transesterifikasi trigliserida menggunakan metanol


Gambar proses hidrogenasi trigliserida dengan tiga macam cara

Perbandingan kedua proses diatas adalah pada proses transesterifikasi dengan


menggunakan methanol akan menghasilkan FAME dan gliserin sedangkan gambar kedua
menjelaskan reaksi hidrogenasi yang menghasilkan paraffin yang dapat meningkatkan angka
cetane dan rendah kadarsulfur. Kandungan oksigen pada FAME menyebabkan biodiesel kurang
stabil, menyebabkan korosi pada alat, dan ketidakcocokan dengan beberapa mesin. Reaksi
hidrogenasi mampu menghilangkan oksigen pada trigliserida dan mengubahnya dalam bentuk
air, CO, CO2, SO2 (tergantung jenis minyak).

2.3. Kalorimeter Bom

Kalorimeter bom (Keenan, 1980) adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam oksigen berlebih) suatu
senyawa, bahan makanan, dan bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung
beroksigen yang dimasukkan dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), sampel tersebut
dibakar oleh api listrik yang berasal dari kawat logam (pemanas) yang terpasang dalam tabung.
Vorob’yov et al. (1997:829) menyatakan bahwa sebuah bom kalorimeter dipakai untuk
mengukur kalor bakar zat padat atau zat cair. Kalor bakar ini diukur dengan kalorimeter pada
volume yang konstan bukan pada tekanan konstan seperti pada kalorimeter yang biasa, karena
kalorimeter ini mempunyai bejana reaksi yang tertutup yang disebut bom. Bom terdiri atas
sebuah tabung yang terbuat dari baja kontraktor tahan karat dan alat tudung yang diulirkan.
Penutupnya terdapat pentil untuk jalan masuk oksigen dan kontraktor elektrik yang berhubungan
dengan rangkaian kawat untuk melangsungkan pembakaran.
2.4 Analisa Gas Chromatografi Mass Spectroscopy (GC-MS)

Metode analisa untuk mengukur jenis dan kandungan senyawa dalam suatu sampel baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Instrument ini terdiri dari dua buah instrument yaitu
Kromatografi gas untuk memisahkan senyawa menjadi senyawa tunggal dan Spektroskopi Massa
yang berfungsi untuk mendeteksi senyawa berdasarkan pola fragmentasinya. Sampel
diinjeksikan ke dalam Kromatografi gas akan diubah menjadi fasa uap dan dialirkan melewati
kolom kapiler dengan bantuan gas pembawa. Pendeteksian berlangsung di dalam spektroskopi
massa dengan mekanisme penembakan senyawa oleh elektron menjadi molekul terionisasi dan
pencatatan pola fragmentasi yang terbentuk dibandingkan dengan pola fragmentasi senyawa
standar yang diindikasikan dengan presentase Similiarty Index (SI) (Anonim, 2014).

Anda mungkin juga menyukai