Asahimas Chemical
PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) adalah perusahaan penanaman modal asing
yang memproduksi bahan kimia dasar terintegrasi dengan Proses Klor Alkali hingga
Proses Polivinil terbesar di Asia Tenggara yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan industri nasional.
Didirikan pada 8 september 1986 dengan luas awal lahan sekitar 24 hektar.
Kemudian PT. Asahimas mulai diresmikan dan beroperasi pada tahun 1989. Perusahaan ini
telah melakukan ekspansi beberapa kali dan menambah kapasitas produksi serta
meningkatkan nilai investasinya. Terhitung ada beberapa ekspansi diantaranya yaitu phase
3 pada tahun 1998, phase 5 pada tahun 2013, dan power plant pada tahun 2018 dengan total
keseluruhan wilayah produksi mencapai 100 hektar.
PT. Asahimas berkantor pusat di Summitmas Tower I Lt.9, Jl. Jend. Sudirman
Kav.61-62, Jakarta Selatan, sementara untuk pabriknya terletak di kawasan Krakatau
Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km.122 Cilegon 42447, Banten.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti Caustic Soda (NaOH), Sodium
Hypochlorite (NaClO), Vinyl Chloride (VCM), Polyvinyl Chloride (PVC), Hydrochloride
Acid (HCl), dan Ethylene Dichloride (EDC). Produk-produk ini merupakan bahan baku
penting bagi sejumlah sektor industri di Indonesia.
Pabrik yang mempunyai salam kerja “Goanji” ini selalu berkontribusi pada
pemeliharaan keselamatan dan pemeliharaan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan
berbagai macam penghargaan yang telah diraih seperti ISO 9001 untuk Quality
Management System, ISO 14001 untuk Environmental Management System, dan OHSAS
18001 dibidang Healty and Safety system.
PT. Asahimas merupakan pabrik terpadu dimana produk yang dihasilkan saling
berkaitan dan digunakan pada proses-proses selanjutnya. PT. ASC memiliki tiga plant
utama yaitu Chlor Alkali (CA) plant, EDC-VCM Plant, dan PVC plant serta tambahan unit
Utility Plant.
Untuk bahan baku utama yang diperlukan PT. ASC antara lain ethylene yang dipasok
langsung dari Timur Tengah dan PT. Chandra Asih, garam industri diimpor dari Australlia
dan India, Oksigen, listrik dan air industri. Garam industri yang digunakan bewarna abu-
abu dengan tingkat impuiritis yang rendah, karena semakin rendah impuiritisnya maka
tahapan dan alat-alat proses yang diperlukan untuk purifikasi semakin sedikit sehingga
dapat menghemat cost production.
Garam industri dari penampungan akan dilarutkan didalam tangki pelarut (Salt
Dissolver) sehingga menjadi larutan terkonsentrasi. Larutan ini selanjutnya akan
dipurifikasi dengan menambahkan beberapa bahan kimia untuk menon-aktifkan zat
pengotor dalam larutan garam tersebut. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam tangki
penjernihan Clarifier agar kotorannya mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan Sand
Filter. Larutan garam yang sudah terpurifikasi akan dialirkan melewati alat Electrolyzer
berupa Ion Exchange Membran dengan Teknologi Jepang menggunakan prinsip
elektrolisa. Keunggulan membran ini bersifat monopolar sehingga hanya mampu ditembus
oleh ion Na+. Proses Elektrolisa berlangsung dengan adanya bantuan energi listrik yang
menggunakan arus searah DC.
Reaksi elektrolisa larutan garam (NaCl) secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pada anoda, ion-ion klorida (Cl–) dalam larutan garam (NaCl) dioksidasi menjadi gas
klorin (Cl2):
Sementara pada katoda, ion-ion hydrogen (H+) dalam air direduksi menjadi gas hydrogen
(H2):
2 H+ + 2 e– → H2 (g)
Produk lain, yaitu natrium hipoklorit (NaClO), kemudian diproduksi dengan mereaksikan
gas klorin (Cl2) dengan soda api (NaOH).
Hasil dari proses elektrolisa berupa gas klorin (Cl2), gas hydrogen (H2), dan NaOH dalam
bentuk likuid dengan konsentrasi 48%. Sebagian larutan NaOH 48% akan dipekatkan
kembali untuk mendapatkan NaOH dalam bentuk padatan (flake). Gas klorin selanjutnya
akan diumpankan ke proses berikutnya yaitu EDC-VCM plant dan gas Hidrogen dapat
digunakan sebagai bahan bakar pada furnace.
a. Pada proses Direct Chlorination, EDC dihasilkan dari reaksi antara gas klorin dari
proses Chlor Alkali Plant dan gas etilen dengan bantuan katalis yang akan
diumpankan ke dalam reaktor melalui reaksi :
CH2=CH2 + Cl2 → CH2Cl-CH2Cl +180kJ
b. Pada proses oxyhlorination, EDC dihasilkan dari reaksi antara gas etilen, oksigen,
dan HCl. HCl didapat dari hasil perengkahan EDC. Berlangsung didalam reaktor
berkatalis padat yang terfluidisasi melalui reaksi:
CH2=CH2 + Cl2 + ½ O2 → CH2Cl-CH2Cl + H2O +238 kJ
Kedua reaksi yang terjadi untuk mendapatkan EDC berlangsung secara eksotermis.
Selanjutnya EDC yang telah dihasilkan akan diumpankan ke dalam kolom destilasi untuk
tahap pemurnian. Kemudian EDC akan direngkah (cracked) untuk menghasilkan Vinyl
Chloride (VCM). Reaksi perengkahan terjadi pada suhu ± 500℃. Hasil perengkahan EDC
berupa VCM, HCl, dan EDC yang tak bereaksi yang melalui reaksi :
CH2Cl-CH2Cl → CH2=CHCl + HCl
Sebagian HCl akan dijual langsung ke konsumen dengan konsentrasi 33% dan bagian
lainnya akan kembali dijadikan sebagai bahan untuk proses oxyhlorination. Kelebihan HCl
adalah nilai panas yang dikandungnya. Setelah direngkah VCM akan diumpankan ke dalam
kolom destilasi untuk tahap pemurnian dan untuk selanjutnya disimpan di tangki
penyimpanan.
3.1.2.3. PVC Plant
a. Polimerisasi
Direaksikan VCM, air demin, katalis, suspending agent, bahan additive tertentu di
dalam reaktor batch bebas udara. Hasilnya Slurry PVC
b. VCM Striping (Demonomer)
Demonomer merupakan proses pemisahan VCM yang tak bereaksi dari bubur
PVC, gas VCM yang sudah terpisah disalurkan ke gas holder untuk kembali ke
recovery VCM
c. Drying (pengeringan)
Bubur PVC dikeringkan diayak lalu disimpan di dalam silo berkapasitas 300.000
ton
d. Recovery VCM
VCM yang tak bereaksi baik dari seksi polimerisasi dan Stripping akan diproses
menjadi VCM untuk dapat digunakan kembali sebagai bahan baku
e. Bagging (Pengepakan)
Resin PVC berupa granular akan di bag dalam kemasan ukuran 25 kg, 600 kg, dan
curah. ASC juga menyediakan kemasan curah didalam peti kemas. Produk PVC
ASC dikenal dengan nama ASNYL.
PT. Asahimas menghasilkan bahan kimia dasar seperti Caustic Soda (NaOH) 48% dan
flake NaOH 98%, Sodium Hypochlorite (NaClO), Vinyl Chloride (VCM), Polyvinyl
Chloride (PVC), Hydrochloride Acid (HCl) 33%, dan Ethylene Dichloride (EDC).
NaOH digunakan pada pembuatan Sabun, dye, tekstil, farmasi, kertas, bahan kimia
NaClO digunakan pada pembasmi kuman, pemutih
HCl diigunakan pada penyedap makanan MSG, Sanitasi, disinfektan, pemutiih
PVC diigunakan pada pembuatan pipa, sepatu, plastik makanan, sambungan pipa,
kabel, pintu, atap rumah, selang infus, jas hujan
a. Limbah cair berupa slurry, tar, dari hasil unit VCM . Akan diolah dengan
menambahkan NaClO, dan mengurangi kadar asamnya dengan penambahan NaOH.
b. Limbah padat berupa katalis COCl2 dari unit VCM dan EDC. Akan dikeringkan dan
dijual ke pabrik semen.
c. Limbah gas berupa gas klorin, vcm, etilen, dari hasil unit CA, VCM. Limbah akan
diserap secara chemical dalam absorber kemudian di scrubber.
Dari kiri ke kanan: Pak Widy Prasetyo, bu Selpiana, bu Conilawati, Pak Toto
bagian Project Plant, Pak Lukman bagian CA Plant, Kak Cakra bagian PVC Plant,
dan Pak Syafi’i bagian VCM plant