Terlambat : hari
(Paraf dan stempel pada saat laporan di kumpulkan)
FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
LEMBAR PENUGASAN
Program *) : - TK.404 Lab. Operasi Teknik Kimia I
- TK.405 Lab. Operasi Teknik Kimia II
Keterangan Tugas:
MODUL : DRYING
Catatan:
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AKHIR
MODUL : DRYING
Catatan:
Dosen pembimbing
NIP. 197510012008011007
iii
ABSTRAK
Kata Kunci: Drying, Kinetika, Perpindahan, Drying Rate, Panjang Dryer, Suhu,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
RINGKASAN ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
v
3.2.1 Alat ..................................................................................................16
3.3.1 Diagram Alir Proses Pengeringan dengan Aplikasi ASPEN Plus 10 ....16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. MSDS
B. Jurnal Penelitian
C. Fotocopy Log Book
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 10. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Laju Pengeringan
7500 kg/jam .....................................................................................................20
Gambar 11. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Laju Pengeringan
10000 kg/jam ...................................................................................................21
Gambar 12. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Drayer
dengan Laju Alir Udara 5000 kg/jam.................................................................23
Gambar 13. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Drayer
dengan Laju Alir Udara 7500 kg/jam.................................................................23
Gambar 14. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Drayer
dengan Laju Alir Udara 10000 kg/jam...............................................................24
vii
Gambar 17. Grafik Hubungan Antara Perubahan Kandungan Air di Udara
terhadap Panjang Dryer dengan Laju Alir Udara 10000 kg/jam ..........................28
Gambar 18. Grafik Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan di terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir Udara 5000 kg/jam ..........................................29
Gambar 18. Grafik Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan di terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir Udara 7500 kg/jam ..........................................30
Gambar 18. Grafik Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan di terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir Udara 10000 kg/jam ........................................31
viii
BAB I
PENDAHULUAN
murah.
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah fenomena yang terjadi serta
beda tekanan pada lajur alir dan perbandingan massa bahan sebelum dan sesudah
pengeringan dari kurva pengeringan.
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu proses pengurangan kadar air dalam padatan atau
pemisahan air dalam jumlah yang sedikit atau zat cair lain dari bahan padatan
hingga kadar air pada suatu zat atau bahan padat turun hingga nilah rendah diterima.
Pemisahan air atau zat cair lain dari suatu zat padat dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti memeras zat cair dari zat padat secara mekanik, dengan
pemisahan sentrifugal dan yang paling umum dilakukan ialah dengan penguapan
thermal. Setiap bahan memiliki kandungan zat cair yang berbeda-beda dimana
bahan yang tidak memiliki kandungan zat cair sama sekali disebut dengan kering
tulang (bone dry) . Namun, pada umumnya zat padat masih mengandung zat cair.
Dimana istilah drying berarti bahwa adanya t pengurangan kadar zat cair dari suatu
nilai awal menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima (McCabe,2005).
Pengeringan juga dapat diartikan sebagai suatu penerapan panas dengan
kondisi yang terkendali, untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan
pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada
pengeringan beku). Secara umum, perbedaan pengeringan (drying) dan penguapan
(evaporation) ialah jumlah air yang diuapkan dari material. Dimana pada proses
pengeringan jumlah air yang berkurang dalam jumlah yang sedikit dan pada proses
penguapan kadar air berkurang dari material dalam jumlah yang banyak.
Keuntungan dari pengeringanialah bahan dapat lebih tahan lama disimpan dan
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan. Adapun tujuan dari pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme
serta kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan dapat terhambat atau
terhenti. Dengan hal seperti ini maka suatu bahan dapat bertahan lebih lama.
Berikut merupakan beberapa manfaat dari pengeringan:
1. Mengawetkan bahan
2. Mempertahan fisiologik bahan
4
disebabkan oleh adanya aliran udara panas di atas permukaan benda yang akan
dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih rendah. Proses perpindahan panas
yang terjadi secara konveksi, konduksi dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah yang
relative kecil. Proses perpindahan panas yang terjadi adalah dengan cara konveksi
serta perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah
yang relative kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium pemanas ke
bahan.
Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengering,
antara lain :
1. Pola suhu dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan bahan kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering
(McCabe,1993)
:
1. Drying Test
Hubungan antara moisture content suatu bahan dengan waktu pengeringan
pada temperature, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan air dari
suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan kandungan air
yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu.
2. Kurva Laju Pengeringan
Kurva laju pengeringan menunjukkan hubungan antara laju pengeringan
vs kandungan air dimana pada kurva tersebut terdiri dari 2 bagian yaitu periode
kecepatan tetap dan pada kecepatan menurun. Jika mula-mula bahan sangat basah
maka jika dikontakkan dengan udara yang relatif kering maka akan terjadi
penguapan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut. Berikut merupakan
kurva dari laju pengeringan:
𝑑𝑋
Dimana untuk mencari dicari dengan :
𝑑𝜃
−𝑑𝑥 𝜋 𝐷′ 𝑣
= ( )2 𝑥 ( 2 ) 𝑥 𝑋
𝑑𝜃 2 𝑠
Keterangan :
𝐷 ′ 𝑣 = free moisture
Persamaan diatas menunjukan jika difusi menjadi suatu faktor penentu, dimana
laju pengeringan berbanding lurus dengan free moisture dan berbanding terbalik
dengan pangkat dua ketebalan. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika waktu
dipetakan terhadap kandungan free moisture akan didapatkan garis lurus dan 𝐷 ′ 𝑣
dapat dihitung dari gradiennya.
(Treyball R.E, 1995)
Run simulasi
3.2.2 Bahan
Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam modul drying :
1. Water
2. Air
3. CaCO3
4. MgCO3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Percobaan pengeringan ini dilakukan dengan
menggunakan software ASPEN Plus, diawal dengan mengisi component ID (water,
AIR, MgCO3, CaCO3) dengan base method (solids). Kemudian, membuat simulasi
pada main flowsheet dengan menambahkan alat dryer serta menambahkan aliran
input dan output. Dilanjutkan dengan mengisin spesifikasi stream masuk dan blok
alat dryer, klik run simulation.
4.1.1 Kandungan Air Padatan terhadap Laju Pengeringan
(a)
(b)
19
(c)
Gambar 9 . Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Laju Pengeringan
5000 kg/jam dengan waktu
a. 3 jam b. 4 jam c. 5 jam
(a)
(b)
20
(c)
Gambar 10. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Laju Pengeringan
7500 kg/jam dengan waktu
a. 3 jam b. 4 jam c. 5 jam
(a)
(b)
21
(c)
Gambar 11. Grafik Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Laju Pengeringan
10000 kg/jam dengan waktu
a. 3 jam b. 4 jam c. 5 jam
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa hubungan kandungan air
padatan dengan laju pengeringan dimana terdapat 5000 kg/jam, 7500 kg/jam, 10000
kg/jam, dengan waktu 3 jam, 4 jam, dan 5 jam dengan suhu 180 C, 200 C, 220 C.
Berdasarkan menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar air padatan maka
semakin besar laju pengeringan, dilihat pada suhu 180 dan 220 C di waktu 3 dan 4
jam grafik peningkatannya tidak terlalu signifikan, berbeda dengan 200 C laju
pengeringannya meningkat secara signifikan. Hal tersebut disebabkan semakin
meningkatnya kandungan air di padatan maka semakin banyak laju pengeringan
yang dibutuhkan untuk menguapkan air yang ada di padatan. Sedangkan untuk suhu
itu semakin besar suhunya maka semakin besar laju pengeringannya, dikarenakan
semakin banyak air yang teruapkan. Namun pada grafik dengan suhu 220 C malah
paling kecil laju pengeringannya pada laju pengeringan 5000 dengan waktu 3,4,5
jam, sedangkan laju pengeringan paling tinggi dipegang oleh suhu 200 C. hal
tersebut disebabkan suhu yang ditambahkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan
padatan menjadi sangat kering dan dapat membakar padatan sehingga menjadi
arang. Sama halnya dengan laju pengeringan 7500 dan 10000 dimana laju
pengeringan tertinggi dipegang oleh suhu 200 C, sehingga dapat disimpulkan
bahwa suhu yang paling optimal untuk laju pengeringan yaitu pada suhu 200 C.
untuk laju alir dan waktu yang optimal berdasarkan grafik diatas memiliki grafik
22
yang hampir sama yaitu pada suhu 200 C titik tertinggi pada laju pengeringan
sebesar 0,28 kg/sqm.jam, namun bila diteliti lebih lanjut grafik yang paling optimal
yaitu pada laju udara 10000 dengan waktu tinggal 5 jam dikarenakan Ketika
kandungan air padatan sedikit maka, laju pengeringannya juga kecil.
4.1.2 Kandungan Air Padatan terhadap Panjang Dryer
(a)
(b)
23
(c)
Gambar 12. Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Dryer
dengan Laju Alir Udara 5000 Kg/jam dengan waktu
a. 3 jam b. 4 jam c. 5 jam
(a)
(b)
(c)
Gambar 13. Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Dryer
dengan Laju Alir Udara 7500 Kg/jam dengan waktu
24
(a)
(b)
(c)
Gambar 14. Hubungan Kandungan Air Padatan dengan Panjang Dryer
dengan Laju Alir Udara 10000 Kg/jam dengan waktu
a. 3 jam b. 4 jam c. 5 jam
yang digunakan maka semakin kecil kandungan air di padatan, hal tersebut
disebabkan karena semakin Panjang dryer maka semakin lama waktu tinggal
padatan berada didalam dryer sehingga semakin besar penguapan air dari padatan
sehingga kandungan air di dalam padatan semakin kecil, hal tersebut sudah sesuai
dengan teori baik laju udara 5000 kg/jam, 7500 kg/jam, dan 10000 kg/jam dimana
grafiknya rata – rata sama dimana dari Panjang dryer 0 hingga 5 mengalami
penurunan yang signifikan, namun untuk Panjang selanjutnya grafiknya mengalami
penurunan yang landau dan hampir konstan, hal tersebut dikarenakan semakin
sedikitnya kandungan air yang berada di padatan, sehingga air yang menguap
semakin sedikit. Untuk suhu yang paling optimal digunakan yakni pada suhu 220
C dikarenakan posisi grafiknya di paling bawah sehingga semakin Panjang grafik,
maka semakin sedikit kandungan air pada padatan dibandingkan dua suhu lainnya,
sehingga semakin banyak air yang teruapkan, sedangkan laju alir udara dan waktu
tinggal yang paling optimal yakni laju alir udara 10000 kg/jam dan waktu tinggal 5
jam, hal tersebut dikarenakan Ketika Panjang dryer 8 m maka kandungan air pada
padatannya sudah sedikit dan akan konstan sehingga dibutuhkan Panjang dryer
yang lebih kecil dibandingkan variasi lainnya.
(a)
26
(b)
(c)
Gambar 15. Hubungan Antara Perubahan Kandungan Air di Udara terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir udara 5000 kg/jam
(a)3 jam , (b) 4 jam , (c) 5 jam
(a)
27
(b)
(c)
Gambar 16. Hubungan Antara Perubahan Kandungan Air di Udara terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir udara 7500 kg/jam
(a) 3 jam , (b) 4 jam , (c) 5 jam
(a)
28
(b)
(c)
Gambar 17. Hubungan Antara Perubahan Kandungan Air di Udara terhadap
Panjang Dryer dengan Laju Alir udara 10000 kg/jam
(a)3 jam , (b) 4 jam , (c) 5 jam
Pada gambar 15,16 dan 17 merupakan hubungan dari perubahan kandungan
air di udara terhadap panjang dryer dimana panjang dryer yang digunakan ialah
12 m. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin panjang
dryer yang digunakan maka perubahan kandungan air di udara semakin tinggi.
Hal ini disebabkan oleh semakin panjang dryer maka semakin banyak terjadi
waktu kontak antara padatan dan terjadinya penguapan molekul air dari padatan
ke udara. Selanjunya, dengan pengaruh waktu pada proses pengeringan semakin
lama waktu pengeringan maka kandungan air di udara juga semakin meningkat
hal ini juga disebabkan semakin lama waktu kontak dengan padatan maka
semakin banyak padatan yang mengalami penguapan.
Kemudian, suhu juga mempengaruhi perubahan kandungan air di udara
dimana semakin tinggi suhu maka kandungan air padatan di udara semakin
29
meningkat hal ini disebabkan oleh semakin tinggi perbedaan suhu dengan bahan
maka perpindahan panas ke dalam bahan dan penghilangan molekul air semakin
cepat. Pengaruh selanjutnya adalah laju alir udara dimana semakin besar laju
alir udara maka akan meningkatkan difusi panas udara dimana kandungan air
padatan di udara mengalami peningkatan.
4.1.4 Laju Penguapan Air Padatan terhadap Panjang Dryer
(a)
(b)
(c)
Gambar 18. Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan Terhadap Panjang
Dryer pada Laju Alir Udara 5000 kg/jam
30
(a)
(b)
(c)
Gambar 19. Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan Terhadap Panjang
Dryer pada Laju Alir Udara 7500 kg/jam
(a) 3 jam , (b) 4 jam , (c) 5 jam
31
(a)
(b)
(c)
Gambar 20. Hubungan Antara Laju Penguapan Air Padatan Terhadap Panjang
Dryer pada Laju Alir Udara 10000 kg/jam
(a) 3 jam , (b) 4 jam , (c) 5 jam
Grafik diatas merupakan grafik hubungan antara laju penguapan air padatan
terhadap panjang dryer pada laju alir udara 10000 kg/jam dengan waktu 3, 4
dan 5 jam dan panjang yang digunakan yaitu sebesar 12 m. Berdasarkan ketiga
gambar diatas menunjukkan bahwa pada grafik mengalami penurunan sehingga
32
dapat dilihat bahwa semakin panjang dryer maka semakin kecil laju penguapan
air padatan. Hal tersebut dikarenakan semakin panjang dryer, maka semakin
lama kontak antara udara panas dengan padatannya sehingga laju penguapan air
di dalam padatan semakin banyak yang menguap. Pada pengaruh waktu dapat
dilihat bahwa semakin lama waktu maka laju penguapan juga akan semakin
lama, hal ini dikarenakan semakin lama waktu kontak dengan padatan maka
akan semakin banyak padatan yang akan mengalami penguapan. Adapun
pengaruh suhu yaitu suhu yang paling optimum pada suhu 200°C dengan grafik
yang paling tinggi. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan teori yang telah
dijelaskan sebelumnya dimana semakin besar suhu penguapan maka semakin
banyak molekul air yang teruapkan.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum drying kali ini yaitu
sebagai berikut :
1. Dapat memahami phenomena pengeringan dari data kinetika pengeringan
material
2. Dapat memahami parameter – parameter untuk kerja dari suatu proses
pengeringan yakni ada kandungan air dalam padatan terhadap panjang, total
evaporation terhadap panjang, moisture content change terhadap panjang
3. Dalam kandungan air padatan suhu yang paling optimal adalah dengan suhu
200oC dan laju alir udara yang digunakan 10.000 kg/jam dengan lama nya
waktu pengeringan adalah 5 jam. Adapun dalam pengaruh panjang dryer
yang paling optimum ketika suhu 220oC. Sedangkan untuk perubahan
kandungan air di udara terhadap panjang dryer yaitu pada suhu 220 dengan
laju dryer sebesar 5000 kg/jam dan laju alir udara 3 jam.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum drying kali ini adalah :
1. Mencoba jenis padatan yang lain selain dolomit, apakah laju
pengeringannya lebih cepat atau lebih lambat
2. Mencoba menggunakan variasi yang lain tidak hanya suhu, kecepatan
udara, dan waktu
DAFTAR PUSTAKA
Arun, S. Mujumdar and Chung Lim Law. 2009. Drying Technology: Trends And
Application in Postharvest Processing Food and Bioprocess Technology.
3,843-852
Geankoplis Christie John, 1993, Transport Processes and Separation Process Principle,
4th edition, New Jersey, Pearson Education International
Manfaati, R., Baskoro, H., & Rifai, M. M. (2019). Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap
Proses Pengeringan Bawang Merah Menggunakan Tray Drye r. Jurnal
Fluida Volume 12, 44.
McCabe, W.L., Smith, J.C., and Harriot, P., 2005, Unit Operation of Chemical
Engineering, 7th ed., The McGraw-Hill Companies, Inc, New York
Momo. 2008. Proses Pengeringan. http://jut3x.multiply.com/jou.
Taufiq, Muchamad. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Pengeringan Jagung
Pada Pengering Konvensional dan Fluized Bed. Skripsi. Fakultas Teknik.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Tindaon,Westryan.2013.“Jenis-Jenis Alat Pengering” https://www.academia.edu/3661
4918/DRYING_PRAKTIKUM_OPERASI_TEKNIK_KIMIA_I. Diakses pada 28
Februsri pukul 16.50
Treybal, R. E., 1955, Mass Transfer Operation, International Student Edition,
Kogakusha Company, Tokyo.