Terlambat : hari
(Paraf dan stempel pada saat laporan di kumpulkan)
LEMBAR PENUGASAN
Program *) : - TK.404 Lab. Operasi Teknik Kimia I
- TK.405 Lab. Operasi Teknik Kimia II
Percobaan No. : 2
Nama Percobaan : Polimerisasi
DITUGASKAN KEPADA KELOMPOK NO : 18
NIM : 33352100 16 Nama : Shiva Maemunah
NIM : 333521001 8 Nama : Kemala Josephine
NIM : 3335210051 Nama : M u h a m m a d D e r a A fr i z k i a l d i
Keterangan Tugas:
Catatan:
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBICARAAN AKHIR
MODUL : POLIMERISASI
Catatan:
Prof.Dr.Jayanudin ., S.T.,M.Eng.
NIP. 197808112005011003
iii
ABSTRAK
Polimer terdiri dari dua kata yaitu poli dan meros, menurut bahasa Yunani poli
memiliki yang berarti banyak dan meros yang berarti bagian. Polimer sendiri
merupakan serangkaian monomer kecil dan sederhana yang tersusun berulang dan
skala banyak. Proses polimerisasi adalah proses kimia yang mengubah monomer
menjadi polimer dengan menghubungkan bersama unit monomer secara berulang.
Polimerisasi memiliki banyak aplikasi industri yang beragam karena sifat-sifat polimer
yang dapat diubah dan disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa
aplikasi industri utama dari proses polimerisasi.Urea formaldehid merupakan polimer
berupa resin yang dihasilkan dari formaldehid dengan kondensasi urea, dimana resin
ini berjenis produk polimer termosetting yang bersifat tidak mudah meleleh dan tahan
terhadap asam dan basa.Pembuatan resin urea formaldehid terbagi menjadi 3 secara
garis besar yaitu reaksi metiolasi, kondensasi dan proses curing. Tujuan pelaksanaan
praktikum Modul Teknik Polimerisasi adalah Praktikan mampu mempelajari salah satu
teknik polimerisasi, khususnya polimerisasi kondensasi Urea-Formaldehid,Praktikan
mampu mempelajari mekanisme reaksi polimerisasi Urea-Formaldehid,Praktikan
mampu mempelajari pengaruh-pengaruh kondisi operasi terhadap hasil reaksi
polimerisasi. Aplikasi industry dari polimerisasi ini terdapat pada beberapa industri
diantaranya industry pembuatan pollimer plastik,polietilena,formaldehida dll. Prosedur
percobaan polimerisasi urea formaldehid ini terdapat 7 tahap yaitu, tahap perangkaian
reaktor, tahap proses polimerisasi,tahap pengujian densitas,tahap pengujian viskositas,
tahap pengujian kadar formaldehyde dan pengkondisian akhir. Hasil yang diperoleh
dari praktikum ini adalah semakin tinggi rasio F/U maka jumlah kadar formaldehid,
densitas, dan viskositas akan semakin kecil. Densitas dan viskositas terbesar adalah
pada variasi rasio F/U 1.8 sebesar 1311.6 kg/m3 dan 0.049018 kg/m.s. Serta orde
terbaik untuk tiap variasi rasio F/U 1.8, 1.83, dan 1.86 adalah orde 2.
iv
DAFTAR ISI
v
3.5 Variabel Percobaan ................................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................................................................... 23
4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 24
4.2.1 Kadar Formaldehid ............................................................................................ 26
4.2.2 Densitas.............................................................................................................. 28
4.2.3 Viskositas ........................................................................................................... 29
4.2.4 Fenomena-fenomena yang terajadi pada Praktikum.......................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 31
5.2 Saran .......................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Contoh Perhitungan
B. Tugas Khusus
C. Data Pendukung
D. MSDS
E. Jurnal
F. Logbook
G. Blangko
H. Fotocopy Praktikum
I. Dokumentasi
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik orde reaksi 0 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86 ....................................... 26
Gambar 4.2 Grafik orde reaksi 0,5 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86 .................................... 26
Gambar 4.3 Grafik orde reaksi 1 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86 ....................................... 26
Gambar 4.4 Grafik orde reaksi 2 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86 ....................................... 27
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Rasio F/U terhadap densitas ...................................................... 28
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada saat ini, Bahan polimer telah banyak digunakan sebagai pengganti logam,
terutama karena ringan, korosi dan ketahanan kimia, dan biaya rendah, terutama dalam
aplikasi suhu rendah. Hal lain yang disukai banyak orang karena memiliki
konduktivitas listrik dan termal yang rendah, kemampuan meredam kebisingan, warna
yang berbeda dan tingkat transparansi, kesesuaian desain dan manufaktur. Polimer
adalah gambaran bentuk molekul besar untuk rantai yang sangat Panjang dan tersusun
dari unit-unit terkecil yang berulang-ulang (mer atau meros) sebagai blok-blok
penyususnya. Polimer adalah salah satu bahan teknis non-logam yang paling penting.
Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer yang terdiri dari monomer,
polimerisasi diri dapat terjadi dalam fase gas, cair atau padat. Reaksi polimerisasi
adalah proses kimia di mana molekul-molekul monomer dihubungkan bersama secara
berulang untuk membentuk molekul-molekul besar yang disebut polimer. Dalam reaksi
ini, ikatan kimia antara atom-atom atau gugus-gugus fungsional di dalam molekul
monomer diputus dan digantikan oleh ikatan baru yang menghubungkan monomer-
monomer tersebut, sehingga membentuk rantai panjang atau struktur berulang. Banyak
sekali produk yang dihasilkan dari proses polimerisasi , salah satunya adalah urea
formaldehid.
Urea formaldehida adalah polimer dalam bentuk resin yang dihasilkan dari
formaldehida dengan kondensasi urea, di mana resin ini merupakan produk polimer
thermosetting yang tidak mudah meleleh dan tahan terhadap asam dan basa. Pembuatan
resin urea formaldehida dibagi menjadi 3 secara garis besar, yaitu reaksi proses
metilasi, kondensasi dan curing. Urea formaldehida dalam industri biasanya digunakan
sebagai bahan kayu keras, bahan perekat untuk kayu lapis dan laminasi sebagai produk
2
panel dan furnitur. Dalam plastik, resin urea formaldehida dapat berfungsi sebagai
pemberi warna terang. Selain itu beberapa keuntungannya adalah daya rekat yang kuat
dan harga ekonomis.
Untuk alasan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada percobaan
polimerisasi ini adalah untuk mengetahui proses polimerisasi kondensasi urea
formaldehid ,pengaruh kondisi operasi tersebut pada reaksi serta hasil polimerisasi.
Adapun tujuan dari praktikum modul polimerisasi ini adalah untuk mempelajari
salah satu teknik polimerisasi,khususnya polimerisasi kondensasi dan mempelajari
reaksi polimerisasi tersebut dan mempelajari pengaruh-pengaruh kondisi operasi
terhadap hasil polimerisasi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan asal Swedia,
Berzelius pada tahun 1833. Poilmer berasal dari Bahasa Yunani yaitu poly
yang berarti banyak dan meros yang berarti bagian atau satuan. Ciri utama
polimer yaitu memiliki rantai yang sangat panjang dan mempunyai massa
molekul yang sangat besar (Efan, Ahmad, 2017). Polimer merupakan
rangkaian molekul panjang yang tersusun dari pengulangan kesatuan
molekul yang kecil dan sederhana. Molekul kecil dan sederhana penyusun
polimer dapat disebut dengan monomer. Polimer dengan massa molekul
yang besar disebut polimer tinggi (Oktaviana, 2002). Definisi lain dari
polimer, Polimer dapat didefinisikan sebagai suatu molekul besar yang
terdiri dari rangkaian unit struktur berulang yang memiliki ikatan kovalen.
Panjang pendeknya rangkaian yang dimiliki akan menentukan banyaknya
berat molekulnya. Pada umumnya berat mol material minimal 1000 atau
juka dilihat dari jumlah unit struktur didalam rangkaiannya selalu lebih
besar dari 100 buah. Unit struktur merupakan sususnan atom-atom dalam
ruang paling sederhana (monomer). Contoh monomer yang paling
sederhana adalah etylene. Untuk menjadi material polimer, monomer harus
mengalami polimerisasi yang dapat dilakukan dengan cara Bulk
(pemanasan), pelarutan, suspensi atau emulsi (Harizal, 2020). Polimer
merupakan bahan yang sangat bermanfaat dalam dunia teknik. Polimer
sangat mudah dibuat dan penerapannya mencakup berbagai bidang industri,
seperti industri serat, plastik, cat perekat dan penambal. Saat ini bahan
polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi untuk logam
terutama karena sifatnya yang cenderung ringan, tahan terhadap korosi dan
bahan kimia, serta murah, terutama untuk pengaplikasian pada temperature
4
rendah. Selain itu karenadaya hantar listrik dan panas yang sangat rendah,
kemampuannya dalam meredam kebisingan, variasi pada warna dan tingkat
transparansi, serta kesesuaian desain dan manufaktur (Coniwati, Laila, dan
Alfira, 2014)
a) Polimer termoplastik
Polimer ini mempunyai sifat lentur (fleksibel), dapat melunak bila
dipanaskan dan kaku (mengeras) bila didinginkan. Contoh: Polietilen
(PE), Polipropilen (PP), Polivinilklorida (PVC), nilon dan Poliester.
b) Polimer thermostet
Polimer jenis ini mempunyai bobot molekul yang tinggi, tidak melunak
dan sukar larut. Contoh: Polimetan sebagai bahan pengemas dan melanin
formaldehida (formika).
a) Homopolimer
Polimer yang disusun oleh satu jenis monomer dan merupakan polimer
yang paling sederhana.
b) Heteropolimer
Terdapat beberapa jenis kopolimer :
1. Kopolimer acak yaitu sejumlah kesatuan berulang yang berbeda
tersusun secara acak dalam rantai polimer
2. Kopolimer berselang-seling yaitu beberapa kesatuan berulang yang
berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer.
6
Berdasarkan fasenya, polimer terdiri dari dua jenis yaitu kristalin dan amorf.
a) Kristalin
Susunan antara rantai yang satu dengan yang lain adalah teratur dan
mempunyai titik leleh (melting point)
b) Amorf
Susunan antara rantai yang satu dengan yang lain orientasinya acak dan
mempunyai temperatur transisi gelas (Efan, Ahmad, 2017)
2.3 Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer dari monomernya.
Reaksi tersebut akan menghasilkan polimer dengan susunan ulang tertentu.
Proses pembentukan polimer (polimerisasi) dibagi menjadi dua golongan,
yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Penggolongan ini
pertama kali diusulkan oleh Carothers yang didasarkan pada apakah unit
ulang dari duatu polimer mengandung atom – atom yang sama seperti
monomer. Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer
dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom –
atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama
berlangsungnya proses eliminasi.
2.3.1 Polimerisasi Adisi
Polimerisasi ini melibatkan reaksi rantai dan dapat berupa radikal bebas atau
beberapa ion yang menghasilkan polimer yang memiliki atom sama seperti
monomer dalam gugus ulangnya. Polimer ini melibatkan reaksi adisi dari
7
1. Inisiasi
Pembentukan pusat aktif hasil peruraian suatu inisiator. Peruraian suatu
inisiator dapat dilakukan menggunakan panas, sinar UV, dan sinar
gamma (radiasi).
2. Propagasi (perambatan)
Tahapan dimana pusat aktif bereaksi dengan monomer secara adisi
kontinyu (berlanjut).
3. Terminasi (pengakhiran)
Tahapan dimana pusat aktif dinonaktifkan pada tahap akhir.
Penonaktifan ini dapat dilakukan dengan menggandengkan radikal atau
kombinasi dan disporposionasi yang melibatkan transfer suatu atom
dari satu ujung rantai ke ujung rantai lainnya,
daya absorpsi rendah. Resin urea formaldehid merupakan contoh dari resin
amino. Resin urea formaldehid terdiri dari sekitar 80% resin amino yang
dihasilkan dunia. Kelemahan resin ureaformaldehid adalah tidak resistan
terhadap kelembaban sehingga cetakancenderung lapuk, dan permukaan
yang terlalu lunak dan mudah tergores. Selainitu, resin ini juga tidak tahan
terhadap panas seperti halnya resin melaminformaldehid. Keuntungan dari
penggunaan resin ini adalah harganya yang murahuntuk membentuk lapisan
yang jernih, dan resistan terhadap penyerapan(absorbsi) ultraviolet, serta
berkilau dan resistan terhadap air bila resin ditambahi urea pada cetakan
atau lapisan resin. Beberapa aplikasi dari urea – formaldehid ini ialah
sebagai resin, perekat, panel kayu, coating, bahan bangunan seperti papan
partikel, insulasi fiberglass, dan sebagainya (Athariqa, D., dkk, 2022)
2.6.1 Temperatur
2.6.3 Katalis
2.6.4 Pengaruh pH
lebih lambat. Hal ini dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkat polimerisasi yang diinginkan.Stabilitas Polimer: pH juga dapat
mempengaruhi stabilitas polimer yang dihasilkan. Polimer UF yang terbentuk pada
kondisi pH tertentu mungkin lebih stabil terhadap degradasi atau perubahan struktur
kimianya. Ukuran Molekul Polimer: pH dapat mempengaruhi ukuran molekul
polimer UF. Beberapa pH dapat menghasilkan polimer dengan rantai yang lebih
panjang atau pendek, yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia
polimer.Jumlah Polimer yang Diproduksi: pH juga dapat mempengaruhi jumlah
polimer yang dihasilkan dalam suatu reaksi. PH yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan hasil polimerisasi yang rendah atau bahkan kegagalan total
pembentukan polimer. Sifat Polimer: pH juga dapat mempengaruhi sifat fisik dan
kimia polimer UF yang dihasilkan. Ini termasuk sifat-sifat seperti kekerasan,
kekuatan, tahan panas, dan lain-lain.
2.6.5 Buffer
Selain itu, buffer juga berfungsi sebagai alat pengendali reaksi dengan
mempertahankan pH dalam kisaran yang ideal untuk pembentukan UF. Ini
memungkinkan pencapaian tingkat polimerisasi yang diinginkan dan mencegah
munculnya masalah akibat fluktuasi pH yang tiba-tiba.
Buffer juga berperan dalam mencegah reaksi samping yang tidak diinginkan
serta perubahan kimia yang dapat merugikan selama reaksi UF. Dengan menjaga
pH tetap stabil, buffer membantu mengurangi risiko reaksi yang tidak
terkendali.Tidak hanya itu, penggunaan buffer juga meningkatkan konsistensi
produk polimer UF dari satu batch ke batch lainnya. Dengan kondisi reaksi yang
13
seragam, hasil akhir menjadi lebih stabil dan dapat diandalkan. Terakhir, buffer
berkontribusi pada peningkatan efisiensi reaksi pembentukan UF dengan
memungkinkan penggunaan reagen dan bahan baku secara optimal. Hal ini tidak
hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga mengurangi biaya produksi secara
keseluruhan. (Levenspiel,1999)
Berdasarkan dari zat yang beraksi konsentrasi F/U berpengaruh pada produk
yang terbentuk dimana semkin besar rasio konsentrasi yang diberikan dalam suatu
reaksi maka semakin besar rasio densitas dan viskositas yang dihasilkan dalam
suatu produk urea-formaldehid. Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi
yang diberikan maka semakin padat dan banyak urea formaldehid yang bereaksi.
i. Pipet Tetes
j. Pipet Ukur
k. Rangkaian Alat Reaktor
l. Rangkaian Alat Titrasi
m. Spatula
n. Timbangan atau Neraca Digital
o. Viskometer
3.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan-bahan yang dipakai pada proses percobaan
polimerisasi, yaitu :
a. Amonia
b. Asam Sulfat
c. Etanol
d. Formalin
e. Indikator PP
f. Natrium Karbonat
g. Natrium Sulfat
h. Urea Padat
3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan pada polimerisasi yaitu terdiri dari tujuh tahap yaitu
merangkai alat reaktor, tahap polimerisasi, tahap pengujian densitas, tahap
pengujian viskositas, tahap pengujian kadar formaldehid, tahap pengkondisian
akhir dan terakhir tahap curing.
Percobaan pertama yaitu merangkai alat reaktor, pertama kita memasang
labu leher tiga ke handle beserta penutup pada lubang labu, lalu pasang batang
pengaduk ke mesin agitator selanjutnya memasang agitator dan memastikan
telat terpasang dengan rapat hingga terdengar bunyi ”klik”. Reaktor telah siap
digunakan.
Lalu percobaan kedua yaitu tahap polimerisasi. Pertama memasukkan
formalin sesuai dengan berat yang telah ditentukan ke dalam labu leher tiga.
Tambahkan katalis yang telah ditentukan beratnya dan Na2CO3H2O sebagai
20
buffering agent sebanyak 5% dari jumlah katalis ke dalam labu leher tiga.
Selanjutnya mengaduk dengan kecepatan 400 rpm selama 5 menit. Selanjutnya
mengambil sampel (sampel 0) sebanyak 25-30 ml. Sampel tersebut lalu
didiamkan hingga dingin dan lakukan pengujian sampel. Kemudian
menambahkan urea sesuai dengan berat yang sudah ditentukan. Setelah itu,
mengaduk kembali dengan kecepatan 400 rpm selama 5 menit. Selanjutnya
mengambil sampel (sampel 1) sebanyak 25-30 ml. Sampel tersebut lalu
didiamkan hingga dingin dan lakukan pengujian sampel. Selanjutnya
memanaskan sampel dengan menggunakan waterbath hingga suhu yang telah
ditentukan sembari dilakukan pengadukan. Melakukan pengambilan sampel
(sampel 2) sebanyak 25-30 ml. Sampel tersebut lalu di diamkan hingga dingin
dan lakukan pengujian sampel. Melakukan pengadukan dan pemanasan selama
15 menit. Melakukan pengambilan sampel (sampel 3) sebanyak 25-30 ml.
Sampel tersebut lalu didiamkan hingga dingin dan lakukan pengujian sampel.
Mengulangi tahapan ke 10 dan 11 hingga batas waktu yang telah ditentukan
atau sampai semua analisis kondisi semua sampel sama sehingga reaksi dapat
dihentikan. Lalu melakukan pengambilan sampel (sampel n) sebanyak 25-30
ml. Sampel tersebut lalu di diamkan hingga dingin dan lakukan pengujian
sampel.
Selanjutnya tahap pengujian densitas, pertama menimbang piknometer
kosong. Memasukkan sampel ke dalam piknometer kosong hingga penuh,
selanjutnya menimbang piknometer yang berisi sampel. Mencatat berat
piknometer dan melakukan perhitungan untuk mendapatkan densitas sampel.
Percobaan pengujian densitas, pertama masukkan sampel ke dalam
viskometer ostwald hingga bagian bulat terisi hingga penuh. Lalu menarik
sampel menggunakan bulb hingga batas yang paling atas, dan melepaskan bulb
secara perlahan dan menutup lubang jarinya manggunakan ibu jari. Selanjutnya
melepaskan ibu jari dan menghitung lamanya sampel untuk melaju dari batas
yang paling atas ke batas yang paling bawah dengan menggunakan stopwatch.
Terakhir mencatat waktu yang diperoleh.
21
4. 1 Hasil
Berikut merupakan data hasil yang diperoleh dari percobaan Urea –
Formaldehid
Tabel 4.1 Data hasil urea – formaldehid rasio 1,8
Viskositas Viskositas Kadar
Densitas Cf 0,5 ln Cf 1/Cf
Sampel Menit Kinematik Absolut Formaldehid
(kg/m3) (orde 0,5) (orde 1) (orde 2)
(m2/s) (kg/m.s) Bebas, Cf
0 0 1087,2 0,0000207 0,022495 3,66284 1,9138 1,2982 0,273
1 0 1177,2 0,0000271 0,31874 2,86632 1,693 1,693 0,3488
2 0 1288 0,0000286 0,0367 2,024544 1,4228 0,7053 0,4939
3 15 1295,6 0,0000308 0,03989 1,948 1,3957 0,6668 0,5133
4 30 1308,8 0,0000308 0,040361 1,8494 1,3599 0,6148 0,5406
5 45 1310,4 0,0000336 0,04397 1,8001 1,3416 0,5878 0,5555
6 60 1311,6 0,0000374 0,049018 1,8001 1,3416 0,5878 0,5555
4. 2 Pembahasan
Polimer merupakan sebuah molekul rantai panjang yang terdiri atas
sejumlah unit yang terulang dengan struktur yang identik, disebut monomer.
Panjang pendeknya rangkaian yang dimiliki akan menentukan banyaknya berat
molekulnya. Polimer terbentuk dari susunan monomer monomer melalui proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer dari
monomernya. Proses polimerisasi terdiri atas dua golongan, yaitu polimerisasi
adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai
dan dapat berupa radikal bebas atau beberapa ion yang menghasilkan polimer
yang memiliki atom yang sama seperti monomer dalam gugus ulangnya.
Sedangkan polimerisasi kondensasi ialah reaksi yang terjadi antara dua molekul
bergugus fungsi banyak yang menghasilkan molekul besar dengan disertai
pelepasan molekul kecil seperti air melalui reaksi kondensasi. Salah satu produk
polimerisasi kondensasi ialah Urea – Formaldehid (Trivana, L, 2011)
warna dari ungu menjadi bening. Kemudian memasukan kembali natrium sulfit
25mL ke dalam erlenmeyer dan melakukan titrasi kembali sampai ada
perubahan warna dari ungu menjadi bening. Penambahan natirum sulfit disini
berfungsi untuk mengetahui kadar formaldehid karena pada titrasi yang
pertama, larutan sudah di netralkan terlebih dahulu dari katalis. Kemudian
mencatat volume titran yang digunakan.
Gambar 4.1 Grafik orde reaksi 0 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86
Gambar 4.2 Grafik orde reaksi 0,5 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86
27
Gambar 4.3 Grafik orde reaksi 1 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86
Gambar 4.4 Grafik orde reaksi 2 pada rasio U/F 1,8, 1,83, dan 1,86
4.2.2 Densitas
28
4.2.3 Viskositas
Volume Piknometer = 25 mL
= = 60 𝑚𝐿
= 0,273 gr/mL
B. Tugas Khusus
2. Data Percobaan
A. Variasi 1 Rasio F/U = 1,8 Massa Piknometer Kosong = 20,13 gr Volume Piknometer = 25 ml K Viskometer = 9,90E-06 (m2/s2) Volume Sampel = 1 mL
B. Variasi 2 Rasio F/U = 1,83 Massa Piknometer Kosong = 20,13 gr Volume Piknometer = 25 ml K Viskometer = 9,90E-06 (m2/s2) Volume Sampel = 1 mL
C. Variasi 3 Rasio F/U = 1,86 Massa Piknometer Kosong = 20,13 gr Volume Piknometer = 25 ml K Viskometer = 9,90E-06 (m2/s2) Volume Sampel = 1 mL
cF^0,5 (gr/mL)
y = -0,0162x + 2,4674 y = -0,0054x + 1,5604
CF (gr/mL)
2,5 1,5
R² = 0,436 Rasio F/U 1,83 R² = 0,4572 Rasio F/U 1,83
2
Rasio F/U 1,86 1 Rasio F/U 1,86
1,5
Linear (Rasio F/U 1,8) Linear (Rasio F/U 1,8)
1
0,5
0,5 Linear (Rasio F/U 1,83) Linear (Rasio F/U 1,83)
0 Linear (Rasio F/U 1,86) 0 Linear (Rasio F/U 1,86)
-20 0 20 40 60 80 -20 0 20 40 60 80
t (menit) t (menit)
Orde 1 Orde 2
1,4 0,7
y = -0,0079x + 0,9573
1,2 R² = 0,4792 0,6
y = -0,0063x + 0,8407
1 0,5
R² = 0,4709 Rasio F/U 1,8 Rasio F/U 1,8
1/cF (gr/mL)
ln cF (gr/mL)
0,8 y = -0,0072x + 0,8767 Rasio F/U 1,83 0,4 Rasio F/U 1,83
R² = 0,4792 y = -1E-04x2 + 0,0088x + 0,3761
0,6 Rasio F/U 1,86 0,3 R² = 0,6501 Rasio F/U 1,86
Linear (Rasio F/U 1,8) y = -8E-05x2 + 0,0075x + 0,4236 Poly. (Rasio F/U 1,8)
0,4 0,2 R² = 0,6125
Linear (Rasio F/U 1,83) Poly. (Rasio F/U 1,83)
0,2 0,1 y = -7E-05x2 + 0,0073x + 0,4121
Linear (Rasio F/U 1,86) R² = 0,5908 Poly. (Rasio F/U 1,86)
0 0
-20 0 20 40 60 80 -20 0 20 40 60 80
t (menit) t (menit)
Pengaruh Rasio F/U Terhadap Densitas Pengaruh Rasio F/U Terhadap Viskositas
Pengaruh Rasio F/U Terhadap Densitas Pengaruh Rasio F/U Terhadap Viskositas
1350 0,06
1300 0,05
1250
0,04
ρ (Kg/m^3)
μ (Kg/m.s)
1200
0,03
1150
0,02
1100
1050 0,01
1000 0
-10 0 10 20 30 40 50 60 70 -10 0 10 20 30 40 50 60 70
t (menit) t (menit)
No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006
Respons
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air untuk
beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan
mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi SENTRA
INFORMASI KERACUNAN atau dokter/tenaga medis.
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
Pernyataan Kehati-hatian
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung mata/pelindung wajah.
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air untuk
beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi SENTRA INFORMASI
KERACUNAN
atau dokter/tenaga medis
No-CAS 1336-21-6
3.1 Bahan
Sifat kimiawi : Larutan amoniak dalam air.
Sinonim : Ammonium hydroxide solutions; ammonia aqueous ; ammonia
liquor, ammonia water.
Rumus Kimia : NH3 Solution, NH4OH in H2O
Berat Molekul : NH3 Solution : 17.03 g/mol, NH4OH:35.05 g/mol
No. CAS :1336-21-6
3.2 Campuran
Bahan berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Bahan Klasifikasi Konsentrasi
Korosif pada logam, Kategori 1, H290
Larutan Ammonia Korosi kulit, Kategori 1B, H314 ≥ 25% - ≤ 50 %
Toksisitas pada organ sasaran spesifik -
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Tidak tersedia informasi
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit. Cuci tangan dan muka setelah
bekerja dengan bahan tersebut.
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan.
diperkenankan (psd)
Perlindungan mata/wajah
kacamata keselamata/ Goggles pelindung yang pas dan ketat dengan sisi-perisai sesuai dengan peralatan
EN166 Gunakan untuk perlindungan mata yang telah diuji dan disetujui di bawah standar pemerintah yang
sesuai seperti NIOSH (US) atau EN 166 (EU).
kontak penuh:
Bahan sarung tangan: Karet butil
Tebal sarung tangan: 0,70 mm
Waktu terobosan: > 480 min
kontak percikan:
Bahan sarung tangan: Karet nitril
Tebal sarung tangan: 0,40 mm
Waktu terobosan: > 240 min
Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan
standar gabungan d EN374, untuk contoh KCL 898 Butoject® (kontak penuh),
KCL 730 Camatril® -Velours (kontak percikan) . Waktu terobosan yang disebutkan diatas ditentukan oleh
KCL dalam uji laboratorium berdasarkan EN374 dengan sampel tipe sarung tangan yang dianjurkan.
Perlindungan tubuh
jas lengkap melindungi terhadap bahan kimia, Flame retardant pakaian pelindung antistatis., Jenis peralatan
pelindung harus dipilih sesuai dengan konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya di tempat kerja tertentu.
perlindungan pernapasan
Diperlukan ketika uap/aerosol dihasilkan, Jenis filter yang direkomendasikan: Filter K(menurut DIN 3181)
untuk NH₃
Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan
pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan
dengan benar.
10.1 Reaktifitas
Lihat bagian 10.3.
Oksidator, Air Raksa, Oksigen, senyawa silver, nitrogen trichloride, hydrogen peroxide, silver, antimony
hydride, halogens, Asam, Kalsium, Chlorin, Klorit, garam auric, perchlorates, natrium hipoklorit, senyawa
mercury, halogen oxides
Logam berat, Garam logam berat, Klorida asam, Anhidrida asam
Resiko ignisi dan pembentukan gas atau uap yang tidak menyala dengan :
Borana, Boron, Oksida fosfor, Asam nitrat, senyawa silikon, chromium(VI) oxide, chromyl chloride
Reaksi eksotermik dengan :
Acetaldehyde, Acrolein, Barium, senyawa boron, Bromin, senyawa halogen-halogen, hydrogen bromide,
silane, Gas hidrogen klorida, senyawa halogen, dimethylsulfate, nitrogen oxides, Fluorin, Hidrogen
fluorida, chlorates, carbon dioxide
Ethylen oksida, dapat berpolimerisasi
Iritasi kulit
Kelinci
Hasil: Iritasi parah
(larutan 29%) (RTECS)
Dermatitis Nekrosis
Campuran mengakibatkan luka bakar.
Iritasi mata
Kelinci
Hasil: Iritasi parah
(larutan 29%) (RTECS)
Campuran menyebabkan kerusakan mata berat. Resiko kebutaan!
Sensitisasi
Informasi ini tidak tersedia.
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
Komponen
larutan ammonia
12.1 Toksisitas
Campuran
Tidak tersedia informasi.
Komponen
larutan ammonia
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 8B
Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.
Riwayat Revisi :
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H350 Dapat meyebabkan kanker.
H301 + H311 + H331 Toksik bila tertelan, terkena kulit atau bila terhirup.
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
H317 Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
H341 Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
H370 Menyebabkan kerusakan pada organ (Mata).
Pernyataan Kehati-hatian
P201 Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya.
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung mata/pelindung wajah.
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
P302 + P352 JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan banyak sabun dan air.
P304 + P340 JIKA TERHIRUP : Pindahkan korban ke tempat berudara segar dan jaga tetap relaks pada
posisi yang nyaman untuk bernafas.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi SENTRA INFORMASI KERACUNAN
atau dokter/tenaga medis
3.2 Campuran:
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
Untuk teks penuh frasa R yang tercantum dalam Bagian ini, lihat Bagian 16.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Sebutkan methanol.
Nasihat untuk personel nondarurat Jangan menghirup uap-uap, aerosol. Hindari kontak dengan bahan.
Pastikan ventilasi memadai. Jauhkan dari panas dan sumber api.
Evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur darurat, hubungi ahli.
Saran bagi responden darurat: Melengkapi dengan alat pelindung yang tepat.Lihat bagian 8.
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit. Cuci tangan dan muka setelah
bekerja dengan bahan tersebut.
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat. Lindungi dari cahaya. Simpan di tempat yang berventilasi baik. Simpan dalam tempat
terkunci atau di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau
berwenang.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan.
methanol (67-56-1)
ID OEL penunjukan kulit kulit
Nilai Ambang Batas 250 ppm
paparan singkat yang
diperkenankan (psd)
Nilai Ambang Batas 200 ppm
(NAB)
Perlindungan mata/wajah
kacamata keselamatan dengan sisi-perisai sesuai dengan peralatan EN166 Gunakan untuk perlindungan mata
yang telah diuji dan disetujui di bawah standar pemerintah yang sesuai seperti NIOSH (US) atau EN 166
(EU).
kontak penuh:
Bahan sarung tangan: Karet nitril
Tebal sarung tangan: 0,40 mm
Waktu terobosan: > 480 min
kontak percikan:
Bahan sarung tangan: polychloroprene
Tebal sarung tangan: 0,65 mm
Waktu terobosan: > 240 min
Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan
standar gabungan d EN374, untuk contoh KCL 730 Camatril® -Velours (kontak penuh), KCL 720
Camapren® (kontak percikan) . Waktu terobosan yang disebutkan diatas ditentukan oleh KCL dalam uji
laboratorium berdasarkan EN374 dengan sampel tipe sarung tangan yang dianjurkan. Rekomendasi ini
berlaku hanya untuk produk yang disebutkan dalam lembar data keselamatan dan ini hanya bersifat
PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – FORMALDEHYDE SOLUTION Page 6
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006
konsultasi dan harus dievaluasi oleh situasi industri yang dapat diantisipasi oleh pelanggan kami. Seharusnya
tidak ditafsirkan sebagai menawarkan persetujuan untuk skenario penggunaan tertentu. Ketika dilarutkan
dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam
EN374, silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi (misalnya KCL GmbH, D-36124 Eichenzell,
Internet: www.kcl.de).
Perlindungan tubuh
jas lengkap melindungi terhadap bahan kimia, Flame retardant pakaian pelindung antistatis., Jenis peralatan
pelindung harus dipilih sesuai dengan konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya di tempat kerja tertentu.
perlindungan pernapasan
diperlukan ketika uap/aerosol dihasilkan
Jenis filter yang direkomendasikan: filter ABEK
Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan
pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan
dengan benar.
10.1 Reaktifitas
Reduktor
condong berpolimerisasi
Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada pemanasan terus-menerus.
Sebuah kisaran kira-kira 15 Kelvin dibawah titik nyala dapat dianggap sebagai kritis.
10.2 Stabilitas Kimia
Kepekaan terhadap cahaya
Stabilisator
methanol
10.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus
Beresiko meledak dengan:
Nitrometana, performic acid, Asam, phenol, Asam nitrat, hydrogen peroxide, asam perasetat, nitrogen
dioxide
Reaksi eksotermik dengan :
basa, pencetus polimerisasi, nitrides, Sodium hydroxide, potassium permanganate, furfuril alkohol,
Oksidator kuat
perchloric acid, dengan, ANILINE
Menghasilkan gas atau uap yang berbahaya jika mengalami kontak dengan:
asam hidroklorida, magnesium karbonat
10.4 Kondisi yang harus dihindari
Panas, api dan percikan api.
Pendedahan pada cahaya.
10.5 Bahan yang harus dihindari
Oksidator kuat, Anilin, Fenol, Isosianat, Anhidrida asam, Asam kuat, Basa kuat, Amin, Peroksida, Klorida
asam, Logam basa, Reduktor
10.6 Produk berbahaya hasil penguraian
tidak ada informasi yang tersedia
Iritasi kulit
Campuran mengakibatkan luka bakar.
Iritasi mata
Campuran menyebabkan kerusakan mata berat. Iritasi lacrimal karena uap. Resiko kebutaan!
Sensitisasi
Campuran dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Efek CMR
Karsinogenisitas:
Kemungkinan karsinogen.
Sifat mutagenik:
Cacat genetik terbukti.
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
Komponen
Formaldehyde
methanol
Toksisitas oral akut
LDLO manusia: 143 mg/kg
(RTECS)
Iritasi kulit
Kelinci
Hasil: Tidak menyebabkan iritasi kulit
(ECHA)
Iritasi mata
Kelinci
Hasil: Tidak menyebabkan iritasi mata
(ECHA)
Sensitisasi
Uji kepekaan: Kelinci percobaan
Hasil: Negatif
Metoda: Pedoman Tes OECD 406
Toksisitas subakut
Tikus
pria dan wanita
Penghirupan
365 d
Tiap hari
NOAEL: 0,13 mg/l
LOAEL: 1,3 mg/l
Pedoman Tes OECD 453
12.1 Toksisitas
Tidak tersedia informasi
12.2 Persistensi dan penguraian oleh lingkungan
Tidak tersedia informasi
12.3 Potensi bioakumulasi
Tidak tersedia informasi
12.4 Mobilitas dalam tanah
Tidak tersedia informasi
12.5 Hasil dar asesmen PBT dan vPvB
Bahan-bahan dalam campuran tidak memenuhi kriteria untuk PBT atau vPvB s esuai dengan Peraturan
(EC) No 1907/2006, Lampiran XIII, atau penilaian PVT/vPvB tidak dilakukan.
12.6 Efek merugikan lainnya
Informasi ekologis tambahan
Dapat membakar kulit (kaustij) walaupun dalam bentuk encer. Efek disinfektan. Membahayakan pasokan
air minum jika dibiarkan memasuki tanah dan/atau air dalam jumlah besar.
Pelepasan ke lingkungan harus dihindarkan.
Komponen
formaldehyde
Koefisien partisi (n-oktanol/air)
log Pow: 0,021
(Lit.) Diperkirakan tidak ada potensi bioakumulasi.
methanol
Keracunan untuk ikan
Tes flow-through LC50 Lepomis macrochirus (Ikan bluegill sunfish): 15.400 mg/l; 96 h
US-EPA
Derajat racun bagi daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang hidup dalam air
EC5 E.sulcatum: > 10.000 mg/l; 72 h
(Lit.)
EC50 Daphnia magna (Kutu air): > 10.000 mg/l; 48 h
(IUCLID)
14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 Lampiran II dan IBC
Code
Tidak bersangkut-paut
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 6.1C
Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.
Simbol T Beracun
R - Frasa 45-23/24/25-39/23/24/25-34-68-43
Dapat menyebabkan kanker. Juga beracun jika terhirup, jika kena
kulit, dan jika tertelan. Juga beracun : bahaya efek takterpulihkan
yang sangat serius jika terhirup, jika kena kulit, dan jika tertelan.
Mengakibatkan luka bakar. Mungkin berisiko timbulnya efek tak-
terpulihkan. Dapat mengakibatkan sensitisasi jika kena kulit.
HMIS (U.S.A.):
Bahaya Kesehatan: 3
Bahaya Kebakaran: 2
Reaktivitas: 0
Perlindungan Pribadi: G
Informasi di atas diyakini benar tetapi tidak dimaksudkan untuk menjadi semua inklusif dan harus
hanya digunakan sebagai panduan. Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini
kami dan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan. Itu tidak
mewakili menjamin sifat dari produk. PT.SMART-LAB INDONESIA dan Afiliasinya tidak bertanggung
jawab atas segala kerusakan akibat penanganan atau dari kontak dengan produk di atas. dan / atau sisi
sebaliknya dari faktur atau slip kemasan untuk syarat dan ketentuan penjualan tambahan.
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
Piktogram bahaya
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H350 Dapat meyebabkan kanker.
H341 Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
H361f Diduga dapat merusak kesuburan.
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P201 Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya.
P260 Jangan menghirup debu.
Respons
P308 + P313 Jika terpapar atau dikuatirkan : Dapatkan nasehat/perhatian pengobatan.
Terbatas hanya untuk pengguna profesional.
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H350 Dapat meyebabkan kanker.
H341 Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
H361f Diduga dapat merusak kesuburan.
Pernyataan Kehati-hatian
P201 Dapatkan instruksi spesial sebelum menggunakannya.
P308 + P313 Jika terpapar atau dikuatirkan : Dapatkan nasehat/perhatian pengobatan.
No-CAS 77-09-8
3.1 Bahan
Sinonim : 3,3-Bis(4-hydroxyphenyl)isobenzofuran-1(3H)-one
Rumus Kimia : C20H14O4
Berat Molekul : 318.33 g/mol
No. CAS : 77-09-8
No. EC : 201-004-7
No. Indeks : 604-076-00-1
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
3.2 Campuran
Tidak berlaku
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Tidak tersedia informasi
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Tindakan higienis Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Cuci tangan setelah
bekerja dengan bahan tersebut.
Perlindungan mata/wajah
Kacamata-pengaman
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Kontak percikan
Bahan sarung tangan: Getah alam/Karet nitril
Tebal sarung tangan: 0,11 mm
Waktu terobosan/tembus : > 480 min
Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan
standar gabungan d EN374, untuk contoh KCL 741 Dermatril® L (kontak penuh), KCL 741 Dermatril® L
(kontak percikan).
Perlindungan pernapasan
diperlukan ketika debu dihasilkan.
Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P 3 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair
bahan toksik dan sangat toksik
Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan
pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan
dengan benar.
Bentuk padat
Warna putih
Bau Tak berbau
Ambang Bau Tidak tersedia informasi.
pH Tidak tersedia informasi.
Titik lebur 263,7 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 102
Titik didih/rentang didih > 450 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 103
Titik nyala Tidak berlaku
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak mudah-menyala.
Sifat mudah-menyala (padatan)
Terendah batas ledakan Tidak tersedia informasi.
Tertinggi batas ledakan Tidak tersedia informasi.
Tekanan uap < 0,00001 Pa
pada 50 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 104
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi.
Densitas 1,296 g/cm3
pada 20 °C
PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – PHENOLPHTHALEIN INDICATOR Page 5
No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
10.1 Reaktifitas
Hal berikut ini berlaku secara umum untuk campuran dan senyawa organik y ang mudah terbakar:
sehubungan dengan penyebaran yang halus, saat diputa r kemungkinan ledakan debu secara umum dapat
diasumsikan.
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Iritasi kulit
Penelitian dalam tabung percobaan
Hasil: nonkorosif
Pedoman Tes OECD 431
Iritasi mata
Hasil: nonkorosif
Pedoman Tes OECD 437
Sensitisasi
Uji kepekaan: Mencit
Hasil: Negatif
Metoda: Pedoman Tes OECD 429
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Efek CMR
Karsinogenisitas:
Dapat meyebabkan kanker.
Sifat mutagenik:
Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
12.1 Toksisitas
Derajat racun bagi daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang hidup dalam air
EC50 Daphnia magna (Kutu air): > 4,34 mg/l; 48 h
Pedoman Tes OECD 202
(di atas batas kelarutan dalam media uji)
Keracunan untuk ganggang
Penghambat pertumbuhan EbC50 Desmodesmus subspicatus (Ganggang hijau): 2,5 mg/l; 72 h
Pedoman Tes 201 OECD
Penghambat pertumbuhan ErC50 Desmodesmus subspicatus (Ganggang hijau): > 3,33 mg/l; 72
h
Pedoman Tes 201 OECD
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan : 6.1C
PHENOLPHTHALEIN INDICATOR
Revisi: 01 Tanggal : 16.05.2017 No. MSDS : 152
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
Pernyataan Kehati-hatian
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung mata/pelindung wajah.
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi SENTRA INFORMASI KERACUNAN
atau dokter/tenaga medis.
No-CAS 7664-93-9
3.1 Bahan
Sinonim : Hydrogen sulfate, Oil of vitriol, Chamber acid
Rumus Kimia : H2SO4
Berat Molekul : 98.08 g/mol
No. CAS : 7664-93-9
No. EC : 231-639-5
No. Indek: 016-020-00-0
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian 16.
3.2 Campuran
Tidak berlaku
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah
kulit dengan air/ pancuran air. Segera panggil dokter.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hidari
muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba
menetralisir.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Tidak tersedia informasi
Tindakan higienis
Ganti pakaian yang terkontaminasi dan rendam di dalam air. Pelindung kulit preventif Cuci tangan dan muka
setelah bekerja dengan bahan tersebut.
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat.
Perlindungan mata/wajah
Kacamata / Goggles pelindung yang pas dan ketat
kontak percikan:
Bahan sarung tangan: karet butil
Tebal sarung tangan: 0,7 mm
Waktu terobosan: > 120 min
Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan
standar gabungan d EN374, untuk contoh KCL 890 Vitoject® (kontak penuh), KCL 898 Butoject® (kontak
percikan). Waktu terobosan yang disebutkan diatas ditentukan oleh KCL dalam uji laboratorium berdasarkan
EN374 dengan sampel tipe sarung tangan yang dianjurkan.
Rekomendasi ini berlaku hanya untuk produk yang disebutkan dalam lembar data keselamatan dan disuplai
oleh kami sesuai tujuan yang kami maksud. Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan
dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan
CE-resmi (misalnya KCL GmbH, D-36124 Eichenzell, Internet: www.kcl.de).
perlindungan pernapasan
diperlukan ketika uap/aerosol dihasilkan
Jenis filter yang direkomendasikan: Filter B-(P2). Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan,
pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari
pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan dengan benar.
10.1 Reaktifitas
memiliki efek korosif
zat pengoksidasi kuat
10.2 Stabilitas Kimia
Produk ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar).
Iritasi kulit
Mengakibatkan luka bakar yang parah.
Iritasi mata
Menyebabkan kerusakan mata yang serius. Resiko kebutaan!
Sensitisasi
Informasi ini tidak tersedia.
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Teratogenisitas
Tidak menunjukkan efek teratogenik pada percobaan hewan. (IUCLID)
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
12.1 Toksisitas
Tidak tersedia informasi.
12.2 Persistensi dan penguraian oleh lingkungan
Tidak tersedia informasi.
12.3 Potensi bioakumulasi
Tidak tersedia informasi.
12.4 Mobilitas dalam tanah
Tidak tersedia informasi.
12.5 Hasil dar asesmen PBT dan vPvB
Penilaian PBT/vPvB tidak dilakukan karena penilaian keamanan bahan kimia tidak diperlukan/tidak
dilakukan.
14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 Lampiran II dan IBC
Code
Tidak bersangkut-paut
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 8B
Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.
Pelabelan
Piktogram bahaya
Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H290 Dapat korosif terhadap logam.
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian pelindung /pelindung mata/pelindung wajah.
Respons
P301 + P330 + P331 JIKA TERTELAN : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi SENTRA INFORMASI KERACUNAN atau
dokter/tenaga medis.
HMIS (U.S.A.):
Bahaya Kesehatan: 3
Bahaya Kebakaran: 0
Reaktivitas: 2
Perlindungan Pribadi: -
Informasi di atas diyakini benar tetapi tidak dimaksudkan untuk menjadi semua inklusif dan harus
hanya digunakan sebagai panduan. Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini
kami dan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan. Itu tidak
mewakili menjamin sifat dari produk. PT.SMART-LAB INDONESIA dan Afiliasinya tidak bertanggung
jawab atas segala kerusakan akibat penanganan atau dari kontak dengan produk di atas. dan / atau sisi
sebaliknya dari faktur atau slip kemasan untuk syarat dan ketentuan penjualan tambahan.
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
3.1 Bahan
Sinonim : UREA
Rumus Kimia : CO(NH₂)₂
Berat Molekul : 60.06 g/mol
No. CAS : 57-13-6
EC-No. : 200-315-5
Tidak ada komponen yang perlu diungkapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku
3.2 Campuran
tidak berlaku
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin. Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Tidak tersedia informasi.
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit. Cuci tangan dan muka setelah
bekerja dengan bahan tersebut.
Perlindungan mata/wajah
Kacamata-pengaman
Perlindungan tangan
Menangani dengan sarung tangan. Sarung tangan harus diperiksa sebelum digunakan. Gunakan teknik
penghapusan sarung tangan yang tepat (Tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk menghindari
kontak kulit dengan produk ini. Buang sarung tangan yang terkontaminasi setelah digunakan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan praktek laboratorium yang baik. Cuci dan keringkan tangan.
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
Sarung tangan pelindung yang dipilih harus memenuhi spesifikasi dari EU Directive 89/686 / EEC dan
standar EN 374 berasal dari itu.
Kontak penuh
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: > 480 menit
Kontak percikan
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: > 480 menit
perlindungan pernapasan
diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P 1 (menurut DIN 3181) untuk
partikel padat bahan inert Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian
perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya. Tindakan ini
harus didokumentasikan dengan benar.
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
10.1 Reaktifitas
Rrisiko ledakan debu.
Iritasi kulit
Informasi ini tidak tersedia
Iritasi mata
Kelinci
Hasil: Tidak menyebabkan iritasi mata (IUCLID)
Sensitisasi
Pengalaman pada manusia
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia
Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
12.1 Toksisitas
Keracunan untuk ikan
LC50 Leuciscus idus: > 6.810 mg/l; 96 h (IUCLID)
Derajat racun bagi daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang hidup dalam air
EC50 Daphnia magna (Kutu air): > 10.000 mg/l; 24 h (IUCLID)
Keracunan untuk bakteria EC5 Pseudomonas putida: > 10.000 mg/l; 16 h (Lit.)
(Konsentrasi toksik maksimum yang diijinkan)
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 lampiran II dan IBC Code
Tidak bersangkut paut
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 10 - 13
Kelas ledakan debu St1
UREA
Revisi: 00 Tanggal : 08.03.2019 No. MSDS : 256
Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.
SDS #: 326.2
BAGIAN 1 - IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN BAGIAN 6 - TINDAKAN RILIS TAK DISENGAJA
PERUSAHAAN Hapus semua sumber nyala dan beri ventilasi. Isi tumpahan dengan pasir
Ethyl Alcohol Solution 70% atau bahan penyerap lembam lainnya dan simpan dalam kantong atau
Flinn Scientific, Inc. P.O. Box 219, Batavia, IL 60510 (800) 452-1261 wadah tertutup.
Chemtrec Emergency Phone Number: (800) 424-9748 Lihat Bagian 8 dan 13 untuk informasi lebih lanjut.
Kelas bahaya: Toksisitas sistemik organ target khusus, paparan tunggal; BAGIAN 9 - SIFAT FISIK DAN KIMIA
iritasi saluran pernapasan (Kategori 3). Cairan bening. Bau alkohol.
Dapat menyebabkan iritasi pernapasan (H335).
Hindari menghirup kabut, uap atau semprotan (P261). BAGIAN 10 - STABILITAS DAN REAKTIFITAS
Umur simpan: sangat baik, jika disimpan dengan aman.
Kelas bahaya: Toksisitas sistemik organ target khusus, paparan tunggal
(Kategori 1). BAGIAN 11 - INFORMASI TOKSIKOLOGI
Menyebabkan kerusakan pada organ (H370).
Efek akut: Iritasi mata, mual, pusing, sakit kepala.
Penambahan denaturant membuat produk beracun. Tidak bisa dibuat tidak
Efek kronis: Kerusakan hati, reproduksi, efek teratogenik, karsinogen.
beracun.
Organ target: Mata, kulit, sistem saraf pusat, hati, sistem reproduksi.
Piktogram Oral-tikus LD50: 7060 mg/kg (seperti etil alkohol)
Terhirup-tikus LC50: 20.000 ppm/10H (sebagai etil alkohol)
Kulit-kelinci LD50: N.A
*) GHS= Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals, WHMIS =Workplace Hazardous Materials Information System
Jul 2020 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat)
Safety Data Sheet (SDS) – NATRIUM KARBONAT – Na2CO3
Rev 01
Format SDS berdasarkan GHS - WHMIS *)
SDS #: 716
BAGIAN 1 - IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN BAGIAN 8 - KONTROL PAPARAN, PERLINDUNGAN DIRI
PERUSAHAAN Kenakan sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, dan
Sodium Carbonate pelindung mata (P280).
Flinn Scientific, Inc. P.O. Box 219, Batavia, IL 60510 (800) 452-1261 Cuci tangan dengan seksama setelah memegang (P264).
Chemtrec Emergency Phone Number: (800) 424-10300
BAGIAN 9 - SIFAT FISIK DAN KIMIA
Kata Sinyal: PERINGATAN Kristal atau bubuk putih.
Tidak berbau.
BAGIAN 2 - IDENTIFIKASI BAHAYA
Larut: Air dan gliserol.
Kelas bahaya: Toksisitas akut, oral (Kategori 5).
Tidak larut dalam alkohol.
Mungkin berbahaya jika tertelan (H303).
Titik lebur: 856 °C
Kelas bahaya: Korosi atau iritasi kulit (Kategori 3). Gravitasi spesifik: 2,54
Menyebabkan iritasi kulit ringan (H316).
BAGIAN 10 - STABILITAS DAN REAKTIFITAS
Kelas bahaya: Kerusakan atau iritasi mata yang serius (Kategori 2A). Hindari kontak dengan asam, aluminium.
Menyebabkan gangguan mata berat (H319). Bereaksi keras dengan fluorin.
Pictograms Umur simpan: Wajar, higroskopis.
Lihat Bagian 7 untuk informasi lebih lanjut.
BAGIAN 11 - INFORMASI TOKSIKOLOGI
Efek akut: Iritan
Efek kronis: NA.
Organ target: Diselidiki sebagai mutagen.
Oral-tikus LD50: 4090 mg/kg
3
Terhirup-tikus LC50: 2300 mg/m 2 Jam
BAGIAN 3 - KOMPOSISI, INFORMASI TENTANG BAHAN Kulit-kelinci LD50: N.A.
Nama Komponen Nomor CAS Formula Rumus Berat Konsentrasi
BAGIAN 12 - INFORMASI EKOLOGI
Sodium carbonate, LC50 96 Jam Lepomis macrochirus: 300 mg/L EC50 48 Jam
anhydrous 497-19-8 Na2CO3 105.99
Daphnia magna: 265 mg/L
Synonyms: Soda ash
BAGIAN 13 - PERTIMBANGAN PEMBUANGAN
BAGIAN 4 - TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA Harap tinjau semua peraturan yang mungkin berlaku sebelum
Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika Anda merasa tidak sehat melanjutkan.
(P312). Saran pembuangan (Flinn): Metode #26a adalah salah satu opsi.
Jika terhirup: Pindahkan korban ke udara segar dan jaga posisi Lihat : PP 27 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik
istirahat yang nyaman untuk bernafas.
BAGIAN 14 - INFORMASI TRANSPORTASI
Jika di mata: Bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa
Nama pengiriman: Tidak diatur. Kelas bahaya: N / A.
menit. Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan.
Nomor PBB: N / A.
Lanjutkan pembilasan (P305 + P351 + P338). Jika iritasi mata
Lihat: Permen LHK P.4/.../2020 tentang Pengangkutan Limbah B3
berlanjut, dapatkan nasihat atau perhatian medis (P337 + P313).
Jika pada kulit: Cuci dengan banyak air. Jika iritasi kulit terjadi: BAGIAN 15 - INFORMASI REGULASI
Dapatkan saran atau perhatian medis (P332 + P313). Terdaftar TSCA, terdaftar EINECS (207-838-8).
Jika tertelan: Bilas mulut. BAGIAN 16 - INFORMASI LAINNYA
BAGIAN 5 - TINDAKAN PENANGANAN KEBAKARAN Lembar Data Keselamatan (SDS) ini untuk panduan dan didasarkan
Padatan tidak mudah terbakar. pada informasi dan tes yang diyakini dapat diandalkan. Flinn
Saat dipanaskan hingga terurai, dapat mengeluarkan asap beracun. Scientific, Inc. tidak menjamin keakuratan atau kelengkapan data
Jika terjadi kebakaran: Gunakan alat pemadam api kimia kering dan tidak akan bertanggung jawab atas segala kerusakan yang
kelas tiga. terkait dengannya. Data ditawarkan semata-mata untuk
pertimbangan, penyelidikan, dan verifikasi Anda. Data tidak boleh
Kode NFPA dikacaukan dengan mandat, peraturan, atau persyaratan lokal,
Tidak ada yang ditetapkan negara atau asuransi dan TIDAK ADA JAMINAN HUKUM.
Setiap penggunaan data dan informasi ini harus ditentukan oleh
BAGIAN 6 - TINDAKAN RILIS TAK DISENGAJA instruktur sains agar sesuai dengan hukum dan peraturan.
Jangan biarkan benda padat mengudara. Ventilasikan area. Kondisi atau metode penanganan, penyimpanan, penggunaan dan
Bersihkan, tempatkan dalam kantong atau wadah tertutup dan pembuangan produk yang dijelaskan di luar kendali Flinn Scientific,
buang. Inc. dan mungkin di luar pengetahuan kami.
Cuci lokasi tumpahan setelah pengambilan material selesai. UNTUK ALASAN INI DAN LAINNYA, KAMI TIDAK
Lihat Bagian 8 dan 13 untuk informasi lebih lanjut. BERTANGGUNG JAWAB DAN MENGUNGKAPKAN TANGGUNG
JAWAB ATAS KERUGIAN, KERUSAKAN ATAU BEBAN YANG
BAGIAN 7 - PENANGANAN DAN PENYIMPANAN MENDAPATKAN DARI ATAU DALAM CARA APAPUN YANG
Saran Pola Penyimpanan Bahan Kimia (Flinn): Anorganik # 4. TERKAIT DENGAN PENANGANAN, PENYIMPANAN,
Simpan dengan hidroksida, oksida, silikat, dan karbonat. PENGGUNAAN ATAU PEMBUANGAN PRODUK INI.
Hidroskopis.
Simpan wadah tertutup rapat. Simpan di tas Flinn Chem-Saf ™. N.A. = Tidak tersedia, tidak semua aspek kesehatan dari zat ini telah diselidiki sepenuhnya.
Simpan di tempat kering yang sejuk. N / A = Tidak berlaku
Lihat: Permen LHK P.12/.../2020 tentang Penyimpanan Limbah B3
Revision Date: July 11, 2016
https://www.flinnsci.com/sds_716-sodium-carbonate/sds_716/
*) GHS= Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals, WHMIS =Workplace Hazardous Materials Information System
Jul 2020 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat)
Safety Data Sheet (SDS) – NATRIUM SULFIT – Na2SO3 – konsentrasi 40%-70%
Format SDS berdasarkan GHS - WHMIS *)
SDS #: 764
BAGIAN 1 - IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN BAGIAN 8 - KONTROL PAPARAN, PERLINDUNGAN DIRI
PERUSAHAAN Kenakan sarung tangan pelindung, pakaian pelindung, dan
Sodium Sulfite pelindung mata. Cuci tangan dengan seksama setelah
Flinn Scientific, Inc. P.O. Box 219, Batavia, IL 60510 (800) memegang (P264).
452-1261
BAGIAN 9 - SIFAT FISIK DAN KIMIA
Chemtrec Emergency Phone Number: (800) 424-10366
Kristal atau bubuk putih. Tidak berbau.
Kata Sinyal: BAHAYA Larut: Air. Tidak larut dalam alkohol.
Gravitasi spesifik: 2,633
BAGIAN 2 - IDENTIFIKASI BAHAYA
Kelas bahaya: Toksisitas akut, oral dan inhalasi (Kategori 5). BAGIAN 10 - STABILITAS DAN REAKTIFITAS
Mungkin berbahaya jika tertelan atau terhirup (H303 + H333). Hindari kontak dengan asam dan oksidator kuat.
Umur simpan: Wajar, sensitif terhadap kelembaban.
Kelas bahaya: Kerusakan atau iritasi mata yang serius Lihat Bagian 7 untuk informasi lebih lanjut.
(Kategori 2B). Menyebabkan gangguan mata (H320).
BAGIAN 11 - INFORMASI TOKSIKOLOGI
Efek akut: Iritan.
Pictograms
Efek kronis: Kemungkinan mutagen.
Organ target: N.A.
ORL-MUS LD50: 820 mg/kg
IHL-RAT LC50: N.A.
SKN-RBT LD50: N.A.
BAGIAN 12 - INFORMASI EKOLOGI
Toksisitas Akuatik: 2600 ppm / 24, 48, 96 jam / ikan nyamuk /
BAGIAN 3 - KOMPOSISI, INFORMASI TENTANG BAHAN TLM / air tawar B.O.D .: 0,12 lb / lb seketika
Nama Komponen Nomor CAS Formula Rumus Berat Konsentrasi
Sodium sulfite 7757-83-7 Na2SO3 126.05 BAGIAN 13 - PERTIMBANGAN PEMBUANGAN
Harap tinjau semua peraturan yang mungkin berlaku sebelum
BAGIAN 4 - TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA melanjutkan.
Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika Anda merasa tidak Saran pembuangan (Flinn): Metode # 12b adalah salah satu opsi.
sehat. BAGIAN 14 - INFORMASI TRANSPORTASI
Jika terhirup: Pindahkan korban ke udara segar dan jaga Nama pengiriman: Tidak diatur. Kelas bahaya: N / A.
posisi istirahat yang nyaman untuk bernafas. Nomor PBB: N / A.
Jika di mata: Bilas secara hati-hati dengan air selama
BAGIAN 15 - INFORMASI REGULASI
beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah
Terdaftar TSCA; EINECS-terdaftar (231-821-4);
dilakukan. Kode RCRA D003.
Lanjutkan membilas.Jika iritasi mata berlanjut, dapatkan
nasihat atau perhatian medis (P337 + P313). BAGIAN 16 - INFORMASI LAINNYA
Jika pada kulit: Cuci dengan banyak air. Lembar Data Keselamatan (SDS) ini untuk panduan dan
didasarkan pada informasi dan tes yang diyakini dapat
Jika tertelan: Bilas mulut.
diandalkan. Flinn Scientific, Inc. tidak menjamin keakuratan
BAGIAN 5 - TINDAKAN PENANGANAN KEBAKARAN atau kelengkapan data dan tidak akan bertanggung jawab
Padatan tidak mudah terbakar. atas segala kerusakan yang terkait dengannya. Data
Saat dipanaskan hingga terurai, dapat mengeluarkan asap ditawarkan semata-mata untuk pertimbangan, penyelidikan,
beracun. dan verifikasi Anda. Data tidak boleh dikacaukan dengan
Jika terjadi kebakaran: Gunakan alat pemadam api kimia mandat, peraturan, atau persyaratan lokal, negara atau
kering kelas tiga. asuransi dan TIDAK ADA JAMINAN HUKUM.
Setiap penggunaan data dan informasi ini harus ditentukan
Kode NFPA Tidak ditetapkan oleh instruktur sains agar sesuai dengan hukum dan
BAGIAN 6 - TINDAKAN RILIS TAK DISENGAJA peraturan.
Ventilasikan area. Sapu, tempatkan dalam kantong atau Kondisi atau metode penanganan, penyimpanan,
wadah tertutup dan buang. Cuci lokasi tumpahan setelah penggunaan dan pembuangan produk yang dijelaskan di luar
pengambilan material selesai. kendali Flinn Scientific, Inc. dan mungkin di luar pengetahuan
Lihat Bagian 8 dan 13 untuk informasi lebih lanjut. kami.
UNTUK ALASAN INI DAN LAINNYA, KAMI TIDAK
BAGIAN 7 - PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BERTANGGUNG JAWAB DAN MENGUNGKAPKAN
Saran Pola Penyimpanan Bahan Kimia (Flinn): Anorganik #2 TANGGUNG JAWAB ATAS KERUGIAN, KERUSAKAN
Simpan dengan asetat, halida, sulfat, sulfit, tiosulfat dan ATAU BEBAN YANG MENDAPATKAN DARI ATAU DALAM
fosfat. CARA APAPUN YANG TERKAIT DENGAN PENANGANAN,
Peka udara dan kelembaban. Simpan wadah tertutup rapat. PENYIMPANAN, PENGGUNAAN ATAU PEMBUANGAN
Simpan dalam tas Flinn Chem-Saf ™. PRODUK INI.
Simpan di tempat gelap yang dingin. N.A. = Tidak tersedia, tidak semua aspek kesehatan dari zat ini telah diselidiki sepenuhnya.
N / A = Tidak berlaku
Revision Date: September 25, 2019
*) GHS= Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals, WHMIS =Workplace Hazardous Materials Information System
https://www.flinnsci.com/sds_764-sodium-sulfite/sds_764/
Jul 2020 - From: www.itokindo.org (free pdf - Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat)
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
Pengaruh Rasio Molar Formaldehid/Urea (F/U) menggunakan Katalis NaOH dan NH4OH terhadap Pembuatan
Resin Urea Formaldehid Skala Laboratorium
The Effect of Formaldehyde/Urea (F/U) Molar Ratio using NaOH and NH4 OH Catalyst on Production of Urea-
Formaldehyde Resin in Laboratory-Scale
Iqbal Syaichurrozia* , Della Tri Winarnia, Mita Napitasaria, Yulius Sandya, Yahya Almundzira, Heri Heriyantoa
a
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl Jend.Sudirman Km.3 Cilegon, 42435,
Indonesia
Artikel histori : ABSTRAK: Studi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh rasio molar formaldehid/urea
(F/U) dan jeni katalis terhadap pembuatan resin urea-formaldehid. F/U divariasikan 1,5; 2; 2,5;
Diterima 29 April 2016 3. Katalis yang digunakan adalah NaOH dan NH4OH. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh
Diterimadalam revisi 15 Mei densitas resin urea-formaldehid pada F/U 1,5; 2; 2,5; 3adalah 1360, 1370, 1360, 1330 kg/m3
2016 menggunakan katalis NaOH dan 1370, 1370, 1350, 1350 kg/m3 menggunakan katalis NH4OH.
Diterima 20 Mei 2016 Sedangkan viskositas absolut pada F/U 1,5; 2; 2,5; 3 adalah 0,007347672; 0,007723512;
Online 1 Juni 2016 0,007347672; 0,006873174kg/m.s, menggunakan katalis NaOH dan 0,00879; 0,00827;
0,00813; 0,00643 kg/m.s menggunakan NH4OH. Kadar resin (%) yang diperoleh padaF/U 1,5;
2; 2,5; 3adalah 25,92; 30,19; 28,85; 25 % menggunakan katalis NH4OH dan 10,71; 11,6; 9,45;
14,28 % menggunakan katalis NaOH.
ABSTRACT: This study was conducted to investigate the molar ratio of formaldehyde/urea
(F/U) and catalysts against the formation of urea-formaldehyde resin. The F/U ratiowas varied
in 1.5, 2, 2.5, 3. NaOH and NH4OH were used as catalysts. The results showed that density of
urea-formaldehyde resin at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 1360, 1370, 1360, 1330 kg/m3 by using
catalyst of NaOH and1370, 1370, 1350, 1350 kg/m3 by using catalyst of NH4OH. Meanwhile,
the absolute viscosity of urea-formaldehyde resin at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 0.007347672;
0.007723512; 0.007347672; 0.006873174kg/m.s by using catalyst of NaOH and 0.00879;
0.00827; 0.00813; 0.00643 kg/m.s in using catalyst of menggunakan NH4OH.Resin formed
(%)at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 25.92; 30.19; 28.85; 25 % in using catayst of NH4OH and
10.71; 11.6; 9.45; 14.28 % by using catalyst of NaOH.
sepertiga dari nilai yang ditemukan dalam karya de Jongdan (formaldehid+urea+katalis+buffer), dan penambahan buffer
de Jong. sebanyak 0,25% dari massa total
Penelitian yang dilakukan oleh Scheiber et al. (l928) (formaldehid+urea+katalis+buffer). Katalis yang digunakan
menemukan bahwa pada suasana asam diperoleh methylol adalah NaOH dan NH4OH. Kedua jenis katalis tersebut
dan senyawa “Gold Schmidt’s” dari monomethylolurea digunakan pada semua variasi F/U.
dengan berat molekul rendah. Studi yang dilakukan Ivana et. Pertama, formalin, katalis dan buffer dimasukkan ke
al (2010) dalam jurnal distribusi massa-molar resin urea- dalam labu ukur. Kemudian campuran yang terjadi disebut
formaldehid dengan perbedaan derajat polimerisasi sampel 0. Sampel ini dianalisa viskositas dan densitasnya.
menggunakan MALDI-TOFF mass-spectrometry terbatas Selanjutnya campuran ini (sampel 0) ditambah urea yang
hanya pada perbandingan F/U = 1,45 dan 2. selanjutnya disebut Sampel 1. Sampel ini dianalisa
Studi tentang urea formaldehid sudah banyak dilakukan. formaldehid bebas, viskositas dan densitasnya. Kemudian
Studi tentang urea formaldehid dengan variasi perbandingan Sampel 1 dipanaskan selama 10 menit pada suhu 85o C.
molar umpan F/U sebesar 1,25 sampai dengan 2,00 Setelah itu campuran didinginkan dan dianalisa formaldehid
dimaksudkan supaya resin urea formaldehid yang terbantuk bebas, viskositas dan densitasnya. Campuran ini disebut
tidak kental dan tidak encer. Resin urea formaldehid yang Sampel 2. Begitu seterusnya selama 60 menit.
dihasilkan berwarna putih keruh dengan kekentalan yang
cukup sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
analisis viskositas, analisis kadar formaldehid bebas, dan
analisis curring. Besarnya perbandingan molar umpan
formaldehid dengan urea sangat berpengaruh pada produk
resin urea formaldehid yang dihasilkan, bila perbandingan
molar umpan kurang dari 1,25 maka resin urea formaldehid
yang dihasilkan memiliki kadar formaldehid rendah dan
menghasilkan resin urea formaldehid yang kepadatan dan
kekerasan rendah, sedangkan bila perbandingan molar umpan
lebih dari 2 maka resin urea formaldehid yang dihasilkan
memiliki kadar formaldehid tinggi dan menghasilkan resin
urea formaldehid yang kepadatan dan kekerasan yang tinggi.
(Modric, 2013).
Objek pada percobaan ini mengarah kepada pengaruh
rasio molar (F/U) dan katalis yang digunakan terhadap
densitas, viskositas serta laju reaksi pembentukan urea
formaldehid dalam waktu percobaan 1 jam dan temperatur Gambar 1.Diagram Alir Pembuatan Resin Urea-
konstan pada 85oC dengan kondisi basa. Formaldehid
Tujuan dari studi polimerisasi urea formaldehid adalah
untuk mengetahui pengaruh F/U, orde reaksi, viskositas,
densitas dan curring pada polimerisasi urea formaldehid.
2. Metode Percobaan
22
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
2.2 Analisa Formaldehid Bebas F/U yang sama, densitas sampel semakin meningkat. Sampel
Diagram alir analisa formaldehid bebas dapat dilihat pada 0 memiliki nilai densitas yang paling rendah karena belum
Gambar 2. Pertama, mencampurkan 1 cc sampel, 5 cc dicampur dengan urea. Sampel 1-7 memiliki nilai densitas
alkohol, dan 2-3 tetes indikator pp kedalam labu titrasi yang meningkat karena pengaruh waktu reaksi dan
tertutup. Kemudian, campuran dititrasi untuk menentukan pemanasan sehingga lebih banyak reaktan yang
titik akhir larutan netral. Menambahkan 25 cc sodium sulfat terkonversi.Pada penelitian dengan menggunakan katalis
kedalam labu. Mereaksikan larutan dengan melakukan NaOH diperoleh densitas urea formaldehid yang terbentuk
pengocokkan selama 10 menit. Lalu, menitrasi larutan pada variasi F/U 1,5 yaitu 1360 kg/m3, pada F/U 2 yaitu 1370
dengan asam sulfat dan melakukannya sebanyak dua kali. kg/m3, pada F/U 2,5 yaitu 1360 kg/m3, dan pada F/U 3 yaitu
1330 kg/m3. Pada F/U=2 memiliki nilai densitas tertinggi
2.3 Analisa Viskositas yaitu 1370 kg/m3. Pada F/U =2 memiliki hasil yang optimum
Pertama, memasukkan sampel kedalam viskometer dalam pembentukkan urea formaldehid hal ini terlihat dari
ostwald. Kemudian, mencatat waktu yang diperlukan sampel nilai densitas yang dihasilkan mendekati nilai dari literatur
untuk mengalir dari satu batas ke batas lainnya. yaitu 1,2 g/cm3 – 1,45 g/cm3 atau nilai konversinya yaitu
1200 kg/m3 – 1450 kg/m3 (Tae lee, 2012).
2.4 Analisa Densitas
Untuk analisa densitas dilakukan dengan menimbang 1380
piknometer kosong dalam neraca analitik.Kemudian
menambahkan sampel dengan volume tertentu dan 1360
densitas (kg/m3)
dan diperoleh densitas sampel.
1320
1340
semakin besar. Semakin tinggi rasio molarF/U, semakin 1320
tinggi konten formaldehida bebas diresin (Dunky, 1998). 1300
Menurut Jermejeff (2012) tingginya jumlah formaldehida 1280
Katalis NaOH F/U=1.5
bebas dapat menghambat reaksi kondensasi seperti 1260 Katalis NaOH F/U=2
menghambat terbentuknya methylol dan meningkatkan 1240 Katalis NaOH F/U=2.5
derajatpercabangan molekul UF.Semakin banyak cabang 1220 Katalis NaOH F/U=3
pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin kecil. 1200
Pada gambar 3 menunjukkan hubungan antara densitas 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Hubungan densitas (kg/m3) terhadap perubahan waktu pertikelnya semakin rapat sehingga waktu yang dibutuhkan
(detik) pada sampel urea formaldehid dapat dilihat grafik larutan campuran untuk mengalir dalam viscometer menjadi
pada gambar 2. Dari dua grafik tersebut terlihat bahwa semakin lama.
selama reaksi berlangsung, densitas yang diperoleh dengan Hasil analisa viskositas pada penelitian dengan katalis
katalis NH4OH ataupun NaOH mengalami kenaikkan sesuai NH4OH ini diperoleh viskositas absolut pada rasio F/U 1,5
dengan teori. Menurut teori, semakin lama reaksi diperoleh 0,00879 kg/m s, pada F/U 2 diperoleh 0,00827
berlangsung maka akan semakin banyak produk yang kg/m s, pada F/U 2,5 adalah 0,00813 kg/m s dan pada F/U 3
dihasilkan, dan akan konstan bila semua reaktan sudah adalah 0,00643 kg/m s, sedangkan dengan katalis NaOH
terkonversi. diperoleh pada rasio F/U 1.5 nilai viskositas absolutnya
sebesar 0,007347672kg/m.s, pada F/U 2 sebesar
T = NAO∫ = ∫ 0,007723512kg/m.s, pada F/U 2.5 sebesar
( ) ( )
0,007347672kg/m.s, dan pada F/U 3 sebesar
. 0,006873174kg/m.s (Gambar 4). Semakin tinggi rasio molar
dimana : Nao = = F/U maka viskositas resin UF yang diperoleh semakin kecil.
Tingginya jumlah formaldehida bebas dapat menghambat
(Levenspiel, 1999) reaksi kondensasi (dengan asumsi nilai pH tidak berubah),
seperti menghambat terbentuknya methylol dan
Hasil penelitian pembuatan resin urea formaldehid yang meningkatkan derajat percabangan molekul UF (Jermejeff,
telah dilakukan oleh Osemeahon et al. (2013) dengan 2012). Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka
menggunakan katalis NaOH diperoleh densitas 1,168 g/cm3 densitasnya akan semakin kecil. Semakin kecil densitas maka
(Tabel 1), sedangkan pada penelitian ini, dengan viskositasnya juga akan semakin kecil sesuai dengan
menggunakan katalis NH4OH dan juga NaOH diperoleh persamaan berikut;
densitas 1,370 g/cm3 dan 1,370 g/cm3. Adanya perbedaan = ……………………….. (1)
hasil densitas yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh pH = …………..... .(2)
ketika reaksi kondensasi terjadi. Berdasarkan hasil penelitian Menurut Osemeahon (2013), nilai viskositas resin urea
ini, katalis NH4OH menghasilkan hasil yang optimum dalam yaitu 0,003 kg/m s – 0,038 kg/m.s, sehingga nilai viskositas
pembentukan urea formaldehid. Hal ini terlihat dari densitas yang diperoleh pada sampel dengan katalis NaOH F/U=1,5
yang dihasilkan sesuai dengan literatur yaitu 1280-1290 sebesar 0,007347672 kg/m.s, pada sampel dengan katalis
kg/m3 (Miljkovic et al., 2006). Namun menurut penelitian NaOH F/U=2 sebesar 0,007616241 kg/m.s, pada sampel
Osemeahon et al. (2009) densitas resin hasil penelitian ini dengan katalis NaOH F/U=2,5 sebesar 0,007241184 kg/m.s,
termasuk ke dalam standar resin UF yang dapat digunakan dan pada sampel dengan katalis NaOH F/U=3 sebesar
pada industri pelapisan. Penelitian yang dilakukan oleh Ivana 0,006769035 kg/m.s.
et. al. (2010) memperoleh hasil densitas resin UF dengan F/U 0.01
= 2 adalah 1,24 g/cm3 sedangkan pada F/U=1,45 diperoleh 0.009
1.3 g/cm3. 0.008
0.007
viskositas (kg/m.s)
(%) 0.006
3.2 Pengaruh Variasi F/U terhadap Viskositas 0.002 Katalis NaOH F/U=2.5
ln Cf
Cf
R² = 0.9509
1/Cf
1.4 Katalis NaOH F/U=1.5 y = 0.0152x + 0.1027 Katalis NaOH F/U=1.5 y = 0.0231x - 0.2901
1.8
Katalis NaOH F/U=2 R² = 0.9499 Katalis NaOH F/U=2 R² = 0.9591
1.2 1.6
Katalis NaOH F/U=2.5 Katalis NaOH F/U=2.5
y = 0.0089x + 0.2646 1.4 y = 0.0106x + 0.0151
Katalis NaOH F/U=3
1 R² = 0.8497 1.2 R² = 0.9211
1 y = 0.0078x - 0.0763
0.8
Cf^-0.5
R² = 0.7807
1/Cf
0.8
0.6 y = 0.0077x + 0.1392
0.6
R² = 0.8719
0.4 0.4 y = 0.0084x - 0.0911
y = 0.0085x + 0.118 0.2 R² = 0.9512
0.2 R² = 0.9706
0
0 -0.2 0 20 40 60 80 100
0 20 40 60 80 100 (b,2) Waktu (menit)
(b,1) Waktu (menit)
Gambar 5. Grafik Penentuan orde (a) katalis NH4OH (b) katalis NaOH
25
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
26
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
Tabel 3.Kadar Resin pada Berbagai Variasi F/U dan Jenis Katalis
No. Sampel Jenis Massa Massa air Kadar
Katalis sampel (g) yang resin (%)
menguap
(g)
1 F/U=1.5 NH4OH 5,4 1,4 25,92
2 F/U=2 NH4OH 5,3 1,6 30,19
3 F/U=2.5 NH4OH 5,2 1,5 28,85
4 F/U=3 NH4OH 5,6 1,4 25
5 F/U=1.5 NaOH 11,2 1,2 10,71
6 F/U=2 NaOH 11,2 1,3 11,6
7 F/U=2.5 NaOH 12,7 1,2 9,45
8 F/U=3 NaOH 11,2 1,6 14,28
Secara teori hal ini mengidentifikasikan perbandingan synthesis.KTH Chemical Science and Engineering,
produk dan reaktan kecil sehingga reaktan sisanya banyak. Sweden.
Formaldehid sebagai reaktan lebih banyak mengikat air Ivana, G., Olivera N., Milanka D., 2010,Molar-mass
sehingga air yang diuapkan lebih banyak. Distribution of Urea-Formaldehyde Resins of
Kadar resin pada katalis NH4OH lebih besar Different Degrees of Polymerisation by MALDI-TOF
dibandingkan dengan kadar resin pada katalis NaOH. Hal ini Mass-Spectrometry.
menunjukkan bahwa produk samping yang terbentuk pada Levenspiel, O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3rd
resin dengan katalis NaOH ikut menguap ketika proses edition, John Wiley and Son, New York.
curing berlangsung. Mao, A. Elbarbary, H.& Moon, G.K., 2013, Investigation of
Low Mole Ratio UF and UMF Resins Aimed at
4. Kesimpulan Lowering The Formaldehyde Emission Potential of
Wood Composite Boards.Department of Forest
Urea-formaldehida (UF) resin adalah resin pengikat Products, Mississipi State University.
utama interior papan komposit kayu, sepert; papan serat Miljkoviḉ, Jovan., Grmusa, Ivana-Gavrilovic., Momcilovic,
dengan kepadatan menengah, dan kayu lapis keras. Dapat Milanka Diporovic., Popovic, Mladan., 2006,Some
ditarik kesimpulan berdasarkan hasil percobaan diperoleh characteristics of urea-formaldehyde powder
densitas resin urea-formaldehid pada F/U 2 dengan katalis adhesives, 223-230.
NaOH adalah 1370 kg/m3dan katalis NH4OH 1370 kg/m3, Modric, L.A., 2013, Polimerisasi Urea Formaldehid.”
sedangkan viskositas dengan katalis NaOH adalah Jakarta: Atribution NC.
0,007616241 kg/m.s, dan katalis NH4OH0,00827 kg/m.s. Obichukwu, M., 2006, Ethylated Urea – Ether – Modified
Hasil optimum pembuatan resin urea-formaldehid Urea-Formaldehid Resins, Part 1: Structural and
ditunjukkan pada penggunaan katalis NH4OH. Physicochemical Properties. Minna: Federal
University Of Technology.
5. Ucapan Terimakasih Osemeahon, S.A., Maitera, O.N., Hotton, A.J., Dimas, BJ.,
2013, Influence of starch addition on properties of
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih urea formaldehyde/starch copolymer blends for
kepada Laboratorium Operasi Teknik Kimia (OTK), Jurusan application sas a binder in the coating industry.
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Journal of Environmental and Ecotoxilogy Vol. 5,
Tirtayasa yang telah menyediakan alat dan bahan dalam 181-189.
pelaksanaan studi ini. Ratnaningtyas, R.R., 2012, Pirolisis Pembuatan Asam Cair
dari Bonggol Jagung Sebagai Pengawet Alami
6. Daftar Pustaka PenggantiFormalin. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Azizah, U., 2004, Laju Reaksi. Departemen Pendidikan Raveendran, B., 1981, Kinetics and Mechanism of Urea-
Nasional, Jakarta. Formaldehyde and Related Reactions. Thesis
De Jong, J.I.,& De Jonge, J. 1952a,The reaction of urea with submitted to the University of Cochin in Partial
formaldehyde.Recuell des Travaux Chimiques des Fulfilment of the Requirement of the Degree of
Pays-Bas Vol. 71 No.7, 643-660. Doctor of Philosophy in Chemistry.
De Jong, J.I., & De Jonge, J., 1952b, The formation and Sun, Qi-Ning, Hse Chung-Yun., Shupe, Todd. F., 2014,
decomposition of dimethylolurea.Recuell des Travaux Effect of Different catalyst on Urea Formaldehyde
Chimiques des Pays-Bas Vol. 71 No. 7), 661-667. Resin Synthesis.Journal of Applied Polymer Science,
Dunky, M., 1998, Urea-formaldehyde (UF) adhesive resins 1-7.
for wood.International J. Adhesion & Adhesives Vol. Wang, Dang-Liang., Bai, Han-Ying., Yue, Gao., 2013, Gel
18 No. 2, 95-107. Characteristics of Urea-Formaldehyde Resin
Jeremejeff, J., 2012, Investigationof UF-resins- the effect of UnderShear Flow Conditions.Research Article.
the urea formaldehyde/urea molar ratio during
27
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
28
POLIMERISASI UREA-FORMALDEHID
Retno Sulistyo Dhamar Lestrari, S.T.,M.Eng, Ulil Anshori, Intan Juniari Nuru
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jalan Jenderal Sudirman
Km.3 Cilegon 42435, Banten, Indonesia
ABSTRAK
Polimer merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil. Reaksi
penggabungan dari monomer menjadi polimer disebut reaksi polimerisasi. Urea-formaldehid dibuat dengan
reaksi polimerisasi kondensasi. Tujuan dari percobaan polimer adalah agar dapat memahami salah satu teknik
polimerisasi, khususnya polimerisasi kondensasi Urea-formaldehid, dan mengerti reaksinya serta mengetahui
pengaruh-pengaruh kondisi operasi terhadap hassil reaksi polimerisasi. Aplikasi industry dari urea-formaldehid
adalah sebagai coating, mikro enkapsulasi dan perekat. Percobaan dilakukan dengan reaksi kondensasi,
kelangsungan reaksi diamati dengan mengambil cuplikan setiap 10 menit selama satu jam, kemudian
menentukan kadar, densitas, viskositas dan pH formaldehid. Hasil percobaan menunjukkan orde reaksi pada
percobaan polimerisasi adalah orde 2, hasil terbaik terjadi pada saat F/U = 1.75
Memanaskan T=800C
Menambahkan 25
Analisa ml Na2SO4 Analisa
Hasil
Sampel 1
Sampel 1
Menitrasi dengan
larutan H2SO4
Memanaskan t=10 menit
Sampel 6 Hasil
Sampel 6
Daftar Pustaka
[1] Stevens, M,P 2007. Kimia Polimer. Cetakan 2.
Terjemahan L. Sopyan. Pradnya pranita. Jakarta :
Gambar 12. Grafik Perubahan pH pada Setiap Waktu xxi + 669 hlm.
[2] Efan, Ahmad. Polimer. Jurusan Teknik Mesin,
Pada gambar 12 menujukkan perubahan pH FT. UMJ. Jember.
pada setiap waktu dengan variasi F/U. Pada grafik [3] Rudin, A. 1982. The Element of Polimer Sciens
ini diperoleh hasil pada F/U = 1.75, nilai pH pada and Engineering. London : Academic Press Inc.
menit ke 0 hinggan menit ke 20 pH konstan pada
pH 10. Hal ini menandakan bahwa proses
[4] Othmer, K. 1984. Encyclopedia of Chemical [8] De’Aldio, CF. 1952. Fundamental Principles of
Technology. 3rd Edition. Intersciens Publication. Polymerization. John Willey and Jons. New York
John Willey and Sons. New York. Inc.
[5] Flory,PJ. 1984. Principle of Chemical [9] Rochmadi. 2010. Technologi Polimer.
Chemistry. Edition 7. Cornell, University Press. [10] Dhedy. 2011. Densifikasi Randu
London. Menggunakan Proses Penekanan dan Pelapisan
[6] Billmeyer. 1984. Textbook of Polimer Sciens Permukaan Poliester. UIN Syarif Hidayatullah.
New York. John Willey and Sons. Jakarta
[7] Suppriyadi. 1985. Polimerisasi Urea-
formaldehid. ITB. Bandung
Rekayasa Hijau: Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Volume 6 | Nomor 1
ISSN [e]: 2579-4264 | DOI: https://doi.org/10.26760/jrh.V6i1.11-21 Maret 2022
Received January 21, 2022 | Revised March 23, 2022 | Accepted March 24, 2022
ABSTRAK
Panel kayu merupakan produk yang terbuat dari bahan kayu yang direkatkan dengan menggunakan resin,
bahan perekat yang digunakan dalam produksi kayu lapis merupakan resin urea-formaldehid (UF). Resin UF
adalah resin thermosetting yang terbuat dari urea dan formaldehid yang akan mengeras jika dipanaskan dan
dapat dicetak ulang. Pada penelitian ini, pembuatan resin UF menggunakan bahan baku dari Urea
Formaldehyde Concentrate (UFC). Tujuan dari penelitian ini mempelajari pengaruh perubahan sifat dan
kinerja resin UF dari UFC, pengaruh rasio molar pada tahap metilolasi dan kondensasi, dan menguji
efektivitas resin UF melalui aplikasi pembuatan panel kayu dengan cara menguji Internal Bonding (IB)
Strength dan emisi formaldehid. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa
pembuatan resin UF dengan bahan baku UFC memiliki gel time yang lebih panjang sehingga menurunkan IB
Strength, dan free formaldehyde yang rendah sehingga emisi formaldehid akan menurun dibandingkan dengan
nilai IB Strength maupun emisi formaldehid dari resin UF dari urea dan formaldehid.
Kata kunci:Resin urea-formaldehid, UFC, plywood,rasio molar awal, rasio molar akhir, internal bonding (IB)
strength, emisi formaldehid.
ABSTRACT
Wood panel are a product made of a wood inggriidients glued together by using resin. The main adhesive used
in plywood production is urea-formaldehyde resin (UF). UF resin is a thermosetting resin made from urea and
formaldehyde, where this resin to be hardened if heated and reprinted. The purpose of this research is affects
changes in properties and performance from UF resin made from UFC, effects of molar ratio at the
metylolation and condentation stage, and tests the effectiveness of UF resin with a wooden paneling application
by testing Internal Bonding (IB) Strength, and formaldehyde emission. According to this research it has been
obtained that UF resin with UFC material has a lengthly gel time therefor lower IB Strength value, and low
free formaldehyde so that formaldehyde emission will decreased when compared with IB Strength value as
well as formaldehyde emissions from UF resin with urea and formaldehyde materials.
Keywords:Urea-Formaldehyde resin, UFC, plywood, initial molar ratio, final molar ratio, internal bonding
(IB) strength, formaldehyde emissions,
Rekayasa Hijau – 11
Dila Athariqa dkk.
1. PENDAHULUAN
Panel kaya adalah lembaran datar yang terbuat dari bahan berbasis kayu yang direkatkan dengan perekat
[1]. Panel kayu biasanya digunakan untuk komponen furnitur maupun bahan pendukung bangunan.
Produk panel kayu yang paling umum diproduksi adalah kayu lapis, papan partikel, dan Medium Density
Fiberboard (MDF). Kualitas dari panel kayu dapat ditentukan oleh beberapa parameter, yaitu emisi
formaldehid dan internal bonding strength. Resin urea-formaldeid (UF) merupakan resin yang biasanya
digunakan dalam pembuatan panel kayu, resin UF ini memiliki keuntungan daya rekat yang kuat, dan
harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan perekat lainnya. Resin UF memiliki karakteristik
yang berbeda-beda selama penyimpanan hingga resin terseparasi, hal ini dapat dipengaruhi oleh pH,
specific gravity, maupun viskositasnya. Menurut Giovanni et al [2] reaksi-reaksi pembentukan resin UF
ini yaitu dengan reaksi metilolasi dan reaksi kondesasi. Gambar 1 merupakan tahap metilolasi terbentuk
senyawa-senyawa
metilol.
Pada tahap kondensasi senyawa-senyawa metilol akan bereaksi dengan gugus hidroksil yang disertai
dengan pelepasan molekul air dengan reaksi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Kondensasi akan terus berlanjut menghasilkan beragam senyawa pentamer, heksamer, dan seterusnya
yang akan mengakibatkan derajat polimerisasi dan berat molekul semakin meningkat sehingga reaksi
ini akan diikuti dengan kenaikan viskositas. Resin UF yang terbuat dari urea dan formalin memiliki
kelemahan yaitu lebih cepat mengalami separasi selama penyimpanan, sehinggal hal tersebut dapat
diatasi dengan penggunaan bahan baku lain yaitu Urea Formaldehyde Concentrate (UFC). UFC atau
dikenal juga sebagai Tetra Methylol Urea atau TMU yang mengandung urea dan formaldehid engan
rasio molar 4,0-6,5. UFC memiliki shelf time yang lebih panjang dikarenakan dalam kondisi cenderung
basa yaitu pada pH 8-9, dan kandungan air yang cukup rendah. Menurut Richard M.Rammon et al [3]
UFC dihasilkan dari reaksi antara urea dan formaldehid seperti pada Gambar 3.
Rekayasa Hijau-12
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Pembuatan UFC menurut Moore [4] dapat dibuat dengan dua cara yaitu di pabrik formalin melalui
absorpsi uap formalin yang di spray kan dengan larutan urea, dan dengan cara mencampurkan larutan
formalin pekat dengan urea sehingga dicapai rasio molar F/U yang diinginkan dan disesuaikan pHnya
yaitu 8,8-9,5. Setelah itu campuran dipanaskan pada suhu kisaran 50 oC sampai 60 oC.
Sama halnya dengan pembuatan resin UF dari urea dan formaldehid, resin UF dengan bahan baku UFC
ini dilakukan dengan penggantian formalin yang digunakan dimana pada pembuatan resin UF dengan
UFC ini UFC akan ditambahkan dan kemudian ditambahkan Urea dengan mengurangi massa urea yang
akan diumpankan diawal dengan mengurangi jumlah urea yang terkandung didalam UFC. Reaksi yang
terlibat sebagai berikut :
Mula-mula UFC atau TMU terbentuk dari senyawa-senyawa metilol yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Selanjutnya senyawa TMU yang tebentuk akan direaksikan dengan urea pada saat pembuatan resin UF
yang dapat dilihat pada Gambar 5.
+ → + H2O
Gambar 5. Reaksi kondensasi
Pembuatan resin UF dengan bahan baku UFC ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat
dan kinerja resin, perubahan terhadap rasio molar awal dan akhir, serta mengetahui efektifitas resin UF
terhadap nilai IB Strength dan emisi formaldehid.
2. METODOLOGI
2.1 Bahan dan Alat
Pada pembuatan resin UF dengan bahan baku Urea dan Formaldehid maupun resin UF dengan bahan
baku UFC menggunakan formaldehid yang berasal dari plant formalin di PT. Dover Chemical, dan urea
yang digunakan merupakan produk dari PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Pembuatan resin UF
maupun UFC dibuat didalam reaktor yang dilengkapi dengan agitator, thermometer, heater, dan
waterbath. Resin UF yang telah dibuat akan dilakukan pengujian efektivitas pada panel kayu, dimana
sebelumnya akan dibuat terlebih dahulu glue mix-nya dengan cara mencampurkan 200 gram resin
dengan filler dengan jenis tepung anggrek hingga viskositasnya 18-22 cP dan ditambahkan hardener
NH4Cl dengan pH sekitar 5,3. Panel kayu yang akan dibuat menggunakan terbuat dari kayu sengon
dengan ukuran 40 cm x 40 cm sebanyak 3 ply terdiri dari 1 core dengan tebal 2,23 mm, serta sepasang
face dan back dengan tebal 0,33 mm.
2.2 Metode
Dalam proses pembuatan Urea-Formaldehid Concentrate (UFC) secara singkat dinyatakan sebagai
proses menggabungkan larutan formaldehida dengan urea. Dimana larutan formaldehida yang
digunakan mengandung 30 sampai 50% (%berat). Dalam jumlah formaldehid dan urea tersebut sehingga
menghasilkan rasio mol F/U = 4,4 sampai 6,5. Kemudian menyesuaikan pH campuran reaksi dengan
Rekayasa Hijau – 13
Dila Athariqa dkk.
kisaran pH 8,8 hingga 9,5. Setelah itu memanaskan campuran tersebut pada suhu dalam kisaran 50
sampai 60oC, selama 30 sampai 60 menit.
Pembuatan resin UF standar dari urea dan formalin maupun resin UF dari UFC, pembuatan resin UF
tersebut dilakukan didalam reaktor yang dilengkapi dengan agitator, termometer, heater, dan waterbath.
Pada pembuatan resin UF dari urea dan formalin dimana formalin dengan konsentrasi 35% dimasukan
dan ditambahkan larutan kaustik hingga pH menjadu 7,9-8,1, selanjutnya urea pertama ditambahkan
sehingga menghasilkan rasio molar F/U = 2,30. Campuran diaduk dan dipanaskan hingga 80-
90℃.selanjutnya di holding selama 20 menit. Setelah itu, urea kedua ditambahkan dengan rasio F/U =
2.15. Setelah larutan homogen, pH larutan diatur ke 4,0-4,4 dengan penambahan larutan asam format
untuk memulai proses kondensasi, yang dilanjutkan sampai titik akhir pertama tercapai, di mana setetes
air resin berubah menjadi keruh pada 50 ℃ (cloudy pada T=50℃). Urea ketiga kemudian ditambahkan
hingga mencapai F/U = 1,80. Untuk mengurangi laju kondensasi, pH kemudian sedikit dinaikan menjadi
4,4-4,7 yang dilanjutkan dengan tercapainya titik akhir kedua tercapai dengan viskositas antara 40-45
cPs pada 60 ℃. Langkah kondensasi kedua ini diakhiri dengan menyesuaikan pH menjadi 7,9-8,1. Lalu
ditambahkan boraks (0,07% berat total massa) kedalam larutan. Setelah pendinginan hingga 45 ℃, urea
tambahan ditambahkan untuk mencapai rasio F/U akhir 1,60. Pembuatan resin UF diulangi dengan
proses yang sama akan tetapi divariasikan dengan rasio mol awal 2,25; 2,50; 2,75; dan 3,00. Hasil
pembuatan UFC dapat dilihat pada Gambar 6.
Rekayasa Hijau-14
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Pada Gambar 7 merupakan proses pembuatan resin UF dari UFC dimana mula-mula dilakukan
pengumpanan larutan UFC 45% (%berat) dan dilakukan penambahan air hingga menghasilkan
konsentrasi 35%. Kemudian ditambahkan urea pertama (U1) sehingga diperoleh rasio mol F/U1 = 2,30.
Campuran diaduk dan dipanaskan hingga 80-90oC. Setelah itu larutan di-holding selama 20 menit.
Setelah itu urea kedua (U2) ditambahkan sehingga rasio mol menjadi F/U2 = 2,15. Setelah urea larut
pH reaksi kemudian disesuaikan dengan ditambahkan larutan formic acid untuk memulai kondensasi
dengan pH 4,0-4,4. Setelah diasamkan, campuran dibiarkan bereaksi sambil dilakukan pengecekan end
point pertama (EP1) telah tercapai. Pengecekan EP1 dilakukan sampai di mana setetes air resin berubah
menjadi keruh pada 50 ℃ (cloudy pada T=50℃). Setelah EP1 tercapai, dilanjutkan dengan menaikkan
pH hingga 4,4-4,7 menggunakan NaOH 55%. Setelah itu, urea ketiga (U3) ditambah ke campuran
hingga F/U = 1,8. Kemudian, dilakukan pengecekan end point kedua (EP2), EP2 tercapai hingga
viskositas yang didapatkan antara 40-45 cPs pada 60℃. Selanjutnya ditambah NaOH hingga mencapai
pH 7,9-8,1 ditambahkan boraks dengan komposisi 0,07% dari berat larutan, serta temperatur reaktor
diturunkan. Pada saat suhu 45oC dilakukan penambahan urea terakhir (U4) hingga diperoleh rasio mol
akhir F/U4 sebesar 1,60. Pembuatan resin UF dari UFC diulangi dengan memvariasikan rasio mol awal
yaitu 2,25; 2,50; 2,75; dan 3,00.
Gambar 8. Diagram proses pembuatan Resin UF dari UFC dengan variasi rasio molar awal
Setelah melakukan pembuatan resin UF dengan variasi rasio molar awal yang telah ditentukan maka
dilakukan pembuatan resin UF dengan rasio molar akhir yaitu 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1 Pembuatan resin
UF ini dilakukan dengan prosedur yang sama persis seperti variasi rasio molar awal yang dapat dilihat
pada Gambar 8 maupun Gambar 9.
Rekayasa Hijau – 15
Dila Athariqa dkk.
100 Larutan 10
Larutan NaOH 48%
CH2O2 35%
90 +Boraks 0,07% 9
80 8
Temperatur (°C)
70 UFC = 1109,36 gram NaOH 7
EP2
60 + Air = 454,03 gram EP1 42,02 cPs
6
+ larutan NaOH = 48%
pH
50 Cloudy (T=60C) 5
(T=50C)
40 4
30 3
Urea 2 Urea 3 Urea 4
20 Urea 1
86,33 gram 106,06 gram 2
182,95 gram 62,16 gram
10 F/U=2,5 F/U=2,15 F/U=1,8 F/U=1,5 1
0 0
,00 ,500 1,00 1,500 2,00 2,500 3,00 3,500 4,00
Waktu (Jam)
Gambar 9. Diagram proses pembuatan Resin UF dari UFC dengan variasi rasio molar akhir
2 60 48 25 7,4 0,0000 0,0296 7,1 6,8 (-A) 5,8 (-A) 0,8 0,9 1,7
3 60 48 25 7,4 0,0296 0,0000 7,1 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
4 60 48 25 7,4 0,0296 0,0296 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
5 60 48 25 7,4 0,0296 0,0593 7,4 7,4 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
6 60 48 25 7,4 0,0000 0,0593 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,85 1,6
7 60 48 25 7,4 0,0593 0,0000 7,1 6,5 (-A) 5,8 (-A) 0,9 0,85 1,75
8 60 48 25 7,4 0,0593 0,0593 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,65 0,9 1,55
9 60 48 25 7,4 0,0593 0,0296 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
10 60 48 25 7,7 0,0000 0,0000 7,4 7,4 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
11 60 48 25 7,7 0,0000 0,0266 7,4 7,1 (-A) 7,1 (-A) 0,7 0,95 1,65
12 60 48 25 7,7 0,0266 0,0000 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
13 60 48 25 7,7 0,0266 0,0266 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,8 0,85 1,65
14 60 48 25 7,7 0,0266 0,0532 7,7 7,4 (-A) 7,1 (-A) 0,7 1 1,7
15 60 48 25 7,7 0,0000 0,0532 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,65 0,9 1,55
Rekayasa Hijau-16
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
17 60 48 25 7,7 0,0532 0,0532 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,75 0,9 1,65
18 60 48 25 7,7 0,0532 0,0266 7,7 7,7 (-A) 7,4 (-A) 0,55 1,1 1,65
19 60 48 25 8 0,0000 0,0000 7,7 7,1 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,85 1,6
20 60 48 25 8 0,0000 0,0266 7,7 7,4 (-A) 7,4 (-A) 0,55 1,1 1,65
Selama penyimpanan resin UF dari formalin maupun UFC perlu diperhatikan sifat-sifat dari resin itu
sendiri sebagai parameter kualitas resin, karena selama penyimpanan resin tersebut memungkinkan
terjadinya penuruan pH sehingga reaksi polimerisasi akan terjadi dengan laju reaksi yang lebih rendah,
selain itu viskositas dari resin juga dapat meningkat selama penyimpanan sehingga perubahan-
perubahan dari sifat kimia-fisik resin perlu diperhatikan yang telah ditampilkan pada Tabel 2. Resin
tersebut dapat membentuk endapan sehingga resin tersebut tidak layak digunakan. Resin apabila sudah
melebihi umur simpannya contohnya seperti pada saat pengecekan stabilitas didapatkan nilai
viskositasnya berubah drastis atau mengalami separasi berupa endapan resin dan masih tetap digunakan
akan menghasilkan produk panel kayu yang kurang baik. Sehingga lebih disukai apabila resin memiliki
shelf-life yang cukup lama. Selama waktu penyimpanan, viskositas resin mengalami perubahan. Hal-hal
tersebut perlu diperhatikan jika jarak antara produsen dengan customer relatif jauh sehingga resin akan
disimpan selama beberapa waktu untuk mencegah terbentuknya endapan dan resin akan membentuk
gel.
Viskositas pada glue mix yang telah dibuat akan dilakukan pengujian terhadap pot life. Pengujian pot
life bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak glue mix dibuat hingga
mengeras. Penggunaan UFC sebagai bahan baku membuat resin UF mengalami pot life yang semakin
lama yaitu sekitar 260 menit, 150 menit, 160 menit dan 180 menit sedangkan pada resin UF dengan
bahan baku formalin sekitar 150 menit sampai dengan 170 menit. Hal ini dapat dikarenakan karena
pengaruh penggunaan NH3 yang dapat menghambat laju penurunan pH sehingga reaksi antara resin
dengan hardener akan berlambat lambat, hal ini menjadi keuntungan tersendiri dimana glue mix resin
dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Rekayasa Hijau – 17
Dila Athariqa dkk.
80 100
70
80
Viskositas (cPs)
Viskositas (cPs)
60
50 2,25 60 2,25
40
30 2,5 40 2,5
20 2,75 2,75
20
10 3 3
0 0
0 100 200 300 ‐50 50 150 250
Waktu (Menit) Waktu (menit)
(a) (b)
Gambar 10. (a) Hubungan viskositas Glue Mix terhadap waktu pada Resin UF berbahan Baku UFC, (b)
Hubungan viskositas Glue Mix terhadap waktu pada Resin UF berbahan baku formalin
Penggunaan UFC sebagai bahan baku resin UF dapat mempengaruhi nilai IB strength dimana nilai
internal bonding strength resin UF dari formalin memiliki nilai yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan resin UF dari UFC yaitu untuk resin UF memiliki nilai intenal bonding strength untuk variasi
rasio molar awal 2,25, 2,5, 2,75, dan 3,0 berturut-turut sebesar 1,299 Mpa, 1,143 Mpa, 1,104 Mpa, dan
1,402 Mpa, sedangkan untuk nilai internal bonding strength resin UF dari UFC untuk variasi rasio molar
awal 2,25, 2,5, 2,75, dan 3,0 berturut-turut sebesar 0,778 Mpa, 0,860 Mpa, 0,826 Mpa, dan 0,813 Mpa
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Hal ini dapat dipengaruhi oleh gel time, dimana gel time dari
resin UF berbahan baku UFC lebih lambat dibandingkan resin UF dari formalin, selain itu terjadi karena
pada proses pembuatan UFC menggunakan NH3, dimana ammonia tersebut berperan sebagai buffer
sehingga pada saat mereaksikan resin dengan hardener bereaksi lebih lambat, yang menyebabkan laju
curing lama sehingga waktu yang dibutuhkan resin untuk mengeras semakin panjang, sehingga nilai IB
Strength yang dihasilkan lebih rendah dibanding resin UF dengan formalin seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengaruh variasi mol awal dan bahan baku terhadap nilai Internal Bonding Strength
Selain mempengaruhi nilai internal bonding strength penggunaan UFC sebagai bahan baku resin UF
dapat mempengaruhi emisi formaldehid yang dihasilkan. Dimana ditampilkan dalam Gambar 12.
Rekayasa Hijau-18
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Gambar 12. Pengaruh variasi mol awal dan bahan baku terhadap emisi Formaldehid
Dapat dilihat pada Gambar 12, bahwa nilai emisi formaldehid cenderung sama. Namun jika
dibandingkan antara nilai emisi resin dari formalin dan dari UFC, didapatkan hasil bahwa emisi untuk
resin UF dari formalin lebih besar dibanding resin UF dari UFC. Karena apabila dilihat dari hasil
pengujian free formaldehyde menunjukan bahwa formaldehid bebas pada resin UF dari formalin
cenderung lebih banyak dibandingkan dari UFC. Selain itu dapat pula diakibatkan formaldehid yang
dirilis dari dekomposisi ikatan dimethylene-ether selama proses curing pada saat hot press.
RRN CH O CH NRR → RR N CH RR CH O
Setalah melakukan percobaan pembuatan resin UF dari UFC dengan memvariasikan rasio molar awal,
selanjutnya melakukan percobaan pembuatan resin UF dari UFC dengan memvariasikan rasio molar
akhir dimana rasio molar awal (F/U1) yang digunakan sebesar 2,50 dikarenakan pada pembuatan resin
UF dari UF memiliki daya rekat atau nilai internal bonding strength yang lebih besar dibandingkan
dengan variasi molar awal yang lain. Hal yang sama dilakukan pula pada resin UF dari UFC dengan
variasi rasio molar akhir ini dengan melakukan pengujian terhadap resin melalui analisa sifat kimia-fisik
dan uji aplikasi terhadap plywood. Kemudian dilakukan selama penyimpanan resin UF dari UFC dengan
variasi rasio molar akhir perlu diperhatiakan sifat-sifat dari resin itu sendiri sebagai parameter kualitas
resin. Hal ini dilakukan untuk pencegahan resin mengalami pembentukan endapan atau pengerasaan
selama penyimpanan, hal tersebut dapat terjadi karena adanya penuruan pH sehingga dapat
mempengaruhi stabilitas dari resin itu sendiri.
Viskositas pada glue mix pada resin UF yang telah dibuat dilakukan pengujian terhadap pot life. Pada
Tabel 3 dijelakan penggunaan variasi rasio molar akhir 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1 membuat resin UF
mengalami pot life yang semakin lama yaitu berturut-turut sekitar 180 menit, 190 menit, 220 menit, 245
menit dan 250 menit, dikarenakan semakin kecil rasio mol akhir maka akan semakin banyak urea yang
Rekayasa Hijau – 19
Dila Athariqa dkk.
ditambahkan sehingga urea akhir ini berperan sebagai scavenger yang bereaksi dengan formaldehid
bebas yang belum bereaksi, sehingga semakin kecil rasio molar nya maka formaldehid bebas yang
terkandung semakin sedikit sehingga resin menjadi kurang reaktif dan reaksi polimerisasi semakin
lambat sehingga resin akan lebih lambat untuk mengeras.
70
60
Viskositas glue mix (cP)
50
40 1.5
1.4
30
1.3
20 1.2
1.1
10
0
0 50 100 150 200 250 300
Waktu (Menit)
Pada Gambar 13 menunjukkan hasil dari perubahan rasio mol akhir pada pembuatan resin UF dari UFC
dapat mempengaruhi nilai IB strength dimana nilai internal bonding dengan variasi molar akhir 1,5, 1,4,
1,3, 1,2, 1,1 berturut-turut sebesar 0,932 Mpa, 0,913 Mpa, 0,729 Mpa, 0,852 Mpa dan 0,780 Mpa,
sedangkan emisi yang didapatkan semakin besar rasio molar akhir nya maka level emisi formaldehid
semakin besar, dan begitu sebagiknya semakin kecil rasio molar akhir maka level emis formaldehidnya
semakin kecil yaitu berturut-turut sebesar 18,32 mg/L, 17,89 mg/L, 10,65 mg/L, 5,00 mg/L, dan 1,65
mg/L. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan formaldehid bebas yang rendah hal tersebut terjadi
karena formaldehid bebas bereaksi dengan urea akhir yang dtambahkan, sehingga menyebabkan resin
kurang reaktif dan waktu yang dibutuhkan resin untuk mengeras semakin lama atau biasa dikenal gel
time yang semakin panjang, gel time yang semakin panjang menyebabkan nilai internal bonding
strength akan semakin rendah dikarenakan laju reaksi pada proses curing yang terjadi akan semakin
lambat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Karena kandungan formaldehid yang rendah ini
menyebabkan pula penuruan level emisi formaldehid pada resin UF dari UFC.
Rekayasa Hijau-20
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
20
Emisi Formaldehid
18
Bondng Strength
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1,5 1,4 1,3 1,2 1,1
Rasio Molar
Gambar 14. Pengaruh variasi mol akhir terhadap nilai Internal Bonding Strength dan emisi Formaldehid
4. KESIMPULAN
Resin urea-formaldehid yang dibuat dengan variasi rasio molar awal 2,25, 2,50, 2,75, dan 3,00 dengan
bahan baku yang urea dan formalin memiliki nilai internal bonding strength yang lebih besar yaitu 1,299
Mpa, 1,143 Mpa, 1,104 Mpa, dan 1,402 Mpa. Dibandingkan dengan resin urea-formaldehid dengan
bahan baku UFC memiliki nilai internal bonding strength yang berturut-turut sebesar 0,778 Mpa, 0,860
Mpa, 0,826 Mpa, dan 0,813 Mpa, serta resin urea-formaldehid dengan bahan baku urea dan formalin
menghasilkan emisi yang lebih besar pula dbandingkan dengan bahan baku UFC. Resin urea-
formaldehid dari UFC yang telah dilakukan pembuatan, pengujian reaktivitas maupun stabilitas resin
kemudian dibuat resin urea-formaldehid dengan memilih salah satu variasi molar awal yaitu 2,50 dan
dilakukan variasi rasio molar akhir atau pada tahap kondensasi yaitu 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1. Dimana
dhasilkan resin dengan nilai internal bonding strength 0,9315 Mpa, 0,9133 Mpa, 0,7294 Mpa, 0,7345
Mpa dan 0,7775 Mpa, sedangkan emisi yang didapatkan yaitu berturut-turut sebesar 18,32 mg/L, 17,89
mg/L, 10,65 mg/L, 5,00 mg/L, dan 1,65 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zhiyong, C., & Ross, R, J., (2010). Wood Handbok, Wood As An Engineering Material. Department
of Agricult U.S. Department of Agriculture, Forest Servis, Forest Products Laboratory.
[2] Giovanni, S., Mazzoleni, G., Nistri, U. & Vargiu S., (1974). Process for the preparation of resins
from urea, formaldehyde, methanol and formic acid using three stages, US Patent No. 3,830,783.
[3] Rammon, M, and Richard., (1985). The Chemical Structur of UF Resin. Chembond Corporation. P.
0. Box 270, Springfield. OR 97477, U.S.A.
[4] Moore., (1976). Production Of Urea Formaldehyde Cocentrates. United States.
Rekayasa Hijau – 21
Rekayasa Hijau: Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Volume 6 | Nomor 1
ISSN [e]: 2579-4264 | DOI: https://doi.org/10.26760/jrh.V6i1.11-21 Maret 2022
Received January 21, 2022 | Revised March 23, 2022 | Accepted March 24, 2022
ABSTRAK
Panel kayu merupakan produk yang terbuat dari bahan kayu yang direkatkan dengan menggunakan resin,
bahan perekat yang digunakan dalam produksi kayu lapis merupakan resin urea-formaldehid (UF). Resin UF
adalah resin thermosetting yang terbuat dari urea dan formaldehid yang akan mengeras jika dipanaskan dan
dapat dicetak ulang. Pada penelitian ini, pembuatan resin UF menggunakan bahan baku dari Urea
Formaldehyde Concentrate (UFC). Tujuan dari penelitian ini mempelajari pengaruh perubahan sifat dan
kinerja resin UF dari UFC, pengaruh rasio molar pada tahap metilolasi dan kondensasi, dan menguji
efektivitas resin UF melalui aplikasi pembuatan panel kayu dengan cara menguji Internal Bonding (IB)
Strength dan emisi formaldehid. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa
pembuatan resin UF dengan bahan baku UFC memiliki gel time yang lebih panjang sehingga menurunkan IB
Strength, dan free formaldehyde yang rendah sehingga emisi formaldehid akan menurun dibandingkan dengan
nilai IB Strength maupun emisi formaldehid dari resin UF dari urea dan formaldehid.
Kata kunci:Resin urea-formaldehid, UFC, plywood,rasio molar awal, rasio molar akhir, internal bonding (IB)
strength, emisi formaldehid.
ABSTRACT
Wood panel are a product made of a wood inggriidients glued together by using resin. The main adhesive used
in plywood production is urea-formaldehyde resin (UF). UF resin is a thermosetting resin made from urea and
formaldehyde, where this resin to be hardened if heated and reprinted. The purpose of this research is affects
changes in properties and performance from UF resin made from UFC, effects of molar ratio at the
metylolation and condentation stage, and tests the effectiveness of UF resin with a wooden paneling application
by testing Internal Bonding (IB) Strength, and formaldehyde emission. According to this research it has been
obtained that UF resin with UFC material has a lengthly gel time therefor lower IB Strength value, and low
free formaldehyde so that formaldehyde emission will decreased when compared with IB Strength value as
well as formaldehyde emissions from UF resin with urea and formaldehyde materials.
Keywords:Urea-Formaldehyde resin, UFC, plywood, initial molar ratio, final molar ratio, internal bonding
(IB) strength, formaldehyde emissions,
Rekayasa Hijau – 11
Dila Athariqa dkk.
1. PENDAHULUAN
Panel kaya adalah lembaran datar yang terbuat dari bahan berbasis kayu yang direkatkan dengan perekat
[1]. Panel kayu biasanya digunakan untuk komponen furnitur maupun bahan pendukung bangunan.
Produk panel kayu yang paling umum diproduksi adalah kayu lapis, papan partikel, dan Medium Density
Fiberboard (MDF). Kualitas dari panel kayu dapat ditentukan oleh beberapa parameter, yaitu emisi
formaldehid dan internal bonding strength. Resin urea-formaldeid (UF) merupakan resin yang biasanya
digunakan dalam pembuatan panel kayu, resin UF ini memiliki keuntungan daya rekat yang kuat, dan
harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan perekat lainnya. Resin UF memiliki karakteristik
yang berbeda-beda selama penyimpanan hingga resin terseparasi, hal ini dapat dipengaruhi oleh pH,
specific gravity, maupun viskositasnya. Menurut Giovanni et al [2] reaksi-reaksi pembentukan resin UF
ini yaitu dengan reaksi metilolasi dan reaksi kondesasi. Gambar 1 merupakan tahap metilolasi terbentuk
senyawa-senyawa
metilol.
Pada tahap kondensasi senyawa-senyawa metilol akan bereaksi dengan gugus hidroksil yang disertai
dengan pelepasan molekul air dengan reaksi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Kondensasi akan terus berlanjut menghasilkan beragam senyawa pentamer, heksamer, dan seterusnya
yang akan mengakibatkan derajat polimerisasi dan berat molekul semakin meningkat sehingga reaksi
ini akan diikuti dengan kenaikan viskositas. Resin UF yang terbuat dari urea dan formalin memiliki
kelemahan yaitu lebih cepat mengalami separasi selama penyimpanan, sehinggal hal tersebut dapat
diatasi dengan penggunaan bahan baku lain yaitu Urea Formaldehyde Concentrate (UFC). UFC atau
dikenal juga sebagai Tetra Methylol Urea atau TMU yang mengandung urea dan formaldehid engan
rasio molar 4,0-6,5. UFC memiliki shelf time yang lebih panjang dikarenakan dalam kondisi cenderung
basa yaitu pada pH 8-9, dan kandungan air yang cukup rendah. Menurut Richard M.Rammon et al [3]
UFC dihasilkan dari reaksi antara urea dan formaldehid seperti pada Gambar 3.
Rekayasa Hijau-12
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Pembuatan UFC menurut Moore [4] dapat dibuat dengan dua cara yaitu di pabrik formalin melalui
absorpsi uap formalin yang di spray kan dengan larutan urea, dan dengan cara mencampurkan larutan
formalin pekat dengan urea sehingga dicapai rasio molar F/U yang diinginkan dan disesuaikan pHnya
yaitu 8,8-9,5. Setelah itu campuran dipanaskan pada suhu kisaran 50 oC sampai 60 oC.
Sama halnya dengan pembuatan resin UF dari urea dan formaldehid, resin UF dengan bahan baku UFC
ini dilakukan dengan penggantian formalin yang digunakan dimana pada pembuatan resin UF dengan
UFC ini UFC akan ditambahkan dan kemudian ditambahkan Urea dengan mengurangi massa urea yang
akan diumpankan diawal dengan mengurangi jumlah urea yang terkandung didalam UFC. Reaksi yang
terlibat sebagai berikut :
Mula-mula UFC atau TMU terbentuk dari senyawa-senyawa metilol yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Selanjutnya senyawa TMU yang tebentuk akan direaksikan dengan urea pada saat pembuatan resin UF
yang dapat dilihat pada Gambar 5.
+ → + H2O
Gambar 5. Reaksi kondensasi
Pembuatan resin UF dengan bahan baku UFC ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat
dan kinerja resin, perubahan terhadap rasio molar awal dan akhir, serta mengetahui efektifitas resin UF
terhadap nilai IB Strength dan emisi formaldehid.
2. METODOLOGI
2.1 Bahan dan Alat
Pada pembuatan resin UF dengan bahan baku Urea dan Formaldehid maupun resin UF dengan bahan
baku UFC menggunakan formaldehid yang berasal dari plant formalin di PT. Dover Chemical, dan urea
yang digunakan merupakan produk dari PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Pembuatan resin UF
maupun UFC dibuat didalam reaktor yang dilengkapi dengan agitator, thermometer, heater, dan
waterbath. Resin UF yang telah dibuat akan dilakukan pengujian efektivitas pada panel kayu, dimana
sebelumnya akan dibuat terlebih dahulu glue mix-nya dengan cara mencampurkan 200 gram resin
dengan filler dengan jenis tepung anggrek hingga viskositasnya 18-22 cP dan ditambahkan hardener
NH4Cl dengan pH sekitar 5,3. Panel kayu yang akan dibuat menggunakan terbuat dari kayu sengon
dengan ukuran 40 cm x 40 cm sebanyak 3 ply terdiri dari 1 core dengan tebal 2,23 mm, serta sepasang
face dan back dengan tebal 0,33 mm.
2.2 Metode
Dalam proses pembuatan Urea-Formaldehid Concentrate (UFC) secara singkat dinyatakan sebagai
proses menggabungkan larutan formaldehida dengan urea. Dimana larutan formaldehida yang
digunakan mengandung 30 sampai 50% (%berat). Dalam jumlah formaldehid dan urea tersebut sehingga
menghasilkan rasio mol F/U = 4,4 sampai 6,5. Kemudian menyesuaikan pH campuran reaksi dengan
Rekayasa Hijau – 13
Dila Athariqa dkk.
kisaran pH 8,8 hingga 9,5. Setelah itu memanaskan campuran tersebut pada suhu dalam kisaran 50
sampai 60oC, selama 30 sampai 60 menit.
Pembuatan resin UF standar dari urea dan formalin maupun resin UF dari UFC, pembuatan resin UF
tersebut dilakukan didalam reaktor yang dilengkapi dengan agitator, termometer, heater, dan waterbath.
Pada pembuatan resin UF dari urea dan formalin dimana formalin dengan konsentrasi 35% dimasukan
dan ditambahkan larutan kaustik hingga pH menjadu 7,9-8,1, selanjutnya urea pertama ditambahkan
sehingga menghasilkan rasio molar F/U = 2,30. Campuran diaduk dan dipanaskan hingga 80-
90℃.selanjutnya di holding selama 20 menit. Setelah itu, urea kedua ditambahkan dengan rasio F/U =
2.15. Setelah larutan homogen, pH larutan diatur ke 4,0-4,4 dengan penambahan larutan asam format
untuk memulai proses kondensasi, yang dilanjutkan sampai titik akhir pertama tercapai, di mana setetes
air resin berubah menjadi keruh pada 50 ℃ (cloudy pada T=50℃). Urea ketiga kemudian ditambahkan
hingga mencapai F/U = 1,80. Untuk mengurangi laju kondensasi, pH kemudian sedikit dinaikan menjadi
4,4-4,7 yang dilanjutkan dengan tercapainya titik akhir kedua tercapai dengan viskositas antara 40-45
cPs pada 60 ℃. Langkah kondensasi kedua ini diakhiri dengan menyesuaikan pH menjadi 7,9-8,1. Lalu
ditambahkan boraks (0,07% berat total massa) kedalam larutan. Setelah pendinginan hingga 45 ℃, urea
tambahan ditambahkan untuk mencapai rasio F/U akhir 1,60. Pembuatan resin UF diulangi dengan
proses yang sama akan tetapi divariasikan dengan rasio mol awal 2,25; 2,50; 2,75; dan 3,00. Hasil
pembuatan UFC dapat dilihat pada Gambar 6.
Rekayasa Hijau-14
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Pada Gambar 7 merupakan proses pembuatan resin UF dari UFC dimana mula-mula dilakukan
pengumpanan larutan UFC 45% (%berat) dan dilakukan penambahan air hingga menghasilkan
konsentrasi 35%. Kemudian ditambahkan urea pertama (U1) sehingga diperoleh rasio mol F/U1 = 2,30.
Campuran diaduk dan dipanaskan hingga 80-90oC. Setelah itu larutan di-holding selama 20 menit.
Setelah itu urea kedua (U2) ditambahkan sehingga rasio mol menjadi F/U2 = 2,15. Setelah urea larut
pH reaksi kemudian disesuaikan dengan ditambahkan larutan formic acid untuk memulai kondensasi
dengan pH 4,0-4,4. Setelah diasamkan, campuran dibiarkan bereaksi sambil dilakukan pengecekan end
point pertama (EP1) telah tercapai. Pengecekan EP1 dilakukan sampai di mana setetes air resin berubah
menjadi keruh pada 50 ℃ (cloudy pada T=50℃). Setelah EP1 tercapai, dilanjutkan dengan menaikkan
pH hingga 4,4-4,7 menggunakan NaOH 55%. Setelah itu, urea ketiga (U3) ditambah ke campuran
hingga F/U = 1,8. Kemudian, dilakukan pengecekan end point kedua (EP2), EP2 tercapai hingga
viskositas yang didapatkan antara 40-45 cPs pada 60℃. Selanjutnya ditambah NaOH hingga mencapai
pH 7,9-8,1 ditambahkan boraks dengan komposisi 0,07% dari berat larutan, serta temperatur reaktor
diturunkan. Pada saat suhu 45oC dilakukan penambahan urea terakhir (U4) hingga diperoleh rasio mol
akhir F/U4 sebesar 1,60. Pembuatan resin UF dari UFC diulangi dengan memvariasikan rasio mol awal
yaitu 2,25; 2,50; 2,75; dan 3,00.
Gambar 8. Diagram proses pembuatan Resin UF dari UFC dengan variasi rasio molar awal
Setelah melakukan pembuatan resin UF dengan variasi rasio molar awal yang telah ditentukan maka
dilakukan pembuatan resin UF dengan rasio molar akhir yaitu 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1 Pembuatan resin
UF ini dilakukan dengan prosedur yang sama persis seperti variasi rasio molar awal yang dapat dilihat
pada Gambar 8 maupun Gambar 9.
Rekayasa Hijau – 15
Dila Athariqa dkk.
100 Larutan 10
Larutan NaOH 48%
CH2O2 35%
90 +Boraks 0,07% 9
80 8
Temperatur (°C)
70 UFC = 1109,36 gram NaOH 7
EP2
60 + Air = 454,03 gram EP1 42,02 cPs
6
+ larutan NaOH = 48%
pH
50 Cloudy (T=60C) 5
(T=50C)
40 4
30 3
Urea 2 Urea 3 Urea 4
20 Urea 1
86,33 gram 106,06 gram 2
182,95 gram 62,16 gram
10 F/U=2,5 F/U=2,15 F/U=1,8 F/U=1,5 1
0 0
,00 ,500 1,00 1,500 2,00 2,500 3,00 3,500 4,00
Waktu (Jam)
Gambar 9. Diagram proses pembuatan Resin UF dari UFC dengan variasi rasio molar akhir
2 60 48 25 7,4 0,0000 0,0296 7,1 6,8 (-A) 5,8 (-A) 0,8 0,9 1,7
3 60 48 25 7,4 0,0296 0,0000 7,1 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
4 60 48 25 7,4 0,0296 0,0296 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
5 60 48 25 7,4 0,0296 0,0593 7,4 7,4 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
6 60 48 25 7,4 0,0000 0,0593 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,85 1,6
7 60 48 25 7,4 0,0593 0,0000 7,1 6,5 (-A) 5,8 (-A) 0,9 0,85 1,75
8 60 48 25 7,4 0,0593 0,0593 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,65 0,9 1,55
9 60 48 25 7,4 0,0593 0,0296 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,95 1,7
10 60 48 25 7,7 0,0000 0,0000 7,4 7,4 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
11 60 48 25 7,7 0,0000 0,0266 7,4 7,1 (-A) 7,1 (-A) 0,7 0,95 1,65
12 60 48 25 7,7 0,0266 0,0000 7,4 6,8 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,9 1,65
13 60 48 25 7,7 0,0266 0,0266 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,8 0,85 1,65
14 60 48 25 7,7 0,0266 0,0532 7,7 7,4 (-A) 7,1 (-A) 0,7 1 1,7
15 60 48 25 7,7 0,0000 0,0532 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,65 0,9 1,55
Rekayasa Hijau-16
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
17 60 48 25 7,7 0,0532 0,0532 7,4 6,8 (-A) 6,8 (-A) 0,75 0,9 1,65
18 60 48 25 7,7 0,0532 0,0266 7,7 7,7 (-A) 7,4 (-A) 0,55 1,1 1,65
19 60 48 25 8 0,0000 0,0000 7,7 7,1 (-A) 6,5 (-A) 0,75 0,85 1,6
20 60 48 25 8 0,0000 0,0266 7,7 7,4 (-A) 7,4 (-A) 0,55 1,1 1,65
Selama penyimpanan resin UF dari formalin maupun UFC perlu diperhatikan sifat-sifat dari resin itu
sendiri sebagai parameter kualitas resin, karena selama penyimpanan resin tersebut memungkinkan
terjadinya penuruan pH sehingga reaksi polimerisasi akan terjadi dengan laju reaksi yang lebih rendah,
selain itu viskositas dari resin juga dapat meningkat selama penyimpanan sehingga perubahan-
perubahan dari sifat kimia-fisik resin perlu diperhatikan yang telah ditampilkan pada Tabel 2. Resin
tersebut dapat membentuk endapan sehingga resin tersebut tidak layak digunakan. Resin apabila sudah
melebihi umur simpannya contohnya seperti pada saat pengecekan stabilitas didapatkan nilai
viskositasnya berubah drastis atau mengalami separasi berupa endapan resin dan masih tetap digunakan
akan menghasilkan produk panel kayu yang kurang baik. Sehingga lebih disukai apabila resin memiliki
shelf-life yang cukup lama. Selama waktu penyimpanan, viskositas resin mengalami perubahan. Hal-hal
tersebut perlu diperhatikan jika jarak antara produsen dengan customer relatif jauh sehingga resin akan
disimpan selama beberapa waktu untuk mencegah terbentuknya endapan dan resin akan membentuk
gel.
Viskositas pada glue mix yang telah dibuat akan dilakukan pengujian terhadap pot life. Pengujian pot
life bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak glue mix dibuat hingga
mengeras. Penggunaan UFC sebagai bahan baku membuat resin UF mengalami pot life yang semakin
lama yaitu sekitar 260 menit, 150 menit, 160 menit dan 180 menit sedangkan pada resin UF dengan
bahan baku formalin sekitar 150 menit sampai dengan 170 menit. Hal ini dapat dikarenakan karena
pengaruh penggunaan NH3 yang dapat menghambat laju penurunan pH sehingga reaksi antara resin
dengan hardener akan berlambat lambat, hal ini menjadi keuntungan tersendiri dimana glue mix resin
dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Rekayasa Hijau – 17
Dila Athariqa dkk.
80 100
70
80
Viskositas (cPs)
Viskositas (cPs)
60
50 2,25 60 2,25
40
30 2,5 40 2,5
20 2,75 2,75
20
10 3 3
0 0
0 100 200 300 ‐50 50 150 250
Waktu (Menit) Waktu (menit)
(a) (b)
Gambar 10. (a) Hubungan viskositas Glue Mix terhadap waktu pada Resin UF berbahan Baku UFC, (b)
Hubungan viskositas Glue Mix terhadap waktu pada Resin UF berbahan baku formalin
Penggunaan UFC sebagai bahan baku resin UF dapat mempengaruhi nilai IB strength dimana nilai
internal bonding strength resin UF dari formalin memiliki nilai yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan resin UF dari UFC yaitu untuk resin UF memiliki nilai intenal bonding strength untuk variasi
rasio molar awal 2,25, 2,5, 2,75, dan 3,0 berturut-turut sebesar 1,299 Mpa, 1,143 Mpa, 1,104 Mpa, dan
1,402 Mpa, sedangkan untuk nilai internal bonding strength resin UF dari UFC untuk variasi rasio molar
awal 2,25, 2,5, 2,75, dan 3,0 berturut-turut sebesar 0,778 Mpa, 0,860 Mpa, 0,826 Mpa, dan 0,813 Mpa
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Hal ini dapat dipengaruhi oleh gel time, dimana gel time dari
resin UF berbahan baku UFC lebih lambat dibandingkan resin UF dari formalin, selain itu terjadi karena
pada proses pembuatan UFC menggunakan NH3, dimana ammonia tersebut berperan sebagai buffer
sehingga pada saat mereaksikan resin dengan hardener bereaksi lebih lambat, yang menyebabkan laju
curing lama sehingga waktu yang dibutuhkan resin untuk mengeras semakin panjang, sehingga nilai IB
Strength yang dihasilkan lebih rendah dibanding resin UF dengan formalin seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengaruh variasi mol awal dan bahan baku terhadap nilai Internal Bonding Strength
Selain mempengaruhi nilai internal bonding strength penggunaan UFC sebagai bahan baku resin UF
dapat mempengaruhi emisi formaldehid yang dihasilkan. Dimana ditampilkan dalam Gambar 12.
Rekayasa Hijau-18
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
Gambar 12. Pengaruh variasi mol awal dan bahan baku terhadap emisi Formaldehid
Dapat dilihat pada Gambar 12, bahwa nilai emisi formaldehid cenderung sama. Namun jika
dibandingkan antara nilai emisi resin dari formalin dan dari UFC, didapatkan hasil bahwa emisi untuk
resin UF dari formalin lebih besar dibanding resin UF dari UFC. Karena apabila dilihat dari hasil
pengujian free formaldehyde menunjukan bahwa formaldehid bebas pada resin UF dari formalin
cenderung lebih banyak dibandingkan dari UFC. Selain itu dapat pula diakibatkan formaldehid yang
dirilis dari dekomposisi ikatan dimethylene-ether selama proses curing pada saat hot press.
RRN CH O CH NRR → RR N CH RR CH O
Setalah melakukan percobaan pembuatan resin UF dari UFC dengan memvariasikan rasio molar awal,
selanjutnya melakukan percobaan pembuatan resin UF dari UFC dengan memvariasikan rasio molar
akhir dimana rasio molar awal (F/U1) yang digunakan sebesar 2,50 dikarenakan pada pembuatan resin
UF dari UF memiliki daya rekat atau nilai internal bonding strength yang lebih besar dibandingkan
dengan variasi molar awal yang lain. Hal yang sama dilakukan pula pada resin UF dari UFC dengan
variasi rasio molar akhir ini dengan melakukan pengujian terhadap resin melalui analisa sifat kimia-fisik
dan uji aplikasi terhadap plywood. Kemudian dilakukan selama penyimpanan resin UF dari UFC dengan
variasi rasio molar akhir perlu diperhatiakan sifat-sifat dari resin itu sendiri sebagai parameter kualitas
resin. Hal ini dilakukan untuk pencegahan resin mengalami pembentukan endapan atau pengerasaan
selama penyimpanan, hal tersebut dapat terjadi karena adanya penuruan pH sehingga dapat
mempengaruhi stabilitas dari resin itu sendiri.
Viskositas pada glue mix pada resin UF yang telah dibuat dilakukan pengujian terhadap pot life. Pada
Tabel 3 dijelakan penggunaan variasi rasio molar akhir 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1 membuat resin UF
mengalami pot life yang semakin lama yaitu berturut-turut sekitar 180 menit, 190 menit, 220 menit, 245
menit dan 250 menit, dikarenakan semakin kecil rasio mol akhir maka akan semakin banyak urea yang
Rekayasa Hijau – 19
Dila Athariqa dkk.
ditambahkan sehingga urea akhir ini berperan sebagai scavenger yang bereaksi dengan formaldehid
bebas yang belum bereaksi, sehingga semakin kecil rasio molar nya maka formaldehid bebas yang
terkandung semakin sedikit sehingga resin menjadi kurang reaktif dan reaksi polimerisasi semakin
lambat sehingga resin akan lebih lambat untuk mengeras.
70
60
Viskositas glue mix (cP)
50
40 1.5
1.4
30
1.3
20 1.2
1.1
10
0
0 50 100 150 200 250 300
Waktu (Menit)
Pada Gambar 13 menunjukkan hasil dari perubahan rasio mol akhir pada pembuatan resin UF dari UFC
dapat mempengaruhi nilai IB strength dimana nilai internal bonding dengan variasi molar akhir 1,5, 1,4,
1,3, 1,2, 1,1 berturut-turut sebesar 0,932 Mpa, 0,913 Mpa, 0,729 Mpa, 0,852 Mpa dan 0,780 Mpa,
sedangkan emisi yang didapatkan semakin besar rasio molar akhir nya maka level emisi formaldehid
semakin besar, dan begitu sebagiknya semakin kecil rasio molar akhir maka level emis formaldehidnya
semakin kecil yaitu berturut-turut sebesar 18,32 mg/L, 17,89 mg/L, 10,65 mg/L, 5,00 mg/L, dan 1,65
mg/L. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan formaldehid bebas yang rendah hal tersebut terjadi
karena formaldehid bebas bereaksi dengan urea akhir yang dtambahkan, sehingga menyebabkan resin
kurang reaktif dan waktu yang dibutuhkan resin untuk mengeras semakin lama atau biasa dikenal gel
time yang semakin panjang, gel time yang semakin panjang menyebabkan nilai internal bonding
strength akan semakin rendah dikarenakan laju reaksi pada proses curing yang terjadi akan semakin
lambat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Karena kandungan formaldehid yang rendah ini
menyebabkan pula penuruan level emisi formaldehid pada resin UF dari UFC.
Rekayasa Hijau-20
Urea Formaldeid Konsentrat Sebagai Bahan Baku Resin Urea-Formaldehid
20
Emisi Formaldehid
18
Bondng Strength
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1,5 1,4 1,3 1,2 1,1
Rasio Molar
Gambar 14. Pengaruh variasi mol akhir terhadap nilai Internal Bonding Strength dan emisi Formaldehid
4. KESIMPULAN
Resin urea-formaldehid yang dibuat dengan variasi rasio molar awal 2,25, 2,50, 2,75, dan 3,00 dengan
bahan baku yang urea dan formalin memiliki nilai internal bonding strength yang lebih besar yaitu 1,299
Mpa, 1,143 Mpa, 1,104 Mpa, dan 1,402 Mpa. Dibandingkan dengan resin urea-formaldehid dengan
bahan baku UFC memiliki nilai internal bonding strength yang berturut-turut sebesar 0,778 Mpa, 0,860
Mpa, 0,826 Mpa, dan 0,813 Mpa, serta resin urea-formaldehid dengan bahan baku urea dan formalin
menghasilkan emisi yang lebih besar pula dbandingkan dengan bahan baku UFC. Resin urea-
formaldehid dari UFC yang telah dilakukan pembuatan, pengujian reaktivitas maupun stabilitas resin
kemudian dibuat resin urea-formaldehid dengan memilih salah satu variasi molar awal yaitu 2,50 dan
dilakukan variasi rasio molar akhir atau pada tahap kondensasi yaitu 1,5, 1,4, 1,3, 1,2, dan 1,1. Dimana
dhasilkan resin dengan nilai internal bonding strength 0,9315 Mpa, 0,9133 Mpa, 0,7294 Mpa, 0,7345
Mpa dan 0,7775 Mpa, sedangkan emisi yang didapatkan yaitu berturut-turut sebesar 18,32 mg/L, 17,89
mg/L, 10,65 mg/L, 5,00 mg/L, dan 1,65 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zhiyong, C., & Ross, R, J., (2010). Wood Handbok, Wood As An Engineering Material. Department
of Agricult U.S. Department of Agriculture, Forest Servis, Forest Products Laboratory.
[2] Giovanni, S., Mazzoleni, G., Nistri, U. & Vargiu S., (1974). Process for the preparation of resins
from urea, formaldehyde, methanol and formic acid using three stages, US Patent No. 3,830,783.
[3] Rammon, M, and Richard., (1985). The Chemical Structur of UF Resin. Chembond Corporation. P.
0. Box 270, Springfield. OR 97477, U.S.A.
[4] Moore., (1976). Production Of Urea Formaldehyde Cocentrates. United States.
Rekayasa Hijau – 21
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
Pengaruh Rasio Molar Formaldehid/Urea (F/U) menggunakan Katalis NaOH dan NH4OH terhadap Pembuatan
Resin Urea Formaldehid Skala Laboratorium
The Effect of Formaldehyde/Urea (F/U) Molar Ratio using NaOH and NH4 OH Catalyst on Production of Urea-
Formaldehyde Resin in Laboratory-Scale
Iqbal Syaichurrozia* , Della Tri Winarnia, Mita Napitasaria, Yulius Sandya, Yahya Almundzira, Heri Heriyantoa
a
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl Jend.Sudirman Km.3 Cilegon, 42435,
Indonesia
Artikel histori : ABSTRAK: Studi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh rasio molar formaldehid/urea
(F/U) dan jeni katalis terhadap pembuatan resin urea-formaldehid. F/U divariasikan 1,5; 2; 2,5;
Diterima 29 April 2016 3. Katalis yang digunakan adalah NaOH dan NH4OH. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh
Diterimadalam revisi 15 Mei densitas resin urea-formaldehid pada F/U 1,5; 2; 2,5; 3adalah 1360, 1370, 1360, 1330 kg/m3
2016 menggunakan katalis NaOH dan 1370, 1370, 1350, 1350 kg/m3 menggunakan katalis NH4OH.
Diterima 20 Mei 2016 Sedangkan viskositas absolut pada F/U 1,5; 2; 2,5; 3 adalah 0,007347672; 0,007723512;
Online 1 Juni 2016 0,007347672; 0,006873174kg/m.s, menggunakan katalis NaOH dan 0,00879; 0,00827;
0,00813; 0,00643 kg/m.s menggunakan NH4OH. Kadar resin (%) yang diperoleh padaF/U 1,5;
2; 2,5; 3adalah 25,92; 30,19; 28,85; 25 % menggunakan katalis NH4OH dan 10,71; 11,6; 9,45;
14,28 % menggunakan katalis NaOH.
ABSTRACT: This study was conducted to investigate the molar ratio of formaldehyde/urea
(F/U) and catalysts against the formation of urea-formaldehyde resin. The F/U ratiowas varied
in 1.5, 2, 2.5, 3. NaOH and NH4OH were used as catalysts. The results showed that density of
urea-formaldehyde resin at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 1360, 1370, 1360, 1330 kg/m3 by using
catalyst of NaOH and1370, 1370, 1350, 1350 kg/m3 by using catalyst of NH4OH. Meanwhile,
the absolute viscosity of urea-formaldehyde resin at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 0.007347672;
0.007723512; 0.007347672; 0.006873174kg/m.s by using catalyst of NaOH and 0.00879;
0.00827; 0.00813; 0.00643 kg/m.s in using catalyst of menggunakan NH4OH.Resin formed
(%)at F/U of 1.5, 2, 2.5, 3 was 25.92; 30.19; 28.85; 25 % in using catayst of NH4OH and
10.71; 11.6; 9.45; 14.28 % by using catalyst of NaOH.
sepertiga dari nilai yang ditemukan dalam karya de Jongdan (formaldehid+urea+katalis+buffer), dan penambahan buffer
de Jong. sebanyak 0,25% dari massa total
Penelitian yang dilakukan oleh Scheiber et al. (l928) (formaldehid+urea+katalis+buffer). Katalis yang digunakan
menemukan bahwa pada suasana asam diperoleh methylol adalah NaOH dan NH4OH. Kedua jenis katalis tersebut
dan senyawa “Gold Schmidt’s” dari monomethylolurea digunakan pada semua variasi F/U.
dengan berat molekul rendah. Studi yang dilakukan Ivana et. Pertama, formalin, katalis dan buffer dimasukkan ke
al (2010) dalam jurnal distribusi massa-molar resin urea- dalam labu ukur. Kemudian campuran yang terjadi disebut
formaldehid dengan perbedaan derajat polimerisasi sampel 0. Sampel ini dianalisa viskositas dan densitasnya.
menggunakan MALDI-TOFF mass-spectrometry terbatas Selanjutnya campuran ini (sampel 0) ditambah urea yang
hanya pada perbandingan F/U = 1,45 dan 2. selanjutnya disebut Sampel 1. Sampel ini dianalisa
Studi tentang urea formaldehid sudah banyak dilakukan. formaldehid bebas, viskositas dan densitasnya. Kemudian
Studi tentang urea formaldehid dengan variasi perbandingan Sampel 1 dipanaskan selama 10 menit pada suhu 85o C.
molar umpan F/U sebesar 1,25 sampai dengan 2,00 Setelah itu campuran didinginkan dan dianalisa formaldehid
dimaksudkan supaya resin urea formaldehid yang terbantuk bebas, viskositas dan densitasnya. Campuran ini disebut
tidak kental dan tidak encer. Resin urea formaldehid yang Sampel 2. Begitu seterusnya selama 60 menit.
dihasilkan berwarna putih keruh dengan kekentalan yang
cukup sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
analisis viskositas, analisis kadar formaldehid bebas, dan
analisis curring. Besarnya perbandingan molar umpan
formaldehid dengan urea sangat berpengaruh pada produk
resin urea formaldehid yang dihasilkan, bila perbandingan
molar umpan kurang dari 1,25 maka resin urea formaldehid
yang dihasilkan memiliki kadar formaldehid rendah dan
menghasilkan resin urea formaldehid yang kepadatan dan
kekerasan rendah, sedangkan bila perbandingan molar umpan
lebih dari 2 maka resin urea formaldehid yang dihasilkan
memiliki kadar formaldehid tinggi dan menghasilkan resin
urea formaldehid yang kepadatan dan kekerasan yang tinggi.
(Modric, 2013).
Objek pada percobaan ini mengarah kepada pengaruh
rasio molar (F/U) dan katalis yang digunakan terhadap
densitas, viskositas serta laju reaksi pembentukan urea
formaldehid dalam waktu percobaan 1 jam dan temperatur Gambar 1.Diagram Alir Pembuatan Resin Urea-
konstan pada 85oC dengan kondisi basa. Formaldehid
Tujuan dari studi polimerisasi urea formaldehid adalah
untuk mengetahui pengaruh F/U, orde reaksi, viskositas,
densitas dan curring pada polimerisasi urea formaldehid.
2. Metode Percobaan
22
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
2.2 Analisa Formaldehid Bebas F/U yang sama, densitas sampel semakin meningkat. Sampel
Diagram alir analisa formaldehid bebas dapat dilihat pada 0 memiliki nilai densitas yang paling rendah karena belum
Gambar 2. Pertama, mencampurkan 1 cc sampel, 5 cc dicampur dengan urea. Sampel 1-7 memiliki nilai densitas
alkohol, dan 2-3 tetes indikator pp kedalam labu titrasi yang meningkat karena pengaruh waktu reaksi dan
tertutup. Kemudian, campuran dititrasi untuk menentukan pemanasan sehingga lebih banyak reaktan yang
titik akhir larutan netral. Menambahkan 25 cc sodium sulfat terkonversi.Pada penelitian dengan menggunakan katalis
kedalam labu. Mereaksikan larutan dengan melakukan NaOH diperoleh densitas urea formaldehid yang terbentuk
pengocokkan selama 10 menit. Lalu, menitrasi larutan pada variasi F/U 1,5 yaitu 1360 kg/m3, pada F/U 2 yaitu 1370
dengan asam sulfat dan melakukannya sebanyak dua kali. kg/m3, pada F/U 2,5 yaitu 1360 kg/m3, dan pada F/U 3 yaitu
1330 kg/m3. Pada F/U=2 memiliki nilai densitas tertinggi
2.3 Analisa Viskositas yaitu 1370 kg/m3. Pada F/U =2 memiliki hasil yang optimum
Pertama, memasukkan sampel kedalam viskometer dalam pembentukkan urea formaldehid hal ini terlihat dari
ostwald. Kemudian, mencatat waktu yang diperlukan sampel nilai densitas yang dihasilkan mendekati nilai dari literatur
untuk mengalir dari satu batas ke batas lainnya. yaitu 1,2 g/cm3 – 1,45 g/cm3 atau nilai konversinya yaitu
1200 kg/m3 – 1450 kg/m3 (Tae lee, 2012).
2.4 Analisa Densitas
Untuk analisa densitas dilakukan dengan menimbang 1380
piknometer kosong dalam neraca analitik.Kemudian
menambahkan sampel dengan volume tertentu dan 1360
densitas (kg/m3)
dan diperoleh densitas sampel.
1320
1340
semakin besar. Semakin tinggi rasio molarF/U, semakin 1320
tinggi konten formaldehida bebas diresin (Dunky, 1998). 1300
Menurut Jermejeff (2012) tingginya jumlah formaldehida 1280
Katalis NaOH F/U=1.5
bebas dapat menghambat reaksi kondensasi seperti 1260 Katalis NaOH F/U=2
menghambat terbentuknya methylol dan meningkatkan 1240 Katalis NaOH F/U=2.5
derajatpercabangan molekul UF.Semakin banyak cabang 1220 Katalis NaOH F/U=3
pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin kecil. 1200
Pada gambar 3 menunjukkan hubungan antara densitas 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Hubungan densitas (kg/m3) terhadap perubahan waktu pertikelnya semakin rapat sehingga waktu yang dibutuhkan
(detik) pada sampel urea formaldehid dapat dilihat grafik larutan campuran untuk mengalir dalam viscometer menjadi
pada gambar 2. Dari dua grafik tersebut terlihat bahwa semakin lama.
selama reaksi berlangsung, densitas yang diperoleh dengan Hasil analisa viskositas pada penelitian dengan katalis
katalis NH4OH ataupun NaOH mengalami kenaikkan sesuai NH4OH ini diperoleh viskositas absolut pada rasio F/U 1,5
dengan teori. Menurut teori, semakin lama reaksi diperoleh 0,00879 kg/m s, pada F/U 2 diperoleh 0,00827
berlangsung maka akan semakin banyak produk yang kg/m s, pada F/U 2,5 adalah 0,00813 kg/m s dan pada F/U 3
dihasilkan, dan akan konstan bila semua reaktan sudah adalah 0,00643 kg/m s, sedangkan dengan katalis NaOH
terkonversi. diperoleh pada rasio F/U 1.5 nilai viskositas absolutnya
sebesar 0,007347672kg/m.s, pada F/U 2 sebesar
T = NAO∫ = ∫ 0,007723512kg/m.s, pada F/U 2.5 sebesar
( ) ( )
0,007347672kg/m.s, dan pada F/U 3 sebesar
. 0,006873174kg/m.s (Gambar 4). Semakin tinggi rasio molar
dimana : Nao = = F/U maka viskositas resin UF yang diperoleh semakin kecil.
Tingginya jumlah formaldehida bebas dapat menghambat
(Levenspiel, 1999) reaksi kondensasi (dengan asumsi nilai pH tidak berubah),
seperti menghambat terbentuknya methylol dan
Hasil penelitian pembuatan resin urea formaldehid yang meningkatkan derajat percabangan molekul UF (Jermejeff,
telah dilakukan oleh Osemeahon et al. (2013) dengan 2012). Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka
menggunakan katalis NaOH diperoleh densitas 1,168 g/cm3 densitasnya akan semakin kecil. Semakin kecil densitas maka
(Tabel 1), sedangkan pada penelitian ini, dengan viskositasnya juga akan semakin kecil sesuai dengan
menggunakan katalis NH4OH dan juga NaOH diperoleh persamaan berikut;
densitas 1,370 g/cm3 dan 1,370 g/cm3. Adanya perbedaan = ……………………….. (1)
hasil densitas yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh pH = …………..... .(2)
ketika reaksi kondensasi terjadi. Berdasarkan hasil penelitian Menurut Osemeahon (2013), nilai viskositas resin urea
ini, katalis NH4OH menghasilkan hasil yang optimum dalam yaitu 0,003 kg/m s – 0,038 kg/m.s, sehingga nilai viskositas
pembentukan urea formaldehid. Hal ini terlihat dari densitas yang diperoleh pada sampel dengan katalis NaOH F/U=1,5
yang dihasilkan sesuai dengan literatur yaitu 1280-1290 sebesar 0,007347672 kg/m.s, pada sampel dengan katalis
kg/m3 (Miljkovic et al., 2006). Namun menurut penelitian NaOH F/U=2 sebesar 0,007616241 kg/m.s, pada sampel
Osemeahon et al. (2009) densitas resin hasil penelitian ini dengan katalis NaOH F/U=2,5 sebesar 0,007241184 kg/m.s,
termasuk ke dalam standar resin UF yang dapat digunakan dan pada sampel dengan katalis NaOH F/U=3 sebesar
pada industri pelapisan. Penelitian yang dilakukan oleh Ivana 0,006769035 kg/m.s.
et. al. (2010) memperoleh hasil densitas resin UF dengan F/U 0.01
= 2 adalah 1,24 g/cm3 sedangkan pada F/U=1,45 diperoleh 0.009
1.3 g/cm3. 0.008
0.007
viskositas (kg/m.s)
(%) 0.006
3.2 Pengaruh Variasi F/U terhadap Viskositas 0.002 Katalis NaOH F/U=2.5
ln Cf
Cf
R² = 0.9509
1/Cf
1.4 Katalis NaOH F/U=1.5 y = 0.0152x + 0.1027 Katalis NaOH F/U=1.5 y = 0.0231x - 0.2901
1.8
Katalis NaOH F/U=2 R² = 0.9499 Katalis NaOH F/U=2 R² = 0.9591
1.2 1.6
Katalis NaOH F/U=2.5 Katalis NaOH F/U=2.5
y = 0.0089x + 0.2646 1.4 y = 0.0106x + 0.0151
Katalis NaOH F/U=3
1 R² = 0.8497 1.2 R² = 0.9211
1 y = 0.0078x - 0.0763
0.8
Cf^-0.5
R² = 0.7807
1/Cf
0.8
0.6 y = 0.0077x + 0.1392
0.6
R² = 0.8719
0.4 0.4 y = 0.0084x - 0.0911
y = 0.0085x + 0.118 0.2 R² = 0.9512
0.2 R² = 0.9706
0
0 -0.2 0 20 40 60 80 100
0 20 40 60 80 100 (b,2) Waktu (menit)
(b,1) Waktu (menit)
Gambar 5. Grafik Penentuan orde (a) katalis NH4OH (b) katalis NaOH
25
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
26
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
Tabel 3.Kadar Resin pada Berbagai Variasi F/U dan Jenis Katalis
No. Sampel Jenis Massa Massa air Kadar
Katalis sampel (g) yang resin (%)
menguap
(g)
1 F/U=1.5 NH4OH 5,4 1,4 25,92
2 F/U=2 NH4OH 5,3 1,6 30,19
3 F/U=2.5 NH4OH 5,2 1,5 28,85
4 F/U=3 NH4OH 5,6 1,4 25
5 F/U=1.5 NaOH 11,2 1,2 10,71
6 F/U=2 NaOH 11,2 1,3 11,6
7 F/U=2.5 NaOH 12,7 1,2 9,45
8 F/U=3 NaOH 11,2 1,6 14,28
Secara teori hal ini mengidentifikasikan perbandingan synthesis.KTH Chemical Science and Engineering,
produk dan reaktan kecil sehingga reaktan sisanya banyak. Sweden.
Formaldehid sebagai reaktan lebih banyak mengikat air Ivana, G., Olivera N., Milanka D., 2010,Molar-mass
sehingga air yang diuapkan lebih banyak. Distribution of Urea-Formaldehyde Resins of
Kadar resin pada katalis NH4OH lebih besar Different Degrees of Polymerisation by MALDI-TOF
dibandingkan dengan kadar resin pada katalis NaOH. Hal ini Mass-Spectrometry.
menunjukkan bahwa produk samping yang terbentuk pada Levenspiel, O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3rd
resin dengan katalis NaOH ikut menguap ketika proses edition, John Wiley and Son, New York.
curing berlangsung. Mao, A. Elbarbary, H.& Moon, G.K., 2013, Investigation of
Low Mole Ratio UF and UMF Resins Aimed at
4. Kesimpulan Lowering The Formaldehyde Emission Potential of
Wood Composite Boards.Department of Forest
Urea-formaldehida (UF) resin adalah resin pengikat Products, Mississipi State University.
utama interior papan komposit kayu, sepert; papan serat Miljkoviḉ, Jovan., Grmusa, Ivana-Gavrilovic., Momcilovic,
dengan kepadatan menengah, dan kayu lapis keras. Dapat Milanka Diporovic., Popovic, Mladan., 2006,Some
ditarik kesimpulan berdasarkan hasil percobaan diperoleh characteristics of urea-formaldehyde powder
densitas resin urea-formaldehid pada F/U 2 dengan katalis adhesives, 223-230.
NaOH adalah 1370 kg/m3dan katalis NH4OH 1370 kg/m3, Modric, L.A., 2013, Polimerisasi Urea Formaldehid.”
sedangkan viskositas dengan katalis NaOH adalah Jakarta: Atribution NC.
0,007616241 kg/m.s, dan katalis NH4OH0,00827 kg/m.s. Obichukwu, M., 2006, Ethylated Urea – Ether – Modified
Hasil optimum pembuatan resin urea-formaldehid Urea-Formaldehid Resins, Part 1: Structural and
ditunjukkan pada penggunaan katalis NH4OH. Physicochemical Properties. Minna: Federal
University Of Technology.
5. Ucapan Terimakasih Osemeahon, S.A., Maitera, O.N., Hotton, A.J., Dimas, BJ.,
2013, Influence of starch addition on properties of
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih urea formaldehyde/starch copolymer blends for
kepada Laboratorium Operasi Teknik Kimia (OTK), Jurusan application sas a binder in the coating industry.
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Journal of Environmental and Ecotoxilogy Vol. 5,
Tirtayasa yang telah menyediakan alat dan bahan dalam 181-189.
pelaksanaan studi ini. Ratnaningtyas, R.R., 2012, Pirolisis Pembuatan Asam Cair
dari Bonggol Jagung Sebagai Pengawet Alami
6. Daftar Pustaka PenggantiFormalin. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Azizah, U., 2004, Laju Reaksi. Departemen Pendidikan Raveendran, B., 1981, Kinetics and Mechanism of Urea-
Nasional, Jakarta. Formaldehyde and Related Reactions. Thesis
De Jong, J.I.,& De Jonge, J. 1952a,The reaction of urea with submitted to the University of Cochin in Partial
formaldehyde.Recuell des Travaux Chimiques des Fulfilment of the Requirement of the Degree of
Pays-Bas Vol. 71 No.7, 643-660. Doctor of Philosophy in Chemistry.
De Jong, J.I., & De Jonge, J., 1952b, The formation and Sun, Qi-Ning, Hse Chung-Yun., Shupe, Todd. F., 2014,
decomposition of dimethylolurea.Recuell des Travaux Effect of Different catalyst on Urea Formaldehyde
Chimiques des Pays-Bas Vol. 71 No. 7), 661-667. Resin Synthesis.Journal of Applied Polymer Science,
Dunky, M., 1998, Urea-formaldehyde (UF) adhesive resins 1-7.
for wood.International J. Adhesion & Adhesives Vol. Wang, Dang-Liang., Bai, Han-Ying., Yue, Gao., 2013, Gel
18 No. 2, 95-107. Characteristics of Urea-Formaldehyde Resin
Jeremejeff, J., 2012, Investigationof UF-resins- the effect of UnderShear Flow Conditions.Research Article.
the urea formaldehyde/urea molar ratio during
27
Eksergi, Vol 13, No. 1. 2016
ISSN: 1410-394X
28
I. Dokumentasi