Anda di halaman 1dari 33

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI


No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman
FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

“PENENTUAN KADAR PO43-”

Disusun Oleh :

Nama Nim
Nelson Wahyudi Tampubolon 22 01 106
Peberiando Simatupang 22 01 108
Roni Octavianus Limbong 22 01 109
Tito Novaldy Doloksaribu 22 01 114

Group/Kelompok : F/4

Program Studi : Teknik Kimia

Tanggal Praktikum : 4 Juli 2023

Asisten Penanggung Jawab : Juna Sihombing, ST, MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KADAR PO43-

Nama Nim
Nelson Wahyudi Tampubolon 22 01 106
Peberiando Simatupang 22 01 108
Roni Octavianus Limbong 22 01 109
Tito Novaldy Doloksaribu 22 01 114

Grup :F
Kelompok :4
Program Studi : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 4 Juli 2023
Asisten Penanggung Jawab : Juna Sihombing, ST, MT

Medan, 4 Juli 2023


Asisten Laboratorium Pengembangan Praktikan

(Juna Sihombing, ST, MT) (Kelompok 4)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan
praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri yang berjudul “Penentuan Kadar
PO43-” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, 4 Juli 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1 Tujuan Praktikum...........................................................................................................
1.2 Landasan Teori...............................................................................................................
1.2.1 Fosfat.....................................................................................................................
1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Fosfat dalam Air...........................................
1.2.3 Penentuan Kadar Fosfat.........................................................................................
1.2.4 Siklus Fosfat..........................................................................................................
BAB II METODOLOGI.................................................................................................................
2.1 Alat dan Bahan...............................................................................................................
2.1.1 Alat........................................................................................................................
2.1.2 Bahan.....................................................................................................................
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar Fosfat....................................................
2.3 Perancangan Alat..........................................................................................................
2.4 Prosedur Kerja..............................................................................................................
2.4.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen.....................................................................
2.4.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air...........................................................................
2.4.3 Prosedur Kerja Penentuan Kadar Fosfat..............................................................
2.5 Gambar Rangkaian.......................................................................................................
BAB III DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA.............................................
3.1 Data Pengamatan..........................................................................................................
3.2 Pengolahan Data...........................................................................................................
3.2.1 Perhitungan KH2PO4 10 ppm yang dipipet..........................................................
.......................................................................................
3.2.2 Perhitungan Kadar PO43
3.2.3 Perhitungan Kadar Penurunan Fosfat..................................................................
3.3 Reaksi...........................................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................

iii
DAFTAR ISI (lanjutan)
Halaman
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................
5.2. Saran............................................................................................................................
D
A
F
T
A
R

P
U
S
T
A
K
A

L
A
M
P
I
R
A
N

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar Fosfat...........................10
Gambar 2. Perancangan Alat Kolom Media
Filtrasi.............................................10
Gambar 3. Gambar Rangkaian
Fosfat...................................................................13

v
DAFTAR TABEL
Halama
n
Tabel 1. Data Pengamatan Larutan Stock Fosfat.................................................14
Tabel 2. Data Pengamatan Larutan Sampel Untuk Analisa Fosfat......................15

vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Menganalisa kadar PO43- pada sampel.
2. Mengetahui apakah kadar PO43- memenuhi standar kualitas air.
3. Memahami metode analisis kadar PO43-.

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Fosfat
Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor
yang dilengkapi oleh empat atom oksigen yang terletak pada sudut
tetrahedon. Fosfat total dapat diukur langsung dengan cara kalorimeter
atau melalui proses digestasi lebih dahulu sebelum pengukuran sampel.
Ada 3 jenis utama fosfat yang dikenal orang, yaitu: asam ortofosfat
(H3PO4), asam pirofosfat (H4P2O7) dan asam metafosfat (HPO3).
Ortofosfat adalah paling stabil dan paling penting (zat-zat ini sering
disebut fosfat saja), larutan pirofosfat dan metafosfat berubah menjasi
ortofosfat perlahan-lahan pada suhu biasa, dan lebih cepat dengan
didihan. Asam ortofosfat adalah asam berbasa tiga yang membentuk
tiga deret garam. Ortofosfat primer, misalnya NaH 3PO4; ortofosfat
sekunder, misalnya Na2HPO4 dan ortofosfat tersier Na3PO4.
Meskipun fosfat terdapat dalam berbagai bentuk, hanya ortofosfat
dan fosfat lain yang mudah berubah menjadi ortofosfat, baik melalui
proses fisika (desorpsi), kimia (pelarutan) maupun biologis (proses
enzimatis) yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh alga dibadan
air .
Bentuk paling sederhana dari fosfat adalah ortofosfat. Ion pirofosfat
merupakan bentuk pertama dari sebuah rangkaian rantai tak tercabang
dari polifosfat yang dihasilkan dari kondensasi ortofosfat:
2PO43- + H2O ↔ P2O74- + 2OH-

1
Ion trifosfat (P3O105-) merupakan bentuk kedua dari sebuah rangkaian
panjang polifosfat linear yang mungkin terbentuk. Semua senyawa
polimer fosfat berhidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana dalam
air. Laju hidrolisis bergantung pada sejumlah faktor termasuk pH dan
produk terakhir selalu merupakan bentuk dari ortofosfat sebagai
senyawa monomer. Reaksi hidrolisis paling sederhana dari sebuah
polifosfat adalah pada asam pirofosforik untuk menghasilkan asam
ortofosforik.
H4P2O7 + H2O  2H3PO4
Setiap senyawa fosfat terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi
atau terikat dalam sel organisme dalam air. Dalam air limbah, senyawa
fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian. Di
daerah pertanian, ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke
dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat
memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti industri
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat
dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis
dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis
karena baik bakteri maupun tanaman meyerap fosfat bagi pertumbuhan.
Macam-macam fosfat juga dipakai untuk pengolahan anti karat dan anti
kerak pada pemanasan air.
Dalam analisa, fosfat terlarut ditentukan setelah melalui proses
filtrasi dan konsentrasi fosfat ditentukan berdasarkan reaktifitasnya
terhadap reagen molibdat. Fosfat terfiltrasi yang reaktif terhadap reagen
molibdat disebut dengan fosfat reaktif .
Pada penetapan fosfor, banyak digunakan bahan-bahan khusus
diantaranya ammonium molibdat, ammonium vanadat, asam nitrat
pekat dan air bebas ion. Ammonium molibdat merupakan sebyawa
berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Pembuatan pereaksi ini

2
diawali dengan pelarutan ammonium molibdat dalam air suling hangat
dan ammonium vanadat dalam air suling mendidh. Larutan vanadat
tersebut ditambahkan asam nitrat pekat dan dihomogenkan. Lalu
ditambahan molibdat dan diencerkan dengan air (Sihombing, Juna,
2022).
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Fosfat dalam perairan terdapat dalam bentuk senyawa
anorganik terlarut dan senyawa organik, Senyawa fosfat ini mengalami
hidrolisis menjadi bentuk ortofosfat (PO43-) yang dimanfaatkan
langsung oleh fitoplankton atau algae.
Fosfor merupakan nutrien penting dalam reaksi biokimia pada
tubuh makhluk hidup. Sumber fosfor diperairan dan sedimen adalah
deposit fosfor, industri, limbah domestik, aktivitas pertanian dan
pertambangan batuan fosfat serta penggundulan hutan. Fosfor
diperairan dan sedimen berada dalam bentuk senyawa fosfat, yang
terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut dibagi
menjadi fosfat organik dan fosfat anorganik (Rumhayati, 2010).
Fosfat tidak bersifat toksik, namun jika diiringi dengan kelebihan
kadar nitrogen, dapat menstimulir ledakan algae (algae bloom),
sehingga menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari.
Ortofosfat atau sering disebut dengan gugus fosfat adalah sebuah ion
poliatomik atau radikal yang terdiri dari satu fosforus dan empat
oksigen. Dalam bentuk ionik, setiap fosfat membawa -3 muatan formal,
dan dinotasikan (PO43-). atom fosforus dan empat oksigen. Dalam
bentuk ionik, setiap fosfat membawa -3 muatan formal, dan dinotasikan
(PO43-). Fosfat merupakan salah satu bentuk dari senyawa fosfor yang
dapat dijadikan sebagai faktor penentu kualitas air. Fosfat terdapat di air
alam atau limbah sebagai senyawa polifosfat, fosfat organik dan
ortofosfat. Bila kadar fosfat dalam air alam sangat rendah (<0,01 mg/l
P), pertumbuhan tanaman air dan ganggang akan terhalangdan

3
keadaan ini dinamakan oligitrop.Namun bila kadar fosfat serta nutrien
lainnya tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi
(keadaan eutrof), sehingga tanaman tersebut dapat menghabiskan
oksigen dalam sungai atau kolam (Alaerts, 1984).

4
1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Fosfat dalam Air
Fosfor dalam air terdapat baik sebagai bahan padat maupun bentuk
terlarut. Fosfor dalam bentuk padat dapat terjadi sebagai suspensi
garam-garam yang tidak terlarut, dalam bahan biologi, atau terabsorpsi
dalam bahan padat. Fraksi yang paling baik dari senyawa fosfat yang
terlarut paling mungkin terdapat dalam bentuk senyawa organik,
sedangkan fosfor anorganik yang terlarut terjadi terutama sebagai
bentuk ion ortofosfat (PO43-).
Kandungan fosfat yang tinggi dalam kehidupan perairan dapat
menyebabkan menurunnya keseimbangan ekosistem perairan,
terganggunya aktivitas di sekitar perairan tersebut, bahkan menurunnya
kualitas air laut sebagai bahan baku garam. Tingginya fosfat juga dapat
disebabkan karena proses pengadukan sedimen ke kolom air, hal
tersebut menyebabkan kondisi fisik garam (tidak putih) setelah proses
produksi. Sumber pencemar fosfat seperti deterjen, limbah industry
kertas, dan lainnya memberikan dampak yang tidak baik terhadap hasil
produksi garam.
Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan adanya zat pencemar
dalam perairan. Senyawa fosfat tersebut dalam bentuk organofosfat atau
polifosfat. Sejumlah industri dapat membuang polifosfat berupa bahan
pencuci yang mengapung diatas permukaan air. Senyawa fosfor organik
terdapat antara lain dalam bentuk asam nukleat, fosfolipid, gulofosfat.
Senyawa ini masuk kedalam perairan bersama dengan limbah industri
dan rumah tangga (Rukaesih Achamad, 2004).
Rendahnya kadar oksigen terlarut berkaitan erat dengan tingginya
kekeruhan air dan juga mungkin disebabkan oleh semakin
meningkatnya aktivitas mikro organisme dalam menguraikan zat
organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut.
Pada lapisan dasar perairan terjadi akumulasi bahan organik yang
membutuhkan oksigen dalam proses penguraiannya. Semakin banyak
5
bahan buangan organik yang ada di dalam air, semakin sedikit sisa
kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya.
Oksigen terlarut dalam air berasal dari hasil proses fotosintesis oleh
fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara. Oksigen
terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk
respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme.
Menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan menyebabkan
terganggunya ekosistem perairan dan mengakibatkan semakin
berkurangnya populasi biota. (Patty, 2015) .
Salinitas perairan dipengaruhi oleh adanya perubahan–perubahan
proses fisika dalam perairan seperti penguapan, pengembunan,
kandungan air yang berubah, perubahan unsur–unsur pembentuk
garam. Unsur–unsur yang bisa berubah dalam air antara lain fosfat
dan nitrat karena hal ini erat kaitannya dengan aktifitas biologi,
sehingga perubahan salinitas akan mempengaruhi kandungan nitrat
dan fosfat (Patty, 2015).
Suhu juga memiliki hubungan erat terhadap konsentrasi fosfat.
Semakin meningkatnya suhu pada perairan, maka konsentrasi fosfat
pada perairan tersebut akan menurun.
Faktor yang mempengaruhi kadar fosfat dalam air :
a) Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan dalam
bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk molekul hidrogenoksida,
biasanya dinyatakan dalam mg/L (ppm). Oksigen bebas dalam air dapat
berkurang bila dalam air terdapat kotoran/limbah organik yang
degradable. Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang
aerob maupun anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam
air menjadi persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen
diubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi
persenyawaan sulfat. Bila oksigen bebas dalam air habis atau berkurang
jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh dan berkembang biak adalah
6
bakteri anaerob. Rendahnya kadar oksigen terlarut, akan
mengakibatkan kematian pada organisme akuatik. Adanya unsure
nitrogen yang berlebih disertai dengan fosfat akan menimbulkan
blooming atau eutrofikasi perairan.
b) Suhu sangat mempengaruhi proses-proses yang terjadi dalam
badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu
badan air. Hal ini berarti berhubungan dengan proses biodegradasi.
Pengamatan Suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan
dan interaksi antara suhu Hal ini berarti berhubungan dengan proses
biodegradasi. Pengamatan Suhu dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan
habitat dan biota air lainnya.
1.2.3 Penentuan Kadar Fosfat
Kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan akan menurun akibat
proses pembusukan bahan organik, respirasi biota dan pelepasan
oksigen ke udara. Oksigen berfungsi sebagai senyawa pengoksidasi
dalam dekomposisi material organik yang akan menghasilkan zat hara.
Kandungan fosfat pada umumnya dapat mempengaruhi keberadaan
oksigen terlarut. Tingginya kadar fosfat di perairan dapat
mengakibatkan pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas atau red
tide, sehingga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut pada
perairan.Penentuan kadar fosfat dapat dilakukan dengan metode analisa
kualitatif dengan membandingkan warna larutan sampel terhadap
larutan standart, metode potensiometri, UV Spektrofotometer, dan
dengan voltammetri (Rahmadani dkk, 2021)
1.2.4 Siklus Fosfat
Daur Fosfor adalah proses perubahan fosfat dari fosfat anorganik
menjadi fosfat organik dan kembali menjadi fosfat anorganik secara
kesinambungan dan tanpa jeda. Fosfor adalah komponen penting pada
membran sel, asam nukleat dan tranfer energi pada respirasi sel. Fosfor
7
juga ditemukansebagai komponen utama dalam pembentukan gigi dan
tulang vertebrata
Fosfor merupakan unsur yang tidak mempunyai bentuk gas yang
stabil. Siklus fosfor berbeda dengan siklus biogeokimia lain seperti air,
karbon, nitrogen dan sulfur. Dalam siklus fosfor tidak terdapat fase gas,
walaupun sebenarnya terdapat sejumlah kecil asam fosforik (H3PO4)
berada dalam atmosfer dan berkontribusi pada hujan asam. Hanya
sedikit fosfor yang bersirkulasi di atmosfer karena dalam temperatur
dan tekanan normal bumi, fosfor dan berbagai variasi senyawanya tidak
berbentuk gas. Reservoir terbesar fosfor di alam adalah dalam batuan
sedimen.
Ketika hujan, fosfat dikeluarkan dari batuan tersebut dan
terdistribusi ke tanah dan perairan sekitarnya. Tanaman mengambil ion
fosfat dari tanah. Fosfat kemudian berpindah dari tanaman ke hewan
herbivora. Fosfat kemudian masuk ke dalam asam nukleat yang
membentuk material genetik untuk organisme. Fosfat yang diabsorpsi
oleh jaringan hewan melalui konsumsi tersebut kembali ke tanah
melalui ekskresi urin dan feses, serta dari dekomposisi akhir tanaman
dan hewan yang telah mati.
Proses yang sama terjadi dalam ekosistem perairan. Fosfor tidak
mudah larut, terikat erat dengan molekul dalam tanah, maka sebagian
besar fosfat mencapai perairan melalui limpasan partikel tanah. Fosfat
juga memasuki perairan melalui limpasan pertanian, resapan saluran
pembuangan air, deposit air mineral alami, dan limbah dari proses
industri. Fosfat tersebut kemudian mengendap di dasar lautan dan
danau. Ketika sedimen teraduk, fosfat kembali memasuki siklus fosfor,
namun umumnya fosfat tersedia bagi organisme perairan melalui
terjadinya erosi. Tanaman air mengambil fosfat dalam perairan tersebut
yang kemudian berpindah ke organisme lain dengan tingkatan yang
lebih tinggi melalui rantai makanan perairan

8
Fosfat dikeluarkan dari batuan dan terdistribusi ke tanah dan
perairan sekitarnya. Tanaman mengambil ion fosfat dari tanah. Fosfat
kemudian berpindah dari tanaman ke hewan herbivora. Fosfat
kemudian masuk ke dalam asam nukleat yang membentuk material
genetik untuk organisme. Fosfat yang diabsorpsi oleh jaringan hewan
melalui konsumsi tersebut kembali ke tanah melalui ekskresi urin dan
feses, serta dari dekomposisi akhir tanaman dan hewan yang telah mati.
Proses yang sama terjadi dalam ekosistem perairan. Fosfor tidak mudah
larut, terikat erat dengan molekul dalam tanah, maka sebagian besar
fosfat mencapai perairan melalui limpasan partikel tanah. Fosfat juga
memasuki perairan melalui limpasan pertanian, resapan saluran
pembuangan air, deposit air mineral alami, dan limbah dari proses
industri. Fosfat tersebut kemudian mengendap di dasar lautan dan
danau (Meirinawati, 2015).
Ketika sedimen teraduk, fosfat kembali memasuki siklus fosfor,
namun umumnya fosfat tersedia bagi organisme perairan melalui
terjadinya erosi. Tanaman air mengambil fosfat dalam perairan tersebut
yang kemudian berpindah ke organisme lain dengan tingkatan yang
lebih tinggi melalui rantai makanan perairan. Fosfor dikirim ke laut
melalui pelapukan benua. P ini diangkut ke laut dalam fase terlarut dan
partikulat melalui sungai. Partikulat fosfor tersebut sebagai komponen
partikulat anorganik (Particulate Inorganic/PIP) dan partikulat organik.
Sebagian besar P di sungai berupa materi partikel anorganik, khususnya
P yang terdapat dalam butiran mineral apatit dan mineral lain. P juga
diserap oleh besi mangan oksida/ oksihidroksida. Fosfat tersebut
kemudian diangkut ke muara dan dilepas ke laut. Diperkirakan total P
yang dilepas dari partikel tanah liat 2-5 kali lebih banyak daripada
fosfat terlarut yang memasuki laut melalui sungai.

9
BAB II

METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat

1. Pipet Volume 25 mL : 2 Buah


2. Tabung Nessler : 7 Buah
3. Bola Hisap : 2 Buah
4. Beaker Glass 500 mL : 2 Buah
5. Beaker Glass 100 mL : 2 Buah
6. Pipet ukur 10 mL : 2 Buah
7. Rak Tabung Nessler : 1 Buah

2.1.2 Bahan
1. Serbuk Ammonium Hepta Molibdat : 25 gram
2. Serbuk Ammonium Meta Vanadate : 1,25 gram
3. Serbuk KH2PO4 : 0,1433 gram
4. Aquadest : 300 ml
5. Limbah Air Laundry Sebelum Filtrasi : 500 mL
6. Limbah Air Laundry Setelah Filtrasi : 500 mL
7. Larutan Vanadate Molibdate : 80 ml

10
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar Fosfat

Perancangan
Alat

Filtrasi Sampel
Air Laundry

Pembuatan
Reagen

Penentuan
Fosfat dalam
Air
Gambar 1. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar Fosfat

2.3 Perancangan Alat

1
6

3
4
5
6 7

Gambar 2. Perancangan Alat Kolom Media Filtrasi

Keterangan :
11
1. Ijuk
2. Saringan akuarium
3. Arang
4. Zeolit
5. Ijuk
6. Pasir kasar
7. Pasir halus
8. Batu Kerikil besar

2.4 Prosedur Kerja

2.4.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen

1. Alat dan bahan disediakan.

2. 25 gram Ammonium Hepta Molibdat dilarutkan dalam 400 ml


aquadest.
3. 1,25 gram Ammonium Meta Vanadate dilarutkan dalam 300 ml
aquadest.
4. Padatan KH2PO4 ditimbang sebanyak 0,1433 gram dan dilarutkan
dalam satu liter aquadest.
5. Larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas
untuk membuat larutan 10 ppm.
2.4.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air

1. Alat dan bahan disediakan.

2. Filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk membersihkan


bahan filtrasi hingga benar – benar bersih sebanyak 3 kali.
3. Sampel air limbah laundry dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu
ditampung pada beaker glass 500 mL.

2.4.3 Prosedur Kerja Penentuan Kadar Fosfat


12
A. Pembuatan Larutan Stock

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Larutan KH2PO4 10 ppm dipipet sebanyak 0 mL; 0,1 mL; 0,3mL;


0,5mL; 0,7mL; 1,1mL ke dalam masing – masing tabung nessler.
3. Vanadate molibdat dipipet sebanyak 10 mL ke dalam masing –
masing tabung nessler.
4. Aquades ditambahkan ke dalam masing – masing tabung nessler
hingga tanda batas.
5. Larutan dihomogenkan.
B. Analisa Fosfat Pada Sampel

1. Sampel air limbah laundry sebelum dan sesudah filtrasi dipipet


sebanyak 25 mL ke dalam tabung nessler.

2. Vanadate molibdat dipipet sebanyak 10 mL ke dalam masing –


masing tabung nessler.

3. Aquadest ditambahkan ke dalam masing – masing tabung


nesslerhingga tanda batas.

4. Larutan dihomogenkan

13
2.5 Gambar Rangkaian
Gambar 3. Gambar Rangkaian Fosfat

5 6 7 8 9 10 11

12 4

1 1 3
3 2

Keterangan Gambar:
1. Sampel Limbah Laundry Setelah Filtrasi
2. Sampel Limbah Laundry Sebelum Filtrasi
3. Larutan KH2PO4 10 ppm
4. Vanadate Molibdat
5. Sampel Larutan Stock Air Laundry Sebelum Filtrasi
6. Sampel Larutan Stock Air Laundry Sesudah Filtrasi
7. Sampel Larutan Stock Fosfat 1,1 ml
8. Sampel Larutan Stock Fosfat 0,7 ml
9. Sampel Larutan Stock Fosfat 0,5 ml
10. Sampel Larutan Stock Fosfat 0,3 ml
11. Sampel Larutan Stock Fosfat 0,1 ml
12. Aquadest

14
BAB III

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


A. Data Pengamatan Larutan Stock
Tabel 1. Data Pengamatan Larutan Stock
Volume Volume
Volume
Konsentrasi Vanadate konsentrasi
Sampel Aquadest
No (ppm) Molibdat KH2PO4
(mL)
(mL) (mL)
1 Blanko 10 10 0 40

2 Standar 1 10 10 0,1 39,9

3 Standar 2 10 10 0,3 39,7

4 Standar 3 10 10 0,5 39,5

5 Standar 4 10 10 0,7 39,3

6 Standar 5 10 10 1,1 38,9

Pengamatan :
Larutan KH2PO4 0 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning
Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

Larutan KH2PO4 0 , 1 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning


Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

Larutan KH2PO4 0 , 3 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning


Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

Larutan KH2PO4 0,5 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning


Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

Larutan KH2PO4 0 , 7 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning


Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

15
Larutan KH2PO4 1,1 mL + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning
Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

B. Data Pengamatan Larutan Sampel Untuk Analisa Fosfat


Tabel 2. Data Pengamatan Larutan Sampel Untuk Analisa Fosfat
Volume
Volume Volume
Vanadate Konsentrasi
Nama Sampel Aquadest
No
Sampel Molibdat Sampel
(mL) (mL)
(mL)

Air laundry Mendekati 1,1


1 25 10 15
Sebelum Filtrasi ppm

Air laundry
2 25 10 15 Mendekati 0,7 ppm
Sesudah Filtrasi

1. Sebelum Filtrasi
Sampel sebelum filtrasi + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning
Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

2. Setelah Filtrasi
Sampel setelah filtrasi + Vanadate molibdat Larutan berwarna kuning
Larutan bening kekuningan + Aquades Larutan berwarna kuning

16
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Perhitungan KH2PO4 10 ppm yang dipipet
a) Larutan KH2PO4 0 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0 ppm
V1 = 0 ml
b) Larutan KH2PO4 0,2 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,1 ppm
V1 = 0,5 ml
c) Larutan KH2PO4 0,4 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,3 ppm
V1 = 1,5 ml
d) Larutan KH2PO4 0,6 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,5 pp m
V1 = 2,5 ml
e) Larutan KH2PO4 0,8 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,8 ppm
V1 = 3,5 ml
f) Larutan KH2PO4 1 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1ppm
V1 = 5 ml

17
3.2.2 Perhitungan Kadar PO43-
A. Limbah laundry sebelum filtrasi
3- µg x C
PO4 = V sampel x Fp
0,5 ml X 10 ppm 50 ml
= 25 ml x 25 ml
= 0,4 ppm
B. Limbah laundry sesudah filtrasi
3- µg x C
PO4 = V sampel x Fp
0,4 ml X 10 ppm 50 ml
= 25 ml x 25 ml

= 0,32 ppm

3.2.3 Perhitungan Kadar Penurunan Fosfat


Kadar Penurunan :
kadar PO43- limbah laundry sebelum filtrasi−kadar PO43- limbah laudry sesudah filtrasi
= 𝑥 100%
kadar PO43- limbah laundry sebelum filtrasi

0,4 ppm−0,32 ppm


= 0,4 ppm x 100%
= 20 %

18
3.3. Reaksi
2(NH4)6Mo7O24 (aq) + 4NH4VO3 (aq) 8(NH4)2VO3.14MoO3
( Ammonium (Ammonium (Molibdate vanadate)
hepta molibdat) meta vanadate)

P2O5(aq) + 3H2O(l) 2H3PO4 (aq)


(Senyawa ( Air ) (Asam fosfat)
Ortofosfat)

4H3PO4 (aq) + 2(NH4)6Mo7O24 (aq) + 4NH4VO3(aq)


Asam fosfat (Ammonium (Ammonium
hepta molibdat ) meta vanadate)

4(NH4)3PO4.NH4VO3.14MoO3 (aq) + 6H2O (l)


(Kompleks asam vanadate Air
molibdat fosfat )

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Fosfat adalah senyawa kimia yang mengandung unsur fosforus dan


oksigen. Senyawa fosfat dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk
permukaan air seperti sungai, danau, serta air tanah. Salah satu sumber fosfat
dalam permukaan udara adalah limbah air laundry yang mengandung deterjen.
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Fosfat dalam perairan terdapat dalam bentuk senyawa anorganik terlarut dan
senyawa organik, Senyawa fosfat ini mengalami hidrolisis menjadi bentuk
ortofosfat (PO43-) yang dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton atau algae.
Fosfor merupakan nutrien penting dalam reaksi biokimia pada tubuh
makhluk hidup. Sumber fosfor diperairan dan sedimen adalah deposit fosfor,
industri, limbah domestik, aktivitas pertanian dan pertambangan batuan fosfat
serta penggundulan hutan. Fosfor diperairan dan sedimen berada dalam bentuk
senyawa fosfat, yang terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut
dibagi menjadi fosfat organik dan fosfat anorganik.
Kandungan fosfat yang tinggi dalam kehidupan perairan dapat
menyebabkan menurunnya keseimbangan ekosistem perairan, terganggunya
aktivitas di sekitar perairan tersebut, bahkan menurunnya kualitas air laut sebagai
bahan baku garam. Tingginya fosfat juga dapat disebabkan karena proses
pengadukan sedimen ke kolom air, hal tersebut menyebabkan kondisi fisik garam
(tidak putih) setelah proses produksi. Sumber pencemar fosfat seperti deterjen,
limbah industry kertas, dan lainnya memberikan dampak yang tidak baik terhadap
hasil produksi garam.
Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan adanya zat pencemar dalam
perairan. Senyawa fosfat tersebut dalam bentuk organofosfat atau polifosfat.
Sejumlah industri dapat membuang polifosfat berupa bahan pencuci yang
mengapung diatas permukaan air. Senyawa fosfor organik terdapat antara lain
dalam bentuk asam nukleat, fosfolipid, gulofosfat. Senyawa ini masuk kedalam
perairan bersama dengan limbah industri dan rumah tangga

20
Gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal yang terdiri dari
satu atom fosforus dan empat atom oksigen. Dalam Bentuk ionik, fosfat
membawa 3 muatan formal, dan dinotasikan dengan PO43- Sumber fosfat terdiri di
perairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karen sungai
membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga
sumber fosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya. Fosfat berasal dari
detergen dalam limbah cair dan pestisida serta insektisida dalam lahan pertanian.
Fosfat terdapat dalam air alam atay air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat, dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air.
Analisis kadar fosfat pada sampel air laundry penting untuk mengetahui
apakah air limbah tersebut mengandung fosfat dalam kadar yang tinggi.
Peningkatan kadar fosfat dalam air dapat menyebabkan pertumbuhan alga yang
berlebihan, mengurangi kualitas air dan merusak ekosistem air. Oleh karena itu,
analisis kadar fosfat sangat penting dalam pengelolaan lingkungan.
Pada analisa penentuan kadar fosfat digunakan sampel air laundry
sebelum dan sesudah filtrasi. Setelah dilakukan percobaan analisa dengan
membandingkan sampel dengan larutan standar maka dapat diketahui kadar fosfat
dalam air limbah laundry sebelum filtrasi sebesar 0,4 ppm dan sesudah difiltrasi
sebesar 0,32 ppm. Dan didapat juga % penurunan kadar fosfat sebesar 20 %. Jika
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk kadar fosfat
maksimum yaitu sebesar 0,2 mg/L (0,2 ppm). Hal ini menunjukkan bahwa air
limbah laundry sebelum filtrasi maupun sesudah filtrasi tidak sesuai dengan
standar kualitas air yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga diperlukan
penanganan khusus pada air limbah laundry sebelum dibuang ke lingkungan agar
tidak mencemari lingkungan.
Karena peningkatan fosfat dalam air dapat memicu pertumbuhan alga
yang berlebihan, yang dikenal sebagai bloom alga. Alga yang berlebihan dapat
memproduksi toksin yang berbahaya bagi organisme air dan manusia, serta
mengurangi kadar oksigen dalam udara. Kondisi ini disebut eutrofikasi dan dapat
menyebabkan kematian ikan dan organisme air lainnya karena kekurangan
oksigen.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Limbah laundry sebelum filtrasi tidak memenuhi standar kualitas air
dimana standar menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk
kadar fosfat maksimum adalah sebesar 0,2 mg/L. Sedangkan hasil
perhitungan kadar fosfat yang diperoleh pada limbah laundry sebelum
filtrasi dan sesudah filtrasi secara berturut-turut adalah 0,8 ppm dan 0,64
ppm sehingga limbah laundry tidak layak untuk dibuang ke lingkungan.
2. % Penurunan kadar fosfat yaitu sebesar 20 %, dan menurut SNI 06-
6989.59-2008 persentase kadar fosfat yang didapatkan tidak melebihi
batas kadar fosfat yaitu sebesar 86,611%

5.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum yang akan datang digunakan sampel minuman
kemasan yang mengandung fosfat atau limbah cair industri agar dapat
diketahui kadar perbandingan fosfat dari kedua sampel serta sampel yang diuji
dapat bervariasi serta dilakukan pengujian absorbansi dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alerts,G. (1984). Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Darmono : Surabaya.

Amarullah, & Triastianti. (2019). Pemanfaatan Floating Plant Dalam Horizontal


Sand Filter Terhadap Penurunan Kadar PO43- pada Limbah Cair
Laundry. Rekayasa Lingkungan, 1-15.

Meinawati, H. (2015). Siklus Fosfor Di Lautan. Oseana, 31-40.

Rahmadani. (2021). Analisa Kadar Fosfat Sebagai Parameter Cemaran Bahan


Baku Garam Pada Badan Sungai, Muara, Dan Pantai Di Desa Padelagan
Kabupaten Pamekasan. Trunojoyo, 318-324.

Rumhayati, B. (2010). Studi Senyawa Fosfat dalam Sedimen dan Air


Menggunakan Teknik Diffusive Gradient in Thin Films (DGT). Ilmu
Dasar, 160-166.

Sihombing, Juna dkk. (2023). Pengolahan Air dan Limbah Industri. Medan :
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai