i
ii
Oleh :
Disetujui Oleh :
Letkol Kes. Tedjo Narko, M.Si., Apt., M.Si (AP) Shendi Suryana, M.Farm., Apt
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Rahman dan Maha Rahim, karena berkat karuni dan petunjuk-Nya penulis dapat
shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW dan beserta para keluarga, sahabat dan para pengikut beliau
berkat kerjasama, bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak, oleh
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
2. Bapak Letkol Kes. Tedjo Narko, M.Si., Apt., M.Si (AP) selaku pembimbing
utama yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran dengan sabar
i
3. Bapak Shendi Suryana, M.Farm., Apt selaku pembimbing serta yang telah
4. Seluruh dosen pengajar dan staff akademik yang secara tidak langsung telah
1 ini.
5. Orang tua tercinta dan seluruh keluarga yang mendukung baik dalam hal
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun diperlukan demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik. Semoga
tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAB
IV PENELITIAN ......................................................................................... 21
LAMPIRAN ....................................................................................................... 29
iv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
PENDAHULUAN
Pangan merupakan hal dasar atau pokok yang sangat penting dan digunakan
pangan kebutuhan gizi manusia dapat terpenuhi degan baik. Setiap bahan pangan
mempunyai susunan kimia yang berbeda dan mengandung zat gizi yang bervariasi
baik jenis maupun jumlahnya. Bahan-bahan pokok di Indonesia antara lain adalah
beras, sagu, jagung, gula, telur, daging, susu, sayur, buah, minyak goreng, dan
garam beriodium(1).
mineral, dan vitamin yang sangat baik untuk memenuhi gizi manusia adalah
gandum. Gandum memiliki bahasa latin Triticum aestivum L dan termasuk dalam
serealia dari familia Graminae. Biji gandum dapat diolah menjadi tepung terigu
yang dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan seperti roti,
tercatat sebesar 6,2 juta ton. Konsumsi tepung terigu pada tahun lalu (2017)
banyak didominasi oleh segmen usaha kecil menengah (UKM) sebesar 66%
hingga 67%, sisanya diserap oleh industri besar. Disamping itu impor gandum di
Indonesia hingga kuartal III/2017 tercatat sebesar 7,3 juta ton, diperkirakan
Agar keamanan mutu tepung terigu tetap terjaga, maka tepung terigu
terigu sebagai bahan makanan menyatakan bahwa bahan baku yang harus
(riboflavin), Asam folat, Besi (Fe), dan Seng (Zn). Diantara bahan baku tersebut,
Fe merupakan bahan baku yang memiliki kandungan paling besar. Syarat mutu
Zat besi (Fe) sangat penting dalam hampir semua organisme yang hidup.
Pada manusia zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Zat ini
hemoglobin (Hb). Dalam mengkonsumsi zat besi juga tidak boleh berlebihan
karena dapat menyebabkan mulai dari mual, muntah, sakit perut hingga susah
buang air besar atau konstipasi. Keperluan tubuh akan zat besi berbeda-beda bagi
setiap orang. Hal ini dilihat dari beberapa faktor antara lain jenis kelamin dan
usia(4,5).
Menurut pelitian Sanni Maria pada tahun 2009 tentang Penentuan Kadar
Logam Besi (Fe) Dalam Tepung Gandum Dengan Cara Destruksi Basah Dan
Kering, didapatkan hasil bahwa tepung gandum yang beredar dipasaran dengan
merek Kunci Biru dan Cakra Kembar memenuhi standar SNI 01-3751-2006. Dari
hasil penelitian yang dilakukan pada sampel, logam besi yang diperoleh masing-
masing adalah 51.43 mg/kg, 64.10 mg/kg, 59.63 mg/kg, dan 60.37 mg/kg(6).
Sinar Tampak (Visible). Sebelum diukur absorbansinya, besi yang terdapat dalam
cukup tinggi dan relatif mudah dilakukan. Analisis dengan cara ini digunakan
secara meluas untuk menganalisis sampel dalam bentuk baik ion maupun
senyawa(8).
zat besi pada tepung terigu yang beredar di pasar Ciawitali kota Garut khususnya
tepung terigu yang dijual tanpa merek dan yang bermerek sebagai pembanding.
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan zat besi secara
kualitatif dan kuantitatif pada tepung terigu dan kesesuaiannya dengan ketetapan
adalah untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca, serta sebagai
1.1 Pangan
membangun sel-sel tubuh dan menjaga agar tubuh sehat dan berfungsi
bijian berlemak, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, telur, ikan, susu, gula dan
menjadi tiga :
dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Pangan olahan dapat dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan
tidak siap saji. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang
sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha
4
5
atas dasar pesanan. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau
rendah lemak untuk orang yang menjalani diet rendah lemak, dan
sebagainya(10).
Tepung secara umum bila dilihat dibawah mikroskop akan terlihat zat
tepung yang terdiri dari atas butiran-butiran granula. Tiap tepung mempunyai
granula yang berbeda. Tepung dibuat dari jenis padi-padian dan umbi-umbian
yang melalui proses beberapa tahap sampai menjadi tepung kering. Tepung tidak
larut dalam air sehingga tepung akan mengendap didalam air, bila dipanaskan
“gelatinisasi”(1).
Tepung terigu adalah tepung yang terbuat dari biji gandum yang dihaluskan.
Dipasaran dijual beberapa jenis tepung terigu, jenis pertama adalah tepung terigu
protein rendah (soft wheat), tepung ini mengandung protein gluten antara 8-9%.
Tepung terigu rendah protein yang cocok digunakan untuk membuat adonan kue
kering. Jenis tepung terigu yang kedua adalah tepung terigu protein sedang
(medium wheat) kandungan protein gluten tepung medium wheat adalah sekitar
10-11%. Tepung jenis ini masih digunakan untuk membuat kue kering, namun
6
pengembangan sedang seperti donat, bakpau, cake, atau muffin. Jenis yang ketiga
adalah tepung terigu protein tinggi (hard wheat). Kandungan proteinnya antara
11-13%. Tepung jenis ini cocok untuk membuat adonan yang memerlukan
pengembangan tinggi. Seperti saat membuat adonan roti, pasta, atau mi.
Kandungan protein gluten yang tinggi akan membuat adonan elastis, kenyal,
Berbeda dengan tepung gandum utuh (whole wheat flour), tepung gandum
ini terbuat dari biji gandum utuh yang digiling sehingga masih mengandung kulit
ari, endosperm, dan benih yang terdapat di dalam biji. Tepung terigu memiliki
warna yang putih sedangkan tepung gandum utuh berwarna kecoklatan dan
memiliki tekstur kasar. Tepung gandum utuh memiliki serat tinggi yang akan
memberikan tekstur lebih kasar dan keras pada roti atau cake sehingga
Bahan baku lain yang harus ditambahkan pada tepung terigu menurut
SNI 01-3751-2006 tentang tepung terigu sebagai makan dapat dilihat pada
Tabel I.1
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai
penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan
Tabel I.2
Angka HB Normal
Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani (daging, ayam,
dan ikan), dan nabati. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah. Besi yang bersumber
dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non-heme. Besi heme yang
terutama berasal dari hemoglobin dan mioglobin di dalam daging. Senyawa besi
non-heme ditemukan dalam berbagai ragam makanan, baik yang berasal dalam
besi didalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi,
biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
rendah. Tetapi bahan makanan yang ketersedian biologiknya tinggi belum tentu
9
dapat diabsorbsi dengan baik, karena bisa saja mengandung bahan yang dapat
menghambat absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi
Absorpsi besi dari bahan makanan dipengaruhi oleh kondisi saluran cerna
Kandungan total besi tubuh adalah sekitar 50 mg/kg (3-4 gram per orang).
kompertemen yang saling berhubungan. Lebih dari 60% besi berada dalam
distribusikan antara mioglobin dalam otot (8%) dan dalam enzim (5%). Sejumlah
kecil besi (sekitar 3 mg) berada dalam transit di sirkulasi darah sebagai bentuk
kekebalan tubuh yang penting untuk menahan masuknya penyakit infeksi. Faktor
penting lainnya dalam aspek defisiensi besi adalah aktivitas fungsional sel
fagositosis. Dalam hal ini, defisiensi besi dapat mengganggu sintesa asam nukleat
bagi anak-anak.
Besi dalam jumlah banyak juga tidak baik bagi tubuh. Besi yang berlebihan
mendesak dapat terjadi setelah seseorang mengonsumsi lebih dari 30 mg/kg berat
badan. Konsumsi akut sejumlah besar besi yang tersedia secara biologis, biasanya
harus dihancurkan atau didestruksi terlebih dahulu. Cara yang bisa dilakukan yaitu
pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan
cara tersebut tergantung pada sifat organik dalam bahan, mineral yang akan
suhu tinggi di dalam suatu tanur (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai
terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang
merupakan total abu dari suatu sampel. Suhu pengabuan yang dianggap aman dari
kecuali merkuri dan arsen. Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu
menganalisa bahan lebih banyak dari pada pengabuan basah. Pengabuan kering
dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan bahan lebih banyak dari pada
kehilangan mineral akibat penguapan. Asam yang digunakan pada destruksi basah
dapat terdiri atas satu jenis asam atau kombinasi beberapa jenis asam. Penggunaan
satu jenis asam sebagai oksidator sebenarnya lebih dianjurkan, tetapi dalam
praktiknya kurang baik karena destruksi bahan sering kurang sempurna. Untuk
beberapa kombinsi asam seperti : (1) asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat
(H2SO4), (2) asam nitrat, asam sulfat, dan asam perklorat (HClO4), dan (3) asam
nitrat, asam sulfat dan hidrogen peroksida (H2O2). Pemilihan kombinasi asam dan
perbandingan jumlah asam serta cara kerjanya sangat tergantung pada jenis bahan
yang akan didestruksi. Untuk melakukan destruksi basah harus dilakukan dengan
ekstra hati-hati karena bahan kimia yang dipakai kemungkinan dapat meledak dan
orto-fenantrolin.
i) Metode Tiosianat
mengubah besi dari bentuk Besi (II) menjadi Besi (III) dengan
peroksida. Besi (III) baik yang sudah ada dalam makanan atau dari
Besi (II), baik yang sudah ada dalam bahan makanan atau hasil
hidroksil amin membentuk besi (II). Besi (II), baik yang sudah ada
menentukan unsur logam, baik kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis ini
i) Sumber radiasi
ii) Kuvet
Kuvet yang baik untuk spektrometer Uv-Vis yaitu kuvet dari kuarsa
yang dapat melewatkan radiasi daerah ultraviolet. Sel yang baik tegak
iii) Monokromator
iv) Detektor
angka digital.
memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang
jika dikenai suatu energi. Jika zat menyerap cahaya tampak maka akan
tersebut dengan hasil yang valid(16). Berbeda halnya dengan validasi, pada
1.4.1 Akurasi
Cara penentuan akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi
% Recovery = x 100%
1.4.2 Presisi
dengan data yang lain dari suatu deret pengukuran yang dilakukan dengan
cara yang sama. Hasil serapan tersebut digunakan untung menghitung harga
RSD = x 100%
100% -
mendekati satu (1) pada analisis regresi linier dan diperoleh persamaan
analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon
memenuhi kriteria cermat dan seksama, Batas deteksi dan batas kuantifikasi
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis kadar zat besi pada tepung terigu
penelitian ini adalah tepung terigu yang dijual tanpa merek dan tepung terigu yang
kota Garut dengan metode accidental sampling. Prosedur analisis diawali dengan
verifikasi yaitu dengan membuat kurva kalibrasi dari larutan baku besi dengan
verifikasi maka dilakukan preparasi sampel yang akan diuji, setelah itu dilakukan
uji kualitatif dan uji kuantitatif. Penentuan zat besi dari sampel dapat dihitung dari
19
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
analitik, cawan krus, kompor listrik, tanur, labu ukur 50 mL, labu ukur 10 mL,
labu 25 mL, beker glass, gelas ukur 100 mL, tabung reaksi, mikropipet, dan pipet
tetes.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah tepung terigu, kristal besi (II) ammonium
sulfat, kalium persulfat jenuh, kalium tiosianat 3N, asam sulfat pekat, kalium
20
BAB IV
PENELITIAN
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah tepung terigu tanpa
merek dan yang bermerek yang beredar di pasar Ciawitali kota Garut. Total
sempel terdiri dari 5 tepung tanpa merek dan 2 tepung yang bermerek.
Larutan baku besi disiapkan dengan melarutkan 0,702 gram kristal besi (II)
asam sulfat pekat dan kalium permanganat pekat tetes demi tetes sampai
ukur 1 L dan larutan diencerkan sampai tanda batas. Larutan ini mengandung besi
tanda batas dalam labu ukur 50 mL. Diukur pada panjang gelombang
480 nm dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Blanko pada analisis ini sama
ditambahkan lagi.
21
22
dengan mengamati absorbansi zat besi yang digunakan mulai dari senyawa
berubah warna sampai tercapai serapan yang stabil saat diukur dengan
Spektrofotometri Visible.
10 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan krus. Sampel tersebut
menjadi arang, sampel diabukan dalam alat pengabuan selama 48 jam dengan
suhu 500°C. Setelah menjadi abu, sampel tersebut diencerkan dalam labu ukur
10 mL.
kalium heksasianoferat (II). Jika sampel positif mengandung zat besi maka
amonium tiosianat. Jika sampel positif mengandung zat besi maka akan
dalam labu ukur 25 mL. Sampel tersebut kemudian ditambahkan dengan 0,5 mL
sampai tanda batas. Sampel diukur pada panjang gelombang 480 nm dengan
Larutan baku besi diambil sebanyak 1, 1.5, 2.0, 2.5, 3.0, dan 3.5 mL,
kalium tiosianat dan diencerkan sampai tanda batas dengan aquades. Diukur
absorbansinya (y).
24
menghitung :
% Recovery = x 100%
RSD = x 100%
100% -
rumus :
diperoleh dari larutan standar. Analisis zat besi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
26
konsentrasi Fe = y x Fp
Fp = Faktor Pengenceran
DAFTAR PUSTAKA
2. Rini Annisa, 2018, Konsumsi Tepung Terigu Bakal Naik 5%, Industri
Bisnis, Jakarta.
6. Maria Sanni, 2009, Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dalam Tepung
Gandum Dengan Cara Destruksi Basah Dan Kering Dengan
Spektrofotometri Serapan Atom Sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-3751-2006, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam Universitas Sumatra Utara, Medan.
27
28
9. Simanjuntak Tiurma P T., 2014, Komponen Gizi Dan Terapi Pangan Ala
Papua, Deepublish, Yogjakarta, Hlm 7.
10. Saprianto Cahyo, Diana Hidayati, 2006, Bahan Tambahan Pangan,
Penerbit Kanisius, Yogjakarta, Hlm 12-13.
11. Handayani Susiasih, Wibowo R. Adie, 2014, Koleksi Resep Kue Kering,
Kawan Pustaka, Jakarta, Hlm 6.
12. Mann Jim, A Stewart Truswell, 2016, Ilmu Gizi (Essentials of Human
Nutrition) Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta, Hlm 147, 151.
13. Yenrina Rina, 2015, Metode Analisis Bahan Pangan Dan Komponen
Bioaktif, Andalas University Press, Padang, Hlm 12-13, 21-22.
16. Annur Hijroh R., 2015, Pengujian Kadar Zat Besi Keju Nabati Kacang
Tunggak (Vigna unguiculata (L) Walp) Untuk Mengembangkan
Potensi Lokal, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam negeri Walisongo, Semarang.
LAMPIRAN 1
ALUR PENELITIAN
Verifikasi metode
Preparasi sampel
Uji kualitatif
29
30
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Tambahkan aseton 20 ml
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
PREPARASI SAMPEL
LAMPIRAN 6
Tambahkan 2 ml KSCN 3N
Kocok larutan