PROPOSAL PENELITIAN
DEDE TAUFIQ
31116009
Proposal Penelitian
Oleh
DEDE TAUFIQ
31116009
Dosen Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga atas izin-
Proposal ini disusun untuk sebagai persyaratan untuk menyusun skripsi pada
Prodi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan proposal ini
tidak terlepas dari motivasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih terutama
kepada :
proposal ini.
4. Keluarga dan seluruh sahabat yang selalu memberikan doa dan motivasi moral,
iii
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3
1.4 Hipotesis ............................................................................................ 3
v
3.7 Skrining Fitokimia.............................................................................. 16
3.7.1 Alkaloid .................................................................................. 16
3.7.2 Flavonoid ................................................................................ 17
3.7.3 Tanin dan Polifenol ................................................................ 17
3.7.4 Saponin ................................................................................... 17
3.7.5 Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid ...................................... 17
3.7.6 Steroid dan Triterpenoid ......................................................... 18
3.7.7 Kuinon .................................................................................... 18
3.8 Analisis Kualitatif Etanol ................................................................... 18
3.9 Perhitungan Dosis .............................................................................. 19
3.10 Penyiapan Hewan Percobaan ............................................................. 19
3.11 Perlakuan Pada Hewan Percobaan ..................................................... 19
3.12 Prosedur Kerja .................................................................................... 20
3.12.1 Pemberian Dosis ..................................................................... 20
3.12.2 Pembedahan dan Pengamatan ................................................ 20
3.13 Analisis Data ...................................................................................... 22
3.14 Jadwal Penelitian ................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang pernah mengalami sakit dengan penyakit yang berbeda-beda dari
setiap individunya. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu ulkus peptikum.
Ulkus peptikum atau peptic ulcer disease (PUD) adalah luka yang terjadi pada
lapisan mukosa lambung akibat dari infeksi bakteri Helicobacter pylori, golongan
obat non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan penggunaan alkohol
(Malmi, 2018).
1
2
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut :
1.4 Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledone
Ordo : Cucuebitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
4
5
Mentimun (Cucumis sativus L.) memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar
tetapi daya tembusnya relatif dangkal sekitar kedalaman 30-60 cm. Batang mentimun
berupa batang lunak dan berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan
berwarna hijau segar. Daun pada tanaman mentimun memiliki bentuk bulat dan pada
bagian ujungnya runcing berganda. Daun mentimun terdiri atas helaian daun
(lamina), tangkai daun, dan ibu tulang daun. Bunga mentimun berbentuk terompet
dan berwarna kuning bila sudah mekar, mentimun termasuk tanaman berumah satu
artinya bunga jantan dan betina letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman
(Salim Z, 2017).
Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal, terjadi dari satu bunga yang
terdiri satu bakal buah saja. Ukuran dari buah mentimun antara lain 8-25 cm dan
diameter 2,3 - 7 cm dengan berat rata-rata 250 gram tiap buah mentimun. Panjang biji
mentimun berkisar 0,5-1,8 cm, dan berbentuk bulat panjang dengan ujung yang
runcing (Salim Z, 2017).
Fisetin
Luleolin
Quarcetin
Kaempferol
Luteolin
Narigenin
Theaflanoside I
Vicenin
Lignan Pinoresinol
Lariciresinol
Secoisolariciresinol
Triterpenoid Cucurbitacin A
Cucurbitacin B
Cucurbitacin C
Cucurbitacin D
Pada pangkal buah mentimun memiliki rasa pahit yang dipengaruhi oleh
beberapa senyawa diantaranya flavonoid, tanin dan triterpenoid (Drewnowski, 2000).
menurunkan tekanan darah, salah satunya terapi jus mentimun. Berdasarkan hasil
penelitian Aisyah (2014) menyatakan bahwa terdapat penurunan yang bermakna pada
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik, sehingga pemberian jus mentimun
mampu membantu menurunkan tekanan penderita hipertensi. Mentimun memiliki
kandungan kalium mempunyai efek natriuretik dengan cara menghambat pelepasan
renin-angiotensin yang dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma, curah jantung, dan tekanan
perifer sehingga tekanan darah akan turun.
2.1.5.2 Antioksidan
2.1.5.3 Antibakteri
2.1.5.5 Antidiabetes
perubahan kadar glukosa darah postprandial antara kelompok perlakuan dan kontrol
sehingga mentimun dapat diindikasikan untuk penurunan kadar glukosa darah.
Gambaran ulkus peptikum dibedakan menjadi dua yakni ulkus peptikum akut
dan kronik. Ulkus peptikum akut didefinisikan sebagai ulkus yang didahului riwayat
dyspepsia yang dianggap memiliki efek samping jangka panjang. Secara patologi
diameter ulkus peptikum akut berukuran kurang dari 1 cm. Pada ulkus peptikum
kronis terlihat penampakan makroskopis berupa gambaran oval atau melingkar
dengan ukuran mulai 2 sampai 10 cm, dengan dasar berfibrosa. Jaringan epitel akan
digantikan oleh epitel grandular immature (Chamidah, 2013).
2.2.3 Epidemiologi
2.2.4 Etiologi
Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen meliputi refluks asam empedu, iskemia karena penurunan suplai darah ke
gaster, stres, autoimun dan alergi sedangkan faktor eksogen meliputi penggunaan
11
NSAID, konsumsi alkohol, infeksi bakteri seperti Helicobacter pylori, infeksi virus,
infeksi jamur, radiasi, dan trauma (Malmi, 2018).
2.2.4.1 NSAID
2.2.4.3 Alkohol
Alkohol mudah dan cepat berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dengan cara
melepaskan radikal, meningkatkan permeabilitas mukosa dan sawar epitel sehingga
memungkinkan difusi balik HCl yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada
mukosa lambung, sehingga dapat menyebabkan ulkus peptikum (Suleyman, 2004).
12
Tanda dan gejala tukak lambung sering kali asimptomatik atau tanpa gejala.
Namun biasanya terdapat anoreksia, dispepsia, nausea, pendarahan saluran cerna
ringan sampai sedang, anemia, dan obstruksi lambung (Malmi, 2018).
2.2.6 Patofisiologi
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan yang memungkinkan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah serial dosis ekstrak buah pangkal mentimun.
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini jumlah spot ulkus
peptik dan pH lambung tikus wistar.
13
14
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tikus Wistar (Rattus norvegicus)
jantan.
3.4.2 Sampel
Sampel hewan percobaan dalam penelitian ini adalah tikus Wistar (Rattus
norvegicus) jantan dengan berat 200-220 gram, usia 2-3 bulan. Sebanyak 24 ekor
tikus dibagi menjadi 6 kelompok yakni kelompok normal, kelompok kontrol positif,
kelompok kontrol negatif dan 3 kelompok uji perlakuan. Penentuan jumlah sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus Federer (1967). Rumus Federer :
(t-1) x (r-1) ≥ 15
Ket : t = jumlah perlakuan
r = jumlah tiap hewan coba tiap kelompok perlakuan
Penelitian ini menggunakan 3 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan,
sehingga t = 6, maka :
(t-1) x (r-1) ≥ 15
(6-1) x (r-1) ≥ 15
5 x (r-1) ≥ 15
15
5r -5 ≥ 15
5r ≥ 15 + 5
5r ≥ 20
r ≥ 4 ekor
Jadi tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor tikus Wistar
jantan (Rattus norvegicus), dibuat 6 kelompok dengan pengulangan sebanyak 4 kali.
Kandang tikus, alat bedah, papan bedah, kertas label sonde oral, spiut, kaca
pembesar, penggaris, gelas kimia, tabung reaksi, batang pengaduk, spatel, maserator,
timbangan, krus, desikator, oven, tanur, blender, botol kaca, rotary evaporator, gelas
ukur, sentrifugasi, meja kaki 3, kawat kasa, pipet dan kamera.
3.5.2 Bahan
Buah mentimun, akuades, etanol 70%, etanol absolut, NaCl fisiologis, CMC
Na 0,5 %, pereaksi Mayer (HgCl2, akuades, dan KI), pereaksi Dragendrof
(Bi(NO3)3H2O, HNO3 dan KI), amil alkohol, FeCl3, gelatin, toluene, pereaksi
Libermen-Burchard (asam asetat anhidrat, kloroform dan asam sulfat), pereaksi Lucas
(HCl dan ZnCl2) dan eter.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buah mentimun (Cucumis
sativus L) yang diperoleh dari Desa Sukamahi, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten
Tasikmalaya. Bahan baku ini dikumpulkan dan dipastikan identitasnya dengan
determinasi tumbuhan di Institut Teknologi Bandung.
16
b. Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan cara destilasi toluena. Toluena yang
digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok didiamkan, kedua
lapisan air dan toluena akan memisah, lapisan air dibuang. Sebanyak 10 g ekstrak
yang ditimbang dengan seksama dimasukkan kedalam labu alas bulat dan
ditambahkan toluena yang telah dijenuhkan dengan air. Labu dipanaskan hati-hati
selama 100 menit, setelah toluena mulai mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik,
lalu 4 tetes/detik.Setelah semua toluena mendidih,dilanjutkan pemanasan selama 5
menit. Kemudian, dibiarkan tabung menerima dingin sampai temperatur kamar.
Setelah lapisan air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung
kadar air dalam persen terhadap berat ekstrak semula (Depkes RI 2000).
17
𝑣
% Kadar Air = 𝑥 100 %
𝑤
Keterangan :
V = Volume Air (mL)
W = Bobot Ekstrak (gram)
𝑊2 − 𝑊0
% Kadar Abu Total = 𝑥 100%
𝑊1
Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong (gram)
W1 = bobot ekstrak awal (gram)
W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram)
3.7.2 Flavonoid
Simplisia dan ekstrak buah pangkal mentimun dimasukan kedalam mortar dan
ditambahkan logam magnesium dan asam klorida, kemudian di saring. Jika terdapar
warna merah ditambahkan amil alkohol untuk menarik warna tersebut. Positif
flavonoid ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning jingga dari amil alkohol
(Fransworth, 1996).
Simplisia dan ekstrak buah pangkal mentimun digerus dan disari denga air
panas, kemudian saring dan filtrat dimasukan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
besi (III) klorida, jika terdapat biru-hitam maka positif tanin dan polifenol. Sedangkan
untuk mengetahui adanya tanin ditambahkan gelatin 1%. Jika menghasilkan endapan
putih positif tanin (Fransworth, 1996).
19
3.7.4 Saponin
Simplisia dan ekstrak buah pangkal mentimun dimasukan ke dalam mortir dan
disari menggunakan eter, kemudian sari yang dihasilkan diuapkan sampai kering.
Pada residu tersebut diteteskan pereaksi anisaldehid-asam sulfat atau vanillin-asam
sulfat, jika terbentuk warna-warna menunjukan adanya senyawa monoterpenoid dan
seskuiterpenoid (Fransworth, 1996).
Simplisia dan ekstrak buah pangkal mentimun dimasukan ke dalam mortir dan
disari dengan menggunakan eter, kemudian diuapkan. Residu ditetesi dengan pereaksi
Liberman-Burchard. Jika terbentuk warna ungu menunjukan bahwa adanya senyawa
triterpenoid, sedangkan apabila terbentuk warna hijau-biru menunjukan adanya
senyawa steroid (Fransworth, 1996).
3.7.7 Kuinon
Simplisia dan ekstrak buah pangkal mentimun digerus dan dipanaskan dengan
air, disaring. Filtrat dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa mL
larutan alkali kuat. Terbentuknya warna kuning hingga merah menujukan adanya
senyawa kuinon (Fransworth, 1996).
20
dengan kain tersebut, tikus kemudian dipukul dengan benda keras pada bagian
belakang telingannya.
1. Pemeriksaan pH Lambung
Setelah hewan mati bedah abdomennya, ikat pylorus dan esophagus et cardia,
kemudian, Setelah itu lambung dikeluarkan dengan memotong duodenum bagian
bawah dan esophagus et cardia bagian atas, ditampung isi lambung kemudian
sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, diambil cairan bening dan
dilakukan pemeriksaan pH dengan pH meter yang telah di kalibrasi (Suhartri dkk,
2009).
a. Berdasarkan Kondisi
Tabel 3.1 Skor Indeks Tukak Berdasarkan Kondisi
Kondisi Skor
Lambung normal 1
Bintik pendarahan 2
Jumlah tukak 1-3 titik 3
Jumlah tukak 4-6 titik 4
Jumlah tukak 7-9 titik 5
Jumlah tukak > 9 atau perforasi 6
23
b. Berdasarkan Diameter
Tabel 3.2 Skor Indeks Tukak Berdasarkan Diameter
Kondisi Skor
Lambung normal 1
Bintik pendarahan 2
Tukak dengan diameter 0,5 – 1,5 mm 3
Tukak dengan diameter 1,6 – 4,0 mm 4
Tukak dengan diameter > 4,0 mm 5
Perforasi 6
𝑈𝑙𝑐−𝑈𝑙𝑡
% Pengobatan = 𝑥 100 %
𝑈𝑙𝑐
Chamidah IN. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
terhadap Histopatologi Lambung pada Tikus Wiatar (Rattus norvegicus) Jantan.
Jember : Universitas Jember.
Drewnowski A, Carneros CG. 2000. Bitter Taste Phytonutrients and The Consumer :
A Review. American Society for Clinical Nutrition, 72:1424–1435.
Federer M. 2007. Experimental Design, Theory and Application. Oxford and IBH
Publ. Co. New Delhi, Ramsey SC, Galeano.
Gill NS, Bali M. 2011. Isolation of Anti Ulcer Cucurbitane Type Triterpenoid From
The Seeds of Cucurbita pepo. Academic Journals Ins, 5(2):70-79.
Isselbacher KJ et al. 2014. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13,
Jakarta: EGC, 4: pp. 1549-1550.
24
25
Kusters JG, Van Vliet AH, Kuipers EJ. 2006. Pathogenesis of Helicobacter pylori
Infection. Clin Microbiol Rev, 19(2) : 440-490.
Malmi Hanna. 2018. Peptic Ulcer Disease Incidence Associated Morbidity and
Mortality. Departement of Gastroenterology and Gastrointestinal Surgery
Abdominal Center, Helsinki University Hospital.
Saleh HS, Saokani J, Rijal S. 2016. Penentuan Nilai Kalor Serta Pengaruh Asam
Klorida (HCl) Terhadap Kadar Bioetanol Bongkol Pisang. Al Kimia, 4 (1) : 68-
77.
Salim Z dan Munadi E. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. Badan Pengkaji dan
Pengembangan Perdagangan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.
Sofidiya et al. 2012. Effect of Flabellaria paniculata Cav. Extracts on Gastric Ulcer in
Rats. Complementary & Alternative Medicine, 168-173.
26
Suhartri dkk. 2009. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya Linn)
Terhadap Tukak Lambung Yang Diinduksi Dengan Etanol Absolut Pada Tikus
Putih Betina. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 13(2):1-11.
Suleyman, et al. 2004. Effect of Rumex patientia Root Extract on Indomethacin and
Ethanol Inducer Gastric Damage In Rats. Die Pharmazie 59(2):147-149.
World Health Organization. 2016. Global Health Estimates 2016 : Deaths by Cause,
Age, Sex, by Country and by Region, 2000-2016. Geneva.
https://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GHE_DthSDG_Proj_20
16-2060.xlsx. [Diakses tanggal 29 Oktober 2019].