Preseptor :
dr. Irwandi, Sp.A, M.Biomed
dr. Fetria Faisal, Sp.A
apt. Robby Kurniawan, S.Farm
Disusun oleh :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Natsir. Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
1. Bapak dr. Irwandi, Sp.A, M.Biomed selaku preseptor yang telah meluangkan
2. Ibu dr. Fetria Faisal, Sp.A selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
3. Bapak apt. Adrizal, S. Farm selaku kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir, serta seluruh apoteker yang bertugas yang telah
4. Bapak apt. Robby Kurniawan, S.Farm selaku clinical instructor yang telah
6. Staf perawat yang bertugas di bangsal Anak Rumah Sakit Umum Daerah M.
i
Natsir yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
diberikan kepada penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
Bronkopneumnia Dan Syok Sepsis” Penulis menyadari laporan kasus ini masih
memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2.1 Keluhan Utama ............................................................................. 55
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang .......................................................... 55
3.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu ......................................................... 56
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga .......................................................... 56
3.3 Data Penunjang ................................................................................... 56
3.3.1 Data Status Generalis .................................................................... 56
3.3.2 Data Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 56
3.3.3 Data Pemeriksaan Fisik ................................................................ 58
3.3.4 Pemeriksaan Laboratorium Analisa Gas Darah (AGD) ............... 59
3.3.5 Pemeriksaan Laboratorium Imunologi ......................................... 59
iv
BAB I
PENDAHULUAN
anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun
akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden
pneumonia di negara berkembang yaitu 30- 45% per 1000 anak di bawah usia 5
tahun, 16- 22% per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7- 16% per 1000 anak
hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia. Bahkan
gas dimana PaO2 < 60 mmHg dan PaCO2 > 50 mmHg (Sakti et al., 2021). Secara
keseluruhan, distribusi frekuensi gagal napas tidak diketahui karena gagal napas
merupakan kumpulan gejala suatu penyakit dari suatu proses penyakit tunggal.
Ada dua macam gagal napas, yaitu gagal napas akut dan gagal kronis yang
masing-masing memiliki definisi yang berbeda. Gagal napas akut adalah gagal
napas yang terjadi pada pasien yang memiliki struktur dan fungsi paru normal
1
sebelum timbulnya penyakit. Sedangkan gagal kronis adalah gagal napas yang
terjadi pada pasien dengan penyakit kronis seperti bronkitis kronis, emfisema.
Ada dua macam gagal napas, yaitu gagal napas akut dan gagal kronis yang
masing-masing memiliki definisi yang berbeda. Gagal napas akut adalah gagal
napas yang terjadi pada pasien yang memiliki struktur dan fungsi paru normal
sebelum timbulnya penyakit. Sedangkan gagal kronis adalah gagal napas yang
terjadi pada pasien dengan penyakit kronis seperti bronkitis kronis, emfisema.
kehilangan udara pada jaringan paru. Faktor risiko ARDS mempunyai kondisi
atau penyakit yang secara langsung atau tidak langsung mencederai paru-parunya.
Adapun cedera langsung pada paru berupa pneumonia, aspirasi dari isi lambung
dan komplikasi penggunaan ventilasi mekanik. Cedera tidak langsung pada paru-
paru diakibatkan oleh kondisi sepsis, kondisi perdarahan hebat, kondisi transfusi
masif, cedera pada dada atau kepala akibat hantaman keras, pankreatitis dan
emboli lemak. Salah satu komplikasi ARDS adalah infeksi, hal ini terjadi ketika
pasien berada di RS dan berbaring dalam waktu yang lama, sehingga dapat
2
udara atau gas berkumpul di rongga diantara paru-paru, sehingga menyebabkan
satu atau kedua paru kolaps. Komplikasi lain penggunaan ventilasi mekanik
mengembang dan terisi udara. Saat pasien berbaring lama dapat meningkatkan
risiko terbentuknya sumbatan darah di vena yang dalam di tubuh, kondisi ini
disebut thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis). Thrombosis pada DVT
dapat terlepas dan berjalan melalui aliran darah sehingga menyumbat aliran darah
Organization) pada tahun 2010, sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang
Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di Amerika Serikat. Hal seperti ini
bermukim. Kondisi seperti standar hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi,
infeksi kuman akan meningkatkan angka kejadian sepsis. Sepsis dan syok septik
adalah salah satu penyebab utama mortalitas pada pasien dengan kondisi kritis.
Pada tahun 2004, WHO menerbitkan laporan mengenai beban penyakit global,
2013 yang diterbitkan oleh Kemenkes, penyakit infeksi utama yang ada di
3
Dan pada suatu penelitian yang diadakan pada tahun 2008, angka kejadian sepsis
pada pasien yang masuk ke ICU di RS Mongolia didapatkan dua kali lebih besar
1.2 Tujuan
penetalaksanaannya.
1.3 Manfaat
sendiri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
udara (alveoli) kolaps atau terisi cairan, mencegah paru-paru bekerja dengan baik.
2.1.2 Etiologi
Penyebab ADRS terbagi atas dua. Secara langsung meliputi radang paru-
pada paru-paru, dan secara tidak langsung meliputi infeksi bakteri yang parah dan
meluas ditubuh (sepsis), cedera pada tubuh yang menyebabkan tekanan darah
2.1.3 Klasifikasi
5
Cedera paru tidak langsung
2.1.4 Patofisiologi
ADRS terjadi karena cedera paru secara langsung dan tidak langsung yang
peradangan sehingga terjadinya proliferasi, yang dimana jika tubuh tidak berhasil
melakukan poliferasi, maka paru akan mengalami fibrotik atau kerusakan paru
2.1.5 Penatalaksanaan
oksigenasi jaringan.
6
Terapi Umum
Terapi Ventilasi
mendasar pada penderita ARDS bila ditemukan laju nafas > 30x/menit atau
beberapa jam.
2) Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E terbalik disertai
invasif seperti CPAP, BIPAP atau Positive Pressure Ventilation. Metode ini
4) Saat ini telah terbukti bahwa pemberian volume tidal 10 - 15 ml/kg dapat
7
terjadi rupture alveolus, deplesi surfaktan dan kerusakan pada membra
tidal yang rendah (6 ml/kg) dengan tekanan puncak inspirasi < 35 cmH2O,
plateu inspiratory pressure < 30 cmH2O serta pemberian PEEP antara 8-14 cm
tekanan hidrostatik di kapiler paru dan mengatasi kelebihan cairan paru (lung
water). Akan tetapi harus diingat bahwa dehidrasi yang berlebihan akan
8) Prone position akan memperbaiki V/Q karena akan mengalihkan cairan darah
peroksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru. Oleh karena
itu pengunaannya sangat ketat yaitu pada keadaan ekstrem dimana terjadi
penyebab tersering adalah infeksi baik di paru maupun di luar paru. Untuk infeksi
8
paru sendiri karena ARDS merupakan bagian dari kondisi sepsis yang berat maka
harus diberikan sedini mungkin (< 4 jam) sejak diagnosis pneumonia ditegakkan.
Untuk penyakit dasar lain yang potensial dapat diatasi yaitu pada ARDS akibat
overdosis obat yang diatasi dengan pemberian antidotumnya bila ada, pada TB
yang berat, immune reconstitution inflamation syndrome (IRIS) dan juga pada
ARDS akibat infeksi pneumocystic jiroveci, pada semua keadaan tersebut selain
terapi untuk penyakit dasarnya diberikan juga terapi tambahan dengan steroid.
Terapi target difokuskan pada regresi lesi patologi dan mengurangi jumlah
cairan dalam paru, namun sayangnya tidak ada bukti objektif akan keberhasilan
metode tersebut
paru terutama pada ARDS akibat TB yang berat, infeksi pneumocystic jiroveci
dan pada IRIS. Pada inflamasi akibat penyakit dasar yang lain pemberian
9
direkomendasikan pada ARDS terutama pada fase awal. Beberapa sumber
penelitian
tetapi masih diperlukan penelitian dalam jumlah sample yang lebih besar
5) Diuretik ditujukan untuk mencegah kelebihan cairan, dan hanya diberikan bila
6) Transfusi darah diperlukan untuk menjaga kadar Hb lebih dari 10 gr%, tetapi
Injury) maka tranfusi hanya diberikan bila ada oksigenasi jaringan yang
inadekuat
lahir yang mengalami gagal nafas akibat aspirasi mekonium, hernia diafragma
dan infeksi virus yang berat. Penggunaan EMCO untuk ARDS hasilnya masih
kontroversial.
2.2 PNEUMONIA
2.2.1 Definisi
10
2.2.2 Etiologi
bronkiektasis).
2.2.3 Klasifikasi
misalnya geriatri) dan batuk, terutama bila disertai dengan dahak purulen.
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Penatalaksanaan
Secara garis besar berkaitan dengan jenis antibiotik yang diberikan maka
terapi SCAP dapat dibagi menjadi terapi awal yang bersifat empiris dan terapi
menentukan jenis terapi empiris yang sesuai maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
11
a) Pemahaman mengenai spektrum antibiotik yang diberikan.
Pseudomonas aeruginosa
c) Antibiotik yang diberikan harus dapat juga mengatasi infeksi oleh patogen
yang diberikan pada SCAP ditujukan untuk mengatasi infeksi oleh kuman
Jika ada dugaan infeksi oleh kuman MRSA maka ditambahkan dengan
12
Linezolid iv 600 mg 2 x/hari atau vankomisin dengan dosis 15 mg/ kg,
dan kalau perlu pada saat pasien masih di emergensi yaitu dalam waktu <
4 jam setelah diagnosis SCAP ditegakkan. Jika hasil kultur kuman sudah
2.3 SEPSIS
2.3.1 Definisi
infeksi (IDAI,2016).
2.3.2 Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi.3,5 Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit.3 Respon imun terhadap bakteri dapat menyebabkan
disfungsi organ atau sepsis dan syok septik dengan angka mortalitas relatif tinggi.
Organ tersering yang merupakan infeksi primer, adalah paru-paru, otak, saluran
kemih, kulit, dan abdomen. Faktor risiko terjadinya sepsis antara lain usia sangat
muda, kelemahan sistem imun seperti pada pasien keganasan dan diabetes
melitus, trauma, atau luka bakar mayor 9, 10. Mikroorganisme patogen penyebab
sepsis, sangat tergantung pada usia dan respons tubuh terhadap infeksi itu sendiri
(IDAI,2016).
13
Tabel 1. Mikroorganisme patogen penyebab sepsis pada anak sesuai usia
invasif
Neisseria meningitidis
lengkap)
dan Acinetobacter sp
Asplenia fungsional/asplenik
influenzae
Organisme lain
14
2.3.3 Klasifikasi
Sepsis
Infeksi, diidentifikasi atau dicurigai, dan beberapa (2 atau lebih) hal berikut:
Variabel umum
Demam (>38,3°C)
Laju jantung > 90/menit atau lebih dari dua SD di atas nilai normal untuk usia
tersebut
Takipnea
jam)
Hiperglikemia (glukosa plasma > 140 mg/dL atau 7,7 mmol/L) tanpa ada
diabetes
Takipnea didefinisikan sebagai laju napas > 20x/menit atau PCO: 32 mmHg.
Khusus pada populasi luka bakar, takipnea didefinisikan sebagai laju napas >
status mental yang terjadi secara akut, data berupa peningkatan (gaduh, gelisah)
atau penurunan kesadaran. Pada pasien luka bakar, edema tidak digunakan
Variabel inflamasi
15
C-reactive protein plasma lebih dari dua SD di atas nilai normal
Variabel hemodinamik
Hipotensi arterial (TDS < 90 mmHg, MAP< 70 mmHg, atau penurunan TDS
40 mmHg pada orang dewasa, atau kurang dari dua SD di bawah nilai normal
usia tersebut).
Oliguria alcut (produksi urin < 0,5 mL/kg/jam selama paling tidak 2 jam
Kondisi yang telah ada sebelum episode sepsis ini tidak termasuk dalam kriteria.
Bila pemeriksaan bilirubin tidak dikerjakan, penilaian ikterus secara klinis dapat
hiperlaktatemia.
16
Keterangan : TDS = Tekanan darah sistolik; INR = International normalized ratio;
Syok sepsis
Definisi sepsis berat = hipoperfusi jaringan atau disfungsi organ dünduksi sepsis
Produksi urin < 0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 2 jam meskipun mendapat
Acute lung injury dengan PaO/FiO 250 mmHg tanpa ada pneumonia sebagai
sumber infeksi
sumber infeksi
2.3.4 Patofisiologi
17
inflammatory response syndrome (SIRS), disseminated intravascular
coaglukosation (DIC), syok septik dan gagal multi organ. (PERMENKES, 2017)
organ.
A. Antibiotika
diagnosis kerja, usia, dan predisposisi penyakit. Apabila penyebab sepsis belum
jelas, antibiotik diberikan dalam 1 jam pertama sejak diduga sepsis, dengan
sebelumnya dilakukan pemeriksaan kultur darah. Upaya awal terapi sepsis adalah
kuman. Prinsip penggunaan antibiotik empirik pada sepsis dengan penyebab yang
belum diketahui
18
B. Antibiotika kombinasi
penyebab, pola kuman di RS, predisposisi pasien, dan efek farmakologi dinamik
serta kinetik obat. Pilihan Kombinasi Antibiotik Empiris untuk sepsis anak
Catatan:
deekskalasi
mikroorganisme Penyebab
19
ditambah gentamisin, siprofloxasin,
atau vankomisin (sesuai kasus)
penyesuaian dosis.
C. Anti-jamur
antijamur pada sepsis disesuaikan dengan data sensitivitas lokal. Bila tidak ada
20
sedangkan lini kedua adalah mycafungin. Antijamur diberikan pada pasien sepsis
(gambar 1).
A. Pernapasan
konsentrasi tinggi melalui masker. Oksigen harus dititrasi sesuai dengan pulse
oximetry dengan tujuan kebutuhan saturasi oksigen >92%. Bila didapatkan tanda-
tanda gagal nafas perlu dilakukan segera intubasi endotrakeal dan selanjutnya
menggunakan high-frequency
21
Gambar 1. Algoritma pemberian anti jamur
pembuangan CO2.
B. Ventilasi non-invasif
E. Transfusi darah
F. Kortikosteroid
G. Kontrol glikemik
H. Nutrisi
22
2.4 Tinjauan Obat
1. Paracetamol Injeksi
Struktur Kimia
Bentuk Intravena
Sediaan/pemberian
Peringatan Gangguan fungsi hati , gangguan fungsi ginjal,
ketergantunganalkohol, bayi baru lahir yang icterus
(IDAI, 2013)
23
mcg/mL. sitokrom sebagai
P450, metabolit
terutama glukuronida
CYP2E1,
untuk
membentuk
metabolit
perantara
reaktif (N-
acetyl-p-
benzoquinone
imine atau
NAPQI)
Contoh sediaan
2. Injeksi Ceftriaxone
Struktur Kimia
24
Mekanisme Kerja Sefalosporin generasi ketiga dengan aktivitas gram negatif
spektrum luas; memiliki kemanjuran yang lebih rendah terhadap
organisme gram positif tetapi kemanjuran yang lebih tinggi
terhadap organisme yang resisten; sangat stabil di hadapan beta-
laktamase (penisilinase dan sefalosporinase) dari bakteri gram
negatif dan gram positif; aktivitas bakterisida dihasilkan dari
penghambatan sintesis dinding sel dengan mengikat 1 atau lebih
protein pengikat penisilin; memberikan efek antimikroba dengan
mengganggu sintesis peptidoglikan (komponen struktural utama
dinding sel bakteri); bakteriakhirnya lisis karena aktivitas enzim
autolitik dinding sel berlanjut sementara perakitan dinding sel
ditahan (Medscape).
Dosis ≥4 minggu : 50-75mg/kgBB (anak- anak 1-2g) IV (Frank Shann,
2017)
Pemberian Obat Injeksi Intravena
Kontraindikasi Penderita yang hipersensitiftas terhadap cephalosporin
(IDAI, 2013).
Efek Samping Indurasi sebesar 5-17% (Medscape).
25
Contoh sediaan
3. IVFD KA- EN 1 B®
26
4. Injeksi Dexametaxone
Struktur Kimia
27
Pemberian Intravena (medscape)
28
5. Injeksi Ranitidin
Struktur Kimia
29
Contoh sediaan
6. NaCl 0,9%
Komposisi NaCl 0.9% (Natrium Klorida 0,9 g dan Aqua pro injeksi
hingga100 ml)
Indikasi Sebagai larutan pengantar untuk pengobatan tambahan
(PIONAS)
Pemberian Obat Injeksi Intravena
Efek Samping pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan
natriumdan udem (PIO NAS)
Peringatan Batasi asupannya pada gangguan fungsi ginjal, gagal
jantung,
hipertensi, udem perifer dan paru-paru, toksemia kehamilan
(PIO NAS)
Contoh Sediaan
30
7. Injeksi Gentamicin
Struktur Kimia
31
Bentuk sediaan Injeksi
Pemberian Intravena
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Waktu VD: Waktu paruh: urine
plasma Neonatus 2-3 jam (NRF)
puncak: (0,4-0,6
IM (30-90 L/kg); anak-
mnt); IV anak: (0,3-
(30 menit 0,35 L/kg);
setelah dewasa:
infus 30 (0,2-0,3
menit) L/kg); Vd
Gentamisi meningkat
n melintasi akibat
plasenta; edema,
difusi asites, dan
relatif dari kelebihan
darah ke cairan dan
CSF menurun
minimal akibat
bahkan dehidrasi
dengan
peradanga
n
Rasio
tingkat
CSF-ke-
darah:
Meninges
normal
(minimal);
meninges
32
yang
meradang
(10-30%
(medscape
)
Contoh sediaan
8. Injeksi Morfine
Struktur Kimia
33
Dosis Bolus IV 0,1 mg/kgBB/dosis
Infus IV 5 – 20 mikrogram/kgBB/jam
Pemberian dosis besar hingga 40 mikrogram/kgBB/jam
dapat digunakan pada bayi dengan ventilator.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap morfin dan komponen pelarutnya.
Depresi pernapasan akut, peningkatan tekanan intrakranial,
trauma kepala atau tumor otak, gangguan hati berat
(Lampiran 6) insufisiensi adrenokortikal, hipotiroid, kejang,
alkoholisme akut, delirium tremens, divertikulitis, dan
spasme kolon lain, paska bedah saluran empedu, diare
karena keracunan.
Efek Samping Pruritus (≤80%), Urinary retention (epidural/IT) (15-70%),
Muntah (7-70%), Sembelit (>10%), Sakit kepala (>10%),
Somnolence (>10%) (medscape)
Peringatan Asma, emfisema, gagal jantung karena pernyakit paru
kronik, bila digunakan pada kolik bilier perlu ditambahkan
antispasmodik
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Onset: PO, Ikatan Dimetabolisme Eliminasi :
15-30 mnt; protein: di hati melalui Waktu
IV, <5 mnt IV, 36% konjugasi paruh: 2-4
, Durasi: 4 Vd: IV, 1- dengan asam jam
jam (rilis 4,7 L/kg glukuronat, (pelepasan
segera) Metabolit: 6- segera); 11-
Waktu Glucuronide, 13 jam
plasma 3,6- (Kadian)
puncak: diglucuronide, Ekskresi:
PO, <60 3-glucuronide Urin (2-
mnt; PR, 12%), feses
20-60 mnt; (7-10%)
SC, 50-90 (medscape)
mnt; IM,
34
30-60
menit; IV,
20 menit
,Konsentra
si plasma
puncak:
PO, 20-40
ng/mL
Contoh Sediaan
9. Injeksi Lidocain
Struktur Kimia
35
Dosis IV: Larutan 1% 0,1ml/kg (1rng/kg) selama 2 menit, lalu
0,09-0,3ml/kg/jam (15-50mcg/kg/rn); atau 30mg/kg dalam
50ml pada 50ml/jam selama 2 minggu, kemudian 1,5-15ml/jam
(15-50mcg/kg/menit). Blok saraf: tanpa adrenalin maks 4mg/kg
(0,4ml/kg 1%) ( frank shann, 2017).
Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap komponen obat ini
Efek Samping Kardiovaskular: Hipotensi, Dermatologic: Edema, eritema di
tempat suntikan, petechiae, iritasi kulit, Gastrointestinal:
Sembelit, Mual, muntahNeurologis: Kebingungan, pusing,
sakit kepala, parestesia, somnolen, tremor (medscape)
Peringatan Hipersensitivitas terhadap obat atau anestesi tipe amida
36
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
Komposisi Serbuk injeksi 750 mg (sulbaktam 250 mg, ampisilin 500 mg),
1500 mg (sulbaktam 500 mg, ampisilin 1000 mg).
(IDAI, 2013).
Indikasi Infeksi bakteri pada kulit dan struktur kulit, infeksi intra-
abdomen, infeksi ginekologik.
(IDAI, 2013).
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap ampisilin, sulbaktam, penisilin, atau
komponennya.
(IDAI, 2013).
Peringatan Perhatian Infeksi virus Epstein-Barr, leukemia limfositik akut, atau
infeksi sitomegalovirus meningkatkan risiko timbulnya ruam
makulopapular terkait pemberian ampisilin; pemberian pada
anak <12 tahun tidak disetujui FDA.
Modifikasi dosis perlu dilakukan pada pasien dengan
37
gangguan fungsi ginjal; Hati-hati jika digunakan pada pasien
dengan alergi terhadap sefalosporin.
(IDAI, 2013).
Mekanisme kerja Cefoperazone merupakan antibiotik sefalosporin generasi ke
tiga yang menghambat pembentukan dinding sel bakteri,
sedangkan sulbactam bekerja dengan cara menghambat kerja
enzim beta lactamase, yaitu enzim pertumbuhan bakteri yang
bisa menurunkan efek cefoperazone. Dengan kombinasi kedua
obat ini, efektivitasnya dalam mengatasi infeksi bakteri akan
meningkat.
(Medscape).
Dosis Anak : 100 – 200 mg Sulbactam/kgBB/hari dalam dosis
terbagi setiap 6 jam(IDAI, 2013)
Bentuk Intravena
Sediaan/pemberian
Efek Samping Diare 3% (IM : 16%, IV :3%), tromboflebitis (3%)
(IDAI, 2013).
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Eksresikan
Ketersedia Pada protein Tidak ada Urine
an hayati 38% cairan jumlah (Medscape)
30- 40 %, empedu, lepuh metabolit yang
waktu dan jaringan. signifikan
plasma yang telah
penurunan diidentifikasi
1-2 jam dalam urin.
peroral Waktu paruh 1-
1,3 jam
38
Contoh Sediaan
11. Azitromicin
Struktur kimia
39
antimikroba makrolida lainnya seperti erythromycin
Efek Samping Diare (52,8%), Mual (32,6%)Sakit perut (27%) , Bangku
longgar (19,1%) (medscape)
Peringatan Hentikan pemakaian jika terjadi reaksi alergi atau
gangguan hati
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
IV: 1,14 Ikatan Ekskresi bilier
mcg/mL protein: adalah rute
(relawan 51% (0,02 eliminasi utama
sehat); mcg/mL); untuk obat yang
3,63 7% (2 tidak berubah,
mcg/mL mcg/mL) setelah
(pasien pemberian oral
rawat inap)
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
40
Kontra Indikasi Gagal ginjal disertai anuria, prekoma karena sirosis hati
(IDAI, 2013).
Peringatan Perhatian Monitor elektrolit terutama kalium dan natrium, hipotensi,
untuk oliguria koreksi hipovolemia sebelumnya, gangguan
fungsi ginjal dan hati (lampiran 5 dan 6), porfiria (IDAI,
2013).
Mekanisme kerja Menghambat reabsorbsi aktif ion klorida di ascending
limb lengkung henle. Ekskresi dari beberapa elektrolit
akan meningkat yaitu natrium, klorida, kalium hidrogen,
kalsium, magnesium, amonium,bikarbonat, dan mungkin
fosfat. Ekskresi klorida melebihi dari natrium dan ada
pertukaran elektrolit natrium dengan kalium yang
mengarah pada ekskresi besar kalium. Mekanisme
tersebut menghasilkan osmolalitas rendah pada medula
sehingga menghambat reabsorbsi air oleh ginjal
(Medscape).
Dosis Edema: Oral : 1 – 3 mg/kgBB/hari (maksimal 40 mg
sehari).
Edema paru akut: injeksi IV lambat (tidak lebih dari 4
mg/menit): 0,5 - 1,5 mg/kgBB/hari (maksimal 20 mg
sehari). Oral : Dapat diberikan bersama makanan atau
susu untuk mengurangi gangguan cerna.
Dosis pada neonatus: IV, oral : 0,5 – 2 mg/kgBB/dosis
Interval
Usia koreksi < 37 minggu tiap 24 jam
Usia koreksi ≥ 37 minggu
≤ 7 hari tiap 24 jam
> 7 hari tiap 12 jam
Infus IV 0,1 – 1 mg/kgBB/jam
Dosis dapat dinaikkan pada kasus resisten dan gangguan
fungsi ginjal. Pada pasien dengan gejala anuria / oliguria /
gagal ginjal memerlukan dosis 3 mg/ kgBB/dosis atau
41
lebih untuk menghasilkan urin. Pemberian secara oral
dapat ditingkatkan jadi 6 mg/kgBB/dosis pada kasus
resisten.
(IDAI, 2013)
Bentuk Tablet/Oral dan Injeksi.
Sediaan/pemberian
Efek Samping Hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, alkalosis
hipokloremik (untuk gejala-gejala ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, lihat catatan pada pendahuluan),
peningkatan ekskresi kalsium, hipovolemia, hiperglikemia
(lebih jarang dibanding diuretik tiazid), peningkatan kadar
plasma kolesterol dan trigliserida temporer, Jarang :
hiperurikemia, gout, ruam, fotosensitivitas, depresi
sumsum tulang (hentikan pengobatan), pankreatitis (pada
pemberian parenteral dosis tinggi), tinitus dan tuli (pada
pemberian parenteral dosis besar secara cepat dan pada
gangguan fungsi ginjal. Tuli mungkin permanen bila
digunakan bersama obat-obat ototoksik lainnya) (IDAI,
2013).
Farmakokinetika Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
- Pemberia - Distribusi:0,181 Metabolisme Eliminasi
n per oral, L/kg pada orang furosemide waktuparuh:
Furosemi sehat, dan terutama - 4 jam
de sebesar 0,14 terjadi pada (pemberia
diabsorps L/kg pada pasien ginjal, dan n oral);
i dengan gagal jantung. sebagian kecil - 4,5 jam
cepat Pada neonatus, di hepar. (pemberi
pada volume distribusi Sebanyak an IV)
saluran 1,5–6 kali lebih 40% - 24 jam
gastrointe besar furosemide (pasien
stinal, dibandingkan akan gagal
dan pasien dewasa. mengalami ginjal
42
mencapai - Batas Protein: 10 biotransforma stadium
konsentra hingga 25% si. Terdapat 2 akhir)
si puncak macam (Medscape)
dalam metabolit
0,5–2 furosemide,
jam. yaitu
- Efek furosemide
diuretik glucuronide
mulai yang aktif
terjadi secara
sejak 30 farmakologis,
menit dan dan 4-chloro-
efek 5-
maksimal sulfamoylanth
dicapai ranilic acid.
dalam 1–
2 jam.
- Pada
pemberia
n
intravena,
efek
diuretik
terjadi
dalam 5
menit dan
efek
maksimal
terjadi
dalam
20–60
menit.
43
Contoh Sediaan
13. Pulmicort®
Struktur Kimia
44
Bentuk nebulizer
Sediaan/pemberian
Efek Samping Infeksi saluran pernapasan (34-38%), rinitis, ototitis media
(medscape)
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Penyerapa Protein Dimetabolis Waktu
n terikat: 85- me di hati paruh: 2-3
Ketersedia 90%, Vd: 3 oleh jamm urine
an hayati: L/kg CYP3A4,
6-13%,
Onset: 24
jam hingga
2 minggu
(medascap
e)
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
45
Indikasi premedikasi, induksi anestesi dan penunjang anestesi
umum; sedasi untuk tindakan diagnostik & anestesi lokal
(Pio Nas)
Pemberian Obat IV Keracunan alkohol akut, Glaukoma sudut sempit akut,
Penggunaan intratekal/epidural (formulasi yang
mengandung bahan pengawet, seperti benzil alkohol),
Inhibitor CYP3A4 yang poten termasuk amprenavir,
atazanavir, darunavir, indinavir, lopinavir, ritonavir,
nelfinavir, ritonavir, saquinavir, tipranavir atau midazolam
oral atau injeksi dengan fosamprenavir
Mekanisme kerja Mengikat reseptor di beberapa tempat di dalam SSP,
termasuk sistem limbik dan formasio retikuler; efek dapat
dimediasi melalui sistem reseptor GABA; peningkatan
permeabilitas membran saraf terhadap ion klorida
meningkatkan efek penghambatan GABA; pergeseran ion
klorida menyebabkan hiperpolarisasi (lebih sedikit
rangsangan) dan stabilisasi membran saraf ( medscape)
Dosis Ventilator: 3 mg/ kg didalam 50 ml sampai dengan 1-4 ml/
hAari
Kontraindikasi Hipersensitivitas yang terdokumentasi,
Efek Samping Penurunan laju pernapasan (23%), apnea (medscape)
46
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
47
Farmakokinetika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Onset 1- Vd: 0.2 L/kg di jaringan dan Urine
10 mnt hati oleh (medscape)
katekol-O-metil
transferase,
Konjugat
glukuronida,
dobutamin 3-0-
metilasi (tidak
aktif)
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
48
Kontra Indikasi pada pasien yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap
norepinephrine atau komponennya. Pada wanita hamil,
hipotensi karena defisit volume darah, trombosis vaskular
perifer kecuali untuk prosedur penyelamatan nyawa serta
penggunaan bersamaan dengan beberapa anestesi umum
seperti kloroform, trikloretilen, siklopropana dan halothane.
Mekanisme kerja Efek beta1- dan alfa-adrenergik yang kuat dan efek beta2
moderat, yang meningkatkan curah jantung dan detak
jantung, menurunkan perfusi ginjal dan PVR, dan
menyebabkan efek BP variabel (medscape)
Dosis 0,1-0,5 mcg/kgBB/mnt (IDAI,2016)
49
17. Nebu Ventolin®
Struktur Kimia
50
Farmakodinamika Absorbs Distribusi Metabolisme Ekskresi
i Waktu plasma Dimetabolisme Urine
0,5-2 puncak: di hati, Waktu (medscape)
jam Inhalasi, 2-5 paruh: 3-8 jam
(nebulis jam; PO, 2- (menghirup)
asi 2.5 jam
Protein
terikat: 10%
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
51
Dosis Sedasi, analgetik: 1-1.5mg/kg IV, 3-4mg/kg IM (dapat
diulang setelah 10 menit) (IDAI, 2016)
Bentuk sediaan / injeksi intravena
Pemberian
Efek Samping Munculnya rxns, Peningkatan curah jantung, Peningkatan
TIK, taki cardia ,Gerakan tonik-klonik, halusinas
(medscape)
Farmakodinamika Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi
Onset: 30 Durasi: 5-10 Di hati Urine
detik (IV); menit (IV); (medscape)
3-4 menit 12-25 menit
(IM) (IM):
keadaan
disosiatif
dapat
berlangsung
>20 menit
Contoh Sediaan
Struktur Kimia
52
(PIONAS)
Indikasi Infeksi candida (PIONAS)
Mekanisme kerja Hilangnya sterol normal selanjutnya berkorelasi dengan
akumulasi 14 sterol alfa-metil dalam jamur dan mungkin
bertanggung jawab atas aktivitas fungistatik flukonazol (
medscape)
Dosis 12 mg/ kg (anak 200-400 mg) secara IV (frank shann, 2017)
53
Contoh Sediaan
54
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Umum
No. MR 233xxx
Agama Islam
- Positif batuk berdahak selama 2 minggu, anak tidak mau makan atau
55
3.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu
RS Tumbang
imunisasi campak)
56
Nilai-nilai MC
Lymphocyte Count)
(µL)
Lymphocyte Ratio)
57
3.3.3 Data Pemeriksaan Fisik
TD (mmHg) 100/80 98/47 103/66 107/64 120/72 109/57 116/78 93/99 93/54 90/57
Suhu (°C) 36,5 -37,5 37,2 38,1 38,5 38,4 36,1 36,4 36,5 38,7 37,9
(x/menit)
Nafas 18-30 48 40 30 40 35 36 36 44 35
(x/menit)
SaO2 >90% 93 94 95 83 88 94 94 92 92
58
3.3.4 Pemeriksaan Laboratorium Analisa Gas Darah (AGD)
25/11/22
pH 7,35-7,45 7,365
BE (meq/L) 2- +2 9,7
PCT) (ng/mL)
28/11/22
Keterangan:
59
3.4 Diagnosa Awal
Syok Sepsis.
3.5 Penatalaksanaan
Loading 140 cc RL
menit)
Dexamethasone 3 x 1,5 mg
Paracetamol IV 4 x 100 mg
Fisioterapi dada
Dobutamin 0,3 mg
Norepinephrin 0,5 mg
Morfin 2 mg
Ketamin 2 mg
Ketamin 3 mg
Ketamin ekstra 4 mg
60
Lasix (furosemid) 5 mg
Ceftriaxone 2 mg
Dexametaxone 2 mg
Dexameaxone 3 mg
Paracetamol 4 x 100 iv
Gentamicin 50 mg
Furosemide 5 mg (IV)
Azitrimicin 80 mg
Nifedipine 3x1 mg
Midazolam 1 x 5 mg
Midazolam 12,5 mg
Fluconazole 90 mg
61
Nama Obat Dosis Rute
22/11 23/11 24/11 25/11 26/11 27/11 28/11 29/11
Dexametaxone 3 x 1,5 mg IV
Ketamin 48 mg dalam 50 cc
2 cc/jam IV
NaCl
Ketamin (bolus) 4 mg IV
NaCl
62
Ceftriaxon 1 x 400 mg IV
Gentamicin 1 x 50 mg IV
Cevosulbactam 4 x 400 mg IV
Lasic® furosemid 5 mg IV
Azitromicin 1 x 80 mg Po
Nipedipine 3 x 1 mg Po
12,5 ml NaCl
Fluconazole 1 x 90 mg IV
Meropenem 3 x 300 mg IV
Ranitidin inj 3 x 8 mg IV
Paracetamol 4 x 100 mg IV
63
3.6 Analisis Farmakologi
diberikan
10 kg kedua x 2
Sisanya x 1
Perhitungan Dosis:
2 Dobutamin (IGD) 230 0,5 cc/ jam Dosis literatur: Sesuai Literatur
mg dalam NaCl 50 cc Via CVC, IV < 30 kg: 15 mg/kg in 50 ml at 1-3 ml/ jam
64
Perhitungan Dosis:
Dosis Literatur:
3 Norepineprin (20 mg 0,5 ml/ jam Dosis Literatur IV: 0,15 mg/kg dlm 500 ml pada 10-20 Sesuai Literatur
Perhitungan dosis:
65
20 mg dalam 50 ml = 20 mg/50 ml = 0,4 mg/ml. dosisnya
Dosis Literatur:
mg/jam.
Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
3 x 1,5 mg = 4,5 mg
66
Dosis literatur:
5 Ventolin Per 6 jam @2,5 Nebu 2,5 mg/ 2,5ml (0,1%) 3-6 jam (Frank Shann, Sesuai Literatur
mg 2017).
Perhitungan Dosis:
Dosis literatur:
mg/ml.
67
Untuk 1 ml/ jam = 1 x 0,924 mg/ml= 0,924 ml/ jam
Perhitungan Dosis:
7,7 kg = 1,54 mg
7 Ceftriaxone 1 x 400 mg 1 x 400 mg Dosis Literatur: Dosis berat 50 mg/kg (max 2 g) (Frank Sesuai Literatur
Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
maxsimal 2 gram.
68
Perhitungan Dosis:
Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
Dosis literatur:
Perhitungan dosis:
69
jam). (Frank Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
Dosis Literatur:
Perhitungan Dosis:
60 = 462 mg
70
12 Gentamicin 1 x 50 mg Dosis Literatur: Tidak Sesuai
Perhitungan Dosis:
Perhitungan Dosis:
15 mg/kg (anak 500 mg) hari pertama 7,5 mg/kg( anak Literatur
71
250 mg) 2-5 hari (Frank Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
Perhitungan Dosis:
3,85 mg
72
12, 5 nacl Ventilator 3 mg/kg dalam 50 ml ( 1-4 ml/ jam) (Frank Literatur
Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
12,5 mg/ 12,5 ml nacl = 1 mg/ml. dosis 2,5 ml/ jam = 2,5
73
2017)
Perhitungan Dosis:
Perhitungan Dosis:
Dokter Apoteker
TGL S O
A P A P
22/11 sesak, syok, KU = lemah Respiratory Cairan 770 cc Albuterol dan Azitromisin Albuterol + azitromicin =
demam, slem , Nadi = 136x/mnt Failure + Ka en 1 B = 28,2 cc keduanya meningkatkan gunakan obat alternatif lainya
74
NGT RR = 40x/mnt bronchopneumo Dobutamin 0,3 interval OTC misalnya diganti dengan
kemerahan. SpO2 = 94% nia + syok Noreprinephrin 0,5 roxithomycin karena tidak ada
UUB = datar cefriaxone dengan hati-hati. Kombinasi ini lakukan monitoring tekanan
bronkovesikuler, pct 4 x100 mg iv lain dengan situasi di mana Ketamin + Morfin = monitoring
th/ronchi (+), ranitidine 3x8 mg peningkatan tekanan darah akan tingkat kesadaran
75
Ketamin + Morfin = keduanya Morfin + Norepinefrin =
menurunkan sedasi.
Dobutamin + Norepinefrin =
76
serum.
Dobutamin + Norepinefrin =
Dobutamin + Norepinefrin =
detak jantung.
23/11 Demam (+) KU = lemah Respilatory kaen 1 b = 28 Ketamin + morphine = keduanya Ketamin + morphine =
Sesak (+) Nadi = Failure, riwayat morfin = 2 dapat meningkatkan efek sedasi monitoring tigkat kesadaran
77
Udem (+) TD = 107/64 dexamethasone 2 Budesonide akan menurunkan monitoring gangguang lambung
CVC dibuka Nafas = nebu ventolin®/6 jam dengan mempengaruhi enzim Albuterol + Azitromisin = hindari
pagi ini, 30x/mnt pulmicort® /12 jam usus hati Metabolisme CYP344 atau gunakan obat alternatif lain
= retraksi (+), Ranitidine Albuterol dan Azitromisin roxithomycin karena tidak ada
78
kalium
24/11 Demem (+) T = 38,4 Respiratory KAEN 1 B 28 Ketamin + morphine = keduanya Ketamin + morphine =
Sesak (+) TD = 120/72 failure Morfin 2 dapat meningkatkan efek sedasi. monitoring tingkat kesadaran
Gelisah (+) SaO2 = 83 Gentamisin 2 Budesonide akan menurunkan monitoring gangguan lambung.
Kes = Ranitidin
E1Vettms Paracetamol
Udem diwajah
79
dan kepala
P = retraksi
(+)
Th (+), wh (+)
25/11 Sesak ↙ Nadi 96x/mnt Respiratory KAEN 1 B 23 Furosemid + Gentamisin = Furosemid + Gentamisin =
Desat (+) Nafas = failure, sepsis Morfin 2 meningkatkan toksisitas yang lain monitoring efek samping
Tol min TD = 159/57 Cefosulbactam risiko ototoksisitas dan Ketamin + Morfin = monitoring
80
D = 3,9 Nebu ventolin® meningkatkan sedasi. monitoring penggunaannya
P = Lasik® 5 mg (IV)
Furosemid + Gentamisin =
81
Pengangkut.
Nifedipin + Gentamisin =
pengangkut.
Furosemid + Gentamisin =
serum.
Deksametason + Nifedipin =
82
Deksametason akan menurunkan
dengan mempengaruhi
/ usus.
Desat (+) Suhu= 36,4 Failure, riwayat Ventolin® Deksametason akan menurunkan monitoring efek dari midazolam.
Demam ↙ Nadi = 96 syok sepsis. Morfin tingkat atau efek dari Midazolam
83
P = Paracetamol meningkatkan sedasi.
bronkoves, Dexametaxone
rh (+), wh Deksametason+Nifedipin=
/ usus.
Desat (+) Suhu= 36,5 Failure, riwayat Ventolin® Nifedipine akan meningkatkan monitoring efek midazolam.
Demam ↙ Nadi = 96 syok sepsis. Morfin level atau efek dari Midazolam
Tol min SaO2 = 94 Cefosulbactam / usus metabolisme CYP3A4. monitoring kadar leukosit dalam
84
Udem (+) Nipedipin Nifedipin+Gentamisin=
rh (+), wh
meningkatkan sedasi.
28/11 sesak↙ KU = lemah Respiratory KAEN 1 B Nifedipin + Midazolam= Nifedipin+ Midazolam =Monitor
desat ↖↘ UUB = datar failure, sepsis, Morfin 2 Nifedipine akan meningkatkan efek midazolam.
slem >> Mata = riwayat Midazolam 2 level atau efek dari Midazolam
demam (+) stabismus hipertensi, Meropenem dengan mempengaruhi enzim hati Midazolam + Morfin= monitoring
38,7°C (saat tidur) suspek infeksi Fluconazol / usus metabolisme CYP3A4. tingkat kesadaran.
85
BAB (+) 2mm RC↙ Azitromisin Midazolam dan Morfin keduanya Nifedipin + Midazolam
pupil 2mm/
86
Fluconazole + Nifedipine
dengan mempengaruhi
/ usus.
29/11 Demam (+) KU = lemah Respiratory KAEN 1 B 3,1 Albuterol + Azitromisin = Albuterol + Azitromisin =
Sesak (+) Kes = E2Vett failure, sepsis, Morfin 2 keduanya meningkatkan interval monitoring fungsi jantung.
slem >> UUB = datar jamur sistemik Meropenem 3x300 mg Midazolam+Morfin= monitoring
tol min baik Fluconazole 1x90 mg Midazolam + Morfin = keduanya tingkat kesadaran.
87
Azitromisin monitoring fungsi jantung.
Flukonazol + Midazolam =
dengan mempengaruhi
hati/usus.
88
3.9 Analisa Permasalahan/ Drug Related Problem (DRP)
Nama : K.V No. MR : 233xxx Diagnosa : Status Dokter : dr. F.F, Sp.A
Bronkopneumoniam
89
Pasien mendapatkan terapi -
diperlukan
menjalani terapi non masalah gangguan pertukaran gas pada klien 2 yaitu menghitung
penanganan terhadap efek menyebabkan tekanan darah meningkat sehingga digunakan terapi
samping. nipedipine.
2 Kesalahan Obat
90
Bentuk sediaan tidak tepat -
perdarahan intrakranial).
disembukan
oleh obat
Obat tidak diindikasikan - Morfin memiliki Efek samping obat berupa penekanan sistem
Terdapat obat lain yang efektif - Sukralfate lebih efektif dari pada ranitidin dikarena kondisi
91
kemerahan.
Dosis Literatur:
Shann, 2017)
Perhitungan Dosis:
2. Azitromicin
Dosis Literatur:
15 mg/kg (anak 500 mg) hari pertama 7,5 mg/kg( anak 250
Perhitungan Dosis:
92
7,7 kg x 15 mg/kg = 115,5 mg untuk hari pertama, 7,7 kg x
Dosis Literatur:
Perhitungan Dosis:
Dosis Literatur:
346,5 mg.
93
Frekuensi pengunaan tidak -
tepat
serum.
94
dan detak jantung.
interval QTc.
QTc.
95
11. Azitromisin + Flukonazol = keduanya meningkatkan QTc.
Dosis obat dinaikkan dan Pergantian terapi ceftriaxone belum sesuai karena baru 2 hari
Tepat
Diinginkan
Obat tidak tersedia Sempat terjadi kekesongan stock midazolam di ganti dengan
96
menyediakan obat
penggunaan obat
Terdapat kondisi yang tidak Pada tanggal 24/11/22 hasil Procalcitonin 1,96 ng/ml
28/11/22.
Profilaksis
97
98
BAB IV
PEMBAHASAN
perempuan berinisial K.V dengan keluhan sesak selama 1 hari, batuk berdahak
mengeluhkan demam selama 1 minggu, 1 bulan yang lalu pasien pernah dirawat
di ruangan PICU dengan keluhan sesak dan batuk. Pasien diberikan terapi IV
frekuensi denyut jantung karna pasien juga mengalami syok sepsis, dan juga
tekanan darah.
lalu dan hasil laboratorium pasien menunjukkan nilai leukosit pasien tinggi
beta-2 adrenergik (terutama pada otot bronkus) agar terjadi bronkodilatasi agar
pemeriksaan suhu tubuh pasien didiagnosa hipertermi karena suhu tubuh pasien
99
yaitu 38,1° C sehingga pasien diberikan paracetamol sebagai antipiretiknya.
sebagai antibiotik untuk terapi farmakologi dilihat dari nilai leukositnya 18,1
mm3. Pasien diberikan morfin sebagai analgesik paska bedah, nyeri, udem paru
akut, sebagai obat sedatif pada bayi dengan ventilator. Diberikan lidocain
sebagai analgesik untuk menghilangkan rasa sakit atau memberi efek mati rasa
pada bagian tubuh tertentu (obat bius lokal) saat pemasngan CVC.
menghambat kerja enzim beta lactamase (enzim pertumbuhan bakteri yang bisa
untuk terapi penyakit infeksi bakteri yang rentan terhadap azithromycin, dengan
mekanisme kerjanya yang lebih kuat memiliki efek antibakterial yang bersifat
100
Budesonide menurunkan reaktivitas jalan napas terhadap histamin dan metakolin
umum untuk tindakan diagnostik & anestesi lokal. Pasien diriwayatkan memiliki
Riwayat sesak pada pasien merupakan diagnosa yang sering muncul pada
Bronkopneumonia menurut SDKI salah satunya adalah kersihan jalan napas tidak
efektif, Pola nafas tidak efektif, Gangguan pertukaran gas, Hipertermia, Defisit
jalan napas tidak efektif. Masalah bersihan jalan nafas ini jika tidak ditangani
secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan
mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan kematian. Menurut teori
merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot
bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah
dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare, sianosis, dan anoreksia.
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien
101
dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret
dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Pada Kasus ini ditemukan beberapa Drug Releated Problem (DRP) seperti
zitromicin tidak diperlukan dalam terapi pengobatan sepsis pada anak dimana
(IDAI, 2016).
Terdapat dosis tidak tepat karena dosis terlalu rendah pada terapi
Gentamicin dan Azitromicin. Serta dosis terlalu tinggi pada terapi obat
cepat, yaitu pada terapi ceftriaxone belum sesuai karena baru 2 hari pemberian
Tedapat kondisi pada pasien yang tidak tepat interval pemberian nya yaitu
terapi pada tanggal 28/11/22 yang dilihat dari hasil laborataorium nilai imunologi
procalcitonin (PCT) sebesar 1,96 ng/ml. Terdapat terapi Morfin memiliki Efek
pernafasan pasien.
102
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dosis tidak tepat baik kelebihan atau kekeurangan dosis. Selain itu terdapat
adanya nya case ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan dosis dan ketersediaan
obat dapat diperhatikan untuk pencapain pengobatan yang tepat dan efisien
5.2 Saran
103
DAFTAR PUSTAKA
104
Sakti, Mtdhika, 2021. Tatalaksana Gagal Nafas Akut Akibat Edem Paru Akut Pada
Pasien Dengan Hipertensi. Collaborative Medical Journal (CMJ): Riau, Indonesia.
105