Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK 5

PRAKTEK
PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI

disusun oleh :
NAMA ANGGOTA :
 2230122290 Dina Astari
 2230122297 Jeck Trio Apriara
 2230122298 Monica Aulia Rahmi
 2230122302 Putri Gusnar Diana
 2230122303 Radita Dwi Asti
 2230122309 Sry Devi Sutami
 2230122311 Suci Ramadhani
KELAS :A
DOSEN : Apt. Farida Rahim, M.Farm
Apt. Revi Yenti, M.Si

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2022
KLINDAMISIN GEL
1. Organoleptis

Struktur :

Rumus : C 18 H 33 Cl N 2 O 5 S

Masa molar : 424,98 g·mol 1

Rute Pemberian : Melalui mulut, topikal, intravena, intravaginal

2. Sifat fisiko kimia obat

Titik lebuR : 141˚

Pka : 7,79

Koefisien partisi : 3.36

Stabilitas :

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol

3. Data farmakokinetik obat

Absorbsi : Jika diberikan melalui sediaan oral, clindamycin palmitate akan diabsorpsi
setelah dihidrolisis di saluran gastrointestinal. Waktu puncak konsentrasi
obat pada plasma akan tercapai setelah 1 jam pemberian pada anak dan 45
menit pada pasien dewasa.Absorpsi clindamycin tidak dipengaruhi oleh
makanan. Melalui sediaan oral, clindamycin memiliki bioavailabilitas
sebesar 90%.Konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai segera setelah
infus selesai melalui pemberian intravena, dalam 3 jam melalui pemberian
intramuskular, dalam 10 – 14 jam melalui krim vagina, dan 10 jam melalui
pemberian ovule.Untuk pemberian melalui ovule, sekitar 30% akan
terabsorpsi ke sistemik, sedangkan untuk sediaan krim, hanya sekitar 5%
yang akan terabsorbsi ke sistemi.

Distribusi : Clindamycin didistribusikan secara luas ke berbagai jaringan tubuh. Akan


tetapi, clindamycin tidak dapat menembus lapisan meningen sehingga tidak
diindikasikan untuk tata laksana infeksi pada cairan serebrospinal. Sebagian
besar clindamycin di pembuluh darah akan diikat oleh protein. Volume
distribusi clindamycin adalah 0,6 – 1,2 L/kg.

Metabolisme : Clindamycin dimetabolisme secara ekstensif di hepar. Sebagian besar


metabolisme dilakukan oleh enzim CYP3A4 dan sisanya oleh CYP3A5.
Khusus untuk clindamycin palmitat hidroklorida, antibiotik juga akan
dihidrolisis secara cepat di intestinal. Hasil metabolisme obat ini adalah
clindamycin sulfoksida sebagai metabolit primer dan N-desmethyl
clindamycin.

Eliminasi : Eliminasi clindamycin sebagian besar dilakukan di urin dan sisanya


melalui feses, baik dalam bentuk aktif maupun metabolit inaktif. Sekitar
10% ekskresi melalui renal dalam bentuk obat aktif dan sekitar 3,6%
ekskresi melalui feses dalam bentuk obat aktif. Clindamycin tidak
tereliminasi melalui dialisis. Clindamycin dalam bentuk topikal juga
diekskresi melalui renal dan sekitar 0,024% dalam bentuk obat aktif. Waktu
paruh clindamycin adalah 3 jam untuk pasien dewasa dan 2 – 2,5 jam untuk
pasien anak. Waktu paruh untuk sediaan krim adalah 1,5 – 2,6 jam dan
untuk sediaan ovula adalah 11 jam.

4. Data farmakodinamika obat

Indikasi : Indikasi clindamycin adalah sebagai antibiotik yang banyak digunakan


untuk menangani infeksi bakteri anaerob, sebagian besar bakteri aerob gram
positif, dan beberapa protozoa.Clindamycin dapat digunakan pada berbagai
keadaan, seperti sepsis, infeksi intra abdomen, dan pneumonia. Clindamycin
juga dapat digunakan pada faringitis streptokokal untuk pasien yang alergi
dengan penisilin.Clindamycin juga dapat menjadi pilihan pada kasus
bakterial vaginosis pada pasien yang simptomatik atau pasien hamil.Tak
hanya itu, clindamycin dapat diberikan pada penyakit radang panggul,
malaria serebral, infeksi tulang dan sendi, dan infeksi kulit tanpa
komplikasi. Clindamycin topikal juga umum digunakan dalam penanganan
acne vulgaris. Selain itu, clindamycin merupakan pilihan terapi alternatif
pada penanganan impetigo.Clindamycin juga dapat digunakan sebagai
profilaksis sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Clindamycin juga
efektif untuk melawan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
metisilin (MRSA).Sebelumnya, dokter gigi banyak menggunakan
clindamycin untuk mencegah endokarditis sebelum dilakukan tindakan pada
gigi dan mulut. Namun studi meta analisis oleh Cochrane menunjukkan
bahwa penggunaan antibiotik profilaksis belum dapat menurunkan kejadian
endokarditis.Penelitian yang dicantumkan dalam Cochrane maupun jurnal
AHA belum menunjukkan penurunan endokarditis meskipun antibiotik
profilaksis tetap direkomendasikan pada pasien dengan risiko tinggi. Karena
itu, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan risiko dan manfaat
pemberian antibiotik profilaksis pada tindakan gigi.

Mekanisme kerja : klindamisin bekerja dengan cara memperlambat dan menghentikan


perkembangbiakan bakteri. Dengan begitu, jumlah bakteri dalam tubuh
menjadi terkendali dan bisa dilawan oleh sistem imun.

Efek samping : Gangguan pencernaan, mual, muntah, rasa seperti logam di mulut, atau
diare, nyeri saat menelan, nyeri sendi, rasa panas di area dada (heartburn),
bercak putih di dalam mulut, keputihan yang kental dan berwarna putih,
bengkak, rasa gatal, atau sensasi terbakar pada vagina, iritasi pada area kulit
yang diolesi clindamycin topikal

Kontra indikasi : Kontraindikasi pemberian clindamycin adalah adanya riwayat


hipersensitivitas terhadap clindamycin dan lincomycin serta adanya riwayat
kolitis. Penggunaan clindamycin perlu diperhatikan pada pasien dengan
gangguan hepar dan penyakit gastrointestinal. Mengingat potensi
munculnya efek samping berupa kolitis clostridium difficile yang dapat
berakibat fatal, penggunaan clindamycin sebaiknya diberikan hanya bila
penyakit terbukti disebabkan oleh bakteri yang rentan terhadap aktivitas
obat ini.

Interaksi :

1. Interaksi Clindamycin dengan Obat Lain


Efek interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan clindamycin bersamaan dengan
obat tertentu adalah:

1) Peningkatan efek dari agen penghambat neuromuskular

2) Penurunan efektivitas obat makrolid, ketolide, linezolid, atau chloramphenicol

3) Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan antagonis


vitamin K, seperti acenocoumarol, fluindione, atau warfarin

4) Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari clindamycin jika digunakan


bersama obat penghambat CYP3A5 atau penghambat CYP3A4, seperti nelfinavir,
erythromycin, atau ketoconazole

5) Penurunan efektivitas clindamycin jika digunakan dengan rifampicin

6) Penurunan efektivitas clindamycin topikal jika digunakan dengan


erythromycin topikal

7) Penurunan efektivitas obat parasimpatomimetik, seperti pilocarpine

8) Penurunan efektivitas pil KB, terutama yang mengandung estradiol

Pasologi : Clindamycin phosphate merupakan salah satu jenis golongan obat


clindamycin yang berfungsi untuk mengatasi dan mengobat berbagai macam
keluhan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat ini akan
bekerja dengan cara menghentikan dan memperlambat penyebaran bakteri.
Obat yang termasuk dalam jenis antibiotik ini dapat digunakan untuk
berbagai macam jenis penyakit seperti infeksi bakteri pada paru-paru, kulit,
sistem pencernaan, sendi, tulang, dan penyakit yang menyerang organ tubuh
lainnya. Clindamycin phosphate juga sering digunakan sebagai salah satu
solusi untuk mengatasi dan mengobati jerawat. Obat ini dinilai ampuh
dalam mengatasi berbagai macam jenis gangguan kulit dibandingkan
dengan obat-obat atau produk khusus jerawat lainnya. Clindamycin
phosphate merupakan salah satu jenis golongan obat clindamycin yang
berfungsi untuk mengatasi dan mengobat berbagai macam keluhan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat ini akan bekerja dengan cara
menghentikan dan memperlambat penyebaran bakteri. Obat yang termasuk
dalam jenis antibiotik ini dapat digunakan untuk berbagai macam jenis
penyakit seperti infeksi bakteri pada paru-paru, kulit, sistem pencernaan,
sendi, tulang, dan penyakit yang menyerang organ tubuh lainnya.
Clindamycin phosphate juga sering digunakan sebagai salah satu solusi
untuk mengatasi dan mengobati jerawat. Obat ini dinilai ampuh dalam
mengatasi berbagai macam jenis gangguan kulit dibandingkan dengan obat-
obat atau produk khusus jerawat lainnya.

5. Produk innovator
Merk : clinika gel ®
Nama pabrik : Ikapharmindo
Kekuatan sediaan : 1% per 10g
Indikasi : akne vulgaris terutama lesi inflamasi yang disertai pustula
Aturan pakai : oleskan 2 kali sehari pagi dan malam hari
Kemasan :

Golongan obat : keras


Harga : Rp 28.000
6. Produk competitor

Nama Kekuatan Nama Industri Indikasi Aturan Harga


Produk sediaan pakai
Obat

Cindala Clindamycin Medikon Jerawat/Acne Oleskan


1% vulgaris tipis-tipis
pada kulit
jerawat Rp 35.500
sehari 2-3

Clidacor Clindamycin Genero Akne vulgaris, Oleskan


1% pharmaceutical jerawat dengan tipis-tipis
cairan/nanah Rp 27.700
2 x sehari.

Benzolac CI Clindamycin Surya Dermato Acne Oleskan gel


1,2 % Medica Vulgaris/Jerawat 2 x sehari
Laboratories ringan hingga pada Rp 27.000
cukup berat jerawat

Mediclin Clindamycin Surya Dermato Indikasi Acne Dioleskan


1% Medica Vulgaris/Jerawat pada
Laboratories jerawat 1-2 Rp 27.100
kali sehari

Tidact Clindamycin YSP Industri acne Digunakan


1% Indonesia vulgaris/jerawat 1-2 kali
sehari Rp38.500
7. Bentuk sediaan obat ( BSO) yang dirancang

 GEL

Menurut USP Gel merupakan bentuk semi solida baik berupa suspensi partikel
halus anorganik ataupun molekul organic besar yang saling berinterpenetrasi dengan
cairan.Karena zat pembentuk gel tidak larut sempurna atau karena membentuk agregat
yang dapat membiaskan cahaya, maka system ini dapat bersifat jernih atau keruh ( =
suspensi partikel koloid yang terdispersi = gel koloid yang mempunyai struktur 3
dimensi ) Terbentuknya gel dengan struktur 3 dimensi disebabkan adanya cairan yang
terperangkap, sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak
Farmakokinetik clindamycin yang diberikan secara oral sangat baik. Sekitar 90%
clindamycin per oral akan diabsorpsi secara cepat. Clindamycin juga dapat
berpenetrasi dengan baik ke tulang. Karena sifatnya yang secara aktif ditranspor ke
dalam leukosit polimorfonuklear dan makrofag, clindamycin juga diduga dapat
melakukan penetrasi yang baik pada abses. Clindamycin dimetabolisme di hepar
menjadi metabolit aktif dan inaktif.
Clindamycin bekerja dengan cara mencegah sintesis protein pada bakteri. Sintesis
ini dihambat melalui ikatan terhadap subunit ribosom 50S dan 23S. Dengan demikian,
ikatan peptida tidak dapat terbentuk dan bakteri gagal menghasilkan protein yang di
butuhkan clindamicyn dapat berperan bakteriostatik mapun bakterisidal tergantung
dari organisme yang dilawan, lokasi infeksi, dan konsentrasi obat yang diberikan.
Selain itu, clindamycin juga dapat menghambat produksi toksin yang dihasilkan oleh
streptokokus grup A dan Staphylococcus aureus
 Kemasan
 primer : tube
 sekunder : kotak
 tersier : dus
 limasin gel
8. Formula teoritis
Pemilihan bahan tambahan

A. Zat aktif
Clindamycin adalah antibakterial lincosamide terutama aksi bakteriostatik
terhadap aerob Gram positif dan berbagai bakteri anaerobik. Mekanisme aksi
Lincosamid seperti klindamisin ikat ke 50S subunit dari ribosom bakteri, mirip
dengan makrolida seperti eritromisin (p.271), dan menghambat tahap awal sintesis
protein. Itu aksi klindamisin terutama bakteriostatik, meskipun konsentrasi tinggi
dapat perlahan-lahan bakterisida terhadap strain yang sensitif. Mekanisme aksi:
Lincosamid seperti klindamisin ikat ke 5OS subunit dari ribosom bakteri, mirip
dengan makrolida seperti eritromisin (p.271), dan menghambat tahap awal sintesis
protein. Itu aksi klindamisin terutama bakteriostatik, meskipun konsentrasi tinggi
dapat perlahan-lahan bakterisida terhadap strain yang sensitif.

Farmasetika : Sebagai obat jerawat, klindamisin harus dapat menembus barier


stratum korneum. Stratum korneum merupakan lapisan kulit yang sulit ditembus,
sehingga dibuatlah dalam bentuk gel agar dapat memfasilitasi pengiriman bahan aktif
klindamisin ke target site yaitu kelenjar pilosebasea kulit yang terdapat pada lapisan
epidermis (Singh, dkk., 2014 ; Lachman,1994).

Farmakodinamik: Klindamisin fosfat efektif pada pH 5,5 - 7,0, sehingga sesuai


dengan pH kulit. Dalam sediaan obat jerawat topikal, klindamisin dimaksudkan
bekerja dengan 2 (dua) mekanisme, yaitu sebagai sifat antiinflamaasi dengan
mengurangi efek radang akibat jerawat dan sebagai antibiotik bekerja menghambat
sintesis protein melalui pengikatan ribosom subunit 50S pada bakteri P.acnes.
Sebagai antibiotik, klindamisin harus dapat menembus stratum korneum dan
mencapai terget site yaitu unit pilosebasea. Stratum korneum adalah penghalang
penetrasi utama untuk hampir semua zat kecuali jika zat tersebut bersifat sangat
lipofil. Nilai lipofilitas zat ditentukan dari nilai koefisien partisinya (log p). Nilai log
p optimal untuk penetrasi zat menembus stratum korneum adalah 2-3 dan nilai log p
klindamisin adalah 2,16 (Whitney, dkk., 2011 ; Singh, dkk., 1998).
Mekanisme efek antimikroba clindamycin adalah mengikat 50 subunit ribosome
bakteri dan menghambat sintesa protein. Dalam sebuah review topikal antibiotik,
clindamycin menunjukkan tiga mekanisme kerja yaitu :
1. Menurunkan prosentase asam lemak bebas
2. Memiliki efek antiinflamasi
3. Menurunkan jumlah propionibacteria
Secara spesifik antiinflamasi yang dimiliki clindamycin terdiri dari menghambat
pertumbuhan, sintesa protein,produksi lipase, produksi folikular asam lemak bebas,
dan molekul kemotaksis leukosit pada P.acnes. Pada perkembangannya diketahui
ternyata Clindamycin juga dapat menghambat i NOS enzim dan berbagai sitokin
proinflamasi (IL-1 , IL-6, IFN- dan TNF)

Aktivitas Mikroba : Clindamycin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob


gram positif seperti strain Streptococcus, Staphylococcus, Enterococcus, Bacilus
antracis dan Corynebacteriumdiphtarie tetapi pada umumnya agak resisten terhadap
bakteri gram negatif seperti Enterobacteriaceae, Neisseria gonorrhoeae, N.
Meningitidis dan Haemophilus influenzae. Di lain pihak, clindamycin sangat efektif
terhadap bakteri anaerob gram positif seperti Eubacterium, Proponibacterium,
Peptococcus, Peptostreptococcus, Clostridium perfringens dan Cl. Tetani dan juga
efektif terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium sp dan
Bacteriodes sp termasuk B.fragilis. Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
terhadap bakteri gram positif berkisar antara 0,002 – 0,8 ug/ml, untuk strain
Propionibacterium sp sebesar 0,02 ug/ml sedangkan bakteri anaerob gram negatif
(sebagian besar strain Bacteriodes sp) adalah 2 ug/ml. Target aksi clindamycin dalam
terapi acne vulgaris adalah P. Acnes, bakteri gram positif, dan bakteri anaerob
berbentuk batang.

Farmakokinetik : sejumlah kecil clindamisyn dapat diserap setelah aplikasi


topikal pada kulit. Bioavailabilitas dari sediaan topikal hidroklorida dan fosfat
dilaporkan masing-masing sekitar 7,5% dan 2%. Sekitar 5% dari dosis dapat diserap
secara sistemik dari krim intravaginal pessaries dilaporkan sekitar 30%.

Efek samping : mual, muntah, sakit perut, kram, esovagitis, trombositopenia

a. Bahan tambahan

1. Carbomer (gelling agen)

Carbomers digunakan dalam formulasi farmasi cair atau semipadat sebagai


pengubah rheology. Formulasi termasuk krim, gel, lotion dan salep untuk
digunakan dalam oftalmik (5-7) rektal, (8-10) topikal (11-20) dan vaginal
konsentrasi yang digunakan sebagai gelling agent 0,5%-2,0% (Excipient edisi6
hal. 110)
Alasan pemilihan :

2. Nipagin (Pengawet)

Metilparaben secara luas digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam


kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Dapat digunakan baik sendiri
atau dalam kombinasi dengan yang lain paraben atau dengan agen antimikroba
lainnya. campuran parabens sering digunakan untuk memberikan pelestarian yang
efektif. Khasiat pengawet juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol
(2-5%), atau dengan menggunakan paraben dalam kombinasi dengan agen
antimikroba lainnya seperti imidurea. Konsentrasi untuk sediaan topikal 0,02%-
0,3%. (Excipient edisi 6 hal.441)

Alasan pemilihan : nipagin merupan pengawet yang efektif digunakan untuk


antimikroba pada sediaan gel pada konsentrasi 0,02 %-0,3% dan mudah
didapatkan. ( FI v: 1072)

3. TEA(Zat pengemulsi/Alakalizing agent)

Secara luas digunakan dalam formulasi farmasi topikal,terutama dalam


pembentukan emulsi. Ditambahkan pada gelling agent yang akan membcntuk
basis gel yang jernih. dan digunakan juga sebagai humektan. Penggunaan TEA
sebagai zat pengemulsi 0,4 %-5,0 % (Excipient edisi 6 hal:754)

Alasan pemilihan : TEA banyak digunakan dalam sediaan topical, meningkatkan


viskositas Carbomer. Sering digunakan untuk sediaan topical analgesic dan juga
oada sediaan sunscreen. Tidak meninbulkan toksisitas yang berarti pada
penggunaan. Digunakan juga sebagai alkalizing agent yaitu dapat memberikan
suasana basa sehingga gel yang dihasilkan kental dan jernih. ( FI v : 1743)

4. PROPILEN GLIKOL (Humektan)

Propilen glikol umumnya digunakan scbagai plasticizer dalam formulasi lapisan-


film berair. Propilen glikol juga digunakan dalam kosmetik dan dalam industri
makanan sebagai pembawa pengemulsi tidak mengiritasi kulit untuk digunakan
topikal, PG tidak beracun dan banyak digunakan dalam sediaan kosmetik dan
makanan. Konsentrasi yang digunakan dalam scdiaan topikal yaitu 15%
(Excipient cdisi 6 hal:592)

Alasan pemiliha : Propilenglikol merupakan pelarut yang digunakan untuk


melarut nipagin, karena nipagin mudah larut dengan propilenglikol yaitu
propilenglikol : nipagin (5:1) (FI V : 1070)

5. AQUADES (Pembawa)
Secara umum digunakan sebagai bahan mentah pelarut dalam formulasi dan
penambahan produk farmasctik bersifat stabil baik dalam gas maupun udara.

Alasan pemilihan : zat aktif larut dalam aquadet serta mudah didapatkan dan
murah.

Rancangan formula

R/ Clindamycin 1%
Carbomer 1 %
Nipagin 0,02 %
TEA 0,5 %
Propilenglikol 8 %
Aquadest ad 10 g
9. Pembuatan produk sekala labor

1
Clindamycin ¿ x10 gr = 0,1 gr
100

1
Carbomer ¿ x 10 gr = 0,1 gr
100

0,02
Nipagin ¿ x 10 gr = 0,002 gr
100

0,5
TEA ¿ x 10 gr = 0,05 gr
100

8
Propilenglikol ¿ x 10 gr = 8 gr
100

Aquadest 10 gr – (0,1 +0,1 +0,002+0,05+8) =1.748 gr

No Bahan Skala labor (g) Skala pilot (g) (x100) Skala industri (g)
(x1000)

1 Clindamycin 0,1 g 10 g 100 g

2 Carbomer 0,1 g 10 g 100 g

3 Nipagin 0,002 g 0,2 g 2g

4 TEA 0,05 g 5g 50 g

5 Propilenglikol 8g 800 8000 g

6 Aquadest q.s q.s q.s


Pembuatan gel klindamisin
a. Carbomer didispersikan kedalam air suling bebas CO 2 , dikembangkan selama lebih
kurang selama 20 menit. Kemudian diaduk sampai terbentuk basis gel (massa 1)
b. Klindamisin terlebih dahulu dilarutkan kedalam propilenglikol (massa 2)
c. Kemudian tambahkan massa 2, TEA, nipagin kedalam massa 1. Lalu masukkan sisa
air kedalam sediaan dan gerus ad homogen
d. Sediaan didiamkan semalam untuk menghilangkan gelembung udara yang terjebak
selama pengadukan.
e. Sediaan gel yang sudah jadi, dimasukkan kedalam tube 10 g.

10. Evaluasi gel

1. Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Sediaan Gel

f. Pemeriksaan Organoleptik

Sediaan yang telah dibuat dilakukan pemeriksaan organoleptik dengan cara


mengamati tampilan fisik dari sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke
0, 7, 14, dan 21 (Depkes RI, 1995).

g. Pemeriksaan Homogenitas Fisik

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek. Pengujian ini


dilakukan dengan cara menggunakan 2 kaca objek. Sediaan diperiksa
homogenitasnya dengan cara dioleskan pada kaca objek dan kemudian diratakan
dengan kaca objek yang lainnya lalu diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat
ada atau tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen. Pemeriksaan
homogenitas dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Depkes RI, 1995).

h. Penentuan aliran Untuk penentuan tipe aliran, dilakukan pengukuran viskositas gel
pada berbagai kecepatan yaitu (5, 10, 20, 50, dan 100 rpm). Kemudian diukur nilai
yieldnya dengan menggunakan Viskometer Brookfield RVT spindle no.7. Kemudian
dicatat hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap sediaan gel sebelum dan sesudah
kondisi dipaksakan. Kekuatan gel yang tepat dari formulasi adalah tugas penting
dalam pengembangan gel intranasal in situ sehingga gel in situ harus diberikan
dengan mudah sebagai tetes dan setelah pemberian akan mendapatkan mengkonversi
menjadi gel untuk mencegah kebocoran anterior.

i. Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yang dan


dibiarkan selama 1 menit, kemudian diukur diameter scharnya. Kemudian
ditambahkan kembali beban dengan berat 20 gram dan diukur diameter sebanya. Ilal
ini dilakukan hingga beban maksimum di atas sediaan seberat 99 gram. Selanjutnya
dibuat grafik hubungan antara beban dan luas sebar sediaan (Swastika dkk., 2013;
Voight 1994).

j. Penetapan kadar obat

Analisis Stabilitas Sediaan gel menggunakan spektrfotometer UV-Vis. Penetapan


kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis terhadap 3 formula
sediaan. Penetapan kadar dilakukan dengan cara mengekstraksi sediaan dengan
menggunakan pelarut metanol. Sebanyak 100 mg sediaan dilarutkan dalan metanol
sampai 10 mL. Kemudian diekstraksi dengan memvortex sediaan sampai 10 menit,
selanjutnya sentrivugasi kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Hasil ekstraksi
kemudian dibuat pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm untuk masing masing
sediaan. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada titik pengambilan
yang berbeda dari masing-masing sediaan. Pengenceran kemudian diabaca
serapannya. Scrapan yang didapat kemudian dikurangi dengan serapan blanko (basis
sediaan) dan disubstitusikan ke persamaan linear yang diperoleh dari kurva kalibrasi
untuk mendapatkan nilai kadar clindamycin pada masing masining sediaan.

a) Pembuatan Kurva Kalibrasi clindamycin dalam Metanol

Kristal clindamycin sebanyak 5 mg dalam 50 ml metanol untuk dibuat larutan


induk. 100 ppm. Larutan induk kemudian diencerkan dan dibuat seri
konsentrasi I ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm.
Sebelum mengukur serapat pada masing-masing konsentrasi, terlebih dahulu
ditentukan panjang gelombang maksimum pada satu konsentrasi. Kemudian
masing-masing seri konsentrasi tersebut diukur serapannya pada panjang
gelombang yang telah didapatkan dan dibuat kurva kalibrasinya.

b) Pengujian Linearitas

Pengujian linearitas yaitu menimbang masing-masing sediaan sebanyak 100


mg dalam 10 mL metanol untuk dibuat larutan induk 100 ppm. 28 Larutan
induk kemudian diekstraksi dengan memvortex sediaan sampai 10 menit,
selanjutnya sentrifugasi kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Larutan induk
hasil ekstraksi kemudian diencerkan dan dibuat seri konsentrasi ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm. Kemudian masing-masing seri
konsentrsai tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang yang telah
didapatkan dan dibuat kurva kalibrasinya. Nilair dari persamaan tersebut
menggambarkan linearitas.

c) Pengujian Akurasi (Ketepatan) Pengujian dilakukan dengan menambahkan


sejumlah analit murni ke dalam campuran pembawa. Kemudian campuran
dianalisis dan hasilnya dibandingkan terhadap kadar analit yang ditambahkan
(kadar sebenamya). Pengujian akurasi yaitu menimbang masing-masing
sediaan schanyak 100 mg dalam 10 ml metanol untuk dibuat larutan induk 100
ppm. Larutan induk kemudian diekstraksi dengan memvortex sediaan sampai
10 menit, selanjutnya sentrifugasi kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
Larutan induk hasil ekstraksi dari masing-masing sediaan kemudian dibuat
pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm untuk masing masing sediaan.
Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali, Pengenceran hasil ckstraksi kemudian
dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Senyawa dapat
diterima jika berada pada rentang 80-120% dari kadar yang sebenarnya (Mulja
dan Suharman 1995)

d) Pengukuran Kadar obat dalam Sediaan

Sampel hasil pengenceran larutan induk hasil ekstraksi masing-masing sediaan


kemudian diukur serapannya dimulai hari ke 0, 7, 14, dan 21. Serapan yang
didapat kemudian dikurangi serapan blanko (hasis kosong tanpa zat aktif)
kemudian disubstitusikan ke persamaan regresi linier kurva kalibrasi untuk
didapatkan nilai konsentrasinya. Kemudian kadar obat ditentukan dalam persen
dengan cara membagi hasil konsentrasi sebenarnya dengan konsentrasi teoritis
dikalikan seratus persen.

e) Uji Kemurnian

Uji kemurnian dilakukan berdasarkan titik leleh clindamycin 141°C. Pada


penelitian ini, pengukuran titik leleh menggunakan alat apparatus melting
point. Pengukuran dilakukan sebanyak triplo, sampai didapatkan titik leleh
yang sesuai. Hasil isolasi clindamycin telah sesuai dengan literatur yang
menunjukkan bahwa clindamycin yang didapatkan sudah murni.

f) Evaluasi penentuan ukuran droplet


Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaangel, dengan cara menggunakan
mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

2. Uji Stabilitas fisik

a. Pengamatan Cycling Test

Sediaan gel disimpan pada suhu 4-2° C selama 24 jam, kemudian dipindahkan
ke dalam oven yang bersuhu 40 ± 2° C selama 24 jan (satu siklus). Uji ini
dilakukan sebanyak 6 siklus atau selama 12 hari kemudian diamati adanya
pemisahan fase (Marinda, 2012).

b. Pemeriksaan Stabilitas Suhu

Sediaan gel disimpan pada beberapa suhu. Diantaranya suhu kamar (27"+20
C). dan suhu tinggi (400-2) selama 21 hari, kemudian dilakukan pengamatan
organoleptis, pH. homogenitas, daya sebar, dan uji mekanik (Chandira dkk..)
2010).

c. Uji Sentrifugasi

Pengujian gel dengan uji sentrifugasi bertujuan untuk mengetahui kestabilan


gel setelah pengocokan yang sangat kuat. Sediaan dimasukkan kedalam alat
sentrifugasi kemudian diputar dengan kecepatan tinggi 5000 rpm selama 30
menit. Perlakuan tersebut sama dengan perlakuan adanya gravitasi selama 1
tahun (Budiman, 2008). Hasil yang diperoleh dari uji sentrifugasi pada formula
1, 2, dan 3 didapatkan tidak adanya cairan yang keluar dari gel dan membentuk
lapisan diatas gel, sehingga diperoleh kesimpulan sediaan gel stabil sehingga
tidak mengalami pemisahan fase atau sineresis tidak terjadi.

d. Uji Sineresis Ciel (72 jam)

Sineresis adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam sediaan
dimana air tidak terikat kuat oleh komponen, bahan yang ada. Semakin tinggi
sineresis maka semakin cepat lunak tekstur sediaan tersebut. Pada fenomena ini
jika sediaan gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel tersebut seringkali
akan meneruk secara alamiah dan cairan pembawa dalam matriks akan keluar
atau akan lepas dari matriks (Januwardani, 2011: 9) pada sediaan gel
mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam sel, akibatnya
gel nampak lebih kecil dan padat.Sineresis yang terjadi selama penyimpanan
diamati dengan menyimpan gel pada suhu 10 °C selama 24, 48 dan 72 jam.
Masingmasing gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang
dibebaskan dari dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan
mengukur kehilangan berat selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan
berat awal gel

e. Uji Konsistensi

Uji konsistensi dilakukan dengan menggunakan pengujian sentrifugal test.


dimana sediaan gel yang telah dibuat disentrifugasi pada kecepatan 3800
rpmselama 5 jam kemudian diamati perubahan fisiknya (Djajadisastra, 2009).

3. Evaluasi Sifat Biologi

a. Uji Iritasi Kulit


Uji iritasi kulit dilakukan pada punggung kelinci yang sebelumnya telah
dibersihkan dari bulu dengan menggunakan alat pencukur listrik. Kelinci
dibiarkan selama 24 jam sebelum perlakuan. Kelinci yang digunakan adalah
kelinci normal dan bebas luka. Sediaan emulgel ditimbang masing-masing 0,5
g dan dioleskan pada bagian punggung yang telah ditetapkan, ditutup dengan
kasa hidrofil, plastikselofan, kapas, dan kemudian direkatkan dengan plester
hipoalergenik. Punggung kelinci dibalut dengan perban dan dibiarkan minimal
4 jam. Eritema dan udem diamati pada jam ke 24, 48, dan 72 jam setelah
perlakuan. Iritasi ditentukan dengan menggunakan tiga ekor kelinci dan nilai
skor iritasi ketiga kelinci dihitung berdasarkan pedoman skor iritasi.
Selanjutnya berdasarkan skor eritema dan udem masing-masing kelinci
dihitung indeks Iritasi Kutan Primer.

b. Uji efektifitas pengawet


Sediaan gel dibuat konsentrasi masing-masing 1%, 1,5% dan 2,5%, dan kontrol
negatif. Pengujian aktivitas bakteri yang dilakukan dengan menggunakan
metode difusi agar berlapis untuk menentukan diameter hambatan terhadap
bakteri penyebab infeksi kulit dengan menggunakan piperdisk pada medium
Natrium Agar (NA). Setelah inkubasi 1 x 24 jam maka akan didapatkan zona
hambatan yang menunjukkan keefektifan suatu pengawet pada sediaan gel,
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi kulit. (Risco
gobel, 1991) Note: cari bakteri yang boleh ada dan berapa rentangnya

4. Pengujian Daya Lekat.

Dilakukan uji daya lekat gel untuk mampu menggambarkan sediaan melekat pada
kulit. Sifatumum sedian gel adalah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan dicuci atau dibersihkan.
Semakin lama daya lekat sediaan gel maka semakin baik sediaan gel tersebut. Gel
schanyak 0.25 g diletakkan pada gelas obyek dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5
menit. Setelah itu gelas obyck dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan
kemudian dicatat waktu pelepasan gel dari gelas obyck (Suardi et al., 2008).

5. Pengujian Daya Sebar.

Metode 1 : Gel sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah-tengah kaca bulat, ditutup dengan
kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit kemudian
diukur diameter sebar gel. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit
kemudian diukur diameter sebarnya. Penambahan beban berat setelah 1 menit
dilakukan secara terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat
pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar gel (Suardi et al.)

Metode 2 : Uji Daya Sebar. Uji daya sebar dilakukan dengan cara sampel sebanyak 1
gram diletakkan diatas kaca transparan, kemudian diletakkan plastik transparan
diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebar gel Setelah
itu ditambahkan 2 gram beban tambahan dan didiamkan selama Imenit lalu diukur
diameter yang konstan. Setelah itu ditambahkan lagi 4 gram beban lalu didiamkan
juga selama 1 menit dan diukur penyebarannya. Lalu ditambahkan lagi 5 gram beban
di diamkan selama 1 menit kemudian diukur daya sebarnya. Daya sebar 5-7 cm
menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et
al., 2002)

6. Uji Penetrasi

Uji penetrasi sediaan dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz. Membran
difusi yang digunakan adalah membran spangler (Astuti dkk, 2012). Pengujian
dilakukan terhadap tiga formula sediaan yang telah dibuat dengan kandungan
clindamycin Pengukuran kadar obat yang terpenetrasi menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Dari hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan
jumlah zat aktif yang terpenetrasi per luas area dan kecepatan penetrasi zat aktif tiap
satuan waktu (Prabawati, 2016). Selain itu pengujian juga dilakukan dengan
pengujian penetrasi dilakukan dengan mengoleskan gel secara langsung ke bagian
kulit target yaitu kulit wajah.

7. Uji aseptabilitas sediaan

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat
suatu kriteria, kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan,
kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk
masingmasing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
8. Uji Kemampuan Proteksi Formula Optimum

Uji kemampuan proteksi gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel dalam
menghalangi terjadinya reaksi kimia dari luar. Gel yang sudah dibuat mempunyai pH
yang basa sehingga bila gel tersebut mengandung asam maka diberi indikator untuk
mengetahui adanya asam seperti fenolftalain dan diberi NaOH, maka gel tersebut
akan menunjukkan bereak merah yang menandakan gel tersebut terdeteksi adanya
asam yang kuat dan berbahaya bagi kulit.

Anda mungkin juga menyukai