PRAKTEK
PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI
disusun oleh :
NAMA ANGGOTA :
2230122290 Dina Astari
2230122297 Jeck Trio Apriara
2230122298 Monica Aulia Rahmi
2230122302 Putri Gusnar Diana
2230122303 Radita Dwi Asti
2230122309 Sry Devi Sutami
2230122311 Suci Ramadhani
KELAS :A
DOSEN : Apt. Farida Rahim, M.Farm
Apt. Revi Yenti, M.Si
Struktur :
Rumus : C 18 H 33 Cl N 2 O 5 S
Pka : 7,79
Stabilitas :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol
Absorbsi : Jika diberikan melalui sediaan oral, clindamycin palmitate akan diabsorpsi
setelah dihidrolisis di saluran gastrointestinal. Waktu puncak konsentrasi
obat pada plasma akan tercapai setelah 1 jam pemberian pada anak dan 45
menit pada pasien dewasa.Absorpsi clindamycin tidak dipengaruhi oleh
makanan. Melalui sediaan oral, clindamycin memiliki bioavailabilitas
sebesar 90%.Konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai segera setelah
infus selesai melalui pemberian intravena, dalam 3 jam melalui pemberian
intramuskular, dalam 10 – 14 jam melalui krim vagina, dan 10 jam melalui
pemberian ovule.Untuk pemberian melalui ovule, sekitar 30% akan
terabsorpsi ke sistemik, sedangkan untuk sediaan krim, hanya sekitar 5%
yang akan terabsorbsi ke sistemi.
Efek samping : Gangguan pencernaan, mual, muntah, rasa seperti logam di mulut, atau
diare, nyeri saat menelan, nyeri sendi, rasa panas di area dada (heartburn),
bercak putih di dalam mulut, keputihan yang kental dan berwarna putih,
bengkak, rasa gatal, atau sensasi terbakar pada vagina, iritasi pada area kulit
yang diolesi clindamycin topikal
Interaksi :
5. Produk innovator
Merk : clinika gel ®
Nama pabrik : Ikapharmindo
Kekuatan sediaan : 1% per 10g
Indikasi : akne vulgaris terutama lesi inflamasi yang disertai pustula
Aturan pakai : oleskan 2 kali sehari pagi dan malam hari
Kemasan :
GEL
Menurut USP Gel merupakan bentuk semi solida baik berupa suspensi partikel
halus anorganik ataupun molekul organic besar yang saling berinterpenetrasi dengan
cairan.Karena zat pembentuk gel tidak larut sempurna atau karena membentuk agregat
yang dapat membiaskan cahaya, maka system ini dapat bersifat jernih atau keruh ( =
suspensi partikel koloid yang terdispersi = gel koloid yang mempunyai struktur 3
dimensi ) Terbentuknya gel dengan struktur 3 dimensi disebabkan adanya cairan yang
terperangkap, sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak
Farmakokinetik clindamycin yang diberikan secara oral sangat baik. Sekitar 90%
clindamycin per oral akan diabsorpsi secara cepat. Clindamycin juga dapat
berpenetrasi dengan baik ke tulang. Karena sifatnya yang secara aktif ditranspor ke
dalam leukosit polimorfonuklear dan makrofag, clindamycin juga diduga dapat
melakukan penetrasi yang baik pada abses. Clindamycin dimetabolisme di hepar
menjadi metabolit aktif dan inaktif.
Clindamycin bekerja dengan cara mencegah sintesis protein pada bakteri. Sintesis
ini dihambat melalui ikatan terhadap subunit ribosom 50S dan 23S. Dengan demikian,
ikatan peptida tidak dapat terbentuk dan bakteri gagal menghasilkan protein yang di
butuhkan clindamicyn dapat berperan bakteriostatik mapun bakterisidal tergantung
dari organisme yang dilawan, lokasi infeksi, dan konsentrasi obat yang diberikan.
Selain itu, clindamycin juga dapat menghambat produksi toksin yang dihasilkan oleh
streptokokus grup A dan Staphylococcus aureus
Kemasan
primer : tube
sekunder : kotak
tersier : dus
limasin gel
8. Formula teoritis
Pemilihan bahan tambahan
A. Zat aktif
Clindamycin adalah antibakterial lincosamide terutama aksi bakteriostatik
terhadap aerob Gram positif dan berbagai bakteri anaerobik. Mekanisme aksi
Lincosamid seperti klindamisin ikat ke 50S subunit dari ribosom bakteri, mirip
dengan makrolida seperti eritromisin (p.271), dan menghambat tahap awal sintesis
protein. Itu aksi klindamisin terutama bakteriostatik, meskipun konsentrasi tinggi
dapat perlahan-lahan bakterisida terhadap strain yang sensitif. Mekanisme aksi:
Lincosamid seperti klindamisin ikat ke 5OS subunit dari ribosom bakteri, mirip
dengan makrolida seperti eritromisin (p.271), dan menghambat tahap awal sintesis
protein. Itu aksi klindamisin terutama bakteriostatik, meskipun konsentrasi tinggi
dapat perlahan-lahan bakterisida terhadap strain yang sensitif.
a. Bahan tambahan
2. Nipagin (Pengawet)
5. AQUADES (Pembawa)
Secara umum digunakan sebagai bahan mentah pelarut dalam formulasi dan
penambahan produk farmasctik bersifat stabil baik dalam gas maupun udara.
Alasan pemilihan : zat aktif larut dalam aquadet serta mudah didapatkan dan
murah.
Rancangan formula
R/ Clindamycin 1%
Carbomer 1 %
Nipagin 0,02 %
TEA 0,5 %
Propilenglikol 8 %
Aquadest ad 10 g
9. Pembuatan produk sekala labor
1
Clindamycin ¿ x10 gr = 0,1 gr
100
1
Carbomer ¿ x 10 gr = 0,1 gr
100
0,02
Nipagin ¿ x 10 gr = 0,002 gr
100
0,5
TEA ¿ x 10 gr = 0,05 gr
100
8
Propilenglikol ¿ x 10 gr = 8 gr
100
No Bahan Skala labor (g) Skala pilot (g) (x100) Skala industri (g)
(x1000)
4 TEA 0,05 g 5g 50 g
f. Pemeriksaan Organoleptik
h. Penentuan aliran Untuk penentuan tipe aliran, dilakukan pengukuran viskositas gel
pada berbagai kecepatan yaitu (5, 10, 20, 50, dan 100 rpm). Kemudian diukur nilai
yieldnya dengan menggunakan Viskometer Brookfield RVT spindle no.7. Kemudian
dicatat hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap sediaan gel sebelum dan sesudah
kondisi dipaksakan. Kekuatan gel yang tepat dari formulasi adalah tugas penting
dalam pengembangan gel intranasal in situ sehingga gel in situ harus diberikan
dengan mudah sebagai tetes dan setelah pemberian akan mendapatkan mengkonversi
menjadi gel untuk mencegah kebocoran anterior.
i. Penentuan pH Sediaan
b) Pengujian Linearitas
e) Uji Kemurnian
Sediaan gel disimpan pada suhu 4-2° C selama 24 jam, kemudian dipindahkan
ke dalam oven yang bersuhu 40 ± 2° C selama 24 jan (satu siklus). Uji ini
dilakukan sebanyak 6 siklus atau selama 12 hari kemudian diamati adanya
pemisahan fase (Marinda, 2012).
Sediaan gel disimpan pada beberapa suhu. Diantaranya suhu kamar (27"+20
C). dan suhu tinggi (400-2) selama 21 hari, kemudian dilakukan pengamatan
organoleptis, pH. homogenitas, daya sebar, dan uji mekanik (Chandira dkk..)
2010).
c. Uji Sentrifugasi
Sineresis adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam sediaan
dimana air tidak terikat kuat oleh komponen, bahan yang ada. Semakin tinggi
sineresis maka semakin cepat lunak tekstur sediaan tersebut. Pada fenomena ini
jika sediaan gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel tersebut seringkali
akan meneruk secara alamiah dan cairan pembawa dalam matriks akan keluar
atau akan lepas dari matriks (Januwardani, 2011: 9) pada sediaan gel
mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam sel, akibatnya
gel nampak lebih kecil dan padat.Sineresis yang terjadi selama penyimpanan
diamati dengan menyimpan gel pada suhu 10 °C selama 24, 48 dan 72 jam.
Masingmasing gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang
dibebaskan dari dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan
mengukur kehilangan berat selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan
berat awal gel
e. Uji Konsistensi
Dilakukan uji daya lekat gel untuk mampu menggambarkan sediaan melekat pada
kulit. Sifatumum sedian gel adalah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan dicuci atau dibersihkan.
Semakin lama daya lekat sediaan gel maka semakin baik sediaan gel tersebut. Gel
schanyak 0.25 g diletakkan pada gelas obyek dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5
menit. Setelah itu gelas obyck dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan
kemudian dicatat waktu pelepasan gel dari gelas obyck (Suardi et al., 2008).
Metode 1 : Gel sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah-tengah kaca bulat, ditutup dengan
kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit kemudian
diukur diameter sebar gel. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit
kemudian diukur diameter sebarnya. Penambahan beban berat setelah 1 menit
dilakukan secara terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat
pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar gel (Suardi et al.)
Metode 2 : Uji Daya Sebar. Uji daya sebar dilakukan dengan cara sampel sebanyak 1
gram diletakkan diatas kaca transparan, kemudian diletakkan plastik transparan
diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebar gel Setelah
itu ditambahkan 2 gram beban tambahan dan didiamkan selama Imenit lalu diukur
diameter yang konstan. Setelah itu ditambahkan lagi 4 gram beban lalu didiamkan
juga selama 1 menit dan diukur penyebarannya. Lalu ditambahkan lagi 5 gram beban
di diamkan selama 1 menit kemudian diukur daya sebarnya. Daya sebar 5-7 cm
menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et
al., 2002)
6. Uji Penetrasi
Uji penetrasi sediaan dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz. Membran
difusi yang digunakan adalah membran spangler (Astuti dkk, 2012). Pengujian
dilakukan terhadap tiga formula sediaan yang telah dibuat dengan kandungan
clindamycin Pengukuran kadar obat yang terpenetrasi menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Dari hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan
jumlah zat aktif yang terpenetrasi per luas area dan kecepatan penetrasi zat aktif tiap
satuan waktu (Prabawati, 2016). Selain itu pengujian juga dilakukan dengan
pengujian penetrasi dilakukan dengan mengoleskan gel secara langsung ke bagian
kulit target yaitu kulit wajah.
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat
suatu kriteria, kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan,
kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk
masingmasing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
8. Uji Kemampuan Proteksi Formula Optimum
Uji kemampuan proteksi gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel dalam
menghalangi terjadinya reaksi kimia dari luar. Gel yang sudah dibuat mempunyai pH
yang basa sehingga bila gel tersebut mengandung asam maka diberi indikator untuk
mengetahui adanya asam seperti fenolftalain dan diberi NaOH, maka gel tersebut
akan menunjukkan bereak merah yang menandakan gel tersebut terdeteksi adanya
asam yang kuat dan berbahaya bagi kulit.