Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Kandidiasis merupakan sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans


ataupun spesies lain dari genus kandida. Organisme ini khususnya menginfeksi kulit, kuku,
membran mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi organisme ini juga dapat menyebabkan
penyakit sistemik.

Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabakan oleh
jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan
merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh
populasi mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k.
tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies kandida tersebut k.
albikans merupakan spesies yang paling umum menyebabakan infefksi di rongga mulut. Struktur
k. albikans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nukleus, membrane golgi dan endoplasmic
retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, glukan
chitin. K. albikans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon misalnya glukosa
dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat, kadang – kadang memerlukan biotin.
Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen
filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang memanjang) dan suatu masa filamen hyfa disebut
mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20 – 40 derajat Celsius.

Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi
tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS
(Farlane .M, 2002).

Patofisiologi

Infeksi kandida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi yang meliputi kondisi
kulit lokal, status nutrisi, perubahan status fisiologi, penyakit sistemik, dan penyebab iatrogenik.
Seperti pada pasien dengan penyakit sistemik contohnnya diabetes melitus, dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya infeksi kandida. Kondisi ini dihubungkan dengan perubahan metabolik
seperti hiperglikema. Hiperglikemia menunjang kolonisasi dan pertumbuhan dari kandida dan
spesies jamur lainnya. Selain itu, kondisi hiperglikemia juga dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan kemotaksis, fagositosis, dan bakterisidal dari leukosit. Tingginya kadar glukosa
darah menyebabkan tingginya kadar glukosa kulit pada pasien diabetes melitus sehingga
mempermudah timbulnya infeksi candida.

Mekanisme infeksi Candida albicans sangat komplek termasuk adhesi dan invasi,
perubahan morfologi dari bentuk sel khamir ke bentuk filamen (hifa), pembentukan biofilm dan
penghindaran dari sel-sel imunitas inang. Kemampuan Candida albicans untuk melekat pada sel
inang merupakan faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan infeksi. Perubahan fenotip
menjadi bentuk filamen memungkinkan Candida albicans untuk melakukan penetrasi ke lapisan
epitelium dan berperanan dalam infeksi dan penyebaran Candida albicans pada sel inang.
Candida albicans juga dapat membentuk biofilm yang dipercaya terlibat dalam penyerangan sel
inang dan berhubungan dengan resistansi terhadap antifungi.

Proses pertama dari infeksi adalah adhesi, melibatkan interaksi antara ligand dan
reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel Candida albicans ke sel inang. Selanjutnya
diikuti perubahan bentuk dari khamir ke filament, yang diketahui berhubungan dengan
patogenitas dan proses penyerangan kandida terhadap sel inang. Tahap selanjutnya adalah
pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida spp untuk mempertahankan diri
dari obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik ektraseluler seperti aspartyl proteinase juga
sering dihubungkan dengan patogenitas Candida albicans.

Epidemiologi

Kandidiasis biasanya terjadi pada pasien yang memiliki faktor resiko, seperti pasien
dengan imunokompromais. Secara global, frekuensi dari infeksi ini meningkat. Kejadian
kandidiasis dilaporkan memiliki proporsi yang sama antara laki-laki maupun perempuan.
Kandidiasis secara predominan terjadi pada usia pertengahan atau lanjut usia. Kandidiasis dapat
menyerang segala umur. Insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang. Terjadi lebih banyak
pada daerah tropis dengan kelembapan udara yang tinggi. Kandidiasis seringkali lebih banyak
pada musim hujan, sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air. Terutama menyerang
pekerja kebun, tukang cuci, petani. Riwayat diabetes melitus, salah satu faktor yang
mempermudah berkembangnya Candida albicans.

Etiologi

Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang


lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian
besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari
spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan
penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak
berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan
menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya
penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem
imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam
vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat
seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh
semakin cepat.

Perawatan / Tata Laksana

Lakukan deteksi dini dan pengobatan dini terhadap infeksi lokal pada mulut, esofagus
atau kandung kencing bagi mereka yang memiliki faktor predisposisi sistemik untuk mencegah
terjadinya penyebaran sistemik. Kemoprofilaksis dengan fluconazole mengurangi kejadian
candidiasis pada bagian dalam tubuh, 2 bulan pertama setelah transplantasi alogenik sum-sum
tulang.

A. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.


1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat.
2. Isolasi tidak diperlukan
3. Disinfeksi serentak : lakukan disinfeksi terhadap sekret dan benda-benda yang
terkontaminasi.
4. Karantina: Tidak diperlukan.
5. Imunisasi kontak : Tidak diperlukan.
6. Investigasi kontak dan sumber infeksi : Tidak bermanfaat pada kejadian kasus yang
sporadis.
7. Pengobatan spesifik : Memperbaiki faktor-faktor yang mendasari munculnya candidiasis
sangat membantu pengobatan. Misalnya melepas kateter intravena. Pemberian nistatin
topikal atau derivat azole (Miconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, Fluconazole) sangat
bermanfaat untuk berbagai bentuk candidiasis superfisialis. Clotimazole oral (Mycerex®)
berupa tablet isap atau larutan Nystatin efektif untuk pengobatan lesi mulut. Suspensi
Itraconazole (Sporanox®) atau Fluconazole (Diflucan®) – efektif untuk candidiasis oral dan
esefagus. Infeksi vagina bisa diobati dengan Fluconazole oral atau Clotimazole topikal,
Miconazole, Butoconazole, terconazole, tioconazole atau nystatin. Amphotericine B
(Fungizone®) IV, dengan atau tanpa 5-fluorocytosine, adalah obat pilihan untuk visceral
candidiasis atau candidiasis invasive. Preparat lipid Amphotericin B mungkin juga efektif.

Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi

Kandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan menggunakan obat


antijamur, dengan memperhatikan faktor predisposisinya atau penyakit yang menyertainya, hal
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Antibiotik
a. Polyenes : amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin
b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 –Fe)
3. Azoles
a. Imidazole (topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketokonazole
b. Triazoles (sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid, sodiumtiosulfat.
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus pada rongga
mulut, sering digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole.
Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan
cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan
nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat digunakan sebanyak 4 kali /hari.
Nystatin dihasilkan oleh streptomyces noursei,mekanisme kerja obat ini dengan cara
merusak membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa
suspensi oral 100.000 U / 5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture
stomatitis.
Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel
jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya
terjadi ketidak normalan membrane sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4
kali /hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum
ditelan.
Clotrimazole, mekanisme kerja sama dengan miconazole, bentuk sediaannya berupa troche 10
mg, sehari 3 – 4 kali.
Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara
menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel,
Obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa mual / muntah, sakit kepala, parestesia
dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200 mg Dosis satu kali /hari dikonsumsi pada waktu
makan.
Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised.
Sediaan dalam bentuk tablet , dosis 200mg/hari. selama 3 hari, bentuk suspensi (100-200 mg) /
hari, selama 2 minggu. Efek samping obat berupa gatal-gatal, pusing, sakit kepala, sakit di
bagian perut (abdomen), dan hypokalemi Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita
kandidiasis termasuk pada penderita immunosupresiv Efek samping mual, sakit di bagian perut,
sakit kepala,eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi Cytochrome P
450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg dan 200mg Single dose dan intra
vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.
Terapi non farmakologis berupa komunikasi, informasi, dan edukasi diberikan kepada
keluarga pasien untuk membantu pasien agar dapat menggunakan obat secara teratur dan
meningkatkan kebersihan daerah yang terpapar kandidas. Pasien juga harus diberikan edukasi
untuk menjaga kebersihan tubuh seperti mandi dua kali sehari, tidak menggunakan pakaian ketat,
ganti baju saat setelah berkeringat dan lain sebagainya. Kepatuhan menjalani terapi akan sangat
menentukan keberhasilan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai