TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh genus Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans.
Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidiasis profunda dan kandidiasis
superfisial. Nama lain kandidiasis kutis adalah superficial kandidiasis atau infeksi
kulit-jamur, infeksi kulit-ragi, kandidiasis intertriginosa. Berdasarkan letak
gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidiasis terlokalisasi dan generalisata.
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan
kulit dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, paru atau bronki, kadangkadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis dan meningitis.1,2. Karena
organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.
II. SINONIM
Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
Candidosis
Moniliasis
Oidiomycosis
Trush 1,3
III. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab : Candida albicans.
Spesies patogenik yang lainnya :
Candida tropicalis
Candida parapsilosis
Candida guilliermondii
Candida krusei
Candida pseudotropicalis
Candida lusitaneae
IV.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur
(orang tua dan bayi lebih sering karena status imunologiknya tidak sempurna),
baik laki-laki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas
tetapi insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak
terjadi pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada musim
hujan sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air.1,6
V. FAKTOR PREDISPOSISI
Terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain :
1) Faktor endogen :
a) Perubahan fisiologik
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kegemukan, karena banyak keringat
Diabetes
Iatrogenik
Endokrinopati
Penyakit kronik : TBC, SLE dengan keadaan umum yang buruk.
b) Umur : orang tua dan bayi lebih sering karena status imunologiknya tidak
sempurna
c) Imunologik : penyakit genetik.
2) Faktor eksogen :
a) Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b) Kebersihan kulit
c) Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
d) Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
VI. PATOGENESIS
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi
yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.7
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1. Spesies
Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia.
Dimorfisme
terlibat
1. Sawar mekanik :
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan
mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya
kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik:
Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam mamalia mengandung
substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau membunuh
mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing :
Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk memakan dan membunuh
spesies
kandida
merupakan
mekanisme
yang
sangat
penting
untuk
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan
kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul , Secara klinis ditemukan lesi
merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak
yang berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi
terkumpul sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy
material.
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor
protease. Kemampuan yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan
paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan
bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan
menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan yang
berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan kandida.
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised.
Secara spesifik, tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi
peningkatan angka kesakitan dan kematian. Meskpin infeksi kandidiasis
superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi menyebabkan kematian pada
populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang kulit dengan folikel
rambut yang aktif atau istirahat.
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang
jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur.
Dan pengobatan dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk
kondisi rematik dan dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada
pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme
ini jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum
korneum dengan PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal
menunjukkan tanda papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal
berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuclear.
VII. KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidosis kutis granulomatosa.
3. Kandidosis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
VIII.
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat
hebat. Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin
meluas, makula atau papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil
yang kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit,
genital, bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel
rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like appearance:.
1) Kandidosis Kutis Lokalisata
i)Kandidosis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan
umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang
erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah
interdigital tangan maupun kaki.Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna
keputihan di tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya.
Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan
nyeri. Kandidosis intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun
kaki dapat diikuti dengan paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki
yang sama.
ii)
Kandidosis Perianal
Bentuk paling sering pada kandidiasis kutis. Khas adanya eritema, edema
dan cairan purulen, tebal, pus putih, dan terdapat pada bayi yang popoknya
selalu basah dan jarang diganti. Mengenai kulit lembab pada pantat, genetalia
pada bayi, lipatan paha, tersering pada area kulit yang terpapar air seni bayi
terlalu lama.
tunggal atau ditemukan bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus
atau Pseudomonas sp.
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan
matriks kuku. Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering
terendam dalam air seperti pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah
makan, penggemar tanaman, dan pegawai ikan.Pemakaian alat pencuci piring
mekanis yang semakin meluas mungkin berhubungan dengan penurunan
insidensi kelainan ini.
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal
(boilstering), pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras
dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap
berkilat, tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium,
dan hilangnya kutikula. Hal ini sering berhubungan dengan terjadinya distrofi
kuku.Candida albicans mempunyai peran patogenik, tetapi bakteri mungkin
juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula memungkinkan masuknya
bahan-bahan iritan seperti detergen ke daerah di bawah kuku proksimal, dan
hal ini turut menyebabkan proses peradangan.
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul
cepat, rasa sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan
kuku yang bengakak pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran
kecil nanah yang berbentuk seperti krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi
hanya itu saja yang terjadi
Gambar 4. Paronikia
11
5) Kandidosis Granulomatosa
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika ada
bukti
klinis
yang
lain.
sel
elemen
ragi,
candida
balastospora,
tidak
dapat
menentukan
12
13
14
X. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiasis lokalisata dengan:
Dermatitis kontak iritan
Disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan iritan, bisa akut
ataupun kronis. Lesi polimorf tampak makula eritematosa, batas tidak
tegas, diatas makula terdapat papul, vesikel, bula yang bila pecah menjadi
lesi yang eksudatif.
Keterangan
Definisi
Penyakit
Tinea kruris
Dermatitis
Eritrasma
Penyakit
pada
Peradangan
kulit
Penyakit
jaringan
yang
(epidermis
dan
mengandung
zat
tanduk
pada
lipatan
paha,
daerah
perineum,
dermis)
sebagai
bakteri
korneum
yang
respon
terhadap
disebabkan
pengaruh
endogen
corynebacterium
minitussismum,
menimbulkan
ditandai
kelainan
atau menahun.
berupa
dengan
klinis
efloresensi
15
polimorfik (eritema,
halus
edema,
papul,
daerah
vesikel,
skuama,
likenifikasi)
terutama
di
ketiak
dan
lipatan paha.
dan
keluhan gatal.
Tinea
kruris
biasanya
eksogen
oleh
bakteri
mikroorganisme)dan
Corynebacterium
T.rubrum,
penyebab endogen (
minissusmum.
T.mentagrophytes,
atopik),
atau
sebagiannya
oleh
E.flocossum.
(6)
(12)
tidak
diketahui
etiologinya
pasti.
Lesi
Disebabkan
disebabkan
Etiologi
Penyebab
Lesi
berbatas
yang
(11)
Lesi
tegas, peradangan
kelainan
berukuran
pada
berupa
tepi
dapat
sebesar
eritema,
Lesi eritroskuamosa,
daerah tengahnya.
bula,
berskuama
Efloresensi
eksudasi,
nyata
lebih
kulit
kulit
daripada
atas
macam
terdiri
macambentuk
erosi
dan
sehingga
tampak
basah
(madidans).
Stadium
sekunder
(polimorf).
halus
kadang-kadang
dapat terlihat merah
kecoklat-coklatan.
ini
rupanya
tergantung
pada
berkurang,
eksudat
mengering menjadi
krusta.
subakut,
Pada
kering,
daerah
lipat
ketiak
paha,
dan
kadang
berlokasi di daerah
skuama,
intertriginosa
hiperpigmentasi,
papul
Variasi
dan
likenifikasi, mungkin
juga terdapat erosi
terutama
lain
pada
penderita gemuk.
Perluasan lesi terlihat
pada
pinggir
16
yang
atau
eksoriasi
karena garukan.(11)
eritematosa
dan
serpiginosa.
Lesi
terlihat
vesikulasi.
kering
Skuama
yang
menutupi
lesi
pada
perabaan
terasa lemak.
Pemeriksaan
Pemeriksaa
Pemeriksaan
Prick Test.
Dermatitis
Wood
Lamp,
tampak
merah
n
penunjang
kontak Patch
Sabouround
Dextrose
Agar
(SDA)
atau
Test.
Dermatitis
seboroik
Pemeriksaan
Dermatophyt
Test
(12)
Dermatitis atopik
jamur.(4)
Kultur sediaan
pada
dan
halus
KOH
10
akan
tampak
spora
Medium
%,
membara
red).(16)
Pemeriksaan
pengecetan gram
atau
giemsa
gram positif.
atau
blastokonidia
(DTM).
(coral
tanpa hifa
Pemeriksaan
Wood Lamp ,
negatif (warna
violet).
Gambar
17
XI.
PENATALAKSANAAN
1. Terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Terapi Topikal
Larutan ungu gentian: 0,5 % untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit dan
3. Terapi Sistemik
Nistatin tablet
Untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak
18
telah
berhasil
dikembangkan
dan
diperkenalkan
dalam
XII. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
i)
Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
ii)
Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
iii)
XIII.
PENCEGAHAN
19
PROGNOSIS
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat
ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi.
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. R
Usia
: 54 tahun
Alamat
: Ungaran
Pekerjaan
: Karyawan
Tanggal Masuk
: 30 Mei 2016
Tanggal Konsultasi
: 6 Juni 2016
II. Anamnesis
Keluhan Utama
20
Sejak 5-6 bulan SMRS, pasien mengeluh gatal hampir di seluruh tubuh, yaitu di
lipat siku, lengan, ketiak, kaki, punggung dan perut. Keluhan gatal disertai dengan
timbulnya warna kulit kemerahan yang meninggi dan tampak bintik bintik kecil di
sekitarnya yang timbul sejak 1 bulan lalu. Gatal bermula timbul pada bagian
ketiak dan kemudian meluas ke lengan, perut, hingga betis. Terasa lebih gatal
pada malam hari dan bila berkeringat. Gatal yang dirasakan mengganggu
aktivitas. Rasa panas (-), nyeri (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Penyakit kulit lain sebelum keluhan timbul (-),Hipertensi (-), DM (-), asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Istri mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Pengobatan:
Sudah diberikan salep inerson dan skabimed, keluhan membaik tetapi muncul
kembali, alergi (-).
: compos mentis
Keadaan umum
Tanda vital
Kepala
Mata
THT
Mulut
Leher
Thorax
Cor
21
Abdomen
Ekstremitas
Status Dermatologis
Lokasi : Abdomen, punggung, ketiak, lengan kanan dan kiri, tungkai kanan
dan kiri,
UKK : bercak eritema, berbatas tegas, bersisik, vesikel, likenifikasi.
22
Gb 1. Abdomen
23
Gb 3. Ketiak
24
Gb 4. Punggung
Gb 5. Tungkai Bawah
Saran:
25
untuk pemakaian
Lusanoc cream
selama 7 hari
Ciprofloxacin 2x500 mg
26
Edukasi:
Higienitas,Kekambuhan, faktor yang mempengaruhi, cara penggunaan obat.
Prognosis:
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam
: Dubia ad bonam
Status dermatologis
Lokasi
Status dermatologis
Terapi
Tiriz tab 1x1
Ketokonazol tab 1x II, 200mg
untuk pemakaian
Lusanoc cream
selama 7 hari
Mycorine Powder
BAB III
ANALISIS KASUS
27
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 2007. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin UI. Jakarta.
2. Freedberg, dkk. 2003. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine.
Edisi ke-6. McGraw-Hill Professional.
3. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
4. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007.
Pp:86-92
5. James William,Berger Timothy, Elston Dirk. Candidiasis. Dalam :
Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology. Ed 10 th. British. WB
Saunders Company. 2000. Pp:308-9
6. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General
Medicine. Ed 7th. New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822
7. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas
and Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill
Company. 2007.
8. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2004. Pp: 279-280.
9. Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah.
Mekanisme Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media
Dermato-venereologica Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92
29