Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CANDIDIASIS ORAL
RUANG PERAWATAN INFECTION CENTER LANTAI 3
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh

Hasni
R014192020

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) (Dr. Takdir Tahir, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Kandidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh infeksi jamur candida


albicans. Kandidiasis oral merupakan salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa
oral, lesi ini disebabkan oleh jamur candida albicans (Hakim and Ramadhian 2015).
Kandidiasis oral merupakan penyakit yang umum ditemukan dalam dermatologi.
Penyakit ini paling sering terjadi akibat pertumbuhan jamur kandida yang berlebihan
(Millsop & Fazel., 2016).

Candida albicans merupakan salah satu komponen dari mikroflora oral dan sekitar
30-50% orang sebagai karier organisme ini (Hakim and Ramadhian 2015). Secara alami,
jamur terdapat pada tubuh manusia seperti daerah mulut, tenggorokan, vagina, dan pada
sistem pencernaan lainnya, namun jamur tersebut dapat menyebabkan infeksi
oportunistik terutama pada orang-orang yang sedang mendapatkan terapi antibiotik
spektrum luas atau kortikosteroid, dan pada pasien gemuk dan diabetes mellitus (Price &
Wilson, 2013)

Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran pencernaan dan
vagina, jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi perubahan dalam diri
pejamu, perubahan ini dapat bersifat lokal ataupun sistemik. Lesi kandidiasis dapat
berkembang di setiap rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering adalah mukosa
bukal, lipatan mukosa bukal, orofaring dan lidah. Penyakit kandidiasis ini sangat rentan
terhadap orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah termasuk pada penderita
AIDS, steroid berlebihan, kontrasepsi hormone, diabetes, kanker, depresi, orang tua dan
orang-orang dengan kondisi medis yang kronis paling beresiko. Mengkomsumsi obat
tertentu dalam jangka lama dapat mempercepat pertumbuhan jamur candidia ini.
Kandidiasis kronis yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi kandidiasis
leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan kemudian mengakibatkan karsinoma sel
skuamosa (Hakim & Ramadhian, 2015).
B. Etiologi

Kandidiasis umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans, selain itu dapat
juga disebabkan oleh candida parapsilosis, candida tropikalis, dan candida
guillermondii (Paramita, 2011). Perkembangan pertumbuhan jamur ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor resiko yang seperti hiposalivasi, biofilm, penggunaan antibiotik, dan
beberapa faktor penyebab lainnya seperti penggunaan kortikosteroid, penggunaan obat
yang bersifat imunosupresif secara sistemik, penderita HIV, inflamasi, dan kelainan
neoplastic (tumor/kanker) (Vikholt, Enersen, Andersen, & Kristoffersen, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya candida pada seseorang digolongkan
dalam dua kelompok :
1. Faktor Endogen
a. Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada:
1) Kehamilan
Terjadi perubahan didalam vagina. Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh
jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi
jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular
pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami
oral thrush.
2) Obesitas
Kegemukan dapat menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi maserasi kulit,
memudahkan infestasi candida.
3) Endokrinopati
Gangguan konsentrasi gula darah, yang pada kulit akan menyuburkan
pertumbuhan candida. Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati
atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan
mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
candida.
4) Penyakit menahun seperti HIV, tuberculosis, lupus eritematosus, karsinoma
leukemia
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang
dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan
tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik
yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin
merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
5) Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid dan
sitostatik
Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan
organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan
pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6) Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infuse dan kateter.
b. Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status irmunologisnya tidak
sempurna.
c. Gangguan imunologis
Pada penyakit genetic seperti atopic dermatitis, infeksi candida mudah terjadi.
2. Faktor Eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air mempermudah
invasi candida
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita
Pada penderita yang sudah terkena infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan
infeksi kepada pasangannya melalui ciuman

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat timbul akibat kandidiasis superficial bervariasi


berdasarkan lokasi yang mengalami infeksi. Infeksi yang terjadi pada mukosa
esophageal dapat menimbulkan disfagia, nyeri retrosternal, regurgitasi, dan sisik
dimulut dan tenggorokan sedangkan infeksi yang terjadi pada mukosa orofaringeal
menyebabkan petak-petak eksudat berwarna krem atau kebiruan di lidah, mulut dan
faring, atau faring yang memperlihatkan isi yang berdarah saat dikerik, dan kadang
muncul sensasi nyeri dan sensasi terbakar pada area mulut (Paramita, 2011).
Millsop & Fazel (2016), membedakan kandidiasis oral menjadi dua, yaitu
kandidiasis putih dan merah (eritematous), yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Kandidiasis putih
Terbagi menjadi pseudomembran kandidiasis dan hiperplastik kandidiasis.
Kandidiasis pseudomembran merupakan jenis kandidiasis yang paling sering
didiagnosa dan paling mudah untuk dikenali dari berbagai bentuk kandidiasis oral.
Kandidiasis jenis pseudomembran menyebabkan lapisan mukosa tertutupi oleh lapisan
berwarnah putih atau kuning, juga terdapat fibrin, kumpulan sel-sel epitel, sel-sel
inflamasi, dan terkadang terdapat bakteri atau sisa-sisa makanan. Plak yang terbentuk
biasanya diinfeksi oleh jamur. Membran yang terbentuk terkadang dapat diangkat
dengan sedikit tekanan, dan mukosa yang ada dibawah lapisannya mengalami
inflamasi dan kemerahan. Infeksi ini terkadang tidak menimbulkan gejala tetapi
terkadang pasien juga mengeluhkan rasa ketidaknyamanan, perasaan panas/terbakar,
gangguan indra pengecap dapat terjadi jika area yang terinfeksi luas dan pada
umumnya area yang terpengaruh dengan kondisi ini adalah lidah, langit-langit dan
oroparing.
2. Kandidiasis merah
Terbagi menjadi akut atropikkandidiasis, median rhomboid glossitis, angular
seilitis, linear gingival eritema, dan kronik atropik kandidiasis. Kandidiasis eritema
merupakan kandidiasis yang tidak mudah untuk didiagnosa. Kandidiasis jenis ini
tampak merah, dengan banyak atau sedikit lesi pada langit-langit dan lidah bagian
belakang, bersifat kronis dan biasanya tidak menimbulkan gejala namun terkadang
perasaan terbakar dapat timbul. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk
membedakan antara kandidiasis eritematous yang asimptomatik dan simptomatik
adalah lidah yang tampak sangat merah, dan pemeriksaan B12, folat dan zat besi yang
sangat rendah (Vikholt, Enersen, Andersen, & Kristoffersen, 2014).

D. Patofisologi

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh

candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang

terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan

flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan

daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang

jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan.

Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara

dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya

pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama

dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang

sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga

karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya

dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika


pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam

keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak

terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit

disebut candidiasis oral atau moniliasis.

Mekanisme imun seluler dan humoral :

1. Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel

epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel

epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang

menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga

mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor

kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut.

2. Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga

akan mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin.

Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan sel

kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu

kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.

Mekanisme non imun :

1. Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan

persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Menempelnya mikroorganisme

dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi.

2. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu

diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan

reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida


albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat

pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada

umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi

baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

E. Komplikasi
Kandidiasis dapat menyebabkan infeksi yang serius pada pasien yang mengalami
gangguan kekebalan tubuh seperti pasien pada leukiemia, kanker, atau AIDS. Kandidiasis
dapat menyebar secara sistemik dan menjangkau organ dan mengakibatkan infeksi
seperti meningitis kandidosis, endokarditis atau septikemia (Price & Wilson, 2013).
Kandidiasis kronis yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi kandidiasis
leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan kemudian mengakibatkan karsinoma sel
skuamosa. Selain itu, kandidiasis dapat berkembang menjadi infeksi iskemik melalui
aliran getah bening yang menyerang organ vital seperti ginjal, paru-paru, otak, dan
pembuluh darah yang bersifat fatal (Hakim & Ramadhian, 2015).

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis kandidiasis oral merupakan


hal yang penting untuk dilakukan meskipun pemeriksaan secara visual sudah dapat
memberikan gambaran untuk menegakkan diagnosis kandidiasis oral. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan seperti smear, sampel bilasan mulut, sampel saliva, kultur atau biopsi
(Millsop & Fazel., 2016). Pemeriksaan smear dilakukan untuk pemeriksaan dengan
mikroskopi dengan melakukan smear pada area luka. Pemeriksaan biopsy biasa
dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan smear. Pemeriksaan kultur dilakukan pada
jamur yang menginfeksi (Vikholt et al., 2014).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit


kandidiasis, yaitu:

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida


albicans pada swab mukosa.
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak
terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1 %
topical dengan swab atau kumur.
4. Diagnosa pasti dengan biopsy.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat digunakan pada penyakit kandidiasis yaitu :

1. Melakukan identifikasi faktor penyebab infeksi kandidiasis pada setiap pasien


merupakan salah satu cara untuk melakukan penanganan pada pasien dengan
kandidiasis oral karena tiap pasien dapat memiliki faktor penyebab yang berbeda.
Salah satu langkah awal yang dapat diambil dalam penanganan kandidiasis oral secara
sederhana adalah dengan melakukan oral hygiene (Vikholt et al., 2014).
2. Penanganan dengan menggunakan medikasi juga dibutuhkan seperti penggunaan anti
jamur topikal nystatin, clotrimazole, miconazole, ketokonazole, gention violet,
amphotericin B, Pengobatan kandidiasis juga dapat dilakukan secara sistemik pada
pasien dengan immunocompromised dengan menggunakan fluconazole tablet,
ketokonazole tablet, itraconazole tablet, pasoconazole tablet (Millsop & Fazel., 2016)
3. Pemberian terapi pada pasien dengan kandidiasis dapat digolonggan menjadi primary
line dan second line. Pengobatan dengan primary line menggunakan nystatin,
amphotericin B, dan clotrimozole. Pengobatan dengan second line menggunakan
ketokonazole, flukonazole, dan itraconazole (Rao, 2011).

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien yang meliputi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, umur, alamat,
asal kota dan daerah, suku bangsa, nama orang tua dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : penyebab utama klien dibawa kerumah sakit. Terdapat membran
palsu yang menutupi lidah dan palatum mole yang terasa nyeri dan mengalami
pendarahan
b. Riwayat kesehatan saat ini : adanya tanda & gejala klinis berupa tidak nafsu makan
dan sakit pada mulut.
c. Riwayat penyakit dahulu : mengidentifikasi factor-faktor yang mebuat kondisi
pasien menjadi lebih parah. Dengan adanya penyakit terdahulu seperti AIDS &
penderita penyakit menahun yang mendapat antibiotic dalam waktu lama, atau
penderita keganasan yang mendapat obat sitostatik atau pengobatan dengan
radiasi.
d. Riwayat penyakit keluarga : penyakit yang diderita oleh keluarga yang mungkin
ada hubungan dengan penyakit klien sekarang. Adanya anggota keluarga yang
menderita kandidiasis.
e. Kondisi lingkungan : iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat
terutama pada lipatan kulit, menyebabkann kulit maserasi, dan ini memoermudah
invasi candida.
3. Pola persepsi Gordon : keluhan tentang nyeri pada mulut dan tidak bisa bersentuhan
dengan makanan, terjadi perdarahan, ada atau tidaknya penaganan terhadap keluhan
tersebut.
4. Pola aktivitas-latihan : adanya kesukaran dalam melakukan aktivitas, nyeri, mudah
lelah.
5. Pola nutrisi dan metabolik: Kahilangan nafsu makan. Kehilangan sensasi pada lidah.
6. Pola eliminasi: Adanya perubahan pola eliminasi.
7. Pola tidur dan istirahat: Kesukaran untuk istirahat karena nyeri.
8. Pola konseptual-presepsi: Adanya membran palsu pada mulut yang dapat terlepas dan
mengakibatkan perdarahan.
9. Pola toleransi diri-koping stress : Membicarakan masalah kesehatan dengan keluarga
atau orang terdekat
10. Pola presepsi diri-konsep diri : Perasaan cemas terhadap penyakit dan kecurigaan
terhadap penyakit yang diderita.
11. Pola peran hubungan: Hubungan klien terhadap keluarga tetap harmonis,
terganggunya peran dalam keluarga dan status pekerjaan. Adanya kesulitan untuk
bekerja dalam kondisi sakit yang diderita.
12. Pola seksual-reproduktif: Kurang terpenuhinya pola seksual
13. Pola nilai kepercayaan: Masih lancarnya dalam melaksanakan ibadah dan aspek
spiritual terpenuhi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan makan
2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan imunodefisiensi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan otot tidak memadai
A. Rencana Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
.
1. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah perawatan selama …x24 jam, Monitor nutrisi
kurang dari kebutuhan diagnosa dapat teratasi dengan 1. Timbang berat badan pasien
tubuh berhubungan dengan kriteria: 2. Lakukan pengukuran antropometrik pada
ketidakmampuan makan Status nutrisi (asupan makanan komposisi tubuh seperti IMT
dan cairan) 3. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
Definisi : 1. Asupan makanan secara oral 4. Monitor turgor kulit dan mobilitas
Asupan nutrisi tidak cukup menjadi adekuat. 5. Monitor adanya mual muntah
untuk memenuhi kebutuhan 2. Asupan cairan secara oral 6. Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel
metabolik menjadi adekuat 7. Monitor diet dan asupan kalori
3. Asupan cairan intravena menjadi 8. Identifikasi perubahan nafsu makan dan
Domain 2. Nutrisi adekuat aktivitas akhir-akhir ini
Kelas 1. Makan 4. Asupan cairan parenteral 9. Lakukan evaluasi kemampuan menelan
(Herdman & Kamitsuru, 2018) menjadi adekuat 10. Identifikasi adanya ketidaknormalan dalam
Status Nutrisi rongga mulut
1. Asupan makanan tidak 11. Lakukan pemeriksaan laboratorium dan
menyimpan dari rentang normal monitor hasil koelsterol, albumin, dan lain-
2. Asupan cairan tidak lain
menyimpang dari rentang normal 12. Tentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Rasio berat badan tidak asupan nutrisi seperti ketersediaan dan
menyimpang dari rentang normal kemudahan memperoleh makanan
(Moorhead et al., 2013) 13. Tentukan rekomendasi pemberian nutrisi
berdasaran karakteristik klien
Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis intake cairan
serta kebiasaan eliminasi
2. Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
3. Tentukan apakah klien mengalami kehausan
atau gejala perubahan cairan
4. Periksa CRT klien
5. Periksa turgor kulit klien
6. Monitor berat badan
7. Monitor asupan dan pengeluaran
8. Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
9. Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan
status pernapasan
10. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis
urin
11. Catat ada tidaknya vertigo pada saat bangkit
untk berdiri
12. Berikan cairan dengan tepat
13. Pastikan semua iv dan cairan parenteral
berjalan dengan benar
14. Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran
urin kurang dari 0,5ml/kg/jam
Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan pada klien
3. Instruksikan klien mengenai kebutuhan
nutrisi
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
5. Atur diet yang diperlukan klien
6. Berikan klien obat-obatan sebelum makan
jika diperlukan
7. Anjurkan pasien untuk makan dalam posisi
duduk tegak jika memungkinkan
8. Pastikan diet mencakup makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
9. Monitor kalori dan asupan makanan
Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap hari dan monitor
status pasien
2. Hitung atau timbang popok dengan baik
3. Jaga intake yang akuran dan catat output
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor sttaus hemodinamik seperti CVP,
MAP, PAP, dan PCWP jika ada
6. Monitor tanda-tanda vital pasien
7. Berikan terapi IV sesuai yang telah
ditentukan
8. Berikan cairan IV sesuai suhu kamar
9. Tingkatkan asupan oral seperti menawarkan
penggunaan selang atau menawarkan minum
sesering mungkin
10. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
11. Dukung klien dan keluarga untuk membantu
dalam pemberian makanan dan cairan
dengan tepat
12. Monitor reaksi pasien terhadap terapi
elektrolit yang diresepkan
13. Atur ketersediaan produksi darah untuk
transfusi jika diperlukan
(Bulechek et al., 2013)
2. Kerusakan membran Setelah dilakukan tindakan Pemeliharaan kesehatan mulut
mukosa oral berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor kondisi mulut pasien termasuk
dengan imunodefisiensi diharapkan pasien memperlihatkan: karakteristik dan abnormalitas (ukuran,
Kesehatan mulut warna, lesi atau inflamasi)
Definisi: 2. Monitor dalam perubahan pengecapan rasa,
Cedera pada bibir, jaringan Dengan kriteria hasil:
pembengkakan, kualitas suara dan
lunak, rongga mulut, dan/atau 1. Kelembaban bibir, kenyamanan
orofaring mukosa mulut, dan lidah dari 3. Berikan obat kumur kepada pasien
sangat terganggu menjadi cukup (misalnya saline, anti jamur atau anti
Domain 11 terganggu bakteri)
Keamanan/Perlindungan 2. Warna membran 4. Berikan obat-obatan (misalnya anti mikroba
Kelas 2 Cedera fisik mukosa dari sangat terganggu dan anti inflamasi) jika dibutuhkan
(Herdman & Kamitsuru, 2018) menjadi cukup terganggu 5. Pakaikan pelumas untuk melembabkan bibir
3. Nyeri berkurang dan mukosa mulut
4. Lesi mukosa mulut 6. Dorong pasien untuk meningkatkan asupan
berkurang cairan
(Moorhead et al., 2013)
(Bulechek et al., 2013)

3. Nyeri Akut berhubungan Setelah perawatan selama …x24 jam, Manajemen Nyeri
dengan agen cedera biologis nyeri akut klien berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
kriteria hasil: komprehensif
Kontrol Nyeri 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait
Definisi : 1. Klien dapat mengenali kapan nyeri nyeri maupun ketidaknyamanan terutama
terjadi pada pasien yang tidak dapat berbicara
Pengalaman sensori dan 2. Klien mengetahui penyebab 3. Pastikan perawatan analgesik pada pasien
emosional tidak terjadinya nyeri dilakukan dengan tepat
menyenangkan berkaitan 3. Klien mampu mengurangi rasa 4. Gunakan strategi komunkasi terapeutik
dengan kerusakan jaringan nyeri tanpa analgesik untuk mengetahui pengalaman klien terkait
4. Klien melaporkan perubahan nyeri dan penerimaan klien terhadap nyeri
actual atau potensial, atau
gejala nyeri 5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
potensial, atau yang 5. Klien mengenali hal-hal yang dapat memperberat maupun mengurang
digambarkan sebagai berkaitan dengan nyeri. nyeri
kerusakan (International Tingkat Nyeri 6. Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
Association for the study of 1. Klien mengatakan rasa nyeri telah pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
pain); awitan yang tiba-tiba berkurang sebelumnya jika ada
atau lambat dengan intensitas 2. Klien melaporkan panjang episode 7. Bantu keluarga untuk menyediakan
nyeri telah berkurang dukungan bagi klien
ringan hingga berat, dengan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang 8. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
berakhirnya dapat normal penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
diantisipasi atau diprediksi, 4. Tidak mengalami gangguan tidur dirasakan
dan dengan durasi kurang (Moorhead et al., 2013) 9. Kendalikan faktor lingkunan yang dapat
dari 3 bulan. mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
10. Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam seperti farmakologis dan non
farmakolois untuk memfasilitasi penurunan
Domain 12. Kenyamanan nyeri
11. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
Kelas 1. Kenyamanan Fisik memilih strategi penurunan nyeri sesuai
(Herdman & Kamitsuru, 2018)
dengan kebutuhan
12. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
13. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis seperti relaksasi nafas
dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan jika
memungkinkan.
14. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
15. Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri
dilakukan
16. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan
nyeri berdasarkan respon klien
17. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
18. Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi
yang sedang digunakan untuk mendorong
preventif terkait dengan manajemen nyeri
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013)
4. Hipertermia berhubungan Termoregulasi Perawatan demam
dengan penyakit Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu
keperawatan selama.....x24 Perlindungan infeksi
Definisi: jam,pasien menunjukkan suhu tubuh 1. Monitor warna dan suhu kulit
Suhu inti tubuh di atas dalam batas normal dengan kreiteria 2. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
kisaran normal diurnal karena hasil: 3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
kegagalan termoregulasi 1. Suhu 36 – 37C 4. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. Nadi dan RR dalam 5. Monitor intake dan output
Domain 11. rentang normal 6. Berikan anti piretik:
Keamanan/Perlindungan 3. Tidak ada perubahan 7. Kelola Antibiotik:
Kelas 6. Termoregulasi warna kulit dan tidak ada pusing, ………………………..
(Herdman & Kamitsuru, 2018) merasa nyaman 8. Selimuti pasien
9. Berikan cairan intravena
10. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
11. Tingkatkan sirkulasi udara
12. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
13. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
14. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
(Bulechek et al., 2013)
5. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Latihan : ambulasi
berhubungan dengan keperawatan selama…x24 jam  Monitoring vital sign sebelm/sesudah
penurunan kekuatan otot hambatan mobilitas fisik pasien latihan dan lihat respon pasien saat latihan
berkurang dengan kriteria hasil:  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Definisi: 1. Kemampuan berpindah, rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Keterbatasan dalam gerakan meningkat yang ditandai dengan:  Bantu klien untuk menggunakan tongkat
fisik atau satu atau lebih  Kemampuan klien saat berjalan dan cegah terhadap cedera
ekstremitas secara mandiri meningkat dalam aktivitas  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
dan terarah fisik tentang teknik ambulasi
 Mengerti tujuan dari  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Domain 4 Aktivitas/istirahat peningkatan mobilitas  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
Kelas 2 Aktivitas/olahraga  Memverbalisasikan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
perasaan dalam meningkatkan
(Herdman & Kamitsuru, 2015) kekuatan dan kemampuan  Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
berpindah dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
2. Tingkat nyeri, berkurang yang  Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
ditandai dengan:  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
 Nyeri yang dan berikan bantuan jika diperlukan
dilaporkan 2. Kontrol nyeri:
 Panjangnya episode  Lakukan pengkajian nyeri secara
nyeri komprehensif termasuk lokasi,
 Ekspresi wajah karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Tidak bisa dan faktor presipitasi
beristirahat  Observasi reaksi nonverbal dari
(Moorhead et al., 2013) ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
……...
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
(Bulechek et al., 2013)
BAB III WEB OF CAUTION

Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik


Sistem imun menurun
yang tak terkontrol, immunodefisiensi

Gangguan keseimbangan flora normal


di mulut (candida albicans)
Proses peradangan

Pertumbuhan jamur yang


Peningkatan hormon prostatglandin, tak terkontrol
bradikinin, histamin

KANDIDIASIS ORAL
Suhu tubuh

Timbul bercak putih di


mulut
Hipertermi
Menggumpal dan menutup
permukaan lidah
Nyeri Akut

Nyeri dan rasa Bibir dan mulut menjadi Kerusakan membran


terbakar pada mulut kemerahan dan lecet
mukosa oral

Ketidaknyamanan intake makanan

Nafsu makan menurun Nutrisi inadekuat Kelemahan


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions
Classification (6th ed.). Elsevier.
Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis Oral. Majority, 4, 53–37.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2019. Jakarta: EGC.
Millsop, J. W., & Fazel., N. (2016). Millsop, J. W., and N. Fazel. (2016). “Oral candidiosis.” Clinics
in Dermatology 34 (4): 487-494. Clinics in Dermatology, 34(4), 487–494. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1016/j.clindermatol.2016.02.022.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification
(5th ed.). Elsevier.
Paramita. (2011). Nursing: memahami berbagai macam penyakit. Jakarta: Indeks.
Price, S. A., & Wilson, M. L. (2013). “Patofisiologi.” Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Rao, P. K. (2011). Oral candidiasis-a review. Scholarly Journals International, 2(11), 1–8. Retrieved
from http://scholarly-journals.com/sjm/archive/2012/February/pdf/Rao.pdf.
Vikholt, K. J., Enersen, M., Andersen, K. M., & Kristoffersen, A. K. (2014). Oral candidiasis and
molecular epideniology of candida glabrata. University of Oslo Fakulty of Dentistry. Retrieved
from https://www.duo.uio.no/handle/10852/40172.

26

Anda mungkin juga menyukai