CANDIDIASIS ORAL
RUANG PERAWATAN INFECTION CENTER LANTAI 3
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
Oleh
Hasni
R014192020
CI LAHAN CI INSTITUSI
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Candida albicans merupakan salah satu komponen dari mikroflora oral dan sekitar
30-50% orang sebagai karier organisme ini (Hakim and Ramadhian 2015). Secara alami,
jamur terdapat pada tubuh manusia seperti daerah mulut, tenggorokan, vagina, dan pada
sistem pencernaan lainnya, namun jamur tersebut dapat menyebabkan infeksi
oportunistik terutama pada orang-orang yang sedang mendapatkan terapi antibiotik
spektrum luas atau kortikosteroid, dan pada pasien gemuk dan diabetes mellitus (Price &
Wilson, 2013)
Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran pencernaan dan
vagina, jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi perubahan dalam diri
pejamu, perubahan ini dapat bersifat lokal ataupun sistemik. Lesi kandidiasis dapat
berkembang di setiap rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering adalah mukosa
bukal, lipatan mukosa bukal, orofaring dan lidah. Penyakit kandidiasis ini sangat rentan
terhadap orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah termasuk pada penderita
AIDS, steroid berlebihan, kontrasepsi hormone, diabetes, kanker, depresi, orang tua dan
orang-orang dengan kondisi medis yang kronis paling beresiko. Mengkomsumsi obat
tertentu dalam jangka lama dapat mempercepat pertumbuhan jamur candidia ini.
Kandidiasis kronis yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi kandidiasis
leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan kemudian mengakibatkan karsinoma sel
skuamosa (Hakim & Ramadhian, 2015).
B. Etiologi
Kandidiasis umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans, selain itu dapat
juga disebabkan oleh candida parapsilosis, candida tropikalis, dan candida
guillermondii (Paramita, 2011). Perkembangan pertumbuhan jamur ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor resiko yang seperti hiposalivasi, biofilm, penggunaan antibiotik, dan
beberapa faktor penyebab lainnya seperti penggunaan kortikosteroid, penggunaan obat
yang bersifat imunosupresif secara sistemik, penderita HIV, inflamasi, dan kelainan
neoplastic (tumor/kanker) (Vikholt, Enersen, Andersen, & Kristoffersen, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya candida pada seseorang digolongkan
dalam dua kelompok :
1. Faktor Endogen
a. Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada:
1) Kehamilan
Terjadi perubahan didalam vagina. Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh
jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi
jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular
pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami
oral thrush.
2) Obesitas
Kegemukan dapat menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi maserasi kulit,
memudahkan infestasi candida.
3) Endokrinopati
Gangguan konsentrasi gula darah, yang pada kulit akan menyuburkan
pertumbuhan candida. Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati
atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan
mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
candida.
4) Penyakit menahun seperti HIV, tuberculosis, lupus eritematosus, karsinoma
leukemia
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang
dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan
tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik
yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin
merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
5) Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid dan
sitostatik
Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan
organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan
pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6) Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infuse dan kateter.
b. Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status irmunologisnya tidak
sempurna.
c. Gangguan imunologis
Pada penyakit genetic seperti atopic dermatitis, infeksi candida mudah terjadi.
2. Faktor Eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air mempermudah
invasi candida
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita
Pada penderita yang sudah terkena infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan
infeksi kepada pasangannya melalui ciuman
C. Manifestasi Klinis
D. Patofisologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh
candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang
terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan
flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan
daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang
jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan.
Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara
pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang
sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga
keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak
terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit
1. Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel
epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel
kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu
kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
1. Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan
dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi.
2. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu
diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan
E. Komplikasi
Kandidiasis dapat menyebabkan infeksi yang serius pada pasien yang mengalami
gangguan kekebalan tubuh seperti pasien pada leukiemia, kanker, atau AIDS. Kandidiasis
dapat menyebar secara sistemik dan menjangkau organ dan mengakibatkan infeksi
seperti meningitis kandidosis, endokarditis atau septikemia (Price & Wilson, 2013).
Kandidiasis kronis yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi kandidiasis
leukoplakia yang bersifat pra ganas, dan kemudian mengakibatkan karsinoma sel
skuamosa. Selain itu, kandidiasis dapat berkembang menjadi infeksi iskemik melalui
aliran getah bening yang menyerang organ vital seperti ginjal, paru-paru, otak, dan
pembuluh darah yang bersifat fatal (Hakim & Ramadhian, 2015).
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien yang meliputi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, umur, alamat,
asal kota dan daerah, suku bangsa, nama orang tua dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : penyebab utama klien dibawa kerumah sakit. Terdapat membran
palsu yang menutupi lidah dan palatum mole yang terasa nyeri dan mengalami
pendarahan
b. Riwayat kesehatan saat ini : adanya tanda & gejala klinis berupa tidak nafsu makan
dan sakit pada mulut.
c. Riwayat penyakit dahulu : mengidentifikasi factor-faktor yang mebuat kondisi
pasien menjadi lebih parah. Dengan adanya penyakit terdahulu seperti AIDS &
penderita penyakit menahun yang mendapat antibiotic dalam waktu lama, atau
penderita keganasan yang mendapat obat sitostatik atau pengobatan dengan
radiasi.
d. Riwayat penyakit keluarga : penyakit yang diderita oleh keluarga yang mungkin
ada hubungan dengan penyakit klien sekarang. Adanya anggota keluarga yang
menderita kandidiasis.
e. Kondisi lingkungan : iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat
terutama pada lipatan kulit, menyebabkann kulit maserasi, dan ini memoermudah
invasi candida.
3. Pola persepsi Gordon : keluhan tentang nyeri pada mulut dan tidak bisa bersentuhan
dengan makanan, terjadi perdarahan, ada atau tidaknya penaganan terhadap keluhan
tersebut.
4. Pola aktivitas-latihan : adanya kesukaran dalam melakukan aktivitas, nyeri, mudah
lelah.
5. Pola nutrisi dan metabolik: Kahilangan nafsu makan. Kehilangan sensasi pada lidah.
6. Pola eliminasi: Adanya perubahan pola eliminasi.
7. Pola tidur dan istirahat: Kesukaran untuk istirahat karena nyeri.
8. Pola konseptual-presepsi: Adanya membran palsu pada mulut yang dapat terlepas dan
mengakibatkan perdarahan.
9. Pola toleransi diri-koping stress : Membicarakan masalah kesehatan dengan keluarga
atau orang terdekat
10. Pola presepsi diri-konsep diri : Perasaan cemas terhadap penyakit dan kecurigaan
terhadap penyakit yang diderita.
11. Pola peran hubungan: Hubungan klien terhadap keluarga tetap harmonis,
terganggunya peran dalam keluarga dan status pekerjaan. Adanya kesulitan untuk
bekerja dalam kondisi sakit yang diderita.
12. Pola seksual-reproduktif: Kurang terpenuhinya pola seksual
13. Pola nilai kepercayaan: Masih lancarnya dalam melaksanakan ibadah dan aspek
spiritual terpenuhi.
B. Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri Akut berhubungan Setelah perawatan selama …x24 jam, Manajemen Nyeri
dengan agen cedera biologis nyeri akut klien berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
kriteria hasil: komprehensif
Kontrol Nyeri 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait
Definisi : 1. Klien dapat mengenali kapan nyeri nyeri maupun ketidaknyamanan terutama
terjadi pada pasien yang tidak dapat berbicara
Pengalaman sensori dan 2. Klien mengetahui penyebab 3. Pastikan perawatan analgesik pada pasien
emosional tidak terjadinya nyeri dilakukan dengan tepat
menyenangkan berkaitan 3. Klien mampu mengurangi rasa 4. Gunakan strategi komunkasi terapeutik
dengan kerusakan jaringan nyeri tanpa analgesik untuk mengetahui pengalaman klien terkait
4. Klien melaporkan perubahan nyeri dan penerimaan klien terhadap nyeri
actual atau potensial, atau
gejala nyeri 5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
potensial, atau yang 5. Klien mengenali hal-hal yang dapat memperberat maupun mengurang
digambarkan sebagai berkaitan dengan nyeri. nyeri
kerusakan (International Tingkat Nyeri 6. Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
Association for the study of 1. Klien mengatakan rasa nyeri telah pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
pain); awitan yang tiba-tiba berkurang sebelumnya jika ada
atau lambat dengan intensitas 2. Klien melaporkan panjang episode 7. Bantu keluarga untuk menyediakan
nyeri telah berkurang dukungan bagi klien
ringan hingga berat, dengan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang 8. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
berakhirnya dapat normal penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
diantisipasi atau diprediksi, 4. Tidak mengalami gangguan tidur dirasakan
dan dengan durasi kurang (Moorhead et al., 2013) 9. Kendalikan faktor lingkunan yang dapat
dari 3 bulan. mempengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan
10. Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam seperti farmakologis dan non
farmakolois untuk memfasilitasi penurunan
Domain 12. Kenyamanan nyeri
11. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
Kelas 1. Kenyamanan Fisik memilih strategi penurunan nyeri sesuai
(Herdman & Kamitsuru, 2018)
dengan kebutuhan
12. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
13. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis seperti relaksasi nafas
dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan jika
memungkinkan.
14. Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
memungkinkan
15. Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri
dilakukan
16. Mulai modifikasi tindakan pengontrolan
nyeri berdasarkan respon klien
17. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
18. Informasikan dengan tim kesehatan lain dan
keluarga tentang strategi nonfarmakologi
yang sedang digunakan untuk mendorong
preventif terkait dengan manajemen nyeri
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013)
4. Hipertermia berhubungan Termoregulasi Perawatan demam
dengan penyakit Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu
keperawatan selama.....x24 Perlindungan infeksi
Definisi: jam,pasien menunjukkan suhu tubuh 1. Monitor warna dan suhu kulit
Suhu inti tubuh di atas dalam batas normal dengan kreiteria 2. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
kisaran normal diurnal karena hasil: 3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
kegagalan termoregulasi 1. Suhu 36 – 37C 4. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. Nadi dan RR dalam 5. Monitor intake dan output
Domain 11. rentang normal 6. Berikan anti piretik:
Keamanan/Perlindungan 3. Tidak ada perubahan 7. Kelola Antibiotik:
Kelas 6. Termoregulasi warna kulit dan tidak ada pusing, ………………………..
(Herdman & Kamitsuru, 2018) merasa nyaman 8. Selimuti pasien
9. Berikan cairan intravena
10. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
11. Tingkatkan sirkulasi udara
12. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
13. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
14. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
(Bulechek et al., 2013)
5. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi Latihan : ambulasi
berhubungan dengan keperawatan selama…x24 jam Monitoring vital sign sebelm/sesudah
penurunan kekuatan otot hambatan mobilitas fisik pasien latihan dan lihat respon pasien saat latihan
berkurang dengan kriteria hasil: Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Definisi: 1. Kemampuan berpindah, rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Keterbatasan dalam gerakan meningkat yang ditandai dengan: Bantu klien untuk menggunakan tongkat
fisik atau satu atau lebih Kemampuan klien saat berjalan dan cegah terhadap cedera
ekstremitas secara mandiri meningkat dalam aktivitas Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
dan terarah fisik tentang teknik ambulasi
Mengerti tujuan dari Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Domain 4 Aktivitas/istirahat peningkatan mobilitas Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
Kelas 2 Aktivitas/olahraga Memverbalisasikan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
perasaan dalam meningkatkan
(Herdman & Kamitsuru, 2015) kekuatan dan kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
berpindah dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
2. Tingkat nyeri, berkurang yang Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
ditandai dengan: Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
Nyeri yang dan berikan bantuan jika diperlukan
dilaporkan 2. Kontrol nyeri:
Panjangnya episode Lakukan pengkajian nyeri secara
nyeri komprehensif termasuk lokasi,
Ekspresi wajah karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Tidak bisa dan faktor presipitasi
beristirahat Observasi reaksi nonverbal dari
(Moorhead et al., 2013) ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
(Bulechek et al., 2013)
BAB III WEB OF CAUTION
KANDIDIASIS ORAL
Suhu tubuh
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions
Classification (6th ed.). Elsevier.
Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis Oral. Majority, 4, 53–37.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2019. Jakarta: EGC.
Millsop, J. W., & Fazel., N. (2016). Millsop, J. W., and N. Fazel. (2016). “Oral candidiosis.” Clinics
in Dermatology 34 (4): 487-494. Clinics in Dermatology, 34(4), 487–494. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1016/j.clindermatol.2016.02.022.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification
(5th ed.). Elsevier.
Paramita. (2011). Nursing: memahami berbagai macam penyakit. Jakarta: Indeks.
Price, S. A., & Wilson, M. L. (2013). “Patofisiologi.” Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Rao, P. K. (2011). Oral candidiasis-a review. Scholarly Journals International, 2(11), 1–8. Retrieved
from http://scholarly-journals.com/sjm/archive/2012/February/pdf/Rao.pdf.
Vikholt, K. J., Enersen, M., Andersen, K. M., & Kristoffersen, A. K. (2014). Oral candidiasis and
molecular epideniology of candida glabrata. University of Oslo Fakulty of Dentistry. Retrieved
from https://www.duo.uio.no/handle/10852/40172.
26