Anda di halaman 1dari 15

Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
Kebanyakan infeksi jamur yang patogen disebabkan oleh species candida yang
umumnya mempengaruhi manusia. Masalah yang timbul pada mukosa dan candidiasis
sistemik mencerminkan peningkatan resiko pasien terjangkit candida, yang seharusnya
jaringan normal biasanya resisten terhadap invasi candida. Peningkatan prevalensi kelainan
lokal dan sistemik yang pada dasarnya berhubungan dengan system imun pasien. Infeksi
candida menghasilkan kelainan spectrum luas, mulai dari kelainan superficial mucocutaneous
sampai invasif. Penanganan yang serius terhadap candidiasis invasive yang mengancam
nyawa masih sangat terhambat oleh keterlambatan diagnosis dan kurangnya metode
diagnostik yang handal yang memungkinkan deteksi baik fungemia dan invasive jaringan oleh
species candida.
1
Sebagian besar infeksi mucocutaneous tidak menyebabkan kematian, namun pada
pasien dengan immunodeficiency yang diakibatkan oleh infeksi HIV, dapat menyebabkan
infeksi yang refrakter terhadap terapi anti jamur dan akhirnya menyebabkan kematian.
Candidemia dan Disseminated Candidiasis angka kematian terkait infeksi ini belum membaik
beberapa tahun terakhir dan tetap di kisaran 30-40%. Candidiasis sistemik lebih banyak
menyebabkan kematian di banding mikosis lainnya. Peneliti melaporkan dampak ekonomi
berperan besar terhadap infeksi sistemik candidiasis. Tidak ada perbedaan predisposisi jenis
kelamin pada koloni candida. Umur yang ekstrim terjadi pada neonates, bayi dengan berat
badan rendah dan usia > 65 tahun.
1
Peningkatan signifikan infeksi candida yang terjadi akhir-akhir ini. Khususnya pasien
yang dirawat di rumah sakit dimana tingkat infeksi aliran darah karena candida spp.telah
meningkat hampir 500% selama decade 1980an. Peningkatan ini disrtai dengan peningkatatan
kematian berlebih yang signifikan dan semakin lama dirawat di rumah sakit. Hal ini terus
berlanjut ke tahun 1990an di amerika serikat dimana candida spp. Keempat yang tersering
patogen di aliran darah, terhitung 8% dari infeksi aliran darah yang didapat di semua rumah
sakit.
2
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 2

Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6 um.
Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni sangat
menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18
%, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut dipengaruhi beberapa
faktor seperti rumah sakit dan kemoterapi.
9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada vagina
sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies kandida
komensal oral berkisar pada 30 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.
10
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46
laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 % dengan
kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 % dengan psoriasis.
Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8 minggu setelah terapi.
10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr.
J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut
diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah
positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.
10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari 72.660 pasien
yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis kandidiasis
paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper kandidiasis tercatat 102
kasus.
10

Mortalitas jangka pendek Candidiasis pada pasien immunocompetent sebanding
dengan fungemia yang berhubungan dengan kematian pada pasien immunosuppressed. infeksi
yang tersering oleh candida albicans 37%, candida glabrata 31%, candida parapsilosis 17%,
candida tropicalis 7%, candida krusei 6%, candida lusitaniae 1%. Kematian sering
disebabkan oleh candida glabrata 60%, candida tropicalis 75%, candida albicans 44%.
3
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 3

BAB II
KANDIDIASIS KUTIS
II.1. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur
genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 3 macam yakni kandidosis superficialalis
kandidosis kronik atau dalam dan sistemik Nama lain kandidosis kutis adalah superficial
kandidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi. Berdasarkan letak gambaran klinisnya
terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata.
4,6,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab atau adanya faktor predisposisi yang
mendukung, misalnya pada daerah lipatan kulit, orang yang memiliki daya tahun tubuh yang
menurun. Dan organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab seperti selangkangan,
vagina.
4,9,11
II.2. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis,
C. lusitaneae.
5,6

II.3. PATOFISIOLOGI
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain
memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh.
Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus. Mereka
berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.
13

Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan
steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan
imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi spora
yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa.
13

Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit (stratum
korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal di bawah
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 4

stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi merah, halus,
permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas tegas.
Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan sel
inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material.
13
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease.
kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast untuk
melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi hifa dan
jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan
flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan
yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan kandida.
10

Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir,
mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik,
tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Meskpun infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang
kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat.
10

Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek, dan
penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan dengan
agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik
atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut memberikan resiko yang
tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini jarang
tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan PAS
(Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda papillomatous dan
hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel
giant multinuklear.
4

II.4. FAKTOR RESIKO
1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 5

3. Gangguan fungsi imun
a. Primer; penyakit kronik granulomatosa
b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid
4. Kemoterapi
a. Imunosupresif
b. Antibiotik
5. Penyakit endokrin; diabetes mellitus
6. Karsinoma
7. Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.
9


II.5. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat.
Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau
papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih
besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau di
daerah kulit yang lain. Infeksi folikel rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like
appearance.
12

II.6. KLASIFIKASI
1. Kandidosis Kutis Lokalisata
a. Kandidiasis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa dan pustul. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit
berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Pada orang yang obesitas dan banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah
interdigital tangan maupun kaki. Terjadi daerah erosi, maserasi dan fisura berwarna
keputihan di tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya. Kondisi ini
menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan nyeri. Kandidosis
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 6

intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki dapat diikuti dengan
paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.
6,8

b. Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi oleh Candida pada kulit genital, perianal yang
banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis popok, diaper rash,
diaper dermatitis. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera
diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini juga
sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.
6

Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan
tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar merah dan pustule
satelit.
6,13
Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani.
6
Biasanya kandidosis perianal ini dapat menyebabkan bayi tersebut menjadi
irritable, tidak nyaman ketika berkemih, defekasi dan ketika menganti popok. Sering
ditemukan lesi eritema, edema dengan papul dan pustus. Terdapat juga erosi, collarette-
like scaling pada tepi lesi.
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion yang
mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang merupakan
obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk mengendalikan infeksi jamur
yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah gambaran klinis dan memperpanjang
penyakit. Bentuk nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok, muncul sebagai
kusam, eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang
eritem merupakan reaksi biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang
disebabkan oleh steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi
kasus ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi organism
dan mengobati infeksi dengan tepat.
13

2. Kandidosis Kutis Generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 7

vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena
ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik sehingga
daya tahan tubuh bayi tersebut rendah.
6
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah lahir.
Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 24
jam.
7


3. Paronikia dan Onikomikosis
Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku. Paronikia dapat
bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri, sedangkan paronikia kronis
disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal atau ditemukan bersamaan bersama
dengan bakteri lain seperti Proteus atau Pseudomonas sp.
7
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks kuku.
8

Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering terendam dalam air
6
seperti
pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan, penggemar tanaman, dan pegawai
ikan. Pemakaian alat pencuci piring mekanis yang semakin meluas mungkin berhubungan
dengan penurunan insidensi kelainan ini.
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),
17

pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-
kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat sisa jaringan di bawah
kuku seperti pada tinea unguium
6
, dan hilangnya kutikula.
17
Hal ini sering berhubungan
dengan terjadinya distrofi kuku. Candida albicans mempunyai peran patogenik, tetapi bakteri
mungkin juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula memungkinkan masuknya bahan-
bahan iritan seperti detergen ke daerah di bawah kukuku proksimal, dan hal ini turut
menyebabkan proses peradangan.
8
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat, rasa sakit
yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan kuku yang bengakak pada
paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran kecil nanah yang berbentuk seperti krim
susu dari bawah lipatan kuku, tetapi hanya itu saja yang terjadi.

Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 8

4. Kandidosis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai. HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa penyakit ini
sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk
sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan
faring.
6

II.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pertama, diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika ada
faktor resiko yang menyertai. Dan dilakukan kerokan kulit untuk dapat melihat bentuk jamur
yang mendukung candida.
12

Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk dilakukan pemeriksaan adalah
kerokan kulit, urin, bersihan sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan pleura dan
darah, dan biopsi jaringan dari organ-organ visceral.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis, tapi
tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain.
13
Pemeriksaan dengan kerokan
kulit dengan penambahan KOH 10%
6,8
akan memperlihatkan elemen candida berupa sel
ragi, balastospora
6
, peudohifa atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat
menetukan identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan
biakan. Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan
langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan 83,90%.
Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan memberikan hasil yang sama dengan
yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%.
6



Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 9

2. Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi Candida.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA)merupakan media standar yang banyak digunakan untuk
pemeriksaan jamur.
6
Media ini mengandung 10 gr pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar,
serta ditambahkan 1000 ml air. Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-27
0
C dan
diamati secara berkala untuk melihat pertumbuhan koloni.
6
Koloni berwarna putih sampai
kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut. Hasil biakan
dianggap negative bila tidak ditemukan pertumbuhan koloni dalam waktu empat pekan.
3. Identifikasi Spesies
Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik Candida sampai ke
tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan prognosis. Adapun cara
mengidentifikasi Candida sp.dapat dilakukan dengan cara tradisional dan komersil.
a. Germ Tube Test
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi
spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung serum
dan diinkubasi pada suhu 37
0
C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan germ tube
atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans. Pertumbuhan Germ
tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude.
b. Penilaian Klamidospora
Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan Tween 890.
Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan susunan blastospora dan
gambaran morfologi pseudohifa. Umumnya hanya C. albicans yang menghasilkan
klamidiospora.
c. Uji Asimilasi dan Fermentasi
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 10

Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan ragi untuk
mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk setiap spesies. Candida
albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi glukosa, galaktosa, maltose, dan
sukrosa.
d. CHROM agar candida
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk
mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C.
krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang ditimbulkan
oleh masing-masing koloni. Media ini mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5
gr kloramfenikol, 15 gr agar dan 2 gr chromogenic mix. Chromogenic mix
merupakan bahan yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.
4. Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk mendeteksi adanya
antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi yang lebih sensitive seperti
counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), and
radioimmunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes CIE telah
menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.
5. Pemeriksaan histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff (PAS)
menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan kandidiasis
kutaneus berbeda dengan tinea.
10


6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.



Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 11

II.8. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiosis Kutis lokalisata : - Eritrasma lesi di lipatan, lebih merah, batas tegas,
kering, tidak ada satelit, sinar wood positif.
- Dermatitis Intertriginosa
- Dermatofitosis (tinea)
Kandidiosis Kuku : Tinea Unguium.
II.9. PENGOBATAN
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi. Salah satunya dengan cara selalu mempertahankan agar daerah tubuh yang
lembab selalu kering.
Terapi topical:
Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir
- 1-2% untuk kulit
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
Golongan azol
krim atau bedak mikonazol 2%
bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
krim tiokonazol 1%
krim bufonazol 1%
krim isokonazol 1%
krim siklopiroksolamin 1%
Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.
6

Terapi sistemik:
Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh
usus.
Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 12

Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg
sehari, selama 3 hari.
6

II.10. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain:
1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin
menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised.
12


II.11. PROGNOSIS
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor
predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi berulang
merupakan hal yang umum terjadi.
6,12

II.12. PENCEGAHAN
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida,
yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu
pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan
kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi
tersebut.
12


Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 13

BAB III
KESIMPULAN
Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur jenis Candida.
Jamur Candida yang sering menyerang manusia adalah Candida albicans. Jamur ini
merupakan flora normal kulit, dapat menjadi patogen tergantung pada kondisi tertentu sesuai
factor resiko terjadinya kandidiasis. Infeksi jamur ini dapat mengenai pasien yang
immunocompromise dan immunocompetent dengan perbandingan 50 : 50, infeksi banyak
terdapat pada Negara kita yakni Indonesia, hal ini dikarenakan daerah Indonesia yang beriklim
tropis, sehingga memungkinkan jamur untuk bertumbuh dan berkembang biak. Candida dapat
menyerang manusia pada daerah selaput lender atau mukosa, pada daerah kulit, dan juga
sistemik.
Kandidosis kutis adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur
genus Candida. Kandidosis kutis dibagi menjadi kadidosis intertriginosa, kandidosis perianal,
kandidosis kutis generalisata, paronikia dan onikomikosis dan kandidosis granulomatosa.
Untuk pengobatannya dapat diberikan pengobatan topical menggunakan nistatin dan
krim imidazole. Dan juga diberikan bedak mikonazol sebagai untuk pencegahan.
Prognosis dapat membaik apabila faktor predisposisi dapat dihilangkan atau dikurangi.
Dan pasien menggunakan obat sesuai dengan anjuran yang semestinya.







Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 14



DAFTAR PUSTAKA
1. Hidalgo A Jose. Cunca a burke. Candidiasis. 2013 (internet) (cited : 2014 March 1)
available from http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview#5

2. MA Pfaller. Epidemiology of candidiasis. 1995. J Hosp Infect (internet) (2014 March 1)
available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/7560969/

3. Sadar a, et all. The Predictor of Outcome in Immunocompetent With Hematogenous
Candidiasis. Int J Infect. 2004 (internet) (cited : 2014 March 1) available from :
http://www.ncbi.gov/m/pubmed/15109594/

4. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. Ed
7
th
. New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822

5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. Ed 5
th
. New york. McGraw Hill Company. 2007.

6. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2006. Pp:103-6

7. Weller. R, Hunter. J, Savin. J, Dahl. M. Fungal Infection. Dalam: Clinical Dermatology.
Fourth edition. UK. Blackwell Publishing. 2008: 252-254.

8. Sehgal. V. N. Candidosis. Dalam: The Textbook of Clinical Dermatology. Forth edition.
New Delhi. Jaypee Brother Medical Publisher. 2006: 59-62.

Kandidiosis Kutis Ahmad Fatoni (406127131)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 17 Februari 2014 22 Maret 2014 Page 15

9. Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone.
2003. p.461-2
10. www.emedicine.com : Scheinfeld, Noah S. Candidiasis Cutaneous. [online]. 2008 [cited
2008 Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.emedicine.com

11. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott Williams &
Wilkins Publishers. 2000.

12. www.medlineplus.com : Smith, D. Scott. Cutaneous Candidiasis. [online]. 2006 [cited
2008 Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.medlineplus.com

13. Habif, T. P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th
edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450

Anda mungkin juga menyukai