Anda di halaman 1dari 5

MDVI Vol. 38.No.

2 Tahun 2011: 84-88

Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN NEVUS SEBASEUS


DENGAN EKSISI
DIIKUTI PENUTUPAN DEFEK DENGAN FLAP A-T

Sri Wahyuni Purnama, Sudarsono, Nancy Nora Sitohang, Rini Chrisna

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Nevus sebaseus merupakan lesi hamartoma berbatas tegas yang terutama terdiri atas kelenjar sebasea.
Selain menganggu secara estetik, sekitar 20% kasus dapat berkembang menjadi berbagai tumor adneksa.
Predileksi yang paling sering nevus sebaseus adalah skalp (verteks), kening dan retroaurikular.
Penatalaksanaan nevus sebaseus ada beberapa cara, yang terbaik adalah eksisi. Namun, untuk pengangkatan
lesi besar mungkin memerlukan tindakan flap.
Membuat skar pasca operasi seminimal mungkin dan secara estetik lebih dapat diterima merupakan hal
penting yang harus dipertimbangkan terutama untuk lesi-lesi di wajah. Seorang laki-laki usia 20 tahun datang
dengan keluhan benjolan tanpa disertai rasa sakit dan gatal pada dahi sejak 1,5 tahun. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan plak verukosa, soliter, linier dengan ukuran 0,5 cm x 1,5 cm pada regio frontalis.
Dilakukan terapi eksisi diikuti penutupan defek dengan flap A-T. Pengangkatan lesi pada daerah wajah
harus memperhatikan segi estetik. Flap A-T merupakan salah satu pilihan tindakan untuk lesi daerah kening
karena sisi horizontal skar dapat disembunyikan pada garis wajah sehingga skar yang terbentuk minimal dan
secara estetik lebih dapat diterima. (MDVI 2011; 38/2:84-8)

Kata kunci : nevus sebaseus, flap A-T

ABSTRACT

Nevus sebaceous is a sharply demarcated hamarthoma lesion primarily consists of sebaceous gland.
Despite its cosmetic disruption, about 20% of cases may develop into several adnexa tumors. The most often
predilections of nevus sebaceous are on scalp (vertex), forehead, and retroauriculae. There are several ways
in management of nevus sebaceous, which the best one is excision. However removal of big lesion may need a
flap procedure.
To achieve minimal and more acceptable aesthetically post operative scar is an important thing to
consider, especially for lesions on the face. A 20 years old man complained a lump on forehead which
developed since 1,5 years ago. From physical examination a verucous, solitair, linear plaque was found on
frontal region with 0,5 cm x 1,5 cm in size.
Patient was treated with excision followed by A-T flap for defect closure. Lesion removal on facial area
should consider the aesthetical value. A-T flap is one of the treatment choice for lesion on forehead area,
because the horizontal scar can be hidden in the face’ s line so that the scar is minimal and more acceptable
aesthetically. (MDVI 2011; 38/2:84-8)

Keywords : nevus sebaceous, A-T flap

Korespondensi :
Jl. Bunga Lau No.17, Medan
Telp. 061 – 8365915
Email: sriwp95@yahoo.com

84
SW Purnama dkk. Eksisi Nevus Sebaseus dengan penutupan Flap A-T

PENDAHULUAN jaringan ikat dan pembuluh darah. Rambut velus lebih


dominan daripada rambut terminal. Dapat juga ditemukan
Nevus sebaseus merupakan lesi hamartoma berbatas kelenjar apokrin pada sekitar 50% lesi.2-4
tegas yang terutama terdiri atas kelenjar sebasea.1,2 Nevus Diagnosis banding nevus sebaseus antara lain nevus
sebaseus pertama kali dijabarkan oleh Jadassohn tahun epidermal, aplasia kutis, nevus kongenital, keratosis seboroik
1895 sehingga disebut juga nevus sebaceous of Jadassohn dan veruka.1,2
(nevus organoid).2,3 Karena ada risiko keganasan dan kadang karena alasan
Nevus sebaseus dapat ditemukan pada 3 di antara estetik, maka lesi kecil harus diangkat dengan cara full-
1.000 neonatus.1-4 Sebanyak 2/3 kasus nevus sebaseus thickness skin excision disertai penutupan primer sebelum
ditemukan saat lahir, sisanya muncul saat bayi atau pada pubertas. Tindakan ini memberikan hasil estetik memuaskan
awal masa kanak-kanak.5 Insidens nevus sebaseus pada pada lesi di skalp. Namun untuk pengangkatan lesi besar
laki-laki dan perempuan dilaporkan sama.1-3,5 mungkin perlu tindakan flap. Terapi fotodinamik menggu-
Penyebab nevus sebaseus adalah mutasi sel pluripoten nakan asam aminolevulinik topikal dilaporkan memberikan
selama embriogenesis yang menyebabkan perubahan hasil baik pada beberapa kasus. Penghancuran lokal dengan
diferensiasi sel. Faktor hormonal juga mempengaruhi nevus elektrokauter atau bedah beku tidak direkomendasikan
sebaseus, lesi tampak lebih tinggi dari kulit saat lahir, karena dapat terjadi rekurensi dan mengaburkan proses
menjadi datar saat kanak-kanak, dan meninggi kembali keganasan yang terjadi di bawah permukaan lesi. Laser
selama pubertas.2 Penelitian yang dilakukan oleh Hamilton CO2 pernah digunakan pada pasien nevus sebaseus di
dkk. menunjukkan peningkatan reseptor androgen pada hidung, namun risiko timbul proses keganasan pada
sebosit dan komponen epitel lainnya pada lesi nevus seba- komponen dermis harus dipertimbangkan.1,2,5
seus yang sensitif terhadap androgen dalam sirkulasi darah.6 Flap A-T merupakan bagian dari bilateral advan-
Predileksi nevus sebaseus paling sering adalah pada cement flap yang merupakan salah satu modalitas penutupan
skalp (verteks), kening dan retroaurikula,1,3-5 tetapi pernah defek kulit melalui mobilisasi jaringan sepanjang arah
dilaporkan lesi pada dada dan mukosa oral.1-3,5 Pada linier.7,8
nevus sebaseus dapat ditemukan tiga stadium klinis yang Pada flap A-T, defek segitiga ditutup dengan menya-
berbeda. Saat lahir/pada awal masa bayi, lesi berupa plak tukan jaringan dari pinggir defek.8 Flap A-T dibuat dengan
warna kuning, merah muda, oranye, atau sewarna kulit, melakukan insisi sepanjang dasar segitiga khayalan atau
sedikit meninggi, soliter, tidak berambut, berbentuk bulat defek berbentuk lingkaran dan kemudian dilakukan
atau linier, dengan permukaan halus atau sedikit berpapil. pensejajaran bagian ujung sisi segitiga pada titik tengah
Pada saat remaja, lesi berupa nodus verukosa berbentuk oval, dasar segitiga untuk membentuk luka T yang terbalik.7 Flap
bulat atau linier dengan panjang 1-10 cm. Lesi biasanya A-T sangat berguna ketika distorsi struktur salah satu
soliter, namun dapat ditemukan lesi multipel dan meluas. ujung defek tidak diinginkan.9
Pada tahap selanjutnya, sekitar 20% kasus dapat berkembang
menjadi berbagai tumor adneksa menyerupai tricho-
blastoma, syringocystadenoma papilliferum, karsinoma sel
basal, dan yang lebih jarang hidradenoma nodular,
epithelioma sebaceous, apocrine cystadenoma, karsinoma
ekrin, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sebaseus,
spiradenoma dan keratoakantoma.2,3,5
Perkembangan tumor jinak nevus sebaseus terjadi <5%
sebelum usia 16 tahun, dan tumor ganas jarang ditemukan
pada masa kanak-kanak dan remaja. Resiko perkembangan Gambar 1. Flap A-T7
tumor meningkat seiring pertambahan usia.5
Pada pemeriksaan histopatologik tampak epidermis The A-T flap. An “A” shaped primary defect (blue outline) with
mengalami akantosis, hiperkeratosis, dan papilomatosis. additional parallel incision lines (dashed line) made on the
Pada dermis tampak peningkatan jumlah kelenjar sebasea bases of the triangle. Two advancement flaps were then created
dan berhubungan langsung dengan permukaan epidermis. and apposed towards the midline of the base of the triangle to
7
Dermis tampak menebal dengan peningkatan jumlah form an inverted “T” shaped wound.

85
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 84-88

Teknik ini cocok untuk rekonstruksi defek pada verukosa, soliter, linier, ukuran 0,5 cm x 1,5 cm pada
kening dan alis mata, sehingga skar yang dihasilkan dapat regio frontalis. Diagnosis banding pada kasus ini adalah
disembunyikan pada daerah alis mata, pinggir anatomi nevus sebaseus, nevus epidermal verukosa dan veruka
normal seperti batas rambut ataupun pada garis horizontal vulgaris dengan diagnosis sementara nevus sebaseus.
kening.7,10 Selain itu, flap A-T dapat digunakan untuk Hasil pemeriksaan laboratorik rutin dalam batas normal.
defek peri-alar dengan bagian atas T disembunyikan pada Pada pasien dilakukan tindakan eksisi lesi dan penutupan
lipatan alar, dan bagian vertikal T dapat disembunyikan defek cara flap A-T.
pada lipatan nasolabial. Skar vertikal yang terjadi dapat
terlihat, tetapi umumnya akan memudar seiring waktu jika Laporan operasi:
flap ditutup dengan rapat tanpa tegangan.10 1. Pasien dibaringkan di meja operasi posisi supinasi.
Walaupun flap A-T cukup mudah dilakukan 2. Lapangan operasi didesinfeksi dengan povidon iodine
menurut desainnya, tetapi perlu perhatian lebih hati-hati 10 % lalu alkohol 70 %.
ketika menyatukan ujung flap. Jika ujung flap melintasi 3. Kemudian dibuat garis bantu berbentuk segitiga dan
jarak yang jauh untuk menutup defek, maka akan garis pada dasar lesi dengan gentian violet sebagai
terbentuk kelebihan jaringan (dog ear).10 penuntun eksisi (gambar 2 B).
Dog ear yang terbentuk pada flap A-T dapat dieksisi 4. Lalu diberikan anestesi lokal dengan tumesen (campuran
atau dilakukan rekonstruksi dengan cara insisi kurvalinier NaCl 0,9% 100 ml + lidocaine 2% 2,5 ml + Na
7 bikarbonat 1,25 ml + adrenaline 1:1000 0,1 ml) secara
pada bagian atas T untuk meredistribusikan jaringan.
infiltrasi pada daerah operasi dan ditunggu 20 menit
5. Selanjutnya dilakukan sayatan eksisi segitiga sampai
batas subkutis menggunakan pisau no. 15 dan pada
basisnya dilakukan sayatan melintang, jaringan
diangkat dengan pinset lalu dipisahkan dari jaringan
bawahnya menggunakan gunting
6. Kemudian dilakukan undermining menggunakan klem
pada subkutis 0,5 cm dari pinggir sayatan, dan kedua
sisi segitiga dirapatkan pada pertengahan basis garis
melintang
7. Perdarahan dihentikan menggunakan tekanan dengan
kasa steril
8. Luka dijahit, diawali jahitan subkutikuler menggunakan
silk 3-0 dilanjutkan jahitan epidermal menggunakan
nylon 5-0 sehingga membentuk huruf T terbalik
A 9. Luka yang telah dijahit diolesi salep antibiotik, lalu
ditutup menggunakan kasa steril dan plester
10. Keadaan umum pasien pasca operasi baik
Foto A. Awal pasien

LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, usia 20 tahun, mahasiswa, datang
ke poliklinik kulit RSUP H. Adam Malik dengan keluhan
benjolan pada dahi sejak 1,5 tahun yang lalu. Benjolan
muncul sejak usia 10 tahun. Awalnya berupa bintil kecil
yang semakin membesar terutama sejak usia 14 tahun. Rasa
gatal dan sakit tidak ditemukan. Dua tahun yang lalu, karena
benjolan makin membesar pasien berobat ke Poliklinik Kulit
RSUP H. Adam Malik dan dilakukan tindakan elektro-
desikasi. Enam bulan setelah elektrodesikasi, mulai
timbul lagi bintil-bintil kecil pada lokasi yang sama, yang
semakin besar. B
Pada pemeriksaan fisik, didapat keadaan umum
baik, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80
x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit dan suhu tubuh
afebris. Pada pemeriksaan dermatologikus ditemukan plak Foto B. Garis bantu berbentuk segitiga sebagai penuntun eksisi

86
SW Purnama dkk. Eksisi Nevus Sebaseus dengan penutupan Flap A-T

Pasca operasi pasien diberikan pengobatan sistemik


antibiotik cefadroxil 2x 500 mg/hari, asam mefenamat
3x500 mg/hari, dan salep natrium fusidat. Jaringan yang
dieksisi dikirim ke Bagian Patologi Anatomi untuk
pemeriksaan histopatologik.
Pada kontrol ulang hari ke-3 tampak luka kering.
Pengobatan yang diberikan cefadroxil 2x 500 mg/hari,
asam mefenamat 3x500 mg/hari (jika masih nyeri), dan
salep natrium fusidat. Pada kontrol ulang hari ke-7, luka
kering dan dilakukan pembukaan jahitan. Terapi berupa
salep natrium fusidat. Pada kontrol ulang hari ke-30, skar
pasca operasi minimal (gambar 2 D). Prognosis quo ad
vitam bonam, quo ad functionam bonam, quo ad
sanationam bonam.

Gambar 1. Tampak adanya proliferasi kelenjar sebasea.

PEMBAHASAN
Diagnosis nevus sebaseus pada kasus ini dibangun
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
histopatologi.
Melalui anamnesis didapat benjolan mulai muncul
sejak usia 10 tahun dan membesar terutama sejak usia 14
tahun. Menurut kepustakaan, sebanyak 2/3 kasus nevus
sebaseus ditemukan saat lahir, sisanya muncul saat bayi
atau pada awal masa kanak-kanak.5 Faktor hormonal
C mempengaruhi perkembangan nevus sebaseus dimana lesi
tampak lebih tinggi dari kulit saat lahir, menjadi datar saat
Foto C. 3 hari pasca eksisi kanak-kanak, dan meninggi kembali selama pubertas.2
Insidens nevus sebaseus pada laki-laki dan perempuan
dilaporkan sama.1-3,5
Pada pemeriksaan dermatologikus tampak plak
verukosa soliter, linier dengan ukuran 0,5 cm x 1,5 cm
pada regio frontalis. Menurut kepustakaan, predileksi
paling sering dari nevus sebaseus adalah skalp (verteks),
kening dan retroaurikular,1,3-5 tetapi lesi pada dada dan
mukosa oral pernah dilaporkan.1-3,5 Pada saat remaja, lesi
berupa nodus verukosa berbentuk oval, bulat atau linier
dengan panjang 1-10 cm. Lesi biasanya soliter, namun
dapat ditemukan lesi multipel dan meluas.2,3,5
Sebelumnya lesi sudah diobati dengan tindakan
elektrodesikasi namun lesi kambuh kembali. Menurut
kepustakaan, penghancuran lokal dengan elektrokauter
D atau bedah beku tidak direkomendasikan karena dapat
terjadi rekurensi dan mengaburkan proses keganasan yang
terjadi di bawah permukaan lesi.1,2,5
Foto D. 1 bulan pasca operasi. Pada pemeriksaan histopatologik lesi tampak sediaan
dengan pelapis epitel tatah berlapis mengalami hiper-
Hasil pemeriksaan histopatologi tampak sediaan keratosis, akantosis, dan papilomatosis dengan proliferasi
dengan pelapis epitel tatah berlapis mengalami hiper- kelenjar sebasea dan stroma tampak diinfiltrasi sel-sel radang
keratosis, akantosis, dan papilomatosis dengan proliferasi limfosit. Kesimpulan : Nevus Sebaseus. Menurut kepus-
kelenjar sebasea dan stroma tampak diinfiltrasi sel-sel takaan, pada pemeriksaan histopatologik dari nevus sebaseus
radang limfosit. Kesimpulan: nevus sebaseus (gambar 1). tampak epidermis mengalami akantosis, hiperkeratosis, dan
papilomatosis. Pada dermis tampak peningkatan jumlah

87
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 84-88

kelenjar sebasea dan berhubungan langsung dengan permu- DAFTAR PUSTAKA


kaan epidermis. Dermis tampak menebal dengan peningkatan
jumlah jaringan ikat dan pembuluh darah. Rambut velus lebih 1. Atherton DJ. Naevi and other developmental defects. Dalam:
dominan ditemukan daripada rambut terminal. Dapat juga Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, editor.
Textbook of dermatology. Edisi ke-2. Volume 2. Italia: Rotolito
ditemukan kelenjar apokrin pada sekitar 50% lesi.2-4 Lombarda; 1998. h. 534-6.
Diagnosis banding kasus ini adalah nevus epidermal 2. Hammadi AA, Lebwohl MG. Nevus sebaseus. Diperoleh dari:
verukosa dan veruka vulgaris. Menurut kepustakaan, lesi http://emedicine.medscape.com/article/1058733
nevus epidermal verukosa berupa papul verukosa berwarna 3. Thomas VD, Swanson NA, Lee KK. Benign epithelial tumors,
hamartomas, and hyperplasias. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA,
coklat, coklat-abu-abu atau sewarna kulit yang dapat Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s
bergabung membentuk plak verukosa. Lesi pada lengan dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York:
memiliki konfigurasi linier sesuai garis Blaschko. Nevus McGrawHill Incoorporate; 2008. h. 1056-9.
epidermal verukosa sering ditemukan pada satu tahun 4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s diseases of the skin
clinical dermatology. Edisi ke-10. Kanada: Elseiver Inc.; 2006. h. 661-2.
pertama kehidupan, namun kebanyakan kasus muncul pada 5. Habif TP. Clinical dermatology. Edisi ke-3. Missouri: Mosby-Year
usia 14 tahun.3 Lesi veruka vulgaris berupa papul atau nodus Book; 1996. h. 445-53.
verukosa yang dapat ditemukan di seluruh permukaan kulit. 6. Hamilton KS, Johnson S, Smoller BR. The role of androgen
Lesi bisa soliter maupun konfluens.11 Diagnosis banding receptors in the clinical course of nevus sebaceus of Jadassohn.
Mod Pathol. 2001; 14(6): 539-42.
nevus epidermal verukosa dan veruka vulgaris disingkirkan 7. Laude A, Yip CC. The role of advancement flaps in peri-ocular
berdasarkan pemeriksaan histopatologik dijumpai adanya reconstructive surgery. Annals Academy of Medicine. 2007; 36(10):
proliferasi kelenjar sebasea yang mendukung suatu nevus s27-30.
sebaseus. 8. Quinn FB, Calhoun K, Katzenmeyer K. Local skin flaps. Diperoleh
dari http://www.otohns.net/default.asp?id=14052
Pada pasien dilakukan tindakan eksisi disertai 9. Khouri R. Skin Flaps. Dalam : Nouri K, Leal-Khouri S, editor.
penutupan defek dengan flap A-T. Menurut kepustakaan Techniques in dermatologic surgery. Edinburgh: Mosby; 2003. h.
lesi nevus sebaseus harus diangkat dengan cara full- 144-45.
thickness skin excision.2 Penutupan defek cara flap A-T 10. Cook JL, Goldman GD. Random pattern cutaneous flaps. Dalam :
Robinson JK, Hanke CW, Siegel DM, Sengelmann RD, editor.
pada kasus ini karena letak lesi di daerah kening, bagian Surgery of the Skin. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005. h. 314-16.
horizontal T dapat disembunyikan pada garis horizontal 11. Androphy EJ, Lowy DR. Warts. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA,
kening sehingga skar yang terbentuk minimal.7,10 Skar atz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s
vertikal yang terjadi dapat terlihat, tetapi umumnya akan dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-
Hill Incoorporate; 2008. h. 1914-23.
memudar seiring waktu jika flap ditutup dengan rapat
tanpa tegangan.10

88

Anda mungkin juga menyukai