Laporan Kasus
ABSTRAK
Nevus sebaseus merupakan lesi hamartoma berbatas tegas yang terutama terdiri atas kelenjar sebasea.
Selain menganggu secara estetik, sekitar 20% kasus dapat berkembang menjadi berbagai tumor adneksa.
Predileksi yang paling sering nevus sebaseus adalah skalp (verteks), kening dan retroaurikular.
Penatalaksanaan nevus sebaseus ada beberapa cara, yang terbaik adalah eksisi. Namun, untuk pengangkatan
lesi besar mungkin memerlukan tindakan flap.
Membuat skar pasca operasi seminimal mungkin dan secara estetik lebih dapat diterima merupakan hal
penting yang harus dipertimbangkan terutama untuk lesi-lesi di wajah. Seorang laki-laki usia 20 tahun datang
dengan keluhan benjolan tanpa disertai rasa sakit dan gatal pada dahi sejak 1,5 tahun. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan plak verukosa, soliter, linier dengan ukuran 0,5 cm x 1,5 cm pada regio frontalis.
Dilakukan terapi eksisi diikuti penutupan defek dengan flap A-T. Pengangkatan lesi pada daerah wajah
harus memperhatikan segi estetik. Flap A-T merupakan salah satu pilihan tindakan untuk lesi daerah kening
karena sisi horizontal skar dapat disembunyikan pada garis wajah sehingga skar yang terbentuk minimal dan
secara estetik lebih dapat diterima. (MDVI 2011; 38/2:84-8)
ABSTRACT
Nevus sebaceous is a sharply demarcated hamarthoma lesion primarily consists of sebaceous gland.
Despite its cosmetic disruption, about 20% of cases may develop into several adnexa tumors. The most often
predilections of nevus sebaceous are on scalp (vertex), forehead, and retroauriculae. There are several ways
in management of nevus sebaceous, which the best one is excision. However removal of big lesion may need a
flap procedure.
To achieve minimal and more acceptable aesthetically post operative scar is an important thing to
consider, especially for lesions on the face. A 20 years old man complained a lump on forehead which
developed since 1,5 years ago. From physical examination a verucous, solitair, linear plaque was found on
frontal region with 0,5 cm x 1,5 cm in size.
Patient was treated with excision followed by A-T flap for defect closure. Lesion removal on facial area
should consider the aesthetical value. A-T flap is one of the treatment choice for lesion on forehead area,
because the horizontal scar can be hidden in the face’ s line so that the scar is minimal and more acceptable
aesthetically. (MDVI 2011; 38/2:84-8)
Korespondensi :
Jl. Bunga Lau No.17, Medan
Telp. 061 – 8365915
Email: sriwp95@yahoo.com
84
SW Purnama dkk. Eksisi Nevus Sebaseus dengan penutupan Flap A-T
85
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 84-88
Teknik ini cocok untuk rekonstruksi defek pada verukosa, soliter, linier, ukuran 0,5 cm x 1,5 cm pada
kening dan alis mata, sehingga skar yang dihasilkan dapat regio frontalis. Diagnosis banding pada kasus ini adalah
disembunyikan pada daerah alis mata, pinggir anatomi nevus sebaseus, nevus epidermal verukosa dan veruka
normal seperti batas rambut ataupun pada garis horizontal vulgaris dengan diagnosis sementara nevus sebaseus.
kening.7,10 Selain itu, flap A-T dapat digunakan untuk Hasil pemeriksaan laboratorik rutin dalam batas normal.
defek peri-alar dengan bagian atas T disembunyikan pada Pada pasien dilakukan tindakan eksisi lesi dan penutupan
lipatan alar, dan bagian vertikal T dapat disembunyikan defek cara flap A-T.
pada lipatan nasolabial. Skar vertikal yang terjadi dapat
terlihat, tetapi umumnya akan memudar seiring waktu jika Laporan operasi:
flap ditutup dengan rapat tanpa tegangan.10 1. Pasien dibaringkan di meja operasi posisi supinasi.
Walaupun flap A-T cukup mudah dilakukan 2. Lapangan operasi didesinfeksi dengan povidon iodine
menurut desainnya, tetapi perlu perhatian lebih hati-hati 10 % lalu alkohol 70 %.
ketika menyatukan ujung flap. Jika ujung flap melintasi 3. Kemudian dibuat garis bantu berbentuk segitiga dan
jarak yang jauh untuk menutup defek, maka akan garis pada dasar lesi dengan gentian violet sebagai
terbentuk kelebihan jaringan (dog ear).10 penuntun eksisi (gambar 2 B).
Dog ear yang terbentuk pada flap A-T dapat dieksisi 4. Lalu diberikan anestesi lokal dengan tumesen (campuran
atau dilakukan rekonstruksi dengan cara insisi kurvalinier NaCl 0,9% 100 ml + lidocaine 2% 2,5 ml + Na
7 bikarbonat 1,25 ml + adrenaline 1:1000 0,1 ml) secara
pada bagian atas T untuk meredistribusikan jaringan.
infiltrasi pada daerah operasi dan ditunggu 20 menit
5. Selanjutnya dilakukan sayatan eksisi segitiga sampai
batas subkutis menggunakan pisau no. 15 dan pada
basisnya dilakukan sayatan melintang, jaringan
diangkat dengan pinset lalu dipisahkan dari jaringan
bawahnya menggunakan gunting
6. Kemudian dilakukan undermining menggunakan klem
pada subkutis 0,5 cm dari pinggir sayatan, dan kedua
sisi segitiga dirapatkan pada pertengahan basis garis
melintang
7. Perdarahan dihentikan menggunakan tekanan dengan
kasa steril
8. Luka dijahit, diawali jahitan subkutikuler menggunakan
silk 3-0 dilanjutkan jahitan epidermal menggunakan
nylon 5-0 sehingga membentuk huruf T terbalik
A 9. Luka yang telah dijahit diolesi salep antibiotik, lalu
ditutup menggunakan kasa steril dan plester
10. Keadaan umum pasien pasca operasi baik
Foto A. Awal pasien
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, usia 20 tahun, mahasiswa, datang
ke poliklinik kulit RSUP H. Adam Malik dengan keluhan
benjolan pada dahi sejak 1,5 tahun yang lalu. Benjolan
muncul sejak usia 10 tahun. Awalnya berupa bintil kecil
yang semakin membesar terutama sejak usia 14 tahun. Rasa
gatal dan sakit tidak ditemukan. Dua tahun yang lalu, karena
benjolan makin membesar pasien berobat ke Poliklinik Kulit
RSUP H. Adam Malik dan dilakukan tindakan elektro-
desikasi. Enam bulan setelah elektrodesikasi, mulai
timbul lagi bintil-bintil kecil pada lokasi yang sama, yang
semakin besar. B
Pada pemeriksaan fisik, didapat keadaan umum
baik, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80
x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit dan suhu tubuh
afebris. Pada pemeriksaan dermatologikus ditemukan plak Foto B. Garis bantu berbentuk segitiga sebagai penuntun eksisi
86
SW Purnama dkk. Eksisi Nevus Sebaseus dengan penutupan Flap A-T
PEMBAHASAN
Diagnosis nevus sebaseus pada kasus ini dibangun
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
histopatologi.
Melalui anamnesis didapat benjolan mulai muncul
sejak usia 10 tahun dan membesar terutama sejak usia 14
tahun. Menurut kepustakaan, sebanyak 2/3 kasus nevus
sebaseus ditemukan saat lahir, sisanya muncul saat bayi
atau pada awal masa kanak-kanak.5 Faktor hormonal
C mempengaruhi perkembangan nevus sebaseus dimana lesi
tampak lebih tinggi dari kulit saat lahir, menjadi datar saat
Foto C. 3 hari pasca eksisi kanak-kanak, dan meninggi kembali selama pubertas.2
Insidens nevus sebaseus pada laki-laki dan perempuan
dilaporkan sama.1-3,5
Pada pemeriksaan dermatologikus tampak plak
verukosa soliter, linier dengan ukuran 0,5 cm x 1,5 cm
pada regio frontalis. Menurut kepustakaan, predileksi
paling sering dari nevus sebaseus adalah skalp (verteks),
kening dan retroaurikular,1,3-5 tetapi lesi pada dada dan
mukosa oral pernah dilaporkan.1-3,5 Pada saat remaja, lesi
berupa nodus verukosa berbentuk oval, bulat atau linier
dengan panjang 1-10 cm. Lesi biasanya soliter, namun
dapat ditemukan lesi multipel dan meluas.2,3,5
Sebelumnya lesi sudah diobati dengan tindakan
elektrodesikasi namun lesi kambuh kembali. Menurut
kepustakaan, penghancuran lokal dengan elektrokauter
D atau bedah beku tidak direkomendasikan karena dapat
terjadi rekurensi dan mengaburkan proses keganasan yang
terjadi di bawah permukaan lesi.1,2,5
Foto D. 1 bulan pasca operasi. Pada pemeriksaan histopatologik lesi tampak sediaan
dengan pelapis epitel tatah berlapis mengalami hiper-
Hasil pemeriksaan histopatologi tampak sediaan keratosis, akantosis, dan papilomatosis dengan proliferasi
dengan pelapis epitel tatah berlapis mengalami hiper- kelenjar sebasea dan stroma tampak diinfiltrasi sel-sel radang
keratosis, akantosis, dan papilomatosis dengan proliferasi limfosit. Kesimpulan : Nevus Sebaseus. Menurut kepus-
kelenjar sebasea dan stroma tampak diinfiltrasi sel-sel takaan, pada pemeriksaan histopatologik dari nevus sebaseus
radang limfosit. Kesimpulan: nevus sebaseus (gambar 1). tampak epidermis mengalami akantosis, hiperkeratosis, dan
papilomatosis. Pada dermis tampak peningkatan jumlah
87
MDVI Vol. 38.No.2 Tahun 2011: 84-88
88