Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

VERUKA VULGARIS

Disusun Oleh :

Nama : TAUFIK HIDAYAT

NPM : 17710115

Kelompok : B2

Pembimbing :

dr. Wind Faidati, Sp.KK

KSM PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD IBNU SINA GRESIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA

2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I Laporan Kasus


1.1 Identitas Pasien.......................................................................................... 1
1.2 Anamnesis.................................................................................................. 1
1.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................... 2
1.4 Diagnosa.................................................................................................... 4
1.5 Diagnosa Banding...................................................................................... 4
1.6 Rencana (Diagnostik, Terapi, Edukasi)..................................................... 4

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Defenisi...................................................................................................... 6
2.2 Etiologi...................................................................................................... 6
2.3 Epidemiologi............................................................................................. 6
2.4 Patogenesis................................................................................................ 7
2.5 Gambaran Klinis........................................................................................ 8
2.6 Histopatologi............................................................................................. 12
2.7 Diagnosis................................................................................................... 12
2.8 Diagnosis Banding..................................................................................... 12
2.9 Penatalaksanaan......................................................................................... 13

BAB III Pembahasan............................................................................................. 16

Daftar Pustaka....................................................................................................... 17

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Sdri. W

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 22 tahun

Alamat : Usuwilangun, benowo Gresik. Jawa Timur

Pendidikan : SLTA

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Pegawai pabrik swasta

Agama : Islam

NO RM : 719772

1.2 ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan tanggal 18 Juni 2019

A. Keluhan utama
Kutil pada jari jempol kaki kanan dan kiri yang mengganggu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli kulit dan kelamin Rumah sakit Ibnu Sina Gresik
dengan keluhan terdapat sebuah kutil di jari jempol kanan dan kiri
ukuran ± 0,5 dan ada juga 2-3 mm sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya 1 tahun lalu kutil tumbuh ± 0,1 mm, kutil tidak merah, dan
terasa nyeri apabila waktu tertekan atau ditekan, tidak mudah berdarah,
tidak panas dan tidak gatal. Semakin lama kutil semakin besar hingga
± 0,5 mm sampai 2-3 mm dan menyebar dari jempol kaki ke jari jari
kaki sekitar dan sebelahnya.

C. Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya, riwayat alergi (-)

1
D. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

E. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya

F. Riwayat Kebiasaan :
- Mandi 2x sehari.
- Pasien sering memakai sepatu boots basah hampir setiap hari
waktu bekerja

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 18 juni 2019
1. Status Generalista
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : 456
d. Tanda Vital
a. Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
b. Nadi
: 89x/menit
c. Pernapasan
: 20x/menit
d. Suhu
: 36,50 C
e. Keadaan gizi : Baik

f. Kulit : warna coklat, sama seperti


warna sekitar
g. Kepala / leher
a. Mata
: Isokor, Anemis -/-, Ikterus
b. Telinga -/-
c. Hidung
: tidak tampak kelainan
d. Mulut
: tidak tampak kelainan
e. Leher : normal, sianosis -, bibir
kering -, lidah kotor–

: pembesaran kelenjar getah


bening -, peningkatan JVP –

h. Thorax : Simetris, retraksi dada -


- Jantung : S1 S2 tunggal,

2
reguler, Gallop (-),
murmur(-)
- Paru : Vesikuler padakedua
lapang paru
i. Abdomen : Flat, Soefl, bising usus (+)
15x/menit, organomegali
(-)
j. Ekstremitas : Akral hangat kering merah
+|+
2. Status Dermatologis
a. Lokasi : Regio manus palmar digiti
empat dextra
b. Bentuk : Papul dengan permukaan
kasar
c. Efloresensi : papul, soliter, bentuk bulat,
ukuran ± 0,5 mm, keras,
permukaan kasar dengan
kulit disekitarnya normal
3. Kelainan Mukosa : Tidak ditemukan kelainan
4. Kelainan Kuku : Tidak ditemukan kelainan
5. Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
6. Kelainan KGB : Tidak ditemukan
pembesaran KGB

3
(File pribadi, gambar diambil pada tanggal 22 Maret 2019)

Gambar 1 : gambaran veruka vulgaris

1.4 DIAGNOSA

Veruka vulgaris

1.5 DIAGNOSA BANDING

1. Moluskum kontagiosum

2. Veruka plana

3. Karsinoma sel skuamosa

1.6 RENCANA (DIAGNOSTIK, TERAPI, EDUKASI)

1. Planning diagnosis

Pemeriksaan histopatologi/biopsi kulit

2. Planning terapi

a. Medikamentosa

-Elektrokauterisasi

b. Non medikamentosa

4
- Tidak menyikat, menjepit, menyisir, atau mencukur daerah yang
berkutil untuk menghindari penyebaran virus
- Tidak menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil dan
kuku yang sehat
- Tidak gigit kuku jika memiliki kutil didekat kuku
- Tidak mencungkil kuku karena dapat menyebabkan luka
dan memudahkan masuknya infeksi virus
- Rajin mencuci tangan dan kulit secara teratur dan benar
- Mandi dua kali sehari sehingga kebersihan kulit senantiasa terjaga
- Bila terdapat luka kecil atau luka parutan, bersihkan dengan sabun
dan air hangat serta langsung dikeringkan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran
klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan
kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi
terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.1
Veruka vulgaris merupakan kelainan kulit berupa hiperplasia epidermis
yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu. Virus ini bereplikasi
pada sel-sel epidermis dan ditularkan dari orang-orang. Penyakit ini juga menular
dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh pasien yang sama dengan cara
autoinokulasi.1

2.2 ETIOLOGI
Veruka vulgaris adalah proliferasi jinak pada kulit dan mukosa di bagian
epidermis yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Tipe HPV yang
paling sering menimbulkan veruka vulgaris ialah HPV tipe 1, 3, 27, dan 57.
Veruka vulgaris sering terkena terutama pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Cara penyebaran virus ini ialah dengan kontak langsung
atau inokulasi.3

5
Tempat predileksi veruka vulgaris terutama di ekstremitas bagian
ekstensor dan tempat yang sering terjadi trauma seperti tangan, jari, dan lutut.
Veruka vulgaris pada tangan dan kaki disebabkan oleh HPV tipe 1, 2, 4, 27, 57,
dan 19.3

2.3 EPIDEMIOLOGI
Infeksi HPV merupakan hal umum dan sebagian besar manusia pernah
mengalaminya. Manifestasi paling umum dari infeksi HPV adalah veruka
vulgaris. Veruka vulgaris dapat terjadi pada semua usia, umumnya terdapat pada
anak-anak dan dewasa muda sekitar 25%.2
Veruka vulgaris dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi biasanya tidak
banyak ditemukan pada bayi dan awal masa anak. Insiden kutil kelamin
meningkat selama masa usia sekolah dan mencapai puncaknya pada remaja dan
awal dewasa. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa sekitar 2%-20% anak
di usia sekolah terdiagnosis kutil kulit.5
Veruka dapat menyebar secara langsung ataupun tidak langsung. Partikel
HPV harus kontak dengan sel punca di lapisan basal dari epidermis agar infeksi
dapat terjadi. Adanya gangguan fungsi barrier epitel, baik karena trauma ataupun
maserasi, atau keduanya, merupakan predisposisi untuk terjadinya inokulasi
virus.5

2.4 PATOGENESIS
Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang
dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda
yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan
hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai pinggir
kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya. Autoinokulasi juga
merupakan cara penularan yang penting dimana peningkatan insiden dan resiko
infeksi berulang pada orang yang telah mendapat veruka vulgaris
sebelumnya.Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit
yang terdapat abrasi, maserasi atau fisura. Virus akan mengadakan inokulasi pada
epidermis melalui defek pada epitelium.1,4

6
Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel
punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah
masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai
plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil
tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan
epitelium berikutnya. Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis
yang viabel melalui barrie epitel yang rusak. Maserasi pada kulit merupakan
faktor predisposisi yang penting. Pada model hewan coba dengan menggunakan
virion HPV, menunjukkan bahwa perllekatan pada heparan sulfate proteoglycan
pada membran basal merupakan langkah awal yang dibutuhkan pada proses
infeksi. Furin protease kemudian melepaskan L2, sehingga menginduksi
perubahan konformasi yang menyebabkan terjadinya ikatan pada reseptor sel
basal. Untuk mempertahankan infeksi yang persisten, virus harus masuk ke dalam
sel punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi seperti sel punca. Setelah
memasuki sel, terbentuk duplikasi genom virus yang terbentuk sebagai plasmid
ekstrakrornosom atau episom di dalam nukleus sel basal yang terinfeksi. Ketika
sel membelah, genum virus juga bereplikasi sehingga memindahkan infeksi virus
ke berbgai lapisan epitel yang berbeda. Ekspresi RNA virus (transkripsi) sangat
rendah hingga mencapai lapisan Malphigi bagian atas, dimana sintesis DNA virus
dan amplifikasi genom menghasilkan ratusan atau ribuan duplikasi pada tiap sel.
Protein kapsid virus L1 dan L2 disintesis pada lapisan tersebut dan terhimpun
menjadi satu kumpulan kapsid protein yang stabil. DNA virus yang baru
tersintesis terbungkus dalam kapsid, dan virion yang matang terakumulasi di
nukleus pada sel-sel pada lapisan bagian atas. Protein virus E1-E4 dapat
menginduksi kematian filamen sitoplasma keratin yang mengelilingi sisa nukleus
yang mengandung virus. Hal tersebut terjadi untuk memfasilitasi pelepasan virion
dari sitoskeleton keratinosit/korneosit, sehingga virus dapat terinokulasi ke Iokasi
lain atau terdeskuamasi. Setiap lesi baru merupakan hasil dari paparan awal
ataupun penyebaran dari veruka lainnya.1,5
Waktu untuk munculnya infeksi pada veruka vulgaris seringkali sulit
diketahui, namun periode inkubasi diperkirakan antara beberapa minggu hingga

7
lebih dari 1 tahun. Pada percobaan, waktu yang dibutuhkan hingga muncul veruka
vulgaris secara klinis yaitu sekitar 20 bulan.5

2.5 GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul dengan ukuran bervariasi,
hiperkeratosis dengan permukaan filiformis, berbatas tegas, dan tampak red or
brown dots yang merupakan ciri khas dari penyakit ini.3 Biasanya asimtomatik,
tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.4
HPV sulit dipahami karena tidak dapat dibiak pada kultur jaringan. Adanya
kemajuan dalam biologi molekuler telah memungkinkan karakteri-sasi dari genom
HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV. Infeksi HPV tidak hanya umum
ditemukan tetapi juga sulit untuk mengobati dan mencegah. Sering terdapat
periode laten yang panjang dan infeksi subklinis. Selain itu, HPV DNA dapat
ditemukan pada jaringan normal orang dewasa. Hasil pemeriksaan histologic
menunjukkan adanya akantosis, perpanjangan papila dermal, adanya sel vakuol
dengan inti padat dan keriput, dan inklusi basofilik keratin yang abnormal pada
lapisan permukan dari epidermis.3
a) Anamnesis
Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis,
terdapat periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9
bulan setelah inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan
kecil yang padat di daerah tangan dan kaki, terutama pada jari dan telapak.
Veruka vulgaris biasanya tidak disertai dengan gejala-gejala prodromal.
Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara
perlahan biasanya sudah sangat membantu untuk menegakan diagnosis
veruka vulgaris. Infeksi yang disebabkan oleh human papilloma virus
(HPV) ini terbatas pada epitel dan tidak menyebabkan gangguan
sistemik. Veruka vulgaris sering menyerang anak usia sekolah,
prevalensinya sekitar 10-20%. Veruka vulgaris jarang terjadi pada bayi
dan anak usia dini, peningkatan kejadian di antara anak usia sekolah, dan
puncaknya pada 12-16 tahun.
b) Pemeriksaan fisik

8
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan
veruka vulgaris biasanya didapatkan papula berbentuk bulat berwarna abu-
abu, besarnya lentikular atau apabila berkonfluensi berbentuk plakat,
permukaan kasar (verikurosa). Veruka vulgaris dapat timbul di
berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan. Apabila dilakukan
goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut juga
dengan fenomena koebner.
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan
menimbulkan anak kutil dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang
menggolongkan sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan
kulit kepala berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus pada
permukaan kulit, dan permukaannya verukosa, disebut juga sebagai
verukosa filiformis.
Menurut sifat progresinya, Wujud kelainan kulit pada verika
vulgaris adalah mula-mula papula kecil seukuran kepala jarum, warna kulit
seperti biasa, jernih, kemudian tumbuh menonjol, permukaan papilar
berwarna lebih gelap dan hiperkeratotik
c) Pemeriksaan penunjang
Apabila terdapat gambaran klinis yang tidak jelas pada pasien veruka
vulgaris, dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik dengan cara
biopsi kulit. Gambaran histopatologis dapat membedakan berbagai
macam papiloma.
Gambaran histopatologis epidermis pada veruka vulgaris akan
didapatkan hiperkeratosis, parakeratosis, pailomatosis, dan akantosis.
Pada dermis akan didapatkan pelebaran pembuluh daraha dan sebukan sel-
sel radang kronik.
d) Gold standard
Untuk mendiagnosis veruka vulgaris, dari hasil anamnesis yang
menunjukan gejala-gejala dan pemeriksaan fisik pada kulit untuk
mengetahui wujud kelainan kulit yang khas pada verika vulgaris sudah

9
cukup untuk menegakan diagnosis. Akan tetapi untuk lebih menegakan
diagnosis alangkah lebih baik dilakukan pemeriksaan histopatologis.
Riwayat khas veruka adalah terdapatnya tonjolan yang baru muncul,
menyebar dengan lambat, persisten, seringkali berupa papul yang berskuama pada
permukaan kulit. Dalam kurun waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan,
akan nampak adanya lesi papul tambahan di sekitar lokasi lesi awal, hal tersebut
mengindikasikan terjadinya penyebaran secara lokal dan dapat menyimpulkan
pada diagnosis infeksi HPV. Veruka seringkali diklasifikasikan menurut lokasi
anatominya atau morfologinya, dan memiliki tampilan klinis vang sangat
beragam.5
Veruka vulgaris memiliki gambaran klinis berupa papul ataupun nodul
dengan permukaan kasar, bertanduk dengan ukuran bervariasi, dengan diameter
berkisar antara kurang dari Imm hingga lebih dari 1 cm, dan dapat berkonfluens
hingga membentuk massa yang besar. Veruka dapat berbentuk filliform dan dapat
menyerupai bentukan cutaneous horn. Lokasi tersering kutil kulit yaitu pada
punggung tangan dan jari tangan. Pada anak usia kurang dari 12 tahun sering
muncul di lutut ataupun area lainnya. Veruka tunggal dapat bertahan lama tidak
berubah selama beberapa bulan ataupun beberapa tahun, namun beberapa dapat
membesar dengan cepat atau setelah beberapa waktu. Veruka vulgaris biasanya
tidak menimbulkan gejala, namun dapat teraba lunak pada telapak tangan.5

Ada beberapa jenis veruka vulgaris yang memiliki karakteristik klinis


diagnostik nama sesuai dengan fitur klinis, jenis virus dan situs yang terkena.4
a) Plantar wart
Veruka vulgaris yang terjadi pada telapak kaki.Sebuah bentuk lesi
keratotik tanpa elevasi yang berbeda. Menyerupai tylosis dan clavus, tetapi
dapat dibedakan dengan cara dikorek. Jika permukaan scraping dari lesi
menyebabkan keratotik petechiae, diagnosis kutil plantar.
b) Myrmecia
Kecil, bentuk kubah berbentuk nodul pada telapak kaki.Hal ini
disebabkan oleh infeksi HPV-1 dan mungkin menyerupai moluskum
kontagiosum. Hal ini juga disebut kutil palmoplantar yang
dalam.Memiliki penampilan berwarna merah, dan seperti kawah.

10
c) Pigmented wart
Hal ini disebabkan oleh infeksi HPV-4 atau HPV-65, atau HPV-
60 dalam kasus yang jarang.Ini memiliki fitur klinis veruka vulgaris
dan pigmentasi kehitaman, juga disebut kutil hitam.

d) Punctate wart
Hal ini disebabkan oleh infeksi HPV-63.Beberapa, belang-belang,
putih lesi keratotik 2mm sampai 5mm terjadi pada tangan dan telapak kaki.
e) Filiform wart
Memiliki penampilan panjang, penonjolan kecil, tipis dengan
diameter beberapa milimeter terjadi pada daerah kepala, wajah atau leher.

2.6 HISPATOLOGI
Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal
akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat
pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler
dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.1,4

2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan anamnesis. Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan
histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang
memerlukan konfirmasi. Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris
meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris
dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam
yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler.1,4

2.8 DIAGNOSIS BANDING


Gambaran klinis dan riwayat perkembangan lesi yang menunjukkan
gambaran papul yang membesar perlahan biasanya mengarahkan pada diagnosis
veruka. Pemeriksaan histologi dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Lesi
kulit keratosis seboroik, keratosis solaris, nevus, akrokordon, hiperplasia
sebaseus, klavus, granuloma pyogenik kecil atau karsinoma sel skuamosa dapat

11
memiliki gambaran klinis yang menyerupai veruka. Diagnosis banding bervariasi
bergantung pada tipe lesi dan lokasi keterlibatan.5

2.9 PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati
ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah
penyebaran infeksi. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit
dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat. Veruka vulgaris dapat
mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun. Satu penelitian pada tahun 1963
mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat
mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.1
Terapi umum :
 Tidak menyikat, menjepit, menyisir, atau mencukur daerah yang berkutil
untuk menghindari penyebaran virus
 Tidak menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil dan kuku yang
sehat
 Tidak gigit kuku jika memiliki kutil didekat kuku
 Tidak mencungkil kuku karena dapat menyebabkan luka dan
memudahkan masuknya infeksi virus
 Rajin mencuci tangan dan kulit secara teratur dan benar
 Mandi dua kali sehari sehingga kebersihan kulit senantiasa terjaga
 Bila terdapat luka kecil atau luka parutan, bersihkan dengan sabun dan air
hangat serta langsung dikeringkan
 Kenakan selalu alas kaki, bila perlu yang tahan air atau anti selip terutama
saat menggunakan fasilitas umum
 Terapi khusus :
Terapi sistemik yang digunakan adalah:
 Simetidin oral dengan dosis 30-40 mg/kgBB/hari telah
dilaporkan mampu meresolusi veruka vulgaris.
Terapi topikal yang digunakan adalah:
 Elektrokauterisasi.
Elektrokauterisasi ini efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan
jaringan yang terinfeksi dan HPV, serta kontraindikasi untuk pasien
dengan cardiac pacemakers. Tehnik ini diawali dengan anestesi lokal.
Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi dengan narkotik analgesik dan

12
analgesik topikal pada beberapa pasien sangat bermanfaat seperti
lidocaine jelly.
 Krioterapi
Merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris. veruka
seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari
akan timbul lepuh sehingga akan menjadi lebih lunak. Proses krioterapi
biasanya menggunakan likuid nitrogen (temperatur -196° C). Idealnya
pengobatan dilakukan setiap dua atau tiga pekan sampai lepuh
terkelupas. Komplikasi dari krioterapi diantaranya terjadinya
hipopigmentasi dan timbul jaringan parut (skar).
 Laser karbondioksida dapat digunakan untuk pengobatan beberapa
variasi dari veruka baik pada kulit maupun mukosa. Pengobatan
ini efektif untuk menghilangkan beberapa jenis veruka, seperti kutil
periungual dan subungual
 Asam salisilat 12-26% dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk
pengobatan veruka vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan
krioterapi. Efek keratolitik asam salisilat mampu membantu
mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi respon inflamasi.
 Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10%
glutaraldehid dalam etanol cair atau dalam formulasi bentuk gel.
Pengobatan hanya terbatas pada lesi di tangan. Efek samping yang
dapat terjadi adalah dermatitis kontak. Nekrosis kutaneus dapat
terjadi walaupun sangat jarang.
 Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan
veruka vulgaris terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan
memiliki konsentrasi 1 unit/ml yang diinjeksikan di dekat bagian bawah
veruka hingga terlihat memucat. Saat injeksi terasa nyeri sehingga pada
beberapa pasien dapat diberikan anestesi lokal. Efek samping yang
pernah dilaporkan adalah timbulnya skar dan dapat menyebabkan
nekrosis jaringan yang luas

Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah


lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta
pengalaman dokter. Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan untung- rugi
bagi pasien harus dipertimbangkan. Indikasi dilakukannya pengobatan pada

13
veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and
Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa
nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik
maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka
kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.1
Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa
rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak
menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat
diaplikasikan pada seluruh pasien.1 Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris
secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan
veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi bedah, terapi
sistemik, hipnoterapi dan terapi dengan agen imunosupresif (Tabel 2.1).1

Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit


Pengobatan Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat
bukti
Terapi lini pertama
Asam salisilat Topikal Vulgaris/periungual/subungual/ UAT
plantaris
Argentum nitrat Topikal Vulgaris UAT
Glutaraldehid Topikal Plantaris UAT
Formaldehid Topikal Plantaris UKT
Tretinoin Topikal Flat UAT
Terapi lini kedua
Krioterapi Destruktif Vulgaris/filiformis UAT
Terapi lini ketiga
Bleomisin Intralesional Vulgaris/plantaris UAT
Fluorourasil Topikal Vulgaris/plantaris UAT
Levamisol Sistemik Vulgaris multipel/flat/plantaris UAT
Terapi fotodinamik Destruktif Vulgaris UAT
Kuretase, cauterisasi, pembedahan Destruktif Vulgaris/plantaris UAT
Laser Destruktif Vulgaris multipel/plantaris UAT
Imunoterapi kontak Topikal Vulgaris multipel UAT
Simetidin Sistemik Vulgaris UAT
Interferon Intralesional Vulgaris UAT
Imunoterapi dengan antigen Intralesional Vulgaris UKT
mumps atau kandida
Hipnoterapi Lainnya Vulgaris UAT
Terapi panas terlokalisir Lainnya Vulgaris/periungual/subungual/ UAT
flat
Imikuimod Topikal Vulgaris UKT
UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol
Dikutip dari kepustakaan no. 1

14
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan keterangan pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik hanya


didapatkan dari keterangan pasien pasien merupakan pekerja pabrik di pabrik
swasta yang selalu menggunakan sepatu boots waktu bekerja yang selalu terkena
air atau dalam kondisi basah sepatunya awalnya hanya satu dan 3 bulan trakhir ini
bertambah banyak dan menyebar ke jari kaki sebelahnya dan pada pemeriksaan
fisik didapatkan beberapa lesi dalam jangka waktu 3 bulan dengan ukuran
bervariasi dari 0,5mm dampai 2-3mm. pada anamnesa dan pemeriksaan fisik saya
memperoleh data yang kurang terperinci tentang aktifitas dan pekerjaan dari
pasien yang berhubungan dengan terinfeksinya human papilloma virus yang
menimbukan veruka vulgaris.
Penyakit ini juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya
(pada pasien yang sama) dengan cara autoinokulasi. Untuk menentukan infeksi
penyebaran veruka vulgaris pada bagian tubuh lainnya dibutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut. Kadar anti bodi yang dihasilkan oleh tubuh merupakan respon alami
untuk dapat menghambat pertumbuhan infeksi HPV. Kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap respon tubuh seseorang, yang mana pada pasien tersebut
pertumbuhan veruka vulgaris hanya terdapat beberapa lesi yang terletak pada jari
jari kaki kiri dan kanan.1,6

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Dalimunthe, Dina Arwina Hubungan Lama Waktu Penyembuhan Dan


Karakteristik Penderita Pada Pengobatan Veruka Vulgaris Dengan Pengolesan
Larutan Fenol 80%. Tesis. Medan: USU. 2013.
2. Dalimunthe, Dina Arwina. Remenda Siregar dan Chairiyah Tanjung. Lama
Waktu Penyembuhan Berkorelasi dengan Karakteristik Pasien Pada
Pengobatan Veruka Vulgaris Dengan Pengolesan Larutan Fenol 80%. Jurnal
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (BIKK) Periodical of Dermatology
and Venerology. 2016. Volume 28 Nomor 1.
3. Jonathan, Julian. Kapantow, Grace M dan Niode, N.J. Profil Veruka Vulgaris
di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode Januari – Desember 2012. Jurnal e-Clinic (e-Cl). 2015. Volume 3
Nomor 2.
4. Shenefelt PD. et all. Warts, Non Genital. 2018. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1133317-print. Diakses pada tanggal:
30 Maret 2019.
5. Murlistyarini Sinta, Suci Prawitasari dan Lita S. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Cetakan Pertama. Malang: UB Press. 2018: hlm 39-43.
6. Setiawati Dewi. Human Papilloma Virus dan Kanker Serviks. Public Health
Science Journal. 2014. Volume 6 Nomor 2: hlm 450-459.

16

Anda mungkin juga menyukai