Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS BANGSAL

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


“MOLUSKUM KONTANGIOSUM”

Pembimbing:
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh:
Siska Sulistiyowati 1620221168

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
”VETERAN” JAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
MOLUSKUM CONTANGIOSUM

Oleh:
Siska Sulistiyowati
1620221168

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

Purwokerto, Oktober 2018


Pembimbing,

dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK


NIP. 19790622 201012 2 001

2
PENDAHULUAN

Moluskum kontagiosum adalan penyakit disebabkan oleh virus pox, klinis


berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang
mengandung badan moluskum. Penyakit ini terutama menyerang anak dan
kadang-kadang juga orang dewasa. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam
penyakit akibat hubungan seksual (P.H.S). transmisinya melalui kontak kulit
langsung dan otoinokulasi. Kejadian moluskum kontangiosum sebagai penyakit
yang ditularkan secara seksual pada orang muda kini meningkat. Hal ini juga
terlihat pada penderita AIDS.

3
I. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : An. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 7 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam

B. Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 02 Oktober 2018 di Bangsal
Teratai RSMS Purwokerto pukul 16.00.
1. Keluhan Utama :
Timbul bintil-bintil pada ketiak kiri dan paha kiri sejak 1 bulan yang
lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan timbul bintil-bintil pada ketiak kiri
dan paha kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya timbul bintil
berjumlah dua sebesar jarum pentul pada ketiak kiri pasien, lalu
semakin lama bintil tersebut semakin meluas dan timbul di bagian paha
kiri pasien. Bintil-bintil tersebut disertai gatal, namun tidak disertai
nyeri. Pasien mengaku terkadang menggaruknya jika terasa gatal. 3
bulan yang lalu pasien didiagnosis menderita psoriasis. Pasien mandi 2
kali sehari saat pagi dan sore. Pasien berganti baju sehari 2 kali.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat keluhan sama : disangkal
b. Riwayat penyakit kulit : diakui (psoriasis)
c. Riwayat hipertensi : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal

4
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
h. Riwayat Pengobatan : diakui
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat mondok : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Kesehariannya pasien adalah seorang pelajar yang tinggal bersama
orangtuanya disebuah rumah di Purwokerto. Hari-hari penderita
seorang murid SD, dari pagi sampe siang penderita berada di sekolah
dan siangnya penderita sudah dijemput pulng kerumah. Penderita sering
bermain diluar bersama teman-temannya. Mandi 2 kali sehari saat pagi
dan sore. Pasien mengaku berganti baju sehari dua kali.

C. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- Nadi : 132x/menit
- Pernafasan : 24 x/menit
- Suhu : 36.5° C
Antropometri :
- BB : 32 Kg
- TB : 130 cm

Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-


Telinga : ottorhea (-).
Hidung : napas cuping hidung (-) sekret (-)

5
Mulut : sianosis (-)
Leher : dalam batas normal
Thorax : Simetris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal

D. Status Dermatologis
1. Lokasi :
- Regio aksila sinistra
- Regio ekstremitas inferior sinistra
2. Effloresensi :
Papula miliaria berwarna putih mutiara berbentuk kubah yang kemudian
ditengahnya terdapat lekukan (delle)., meninggi, diskrit dan domeshaped.

Gambar 1.1 UKK Papula miliaria berwarna putih mutiara, meninggi, diskrit dan
domeshaped di regio aksila sinistra dan regio ekstremitas inferior sinistra

6
E. Diagnosis Banding
1. Karisnoma sel basal : pada orang tua, sering mengalami ulserasi
2. Veruka vulgaris : vegetasi lentikuler, permukaan kasar, kering, warna
keabuan, kulit disekitarnya tidak meradang
3. Keratoakantoma : biasanya nodula-nodula keras, pada bagian tengah
didapati sumbatan keratin. Biasanya ditemukan didaerah wajah , telinga
dan punggung tangan.

F. Diagnosis Kerja
Moluskum Kontangiosum

G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa :
a. Oral:
1) Cetrizine 1x1 tab
2. Non medikamentosa :
Menjaga higiene
Ekskokhleasi dengan kauterisasi  Mengeluarkan massa yang
mengandung badan moluskum.
3. Edukasi :
a. Menjaga asupan nutrisi yang adekuat
b. Istirahat cukup
c. Menjaga kebesihan kulit dengan mandi 2 kali sehari
d. Sering berganti pakaian apabila berkeringat
e. Sering mencuci handuk, pakaian, sprei.
f. jangan menggaruk, karena akan menyebabkan otoinokulasi atau
infeksi sekunder.
g. hindari kontak pada daerah yang terinfeksi dan hindari pemakaian
handuk bersama

7
H. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : ad bonam
3. Quo ad sanationam : ad bonam
4. Quo ad komestikum : ad bonam

8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit
yang disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan
wujud klinis berupa benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang
berumbilikasi di tengah, mengandung badan moluskum (Sri, 2015).

B. Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang
dewasa. Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika
pada orang dewasa digolongan dalam Penyakit akibat hubungan Hubungan
Seksual (P.H.S.) yang ditularkan melalui kontak membran mukosa.
Kejadian moluskum kontangiosum sebagai penyakit yang ditularkan secara
seksual pada orang muda kini meningkat. Hal ini juga terlihat pada
penderita AIDS (Sri, 2015).
Pada negara tropis, insiden paling tinggi pada anak-anak dengan rentang
usia 2 dan 3 tahun. Sedangkan pada negara maju, biasanya pada anak-anak
sekolah karena penggunaan kolam renang yang bersama-sama. Studi di
Jepang pada tahun 2008, menyatakan bahwa terdapat 7000 anak terserang
moluskum kontagiosum dengan 75% di antaranya memiliki riwayat
penggunaan kolam renang bersama. 2,3 Di Amerika Serikat, pada tahun
2003, hanya ditemukan 5% anak-anak yang terkena moluskum
kontagiosum, dan kira-kira antara 5-20% menyerang dewasa dengan AIDS
(Wollfs, 2008).
Moluskum kontagiosum dapat terjadi pada semua kelompok umur tapi
paling umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang aktif secara
seksual. Moluskum kontagiosum bisa terjadi pada setiap usia pada pasien
dengan immunocompromised

C. Etiologi
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh suatu virus dari golongan
poxvirus. Dalam taksonomi, virus ini termasuk dalam ordo Poxviridae,

9
famili Chordopoxvirinae, genus Molluscipox virus, spesies Molluscum
contagiosum virus (MOCV). Virus ini termasuk golongan double strained
DNA (dsDNA) (Sri, 2015).
Virion dari MOCV ditemukan dengan struktur beramplop, berbentuk
seperti bata dengan ukuran 320x250x200 nm. Partikel virus ini terdiri dari 2
bentuk infeksius yang berbeda, yaitu internal mature virus (IMV) dan
external enveloped virus (EEV) (Jawetz, 2005).

b. Faktor resiko
1) Pemakaian imunosupresif
2) Kebersihan yang kurang seperti pada kolam renang dan salon
kecantikan

c. Gambaran klinis
Kelainan kulit yang sering dijumpai berupa papul miliar, kadang – kadang
lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian
ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak ke luar massa
yang berwarna putih seperti nasi. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7
minggu. Pasien dengan moluskum kontagiosum kebanyakan asimtomatis.
Beberapa berkembang eksema disekitar lesi. Lokalisasi penyakit ini di
daerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Meskipun lesi khasnya berupa suatu
papul berbentuk kawah (delle), lesi pada daerah genital yang lembab dapat
meradang akan memborok dan dapat terkacaukan dengan lesi yang
ditimbulkan oleh HSV (Sri, 2015).

10
1.2 Gambaran Klinis Delle pada Moluskum Kontangiosum

d. Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
Jika pasiennya anak - anak biasanya orang tua menjelaskan adanya
eksposur dengan anak-anak lain yang terinfeksi moluskum kontagiosum
di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi publik (misalnya,tempat
olahraga, kolam renang) (Wolff, 2008).
Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang biasanya aktif
secara seksual dan tidak mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi.
Pada orang dewasa juga sering terjadi pada orang yang memiliki
banyak pasangan seksual dengan frekuensi hubungan seksual yang
meningkat (Wolff, 2008).
2. Pemeriksaan fisik
Lokalisasi dapat di wajah, badan, kadang-kadang pada perut, bagian
bawah perut dan genital. Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang-
kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah
yang kemudian direngahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan
tampak massa yang berwarna putih seperti nasi. Biasanya dijumpai
didaerah muka, badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang – kadang dapat timbul
infeksi sekunder sehingga timbul supurasi (Wolff, 2008).

11
3. Pemeriksaan Laboratorim
Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi terdapat proliferasi sel-sel stratum
spinosum membentuk lobuli. Lobuli dipisahkan septa jaringan ikat,
didalamnya terdapat badan moluskum berupa sel-sel bulat atau lonjong
yang mengalami degenerasi keratohialin (Mochtar, 2007).
Selain itu pada pemeriksaan histopatologik dijumpai hipertrofi dan
hiperplasia dari epidermis. Badan moluskum juga dapat dilihat dengan
pewarnaan Gram, Wright atau Giemsa (Sri, 2015).

e. Diagnosis banding
1. Veruka vulgaris : Terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ektremitas bagian
ekstensor, tetapi dapat juga dibagian lain tubuh termasuk mukosa mulut
dan hidung. Bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau
kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar ( verukosa ).
Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (Sri, 2015).
2. Karisnoma sel basal : pada orang tua, sering mengalami ulserasi
3. Keratoakantoma : biasanya nodula-nodula keras, pada bagian tengah
didapati sumbatan keratin. Biasanya ditemukan didaerah wajah , telinga
dan punggung tangan.

f. Tatalaksana
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau
kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan
CO2, N2 dan sebagainya (Sri, 2015).
a. Kuretasetajam, bersihkan dan berikan salep
b. Bedah beku dengan nitrogen cair atau salju CO2
c. Mengeluarkan badan moluskum dengan menusuk papula, kemudian
diberikan salep antibiotik.

12
Edukasi
Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk
mengurangi transmisi moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk
menghindari infeksi ulang dimasa depan dan meminimalkan autoinokulasi.
Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh atau menggaruk lesi
karena bisa menimbulkan infeksi sekunder, tidak pinjam – meminjam
barang yang dapat terkontaminasi seperti handuk, baju dan sisir (Wolff,
2008)
Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam alat
mandi, misalnya handuk, pakaian dan mainan, dan mencegah kontak fisik
sesama teman, dan selama sakit dilarang berenang (Sri, 2015).

g. Prognosis
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini yaitu terkena infeksi
sekunder. Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak
atau jarang residif (Sri, 2015). Biasanya prognosis penyakit ini baik karena
merupakan penyakit “self limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi pada
orang – orang imunokompeten selama 18 bulan (Wolff, 2008).

13
III. PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan moluskum kontagiosum yang ditegakkan


berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis ditemukan bintil-
bintil dibadan timbul sejak ± 1 bulan yang lalu, awalnya muncul hanya timbul
bintil berjumlah dua sebesar biji jagung pada ketiak kiri pasien, lalu semakin lama
bintil tersebut semakin meluas dan timbul di bagin paha kiri pasien. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kelainan kulit berupa papul-papul berwarna putih
dengan konsistensi padat, ukuran sebesar biji jagung dengan permukaan licin di
tengah terdapat lekukan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa moluskum
kontagiosum ditandai dengan lesi yang khas berupa papul baik tunggal maupun
ganda, berwarna putih seperti mutiara ukuran bervariasi dengan diameter 1-10
mm dan bagian tengah terdapat lekukan delle. Diagnosis pasti dari kasus ini
didapatkan setelah dilakukan tindakan ekskokleasi dimana ditemukan badan
moluskum kontagiosum (+).
Sumber penularan penyakit pada kasus ini belum diketahui karena riwayat
kontak dengan penderita moluskum kontagiosum sebelumnya tidak diketahui
penderita. Mungkin saja penderita sempat terpapar dengan penderita moluskum
kontagisum lainnya namun tidak diperhatikan oleh penderita, mengingat penderita
adalah murid SD yang sering bermain dengan banyak teman sehingga lebih
mudah untuk terinfeksi dengan penderita moluskum kontagiosum lainnya.
Diagnosis banding kasus ini pertama adalah varisela karena berdasarkan
gejala klinik terdapat vesikel-vesikel yang menyerupai papul-papul pada
moluskum kontagiosum, dan juga terdapat lekukan delle pada vesikel varisela
yang telah pecah dimana hal ini juga ditemukan pada moluskum kontagiosum.
Namun pada varisela biasanya diawali dengan stadium prodromal berupa panas,
malaise, dan nyeri dimana hal ini tidak ditemukan pada penderita tersebut
sehingga diagnosis banding ini dapat disingkirkan.
Diagnosis banding kedua adalah veruka vulgaris oleh karena dapat terjadi
pada anak-anak dengan bentuk lesi bulat, tapi tidak adanya lekukan delle,
permukaan yang kasar, berwarna abu-abu dan juga lebih sering timbul di jari kaki
dan tangan dapat menyingkirkan diagnosis banding ini. Diagnosis banding ketiga

14
adalah liken planus karena pada liken planus biasanya ditandai dengan timbulnya
papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan sangat gatal. Sehingga
diagnosis banding ini dapat disingkirkan.
Penatalaksanaan pada penderita ini adalah melalui ekskokhleasi dengan
kauterisasi untuk mengeluarkan badan moluskum kontagiosum, sesuai dengan
prinsip pengobatan moluskum kontagiosum yaitu mengeluarkan massa yang
mengandung badan moluskum. Tindakan ekskokhleasi akan meninggalkan
ekskoriasi yang rentan terhadap infeksi sekunder dan pasien dianjurkan untuk
selalu menjaga kebersihan lukanya agar semakin terhindar dari bahaya infeksi.
Penderita dianjurkan untuk kontrol kembali ke poliklinik jika ternyata timbul lagi
papul-papul yang baru.
Prognosis pada penderita ini baik, terutama dengan dihilangkannya semua
lesi yang ada, maka penyakit ini jarang residif, apalagi bila tidak ditemukan
infeksi sekunder.

15
IV. KESIMPULAN

1. Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit


yang disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan
wujud klinis berupa benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang
berumbilikasi di tengah, mengandung badan moluskum
2. Penegakkan diagnosis Moluskum kontagiosum berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik termasuk status dermatologi dan
pemeriksaan penunjang.
3. Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau
kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan
CO2, N2 dan sebagainya.
4. Prognosis pada penderita ini baik, terutama dengan dihilangkannya semua
lesi yang ada, maka penyakit ini jarang residif, apalagi bila tidak ditemukan
infeksi sekunder.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, Ernest. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Mochtar Hamzah, Aisah, Siti, 2007, lmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-6,
Jakarta : FKUI

Siregar, R. S., 2010, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta: EGC

Sri Linuih. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta : FK UI

Wolff, Klaus. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh


edition. New York : Mc Graw Hill Medical

17

Anda mungkin juga menyukai