Anda di halaman 1dari 10

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : An. KA
2) Umur : 3 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) BB : 12 Kg
5) Alamat : BTN Lasoani, Blok C2 No. 21
6) Agama : Islam
7) Tanggal Pemeriksaan : 2 September 2016

II. HETEROANAMNESIS/ALLOANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Terdapat luka-luka yang terasa gatal pada wajah,
tangan dan kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun diantar oleh orang
tuanya ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan
adanya luka-luka yang terasa gatal pada wajah, tangan dan kaki
pasien yang telah dirasakan sekitar 9 hari yang lalu. Awalnya luka-
luka tersebut berbentuk bulat, basah, berisi air dan terasa sangat
gatal, kemudian lesi tersebut pecah dan membentuk luka yang
semakin melebar. Pasien juga sering menggaruk lesi sehingga lesi
pecah dan membentuk luka yang semakin lebar. Orang tuanya
mengaku bahwa tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
serupa dengan pasien dan juga pasien belum pernah mengalami hal
seperti ini sebelumnya.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya,
riwayat alergi obat/makanan (-).
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1
Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital

TD : Tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 86 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit

Suhu : 37C

Status Dermatologis

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : pada regio frontal, nasalis dan buccalis


terdapat makula eritematosa dengan krusta tipis berwarna kuning
kecoklatan.
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Selangkangan : tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas Atas : pada regio dorsum manus dextra terdapat
makula eritematosa berbentuk bulat dengan krusta tebal berwarna
coklat kehitaman.
9. Ekstremitas bawah : pada regio dorsum pedis dextra et sinistra
terdapat makula eritematosa berbentuk bulat dengan krusta tebal
berwarna coklat kehitaman dan pada regio dorsum pedis dextra
juga terdapat bekas garukan sehingga membentuk erosi.

IV. GAMBAR

Gambar 1. Pada regio frontal, nasal dan buccal terdapat 2


makula eritematosa dengan krusta tipis berwarna kuning.
Gambar
Dextra 2. Pada regio dorsum manus dextra terdapat makula
Sinistra
eritematosa berbentuk bulat dengan krusta tebal berwarna
coklat kehitaman.

Gambar 3. Pada regio dorsum pedis dextra et sinistra


terdapat makula eritematosa berbentuk bulat dengan krusta
tebal berwarna coklat kehitaman dan pada regio dorsum 3
pedis dextra juga terdapat bekas garukan sehingga
membentuk erosi.
V. RESUME
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun diantar oleh orang tuanya ke
poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan adanya luka-luka
yang terasa gatal pada wajah, tangan dan kaki pasien yang telah dirasakan
sekitar 9 hari yang lalu. Awalnya luka-luka tersebut berbentuk bulat, basah,
berisi air dan terasa sangat gatal, kemudian lesi tersebut pecah dan
membentuk luka yang semakin melebar. Pasien juga sering menggaruk lesi
sehingga lesi pecah dan membentuk luka yang semakin lebar.
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya, riwayat
alergi obat (-) dan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik dan
kesadaran kompos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan
ujud kelainan kulit berupa makula eritematosa dengan krusta tipis
berwarna kuning kecoklatan pada regio frontal, nasal, buccal dan pada
regio ekstremitas atas dan bawah terdapat makula eritematosa dengan
krusta tebal berwarna coklat kehitaman serta terdapat luka garukan pada
regio dorsum pedis dextra sehingga membentuk erosi.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Impetigo Krustosa

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Ektima

4
2. Pemfigus vulgaris

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Kultur Bakteri

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

X. PENATALAKSANAAN
1. Nonmedikamentosa :
Anjuran kepada pasien untuk menjaga kebersihan badan.
Jangan menggaruk lesi
Kompres NaCl
Tidak menggunakan handuk secara bergantian
2. Medikamentosa :
Eritromisin 20-50 mg/kg BB/hari, selama 5-7 hari
Asam Fusidat 2% (pagi dan malam)

5
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad Cosmetikam : Bonam

XII. PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun diantar oleh orang tuanya ke
poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan adanya luka-luka
yang terasa gatal pada wajah, tangan dan kaki pasien yang telah dirasakan
sekitar 9 hari yang lalu. Awalnya luka-luka tersebut berbentuk bulat, basah,
berisi air dan terasa sangat gatal, kemudian lesi tersebut pecah dan
membentuk luka yang semakin melebar. Pasien juga sering menggaruk lesi
sehingga lesi pecah dan membentuk luka yang semakin lebar.
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya, riwayat
alergi obat (-) dan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik dan
kesadaran kompos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan
ujud kelainan kulit berupa makula eritematosa dengan krusta tipis
berwarna kuning kecoklatan pada regio frontal, nasal, buccal dan pada
regio ekstremitas atas dan bawah terdapat makula eritematosa dengan
krusta tebal berwarna coklat kehitaman serta terdapat luka garukan pada
regio dorsum pedis dextra sehingga membentuk erosi. Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien dapat didiagnosis dengan
Impetigo Krustosa.
Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial menular dari kulit. Dua
bentuk klinis utama diakui: impetigo non-bulosa (atau impetigo contagiosa
dari Tilbury Fox) dan impetigo bulosa. Impetigo bulosa diterima sebagai
penyakit Staphylococcal, meskipun streptokokus impetigo bulosa telah
dilaporkan. Bentuk non-bulosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, oleh streptokokus, atau oleh kedua organisme bersama-sama.1
Impetigo contagiosa (non-bulosa/krustosa) adalah infeksi stafilokokus,
streptokokus, atau gabungan infeksi ditandai dengan diskrit, vesikel

6
berdinding tipis yang dengan cepat menjadi pustular dan kemudian pecah
Impetigo paling sering terjadi pada bagian-bagian tubuh yang terbuka:
wajah, tangan, leher, dan ekstremitas. Impetigo pada kulit kepala
merupakan komplikasi yang sering dari Pediculosis capitis.2
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering
mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah.
Namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi
laki-laki dan wanita sama. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis
atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan
tingkat ekonomi masyarakat yang masih tergolong lemah atau miskin.3
Lesi awal adalah vesikel sementara atau pustul yang cepat
berkembang menjadi sebuah plakat krusta berwarna madu yang dapat
membesar yaitu lebih dari 2 cm diameter. Sekitar eritema mungkin hadir.
Gejala konstitusional yang tidak ada. Limfadenopati regional dapat hadir
pada sampai dengan 90% dari pasien dengan lama infeksi, yang tidak
diobati. Jika tidak diobati, lesi mungkin perlahan membesar dan
melibatkan situs-situs baru selama beberapa minggu. Pada beberapa
individu, lesi sembuh secara spontan; pada orang lain, lesi meluas ke
dermis, membentuk ulkus.4
Infeksi kulit seperti impetigo terjadi ketika bakteri (seperti
Staphylococcus) mengakses kerusakan di kulit, seperti kulit terluka atau
retak di kulit kering. Hal ini menyebabkan gejala seperti bisul atau abses -
benjolan berisi nanah di permukaan atau di bawah kulit, yang sering
menyakitkan. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan kerak pada kulit
(impetigo), atau kemerahan, pembengkakan dan nyeri di jaringan di
bawahnya (selulitis). Jika kondisi ini tidak diobati, infeksi invasif dapat
berkembang, yang memiliki gejala lebih parah dan luas termasuk demam,
tekanan darah rendah, kebingungan dan sesak napas.5
Adapun salah satu diagnosis banding yang diambil untuk impetigo
krustosa adalah ektima dan pemphigus vulgaris. Ektima adalah pioderma
kulit yang ditandai dengan erosi krusta tebal atau ulserasi. Ektima
biasanya konsekuensi dari impetigo yang terabaikan dan perkembangan

7
impetigo klasik yang tersumbat oleh alas kaki dan pakaian. Oleh karena
itu, lesi, biasanya terjadi di tunawisma dan tentara dalam pertempuran
pada manuver di iklim lembab dan panas. S. aureus dan / atau
Streptococcus kelompok A dapat diisolasi pada kultur. Impetigo
stafilokokus atau streptokokus yang tidak diobati dapat memperpanjang
lebih dalam, menembus epidermis, menghasilkan ulkus krusta yang
dangkal. Ulkus memiliki tampakan "punch out" ketika kotor krusta keabu-
abuan kuning dan bahan purulen yang debridement. Margin ulkus yang
mengeras, terangkat, dan keunguan, dan basis granulasi meluas dalam ke
dermis. lesi ektimatous yang tidak diobati melebar selama minggu ke
bulan menjadi diameter 2-3 cm atau lebih.4
Pemphigus vulgaris merupakan penyakit autoimun dengan
manifestasi berupa kondisi lepuhan pada permukaan kulit dan atau
mukosa. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan atau hilangnya adhesi
intersel akibat autoantibodi IgG, kadang-kadang IgA dan IgM terutama
terhadap desmoglein 3, dapat juga pada desmoglein 1, sehingga
menyebabkan pelepasan sel epitel yang dikenal dengan akantolisis.
Perluasan ulserasi yang diikuti ruptur pada lepuhan dapat menyebabkan
rasa sakit, kehilangan cairan dan elektrolit. Sekitar 60% kasus Pemphigus
vulgaris, lesi rongga mulut mengawali lesi kulit, 56% kasus dengan lesi
hanya di rongga mulut, 32% lesi intra oral disertai salah satu bagian kulit,
12% hanya memiliki lesi di kulit. Pemeriksaan klinis rongga mulut
menunjukkan hampir seluruh mukosa terdapat erosi multipel, mudah
berdarah (hemorrhagic area) dan ulserasi difus dengan tepi ireguler. Lesi
pada awalnya dapat berupa vesikel dan bula dengan ukuran lebih besar
dari 1 sentimeter yang mudah ruptur membentuk ulser dangkal dilapisi
pseudomembran keabuan. Membran dapat dilepaskan sehingga terlihat
permukaan eritematus. Ulser dirasakan sangat sakit dan dapat ditemui
pada permukaan epitel, seperti rongga mulut, esofagus, laring, faring,
kulit, vagina, anus dan mata.4
Impetigo non-bulosa terlokalisir harus diterapi dengan asam fusidat
topikal (tiga sampai empat kali sehari, selama tujuh hari dan sebelum

8
setiap plak krusta harus dihapus dengan merendam dalam air sabun
(selama ini tidak menyebabkan ketidaknyamanan). Penghapusan krusta
memungkinkan antibiotik untuk kontak langsung dengan bakteri
bukannya terbuang pada kering, pengelupasan kulit.5 Eritromisin, menjadi
lebih murah, bisa menjadi antibiotik pilihan untuk populasi paling miskin.
Satu harus mempertimbangkan kemungkinan resistensi terhadap S. aureus,
yang terjadi pada tingkat yang berbeda-beda, tergantung pada populasi
yang diteliti.6

DAFTAR PUSTAKA

1. James, WD, Berger, TG, Elston, DM. Andrews disease of the skin :
clinical dermatology. 10th ed rev. Canada: Elsevier Inc. 2006. 255-256p.
2. Burns, T, Breathnach, S, Cox, N, Griffiths, C. Rooks text book of
dermatology. 8th ed rev. UK: Wiley-Blackwell. 2010. 30.14-30.16p.
3. Aprilina, MS, Nastiti, DP, Putriandi, AD, Hestiningsih, R. Metode plester
herbal berbahan bunga teratai (nelumbium nelumbo druce) bagi
penderita impetigo. J Ilmiah Mahasiswa. 2012; 2(2): 106-110p.
4. Goldsmith, LA, Katz, SI, Gilchrest, BA, Paller, AS, Leffell, DJ, Wollf, K.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. 2130-2134p.

9
5. Lawton, S. Identifying common skin infections and infestations. JCN.
2015; 29(1): 41-42p.
6. Pereira, LB. Review : impetigo. J An Bras Dermato. 2012; 89(2): 294-297.

10

Anda mungkin juga menyukai