Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang atau agak
lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papul vesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah.1

Dermatitis numular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun.1

Etiologi dari dermatitis numularis belum diketahui, diduga adalah Staphylococcus sp.
dan Micrococcus sp. selain itu juga didahului trauma fisis dan kimiawi, stress, minuman yang
mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembapan rendah.1

Dermatitis numularis memiliki gambaran klinis yaitu rasa yang sangat gatal, Lesi
akut berupa papulavesikel dan vesikel (0,3-1cm) yang membesar dengan cara
berkonfluens(meluas kesamping) dan membentuk lesi karakteristik seperti uang logam,
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Ukuran garis tengah dapat mencapai 5
cm, jarang sampai 10 cm. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai
lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama. 1

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : Nn. U
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Kantil rt 01 ds.sungai jernih kec muara tabir, kab tebo
jambi
Pekerjaan : Mahasiswi
Suku Bangsa : Jambi
Hobi :-
Tanggal Berobat poliklinik: 23 Mei 2018

2.2 Alloanamnesis dan autoanamnesis (Tanggal 23 Mei 2018)


Keluhan Utama : Bentol-bentol kecil berisi air di daerah wajah dan sekitar
mulut yang terasa gatal sejak 3 hari SMRS.
Keluhan Tambahan : Ruam kemerahan pada lengan kanan, tungkai bawah kiri,
dan perut yang terasa gatal sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit


1 bulan SMRS, pasien mengeluh terdapat ruam kemerahan pada tungkai bawah kiri,
awalnya ruam hanya berupa bentol-bentol kecil berukuran seukuran jarum pentul
berwarna merah dan terasa gatal, namun kemudian pecah dan menyatu menjadi ruam
yang lebih besar. Kemudian sekitar 3 minggu SMRS hari kemudian, keluhan yang sama
muncul pada lengan kanan berupa bentol-bentol kecil yang berisi air namun ukurannya
tidak sebesar di tungkai bawah. Selanjutnya 1 minggu SMRS, pasien mengatakan muncul
bentol-bentol kecil yang tersebar tak merata di perut, bentol-bentol kecil berisi air namun
belum pecah dan menyatu seperti bentol-bentol di tungkai bawah atau lengan.
3 hari SMRS pasien mengeluh bentol-bentol berisi air yang terasa gatal kali ini
muncul pada wajah dan sekitar mulut pasien. Pasien mengaku keluhan muncul setelah
pasien memakan ikan kaleng (sarden). Pasien lalu memutuskan untuk berobat ke praktek
dokter dan mendapat obat antibiotik (ciprofloxacin), antihistamin (CTM), dan
kortikosteroid (deksametason), namun pasien merasa tidak ada perubahan hingga

2
akhirnya pasien memutuskan untuk kembali berobat ke poliklinik penyakit kulit dan
kelamin RSUD Raden Mattaher.
Berdasarkan keterangan pasien, pasien tidak ada mengeluh batuk, demam, dan sakit
gigi sebelumnya. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
 Pasien memiliki riwayat alergi obat (-),
 Riwayat alergi makanan (+).

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang mahasiswi. Pasien melalakukan perkuliahan sekitar 9 jam.
Pasien tinggal di kos-kosan. Di dalam kos-kosan cahaya matahari dapat masuk, dan
ventilasi udara baik.

Pemeriksaan Fisik (Tanggal 23 Mei2018)


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
BB : 55 kg
TB : 160 cm
Status gizi : BB 55 kg, TB 160 IMT: 21,48 (Normoweight)

Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
Hidung : sekret (-), deviasi (-)
Telinga : nyeri tekan tragus (-), kelainan kulit (-)

3
Mulut : sianosis (-), pucat (-), kelainan kulit (-)
Tenggorokan : pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), kelainan kulit (-)

Thoraks :
Paru : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba, lesi kulit (+)
Ekstremitas superior : akral hangat, edema (-), lesi kulit (+)
Ekstremitas inferior : akral hangat, edema (-), lesi kulit (+)

4
2.3 Status Dermatologis
1. Inspeksi
a. Lokasi :Regio Fasialis et oralis
- Lesi berupa vesikel, berbentuk bulat, berjumlah Multiple, ukuran lentikuler, ukuran
terkecil 0,2 cm, ukuran terbesar 0,4 cm, warna sama dengan kulit, anular,
sirkumskripta, Korimbiformis.

b. Lokasi : Regio Antebrachii Dektra


- Terdapat Plak Eritema ,Ukuran plakat, bentuk tidak teratur, jumlah 1, ukuran 2x2,7
cm, anular, sirkumskripta.

5
c. Lokasi : Regio Abdomen
- Lesi berupa vesikel ,berbentuk bulat, berjumlah 3, berukuran lentikuler, diameter 0,3
cm, warna sama dengan kulit, anular, sirkumskrip,

6
d. Lokasi : Regio Cruris Sinistra
Konfigurasi :
- Terdapat Plak eritema, ukuran plakat, bentuk tidak teratur, jumlah 2, dengan ukuran 4x5
cm dan 7x8 cm, anular, sirkumskrip.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

2.5 Diagnosa Banding


1. Dermatitits Nurmularis
2. Dermatitis Atopi
3. Neurodermatitis

2.6 Diagnosa Kerja


Dermatitits Nurmularis

2.7 Penatalaksanaan
 Non Farmakologis
Edukasi:
a. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2x sehari
b. Pasien diminta menggunakan obat secara teratur dan kontrol

7
c. Menjaga lesi agar tetap kering dan tidak menggaruk lesi
d. Mencegah timbulnya luka untuk menghindari infeksi sekunder
e. Memberitahu kepada pasien untuk menghin dari faktor pencetus
f. Mengurangi Penggunaan Sabun Yang Berlebihan

 Farmakologis
a. Cetirizine tablet 10 mg 1x1/hari selama 14 hari
b. Amoksislin 500 mg 3x1/hari selama 5 hari
c. Topikal: Betamethazone krim 2- 3 kali sehari sesudah mandi atau sebelum tidur

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

2.9 Pemeriksaan Anjuran


1. Histopatologi
2. Pemriksaan tes tempel

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfk). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Nama lain dari dermatitis
nummular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous dermatitis.
Terdapat beberapa klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi kelainan, penyebab, usia, faktor
konstitusi.1

Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap, dengan
keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval
berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul
disertai vesikel yang biasanya mudah pecah.1

3.2 EPIDEMIOLOGI

Dermatitis numular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Penyakit ini jarang pada
anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang
menderita dermatitis numular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan
peningkatan umur.1

3.3 ETIOLOGI

Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Namun demikian banyak faktor
predisposisi, baik predisposisi primer maupun sebagai predisposisi sekunder telah diketahui
sebagai agen etiologi. Staphylococci dan micrococci diketahui sebagai penyebab langsung
melalui mekanisme hipersensitivitas. Namun demikian, perannya secara patologis belum
juga diketahui. Dalam beberapa kasus, adanya tekanan emosional, trauma lokal seperti
gigitan serangga dan kontak dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi timbulnya
dermatitis numular, tetapi bukan merupakan penyebab utama. Penyakit ini umumnya
cenderung meningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit yang

9
kering dan frekuensi mandi yang sering dalam sehari akan memperburuk kondisi penyakit
ini.1

3.4 PATOFISIOLOGI

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermis
saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan dengan
kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat
menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu
penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih
tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit
yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak
alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular terdapat
sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini
dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang
tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga
mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis
numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf
sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien
dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan
mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers
dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara
mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis
numular. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi
dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien
dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya
kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.1

10
3.5 GEJALA KLINIS

Gejala – gejala yang umum, antara lain: 1,2


o Timbul rasa gatal
o Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambalan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada tangan dan kaki.
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
o Kulit bersisik atau ekskoriasi.
o Kulit yang kemerahan atau inflamasi.

* Gambar 1 : Merah, Lesi dermatitis numularis pada mata kaki.

** Gambar 2 : Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan
dari penderita.

Gambaran diatas dapat disimpulkan ada 3 bentuk klinis dermatitis numular yaitu;

1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.

11
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari
tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar,
kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.

2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.

Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel
yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian
tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian
tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul
di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.
3. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena di
sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah
serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada
telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk
dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang
sulit diobati.

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk
membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan patch test
dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk
membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di
tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk
menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.1

3.7 DIAGNOSIS
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala klinis.
Tingkat gatal dan terjadinya likenifikasi akan membedakannya dari neurodermatitis.
Distribusi lesi biasanya pada kedua lutut, kedua siku dan kulit kepala. Pada psoriasis, lesinya
12
kering, skuamanya lebih tebal dan iritasinya lebih ringan, patch test dan prick test akan
membantu mengidentifikasikan penderita dengan dermatitis kontak.1

3.8 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari penyakit ini antara lain1,2,3 :


1. Liken simpleks kronikus (neurodermatitis).
Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dengan distribusi
tertentu.

*Gambar 3 : Bentuk lesi dari neurodermatitis pada daerah tengkuk leher,


pergelangan tangan dan punggung kaki.

2. Dermatitis kontak alergi.

Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering
sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan
riwayat kontak sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan
patch test atau prick test.

13
* Gambar 4 : Bentuk lesi dari dermatitis kontak alergi yang lesinya muncul
akibat penggunaan plester dan reaksi sinar matahari.
3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak
diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi
dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi
umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain.
Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan
biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda
terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara
3-8 minggu dengan penyembuhan spontan

*Gambar 6 : Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan
mengikuti garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.
4. Dermatitis atopik
Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat
membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.

14
**Gambar 7 : Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan
dan daerah dada.

3.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaanya difokuskan pada gejala yang mendasari.1,2


1. Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma
pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2. Emollients.
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada
kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream,
gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.
3. Steroid topikal.
Untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi kulit. Misalnya
dengan pemberian triamcinolone 0,025-0,1%.
4. Antibiotik oral maupun topikal.
Untuk mencegah infeksi sekunder. Digunakan dicloxacillin dosis oral 125-500 mg 4
kali per hari selama 7-10 hari. Kadang-kadang dermatitis numular dapat sembuh
total, hanya timbul lagi jika pengobatan tidak diteruskan.
5. Antihistamin oral.
Mengurangi gatal dan sangat berguna pada malam hari. Tidak menghilangkan
dermatitis. Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan dosis oral 25-
100 mg 4 kali per hari.
6. Fototerapi.
Ultraviolet light treatment beberapa kali dalam seminggu biasanya dapat
membantu. Dapat mengontrol dermatitis dalam beberapa bulan, namun pada kasus
yang berat sangat diperlukan. Fototerapi dengan ultraviolet B mungkin efektif.
7. Steroid sistemik.

15
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan
Betamethason. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum
sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.

3.10 PROGNOSIS
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit
dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari
faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang
dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.1

16
BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang pasien Perempuan, umur 20 tahun, berobat ke RSUD Mattaher pada tanggal
23 mei 2018, dengan keluhan Bentol-bentol kecil berisi air di daerah wajah dan sekitar mulut
yang terasa gatal sejak 3 hari SMRS, dan Ruam kemerahan pada lengan kanan, tungkai
bawah kiri, dan perut yang terasa gatal sejak 1 bulan SMRS.
Dari anamnesis 1 bulan SMRS, pasien mengeluh terdapat ruam kemerahan pada
tungkai bawah kiri, awalnya ruam hanya berupa bentol-bentol kecil berukuran seukuran
jarum pentul berwarna merah dan terasa gatal, namun kemudian pecah dan menyatu menjadi
ruam yang lebih besar. Kemudian sekitar 3 minggu SMRS hari kemudian, keluhan yang sama
muncul pada lengan kanan berupa bentol-bentol kecil yang berisi air namun ukurannya tidak
sebesar di tungkai bawah. Selanjutnya 1 minggu SMRS, pasien mengatakan muncul bentol-
bentol kecil yang tersebar tak merata di perut, bentol-bentol kecil berisi air namun belum
pecah dan menyatu seperti bentol-bentol di tungkai bawah atau lengan. 3 hari SMRS pasien
mengeluh bentol-bentol berisi air yang terasa gatal kali ini muncul pada wajah dan sekitar
mulut pasien. Dari sini dapat dipikirkan kemungkinan Dermatitis Numularis. Dari awal lesi
yang terasa gatal berupa papul yang kemudian menjadi vesikel. Lesi awalnya berbentuk bulat
berukuran lentikular, yang kemudian semakin membesar. Lesi kulit ini juga basah. Lesi
berbentuk bulat menggambarkan dermatitis numularis.

Dari pemeriksaan fisik, status generalisata didapatkan dalam batas normal. Status
Dermatoligikus didapatkan Vesikel dan Plak diatas permukaan yang eritem di tangan kanan
dan tungkai kaki kiri dengan bentuk susunan tidak teratu, batasnya tegas

Pemeriksaan laboratorium yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan


Histopatologi dan Pemriksaan tes tempel. Tetapi karena sarana dan prasarana terbatas.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis kerja Dermatitis
Nurmolaris . Diagnosis Banding untuk pasien ini Dermatitis Atopi dan Neurodermatitis.

Manajemen untuk pasien ini terdiri dari tatalaksana non-medikamentosa dan


medikamentosa. Terapi non-medikamentosa berupa anjuran pasien menjaga kebersihan
badan dengan mandi 2x sehari pakai sabun,rawat luka dengan bersih dan terbuka dan jangan

17
di garuk kelainan kulit yang gatal tersebut karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi
sekunder.

Tatalaksana medikamentosa yang di berikan kortikosteroid, antihistamin, dan


antibiotik. Pasien dianjurkan untuk kontrol ulang jika masih terdapat keluhan.

18
BAB V
KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh
faktoreksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi yang
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Denga
gejala klinis Timbul rasa gatal, Luka kulit berupa makula, papul, vesikel.
Pengobatan pada pasien Dermatitis Nurmolaris adalah dengan kortikosteroid
antihistamin dan antibiotik. Selain pengobatan, dilakukan juga edukasi kepada pasien untuk
menjaga kebersihan dan mencegah luka kulit agar terhindar dari infeksi sekunder. Dengan
prinsip tersebut penyakit dermatitis numolaris dapat diobati dan dijaga agar tidak kambuh.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam,
cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p.148-50.

2. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. Terdapat dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in


General Medicine 6th ed [ebook]. New York: McGraw-Hill; 2003. p.46-8.

3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC;
2002..

20

Anda mungkin juga menyukai