Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

URTIKARIA

Disusun Oleh :
Ratu Miranda
NPM 1102016182

Pembimbing :
dr. Evy Aryanti, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 7 – 27 JUNI 2021
Tugas Laporan Kasus Divisi Dermatologi & Venerologi
Nama/NPM : Ratu Miranda (1102016182)
Judul : Urtikaria
Tempat : RSUD Kabupaten Bekasi
Pembimbing : dr. Evy Aryanti, Sp.KK

BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 036988
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 7 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kaliabang tengah, bekasi utara
Tanggal Pemeriksaan : 09 Juni 2021

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada ibu pasien dilakukan pada tanggal 09 Juni 2021 pukul
10.30 WIB

a. Keluhan Utama
Bentol-bentol seluruh tubuh sejak 2 hari SMRS

b. Keluhan Tambahan
Gatal

2
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An. R berusia 7 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten
Bekasi dengan keluhan bentol-bentol seluruh tubuh sejak 2 hari SMRS. Pada awalnya
timbul bentol-bentol pada daerah punggung berukuran sebesar biji jagung sampai uang
logam berwarna kemerahan dan beberapa bagian tengah lesi tampak lebih pucat kemudian
setelah 2 jam bentol-bentol juga timbul pada wajah, tangan, dada, perut, dan kaki. Pasien
juga mengaku gatal pada seluruh tubuh. Gatal dirasakan hilang timbul dan membuat pasien
selalu menggaruknya.
Menurut keterangan ibu pasien, 1 hari sebelum timbul keluhan pasien bermain dengan
kucing yang ada disekolah, diketahui kucing tersebut jarang dimandikan. Pasien belum
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki gigi berlubang pada
geraham bawah sejak 2 tahun dan belum pernah di bawa ke dokter gigi. 1 hari SMRS pasien
mengoleskan minyak tawon kemudian gatal sedikit berkurang. Namun bentol-bentol tidak
mengecil sehingga membawa pasien berobat ke RSUD Kabupaten Bekasi.
Keluhan sesak nafas, suara serak, batuk dan pilek disangkal. Alergi makanan, obat, dan
dingin disangkal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat kejang demam : saat berusia 8 bulan dan sebanyak 1x
Riwayat asma : saat berusia 5 tahun dan sebanyak 2x kekambuhan

e. Riwayat Pengobatan
-

f. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat alergi : ibu pasien memiliki alergi dingin
Riwayat asma : ibu pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

3
Kesadaran : Composmentis
Tanda – Tanda Vital
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5℃
SpO2 : 99%
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), madarosis (-), lagoftalmus (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, simetris
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks
• Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, lihat status dermatologis
• Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Cembung, sikatrik (-), spider nevi (-), lihat status dermatologis
• Palpasi : Tidak dilakukan
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi: BU normal

Ekstremitas
• Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT<2 detik, lihat status dermatologis
• Bawah : Akral hangat, edema (-/-), CRT<2 detik, lihat status dermatologis

Status Dermatologis
a/r generalisata ditemukan lesi urtika eritematosa, jumlah multiple, ukuran lentikular-numular,
bentuk annular, batas regular sirkumskripta, diskret hingga konfluens.

4
Gambar 1. Lesi pada regio facialis

Gambar 2. Lesi pada regio antebrachii dextra dan sinistra

5
Gambar 3. Lesi pada regio ante brachii dextra dan sinistra

Gambar 4. Lesi pada regio thorax dan abdomen.

Gambar 5. Lesi pada regio truncus posterior

6
Gambar 6. Lesi pada regio femoralis dan tibialis posterior dextra dan sinistra

IV. DIAGNOSIS BANDING

- Gigitan serangga
- Dermatitis kontak (alergi dan iritan)
- Erythema multiforme

V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNANG


Skin Prick Test

VI. RESUME

Pasien An. R, usia 7 tahun datang ke poliklinik RSUD Kabupaten Bekasi datang
dengan keluhan urtikaria generalisata sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengaku pruritus
generalisata. 1 hari SMRS pasien mengoleskan minyak tawon kemudian pruritus sedikit
berkurang.

7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologikus a/r generalisata ditemukan
lesi urtika eritematosa, jumlah multiple, ukuran lentikular-numular, bentuk annular, batas
regular sirkumskripta, diskret hingga konfluens.

VII. DIAGNOSIS KERJA


Urtikaria Spontan

VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
- Hindari pencetus alergi
- Tidak memakai sabun yang mengandung antiseptic
- Tidak menggaruk lesi

Medikamentosa:

Paracetamol 3 x 325mg PO

Chlorpheniramine maleat syr 3 x 5ml PO

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

8
BAB II

PEMBAHASAN

Urtikaria didefinisikan sebagai gangguan kulit yang ditandai oleh kulit sementara lokal
atau mucosal edema (wheal) dan area kemerahan (erithema) yang biasanya disertai sensasi gatal
dan berkurang dalam sehari.1 Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yaitu gatal pada hampir
seluruh tubuh dan timbul bentol-bentol berukuran sebesar biji jagung sampai uang logam
berwarna kemerahan.

Insiden urtikaria akut lebih tinggi pada orang dengan atopi dan kondisi ini paling sering
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.2 Hal ini sesuai dengan pasien yang berusia 7 tahun dan
pernah memiliki riwayat asma saat berusia 5 tahun dan ibu pasien memiliki riwayat alergi dingin
dan asma.

Etiologi urtikaria ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya, dan diduga
penyebabnya bermacam-macam di antaranya: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan
fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan
penyakit sistemik.5 Pada pasien ini didapatkan 1 hari sebelum timbulnya gejala berkontak
dengan kucing liar yang jarang dimandikan dimana kemungkinan bulu kucing masuk ke dalam
saluran pernafasan pasien yang dapat mengakibatkan terjaidnya urtikaria , yang kedua
didapatkan pasien memiliki gigi berlubang yang apabila terjadi infeksi parasit makan dapat
mengeluarkan histamin lalu terjadi pelepasan mediator dan terjadi vasodilatasi permeabilitas
kapiler lalu terjadi urtikaria.

Gejala klinis bersifat subyektif biasaya gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klinis pasien
tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih
pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, terdapat pula
annular dan arsinar. Besarnya dapat lentikular, nummular, sampai plakat. Menurut luasnya dan
dalamnya jaringan yang terkena, dibedakan urtikaria lokal, generalisata dan angioedema. Bila
mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan, juga
beberapa alat dalam misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan
urtikaria, jaringan yang lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak nafas, serak dan rhinitis.5
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan udem pada dermis atas dan tengah, disertai dilatasi

9
venula postkapiler dan pembuluh limfatik dermis atas.5 Pada kasus ini, gejala klinis dari pasien
yaitu munculnya bentol-bentol (edema) yang berbatas tegas hampir diseluruh tubuh, tampak
eritema dan ada bagian yang tengahnya tampak lebih pucat. Berbentuk annular, ukurannya
lenticular-plakat, dan penyebarannya generalisata. Tidak didapatkan sesak nafas,serak dan
rhinitis pada pasien.

Diagnostik ditegakkan dengan mengambil data anamnesis riwayat gatal, riwayat atopi
dalam keluarga, adanya faktor lingkungan seperti debu rumah, tungau debu rumah, binatang
peliharaan, tanaman, karpet, sengatan binatang serta faktor makanan termasuk zat warna, zat
pengawet dan sebagainya. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lesi khas yaitu bentol
berwarna merah, berbatas tegas, gatal, atau edema pada daerah yang memiliki jaringan ikat
longgar (orbita, sirkum oris, genitalia). Pemeriksaan penunjang diperlukan pada urtikaria
kronik/berulang, angioedema, tetapi tidak diperlukan pada urtikaria akut. Pada pemeriksaan
darah tepi dapat ditemukan LED yang meningkat bila ada fokal infeksi kronik atau kelainan
sistemik, dan pada hitung jenis dapat ditemukan eosinofilia. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan kadar total IgE, total eosinofil dan sebaiknya dilakukan uji kulit alergen,
dermografisme, uji tempel es atau IgE spesifik. Kadar komplemen (C3, C4) diperiksa pada
pasien yang memiliki riwayat angioedema pada keluarga.5 Pada kasus ini, dari anamnesis
didapatkan keluhan utama pasien gatal, lalu ada riwayat pernah asma saat berusia 5 tahun,
dikeluarga ada yang memiliki riwayat alergi dingin dan pada lingkungan terdapat binatang
peliharaan. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan lesi khas yaitu bentol berwarna merah,
berbatas tegas, gatal, memutih bila ditekan dan tidak terjadi edema pada orbiram, sirkum oris dan
genitalia.

Diagnosis banding yang sering jumpai pada urtikaria adalah dermatitis urticarial,
dermatitis kontak (iritan atau alergik), reaksi gigitan arthropoda, erupsi obat eksantematosa,
mastositosis (sering terjadi pada anak-anak), dan penyakit bulosa autoimun.4

Pengobatan yang paling efektif yaitu mengobati penyebab atau bila mungkin
menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak mencoba mengurangi
penyebab tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan tidak berkontak dengan
penyebabnya.5 Terapi lini pertama diberikan antihistamin H1 non sedatif apabila keluhan
menetap setelah 2 minggu, diberikan terapi lini kedua yaitu tingkatkan dosis antihistamin H1

10
non-sedatif sampai 4x, apabila keluhan menetap setelah 1-4 minggu, diberikan terapi lini ketiga
yaitu tambahkan antagonis leukotrien atau ganti antihistamin H1 non-sedatif, apabila terjadi
eksaserbasi beri steroid sistemik (3-7 hari), apabila keluhan menetap setelah 1-4 minggu.
Nerikan terapi lini keempat yaitu tambahkan siklosporin A, antihistamin-H2, dapson,
omalizumab, apabila terjadi eksaserbasi berikan steroid sistemik (3-7 hari).4 Edukasi juga sangat
penting kepada pasien dengan menjelaskan kepada pasien agar menghindari faktor pemicu
allergen, tidak menggaruk lesi karena dapat mengiritasi kulit dan tidak memaki pakaian yang
ketat karena dapat memperburuk intensitas ruam.2

Prognosis pada urtikaria akut lebih baik karena penyebabnya cepat diatasi, urtikaria
kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari.5

11
BAB III

KESIMPULAN

Telah diperiksa seorang pasien An. R, perempuan berusia 7 tahun dengan status
dermatologis a/r generalisata ditemukan lesi urtika eritematosa, jumlah multiple, ukuran
lentikular-numular, bentuk annular, batas regular sirkumskripta, diskret hingga konfluens.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis Urtikaria Akut. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien yaitu non
medikamentosa meliputi edukasi. Untuk terapi medikamentosa diberikan CTM 1 mg,
cetirizine 3 mg, metilprednisolon 3 mg yang diracik dalam bentuk kapsul diberikan 2 kali
sehari dan calamin 70 cc, desolex 30 cc yang diracik dalam bentuk lotion yang di oles 2-3
kali sehari.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kang S, et.al (2019). Fitzpatrick’s Dermatology 9TH Edition. Newyork: Mc Graw Hill
Education

2. Wong HK (2018). Acute Urticaria. Department of Dermatology, University of Arkansas for


Medical Sciences College of Medicine

3. Widaty S, et al (2017). Panduan Praktik Klinis. Jakata: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin (PERDOSKI)

4. Siannoto M (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Urtikaria. Madiun: RS Santa Clara. CDK-250/
vol. 44 no. 3 th.

5. Menaidi SL, Bramono K, Indriatmi W (2017). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai