Moderator:
dr. Murniati B, SpKK
Disusun oleh:
Suci Amatul ‘Alima
2110221080
Dipresentasikan pada:
Kamis, 7 Oktober 2021
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Tinea Corporis et Cruris”. Tujuan
penulisan laporan kasus ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
mengikuti kepaniteraan klinik bagian kulit dan kelamin di RSPAD Gatot Soebroto,
Jakarta.
1. dr. Murniati B Sp.KK selaku moderator dalam pemaparan laporan kasus ini.
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin lainnya, atas arahan dan bimbingannya.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih terdapat banyak kekurangan. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Penulis
BAB 1
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cipinang
Pekerjaan : Pengurus RT
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status pernikahan : Menikah
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Tidak ada.
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/890 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Frekuensi Napas : 20x/menit
- Suhu : 37 ℃
BB : 76 kg
TB : 160 cm
Thoraks :
Paru
Jantung
Abdomen
I : datar
P : timpani
Ekstremitas Atas dan Bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-),
sianosis (-). lihat status dermatologikus.
b. Status dermatologikus
Gambar 1. Regio Axilla Sinistra
V. Resume
Tidak ada
VIII. Anjuran Pemeriksaan
Biakan pada agar Sabouraud Dekstrosa
IX. Penatalaksanaan
a. Nonmedikamentosa
Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan diri
Menganjurkan pasien agar menghindari penggunaan handuk
atau pakaian yang bergantian dengan anggota keluarganya.
Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah
resistensi obat.
Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
Konsul ke gizi untuk menurunkan berat badan.
Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area
yang rentan terinfeksi jamur.
b. Medikamentosa
- Topikal
▪ Ketokonazole 2% krim
- Sistemik
Itrakonazole 2x100 mg
Cetirizine 1x10 mg
X. Prognosis
a. Quo ad vitam : Ad bonam
b. Quo ad fungsionam : Ad bonam
c. Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Epidemiologi
Tinea kruris seringkali ditemukan pada orang dewasa dengan pria lebih
banyak terkena dibandingkan wanita. Tinea kruris juga banyak terjadi pada daerah
tropis, dengan insidensi yang meningkat pada lingkungan yang kotor dan lembab.
Tinea korporis banyak menyerang orang dewasa. Perbandingan kasus antara pria dan
wanita sama banyak. Insidensinya meningkat pada kelembaban udara yang tinggi.3
1.4 Klasifikasi1,2,3
Keempat istilah tersebut dapat dianggap sebagai tinea korporis. Selain itu, dikenal
istilah tinea inkognito, yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas
oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
1. Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende, Flechte, kurap, herpes
sircine trichophytique)
- Kelainan berupa lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas lesi polimorfi
berupa eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang (central healing). Kadang terlihat erosi dan kurta
akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu
dengan lainnya. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir
yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu.
Tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap
bagian tubuh dan Bersama-sama dengan kelainan pada sela paha (tinea corporis et
cruris atau tinea cruris et corporis). Bentuk menahun yang disebabkan oleh
Tricophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
- Tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut (tinea favosa atau favus) :
Biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwama
merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan
berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan
bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut
kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini
meluas ke seluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea
korporis, yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akil
balik. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus.
Kadang- kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa
pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa,
disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan
parut. Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya,
yang disebabkan oleh spesies dermatofita yang lain. Tiga spesies dermatofita dapat
menyebabkan favus , yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum, dan
Microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak, tidak bergantung
pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat
kebersihan, umur, dan ketahanan penderita sendiri.
B. Tinea Kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm of the
groin)
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genitokrural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, suprapubic, area
genital atau bagian tubuh lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas.
Peradangan pada tepi lebih nyata dibandingkan tengahnya. Efloresensi terdiri atas
bermacam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf), dapat serupa dengan lesi
tinea korporis berupa plak anular berbatas tegas dengan tepi meninggi yang dapat pula
disertai papul dan vesikel. Bila penyakit ini menahun, dapat berupa bercak hitam
disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Sering
disertai gatal dengan maserasi atau infeksi sekunder
1.6 Diagnosis
A. Anamnesis
Pada tinea korporis terdapat ruam kemerahan atau yang gatal di badan,
ekstremitas atau wajah terutama bila berkeringat, jika keluhan gatal ini digaruk maka
lesi akan semakin meluas terutama pada daerah kulit yang lembab. Sedangkan pada
tinea kruris didapatkan ruam kemerahan yang gatal di paha bagian atas dan inguinal,
bokong dan dapat sampai ke area genitalia. Gatal semakin hebat bila banyak keringat.
Terdapat riwayat keluhan yang sama sebelumnya. 2,3,4
B. Pemeriksaan Fisik2
Lesi pada tinea korporis berupa plak anular berbatas tegas dengan tepi
meninggi yang dapat pula disertai papul dan vesikel. Terletak di daerah inguinal,
dapat meluas ke suprapubis, perineum, perianal dan bokong. Area genital dan skrotum
dapat terkena pada pasien tertentu. Sering disertai gatal dengan maserasi atau infeksi
sekunder.
Pada tinea kruris biasanya lesi mengenai kulit berambut halus, keluhan gatal
terutama bila berkeringat, dan secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi
aktif karena tanda radang lebih jelas, dan polimorfi yang terdiri atas eritema, skuama,
dan kadang papul dan vesikel di tepi, normal di tengah (central healing).
C. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis tinea korporis dan tinea kruris seringkali cukup hanya dengan
klinis. Namun beberapa penyakit kulit lain juga dapat menyerupai tinea korporis
ataupun tinea kruris sehingga diperlukan konfirmasi infeksi dermatofita melalui
pemeriksaan mikroskopis dengan kalium hidroksida (KOH) dan/atau kultur jamur.5
2. Kulit berambut
3. Kuku
Bahan diambil dari bagian kuku yang sakit dan diambil sedalam-
dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku
diambil pula.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang , maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit lama dan/atau sudah.1
b. Kultur/biakan
Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel, Mycobiotic): pada suhu
28°C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan dengan pengobatan, kultur tidak harus
selalu dikerjakan kecuali pada tinea unguium). Perkembangan koloni dapat memakan
waktu 5-7 hari dalam kasus Epidermophyton floccosum dan hingga 4 minggu untuk
Trichophyton verrucosum.1
c. Lampu Wood
1.7 Tatalaksana2,3
A. Medikamentosa
1. Topikal
B. Alternatif :
2. Sistemik
Terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan hasil pemeriksaan
laboratorium negatif) selama 2 minggu. Terbinafin bersifat fungisidal yang daopat
diberikan sebagai griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg-250 mg sehari
bergantung pada berat badan. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10%
penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus,
nyeri lambung, diarea , konstipasi , umumnya ringan. Efek samping yang lain dapat
berupa gangguan pengecapan, presentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian
atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat sementara .
Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3- 7%
kasus. lnteraksi obat dapat terjadi antara lain dengan enmetideine dan ritompisi
B. Alternatif:
- Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu. Secara
umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g
untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak- anak sehari atau 10-25 mg/kg berat
badan. Diberikan 1-2 kali sehari , lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,
penyebab penyakit , dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis
pengobatan dilanjutkan hingga 2 minggu. Untuk mempercepat waktu penyembuhan,
terkadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan. Efek
samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia,
dizziness, dan insomnia.
Catatan:
2. Mencegah penularan
3. Edukasi :
Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang rentan
terinfeksi jamur.
Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi
Skrining keluarga
1.8 Prognosis 2
Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali
bila terpajan ulang dengan jamur penyebab.