Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:
Nadya Switing Asmara
2110221083

Pembimbing:
Dr.dr. Machnizar Sentari, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian Departemen Ilmu
Kesehatan Jiwa
RSPAD Gatot Subroto Jakarta

Telah disetujui
Tanggal: 25 Juni 2021

Disusun oleh:
Nadya Switing Asmara
2110221083
Fakultas Kedokteran UPN "Veteran" Jakarta

Jakarta,
Pembimbing

Dr. dr. Machnizar Sentari, Sp.KJ


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga presentasi
kasus yang berjudul "Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala
Psikotik" dapat diselesaikan. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas di
Kepaniteraan Klinik Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Soebroto. Referat ini dapat diselesaikan
atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati saya sampaikan rasa terima kasih
kepada dr. Dina Fitrianingsih,SpKJ, MARS selaku pembimbing presentasi kasus atas
bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan referat ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki mutu dalam pembuatan presentasi kasus yang akan datang. Penulis berharap
semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 28 September 2016

Penulis
KRONOLOGIS PERJALANAN PENYAKIT

1973
Saat pasien berusia 4 tahun bisa baca pikiran orang dalam berita di televisi

1975-1981
-Pasien pernah mnjahili temannya hingga temannya menangis sehingga membuat ibu
dari teman pasien maah dan memukul pasien.
-pasien mengaku dirinya melihat ayah dan asisten rumah tangganya berduaan di tempat
gelap, pasien marah dengan ayahnya dan berniat membunuh ayahnya.

1987
-pasien meminum alkohol jenis “Mansion” sebanyak 2 gelas karena mendengar bisikan
daya piker menjadi kuat apabila meminum alkohol
-pasien direndahkan oleh temannya saat olahraga taekondo, pasien mengaku melihat
lambang “B” yang berarti berani di dahi temannya dan lambang “T” yang berarti takut di
dahinya.

1987-1990
-Pasien dituduh mencuri uang oleh temannya, pasien dipenjara selama 1 hari
-Pasien dikeluarkan dari sekolah lalu pindah ke Bandung, saat pulang pasien dijemput
oleh paman pasien, pasien mencekik pamannya karena merasa terancam

1987-1990
-Pasien dituduh mencuri uang oleh temannya, pasien dipenjara selama 1 hari
-Pasien dikeluarkan dari sekolah lalu pindah ke Bandung, saat pulang pasien dijemput
oleh paman pasien, pasien mencekik pamannya karena merasa terancam

1991-1994
-Rumah pasien kebakaran sehingga membuat pasien sedih, kehilangan semangat, mudah
menarik diri dari lingkungan
1991-1994
-Ayah pasien menyuruh pasien ke Gontor untuk memperdalam ilmu agama, pasien tidak nyaman
dengan lingkungan Gontor, pasien kabur dari Gontor
-Pasien konsultasi ke psikiatri karna ingat kejadian ayahnya selingkuh dengan asisten rumah
tangganya, pasien berniat membunuh ayahnya.
-Pasien memukul ayahnya, pasien lari keatap rumah, diatap pasien mendengar bisikan bahwa
dirinya tlah disahkan menjadi intel.
-pasien dirawat pertama kali di RSPAD tahun 1994

1998
Pasien memukul ayahnya sebanyak dua kali, pasien melihat golok di dapur dan mengira
ayahnya akan membunuhnya dengan golok tersebut.

2000- 2002
-Pasien menikah tahun 1998 dan memiliki seorang anak perempuan tahun 2000
-Emosi pasien tidak terkendali, pasien mudah mengamuk ditambah lagi dengan masalah
ekonomi dengan istrinya, pasien dirawat di RS Duren Sawit, pasien mengatakan bahwa
rumah sakit tersebut seperti penjara ehingga membuat dirinya takut

2009
Pasien bercerai dengan istrinya

2017
 Pasien menikah untuk kedua kalinya bulan Mei 2017, lalu bercerai kembali DEsember
2017 karena alasan ekonomi
 Ibu pasien meninggal tahun 2017 membuat pasien jadi kacau dan malas minum obat
 Pasien berhenti dari hobinya yaitu olahraga, pasien menganggap olahraga meupakan
aktivitas jahat.

2018
Pasien masuk kerumah Tn.N secara diam-diam, Tn.N mengira pasien mencuri, pasien
marah karena dituduh mencuri, pasien dibawa ke RSPAD untuk kedua kalinya
2019
Pasien marah-marah kepada adiknya karena meminta uang namun adiknya tidak
memberikannya dan mengatakan adiknya orang pelit. Pasien mengamuk karena
keinginannya tidak terpenuhi, pasien dibawa ke RSPAD untuk ketiga kalinya

2020
 Pasien mengaku melihat intel diatap rumahnya dan melaporkannya kpada bu RT
setempat, bu RT tidak percaya.
 Pasien kembali mengamuk dan marah-marah tanpa sebab, psien kembali dirawat
di pavilun Amino RSPAD Gato Subroto

2021
 Pasien mengaku bisa berkomunikasi dengan Elon Musk melalui youtube dan
mendapatkan kode rahasia di youtube
 Pasien merasa paling bodoh di Indonesia karena Indonesia mengutamakan pikiran,
sedangkan pasien merasa paling cerdas di Amerika karena menggunakan perasaan.
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. DW
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Komplek Podam Jaya, Jl. Jeruk No 5, RT 01 RW 02, Kwitang
Besar, Jakarta Timur
Suku : Betawi
Pendidikan : Diploma 1
Status Pernikahan : Bercerai
Tanggal Masuk RS : 5 Juni 2021

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis tanggal 17 Juni 2021 di bangsal Amino
RSPAD Gatot Subroto
Alloanamnesis dilakukan pada hari Jumat tanggal 18 dan 20 Juni 2021 dengan Adik
pasien di bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto.

A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan marah-marah sejak 2 hari SMRS

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Alloanamnesa :
Pasien diantarkan oleh adik pasien yang disuruh oleh ayah pasien karena pasien
marah-marah SMRS. Adik pasien mengatakan bahwa pasien tidak nyambung saat
diajak bicara, selalu merasa terancam karena ada yang ingin mengebor kepala
pasien serta pasien merasa ada intel yang selalu mengwasinya. Pasien berperilaku
demikian jika pasien tidak meminum obatnya.
Autoanamnesa:
Pasien datang diantarkan oleh adik pasien karena disuruh oleh ayah pasien
karena dianggap marah-marah dan tidak nyambung saat diajak berbicara oleh
keluarga pasien. Awalnya, pasien mengira datang ke RSPAD Gatot Subroto hanya
untuk mengurus SEP (Surat Eligibilitas Peserta) atau surat rujukan ayahnya dari
RS halim ke RSPAD. Pasien merasa bahwa dirinya tidak marah-marah namun
hanya mengungkapkan pendapatnya. Pasien pasrah jika harus dirawat inap di poli
amino meskipun pasien merasa dirinya baik-baik saja.
Pasien mengatakan bahwa dirinya hanya memiliki setengah otak sehingga
merasa dirinya tidak memiliki pikiran. Pasien juga mengatakan bahwa matanya
hanya normal sebelah, mata lainnya ada gangguan penglihatan (minus), begitu pula
dengan hidungnya. Meskipun pasien merasa dirinya memiliki setengah otak,
namun pasien mengakui bahwa dirinya dapat membaca pikiran manusia, hewan
ataupun tumbuhan. Pasien mengaku dirinya sedang membaca pikiran semut yang
berjalan, tumbuhan yang berbicara “Jangan ngomong terus Dadang, berisik kamu”
serta pasien dapat membaca pikiran orang baik atau orang jahat.
Pasien masih sering merasa ketakutan karena pasien mengatakan ada yang
ingin menembak dirinya dari atas. Pasien sering mendapat bisikan seperti “Dadang
saya tembak kamu” yang membuat pasien merasa takut. Suara itu sering terdengar
dan muncul di dalam pikirannya.
Beberapa hari SMRS pasien konsumsi minuman vodka karena merasa banyak
pikiran. Pasien mengakui bahwa dirinya hanya meminum 2 botol vodka yang
membuat dirinya merasa lebih kuat dan menjadikan dirinya mudah emosi.
Kemudian ayah pasien melihat pasien sedang minum vodka dan memarahinya.
Pasien mengira dirinya dirawat di poli amino saat ini dikarenakan vodka yang ia
konsumsi dan membuat dirinya menjadi suka marah-marah.
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah 5 kali dirawat. Pasien pernah dirawat
di duren sawit sebanyak satu kali dan di poli amino sebanyak empat kali. Pasien
mengatakan bahwa rawat inap di duren sawit sangat menyeramkan karena berada
di ruang tertutup sehingga membuat pasien merasa sangat gila dan pasien berfikir
ingin mengakhiri hidupnya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Alloanamnesa:
Adik pasien mengatakan pasien seperti ini sejak awal tahun 2010. Menurut
adik pasien, pasien sering tidak nyambung saat diajak bicara, mudah emosi dan
menakutkan bagi adik pasien. Pasien juga sering mengancam untuk tidak minum
obat jika keinginannya tidak terpenuhi.
Keluarga pasien terutama ibu pasien sudah tidak sanggup mengurusi
pasien. Jika pasien rutin meminum obatnya pasien masih bisa berkomunikasi
dengan baik. Pasien tinggal bersama anaknya, anak pasien mengatakan bahwa
ayahnya sering berbicara dengan dirinya sendiri.
Adik pasien juga mengatakan bahwa pasien pernah mencekik paman
pasien saat dijemput pulang dari bandung menuju Jakarta. Pasien melakukan hal
tersebut karena pasien ketakutan dan merasa terancam oleh pamannya.
Autoanamnesa :
Pasien merasa bahwa dirinya merupakan orang paling jenius di dunia
karena sejak pasien berusia 4 tahun pasien sudah bisa membaca pikiran orang.
Pasien mengaku dapat membaca pikiran orang dalam berita di telvisi yang
dilihatnya. Pasien merasa dirinya sangat cerdas karena merasa otaknya berasal
dari Albert Einstein. Pasien juga mengatakan dirinya mampu melihat seseorang
baik atau jahat dari dahi orang tersebut karena ada tulisan “orang baik” ataupun
“orang jahat”.

Pada tahun 1975-1981 saat pasien berada di sekolah dasar, pasien sering
menjahili teman kelasnya hingga temannya menangis. Akibat perbuatan
tersebut, pasien dimarahi dan dipukul oleh orang tua temannya yang membuat
pasien trauma dengan kejadian tersebut. Menurut pasien dirinya dulu sangat
nakal sehingga pantas untuk dipukul. Pada saat pasien menginjak usia 12 tahun,
pasien melihat ayahnya sedang dipijit oleh asisten rumah tangganya di tempat
gelap. Pasien mengira ayahnya selingkuh dengan asisten rumah tangganya dan
merasa sangat dikhianati oleh ayahnya sehingga pasien memiliki pikiran untuk
bunuh diri dan loncat dari atap. Ayah pasien telah menjelaskan kepada pasien
bahwa dirinya tidak selingkuh seperti apa yang dituduhkan oleh pasien, namun
pasien tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Setelah kejadian
tersebut, pasien selalu mengingat kejadian itu dan menjadi trauma mendalam
bagi pasien hingga pasien dewasa.
Pada tahun 1987, pasien mengaku minum alkohol dengan merek dagang
“Mansion” sebanyak dua gelas. Pasien meminum alkohol tersebut dengan alasan
mendengar bisikan jika dirinya meminum alkohol akan memiliki daya pikir dan
ingatan yang lebih kuat. Pada tahun yang sama, pasien mengatakan bahwa
dirinya senang mengikuti olahraga, salah satu olahraga yang jalani oleh pasien
yaitu olahraga bela diri taekondo. Teman pasien menantang pasien untuk
berkelahi sehingga membuat pasien merasa direndahkan. Pasien mengaku
bahwa dirinya melihat lambang “B” yang berarti berani di kepala temannya dan
lambang huruf “T” yang berarti takut dikepalanya sendiri. Sejak saat itu pasien
merasa bahwa mentalnya sangat terganggu dan merasa dirinya gila sehingga
pasien melampiaskan kesedihannya tersebut kepada ayahnya.
Pada tahun 1987-1990, pasien mengaku sempat pindah sekolah dari Jakarta
ke Bandung karena pasien dikeluarkan dari sekolahnya. Pasien mengatakan
dirinya pernah dituduh mencuri uang temannya lalu dilaporkan kepada pihak
berwajib sehingga membuat pasien di penjara selama 1 hari. Hal itulah yang
menjadi alasan pasien dikeluarkan dari sekolah. Pasien juga mengaku pernah
hampir mencekik pamannya saat dijemput pulang dari bandung oleh pamannya
dengan alasan bahwa pasien merasa terancam dengan keberadaan pamannya.
Pada tahun 1991-1994, pasien menceritakan mengenai kebakaran rumahnya
yang membuat pasien shock. Semenjak kejadian tersebut, pasien merasa
kehilangan semangat, mudah sedih serta menarik diri dari lingkungan sekitarnya
termasuk keluarganya. Pasien mengatakan dirinya cenderung menjadi pendiam
setelah kejadian kebakaran tersebut. Pasien mengatakan bahwa ayahnya
menyuruh pasien untuk mendalami ilmu agama di Gontor agar pasien tidak
sedih berkepanjangan, namun pasien tidak nyaman berada disana sehingga
pasien memberanikan diri untuk kabur dari Gontor. Selama di Gontor, pasien
mengatakan dirinya teringat kembali akan kejadian masa kecilnya saat melihat
ayahnya selingkuh dengan asisten rumah tangganya. Stelah pasien kabur dari
gontor ke Jakarta, pasien memberanikan diri untuk konsultasi ke psikiatri dan
menceritakan kejadian tersebut. Pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki
pikiran untuk membunuh ayah pasien. Pasien mengaku sempat memukul
ayahnya sebanyak dua kali kemudian pada pagi harinya pasien naik ke atap
rumah. Saat berada diatap rumah, pasien mengaku dirinya mendengar bisikan
bahwa dirinya disahkan menjadi intel. Ayah pasien mengira dirinya ingin bunuh
diri sehingga langsng membawa pasien ke RSPAD.
Pada tahun 1998, pasien mengaku sempat memukul ayahnya sebanyak dua
kali. Pasien melihat golok di tempat cuci piring dan berfikir bahwa ayahnya akan
membunuh pasien menggunakan golok tersebut. Ayah pasien mengatakan kepada
pasien bahwa ia bukan pembunuh dan tidak pernah berniat untuk membunuh
pasien.
Pada tahun 2002, pasien mengaku dirinya dirawat di RS Duren Sawit namun
pasien tidak mengtahui alasan dirinya dirawat. Pasien mengatakan rumah sakit
tersebut seperti penjara yang membuat pasien merasa ketakutan.
Pada tahun 2017 bulan Mei, pasien menikah untuk kedua kalinya namun
karena masalah ekonomi pasien yang tidak bekerja saat itu, pada bulan desember
tahun 2017 pasien bercerai dengan istrinya sehingga membuat pasien merasa
semakin kacau. Pada tahun yang sama, ibu pasien meninggal dunia sehingga tidak
ada yang merawat serta mengurus pasien. Pasien menjadi malas untuk meminum
obat sehingga pasien menjadi mudah emosi dan kacau. Pasien juga mengaku
mengalami penurunan minat terhadap olahraga yang selama ini digemarinya,
menurut pasien olahraga merupakan aktivitas orang jahat. Pasien mengaku pasien
merasa durhaka dengan ibunya karena sering bertengkar dengan ibunya. Pasien
mengatakan bahwa ibunya sangat emosional sehingga mudah marah dengan
pasien. Menurut pasien, ibu pasien mengidap bipolar dan telah diobati semenjak
pasien berada di sekolah dasar.
Pada tahun 2018, pasien mengaku dirinya sering mendengar bisikan. Bisikan
tersebut memberikan perintah kepada pasien untuk masuk kerumah tetangganya
yaitu Tn.N secara diam-diam. Pasien dituduh mencuri karena masuk diam-diam
kedalam rumah Tn.N. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mencuri dan hanya
masuk kerumah Tn.N tanpa mengambil barang apapun. Kejadian tersebut membuat
pasien dibawa ke RSPAD Gatot Subroto dan dirawat untuk kedua kalinya.
Pada tahun 2019, pasien mengatakan dirinya pernah meminta uang kepada
adiknya namun adik pasien tidak memberikan uang tersebut. Pasien marah dan
mengatakan bahwa adiknya adalah orang pelit dan orang jahat. Pasien berkeliling
komplek dan berteriak mengatkan bahwa dirinya adalah orang baik tidak seperti
adiknya yang jahat. Akibat perbuatannya tersebut, pasien kembali dimasukan
keruang perawatan pavilun mino RSPAD Garot Subroto untuk ketiga kalinya.
Pada tahun 2020, pasien kembali masuk ke perawatan di pavilun amino karena
pasien sering marah-marah tanpa sebab. Selain itu, pasien mengatakan kepada bu
RT setempat bahwa dirinya melihat intel diatas rumahnya namun bu RT tidak
mempercayainya karena sudah mengeceknya sendiri. Bu RT mngira bahwa intel
tersebut orang yang terlibat dalam sengketa rumah karena diketahui banyak rumah
yang masih sengketa, namun ternyata bukan. Bu RT dan tetangga setempat
akhirnya memahami kondisi pasien.
Pada tahun 2021, pasien mengaku sering mendengar dirinya disahkan menjadi
seorang intel. Pasien mengatakan bahwa bisikan tersebut berupa suara presiden
Indonesia dan Joe Bidden yang mengatakan “Dadang sudah saya sahkan menjadi
intelligent”. Lalu pasien menjawab bisikan tersebut dan mengatakan “saya Dadang
siap membela bangsa Indonesia”. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya bertemu
dengan banyak intel dari semua negara. Pasien merasa dirinya sangat terhormat
karena ditunjuk menjadi seorang intelligent.
Pada bulan maret 2021, pasien mengaku bahwa dirinya dapat berkomunikasi
dengan Elon Musk melalui youtube. Pasien menyatakan bahwa dirinya dapat
berbicara dengan Elon Musk kapan saja. Pasien mengaku bahwa dirinya
diberitahukan oleh FBI bahwa Elon Musk merupakan seorang pilot. Pasien juga
mengaku bahwa dirinya mendapatkan kode berupa kata-kata rahasia pada youtube
yang membuat dirinya dapat berkomunikasi dengan Elon Musk. Pasien
mengatakan bahwa Elon Musk mengakui kecerdasan pasien sehingga dirinya
ditawarkan pekerjaan oleh Elon Musk. Pasien menolak tawaran pekerjaan tersebut
karena tidak ingin menginggalkan anaknya sendiri.
Pasien juga merasa dirinya paling jenius jika dirinya berada di Amerika karena
menurutnya negara Amerika mengutamakan kejujuran dan menggunakan perasaan
sama seperti dirinya yang selalu merasa jujur dan berbuat baik. Namun pasien
mengakui dirinya sangat bodoh dan merasa tidak dihargai karena berada di
Indonesia, menurutnya negara Indonesia lebih mengutamakan pikiran dan tidak
jujur. Pasien mengaku bahwa dirinya bodoh karena selalu mendapat ranking
terakhir dikelas semenjak dirinya sekolah dasar dan sulit untuk lulus kuliah.
2. Riwayat Medis Umum
Pasien tidak pernah memiliki penyakit yang secara fisiologis berhubungan
dengan keadaan saat ini.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien mengaku pada tahun 1987 pasien pernah konsumi alkohol dengan
nama dagang “Mansion”. Pasien juga mengakui bahwa dirinya sempat
meminum vodka beberapa hari SMRS, pasien mengatakan dirinya hanya
meminum 2 botol karena sedang banyak fikiran. Hal tersebut dilakukan pasien
tanpa sepengetahuan orang tua pasien. Pasien juga aktif merokok hingga saat
ini. Pasien merasa kacau dan tidak tenang jika tidak merokok.

Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Berdasarkan keterangan keluarga pasien, pasien lahir dengan persalinan normal.
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak mendapatkan ASI yang cukup karena saat pasien berusia 9 bulan,
ibu pasien sudah hamil adik pasien sehingga pasien juga tidak mendapatkan
perhatian yang cukup. Pasien diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya. Ada peran
ibu yang lebih dominan selama mengasuh anak karena ayah pasien bekerja
sebagai dokter militer.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mengaku bahwa dirinya menjadi murid paling bodoh dikelas karena
selalu mendapat peringkat terakhir di kelas. Pasien mengatakan bahwa semasa
sekolah dasar pasien sering menjahili temannya sehingga membuat orang tua
temannya marah. Pasien juga pernah di pukul oleh orang tua temannya karena
membuat temannya menangis. Pasien mengakui bahwa dirinya cukup aktif dan
nakal selama sekolah. Pasien sering dimarahi oleh ibu pasien. Kedua orang tua
pasien cukup tegas dalam mendidik anak sehingga pasien terbiasa jika dimarahi
kedua orang tuanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Adik pasien mengatakan bahwa pasien selama sekolah memiliki pergaulan yang
kurang baik. Pasien terbawa oleh pengaruh lingkungan pertemanan yang
membuat dirinya menjadi nakal, suka minum-minuman keras serta bolos
sekolah. Pasien sempat tidak lulus SMA sehingga harus mengulang ujian paket
C. Pasien sempat pindah sekolah ke Bandung dan tinggal dikosan tidak bersama
keluarga. Ibu kos melaporkan kepada keluarga pasien bahwa pasien sering
berjalan kaki hingga ke Sumedang dan sering berperilaku aneh. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien sudah sangat jauh dari ajaran agama sehingga ayah
pasien mengirim pasien ke Gontor setelah lulus dari SMA. Pasien tidak
menyukai suasana di gontor sehingga pasien memutuskan untuk kabur dari
Gontor.
5. Masa Dewasa
i. Riwayat Pendidikan
 TK Angkasa
 SDN 2 Angkasa (3 tahun), SDN 6 Angkasa (2 tahun), SDN 10
Angkasa (1 tahun), SDN 12 Kramat Jati (kelas 6 hingga lulus)
 SMPN 80 Halim (1 tahun), SMPN 50 Cililitan (sampai lulus)
 SMAN 14 Jakarta Timur, SMAN 5 Bandung
 Institut Teknologi Nasional Bandung, Universits Krida Wacana,
Universitas Indonsia D1 Teknik Elektro
ii. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai mandor dan supervisor. Pekerjaan
pasien sampai saat ini yaitu bekerja sebagai wirausaha. Pasien mengaku
dirinya berjualan sembako. Pasien tidak dapat bekerjasama dengan orang
lain dalam suatu pekerjaan karena lalai dalam mengerjakan tugas sehingga
pasien sering dipanggil oleh atasannya.
iii. Riwayat Perkawinan dan Kehidupan Seksual
Orientasi seksual pasien adalah heteroseksual. Pasien pernah menikah
sebanyak 2 kali. Pasien memiliki seorang anak dari hasil pernikahan dengan
istri pasien yang pertama. Pasien bercerai dengan istri pertama pada tahun
2009. Selanjutnya pasien menikah lagi dan bercerai dengan istri kedua pada
tahun 2017 bulan desember. Pasien mengatakan dirinya masih menyayangi
istri terakhirnya dan ada niatan dalam hatinya untuk kembali rujuk dengan
istrinya. Pasien sudah melajang semenjak tahun 2017 akhir hingga
sekarang. Pasien mengatakan dirinya kesepian namun pasrah masalah
pasangan. Pasien mengaku masih memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.
iv. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien mengaku sering menjalankan ibadah
sholat 5 waktu saat pasien sakit maupun tidak. Pasien sering mendoakan
leluhurnya, keluarganya dan anaknya. Pasien pernah memperdalam ilmu
agama di sebuah pesantren di Gontor. Sampai saat ini pasien mengaku
masih mempercayai Tuhan dan beranggapan bahwa meskipun dirinya tidak
punya apapun didunia namun pasien ingin bahagia di akhirat.
v. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien pernah dituduh mencuri uang oleh temannya sehingga pasien
dilaporkan kepada pihak berwajib dan di penjara percobaan selama 1 hari
karena tuduhan teman pasien tidak terbukti.
vi. Aktivitas Sosial
Menurut adik pasien, pasien sering ribut dengan tetangga, pasien
mengaku dirinya disangka mencuri oleh tetangganya hanya karena pasien
masuk kerumah tetangganya secara diam-diam. Pasien melakukan hal
tersebut karena pasien mengikuti perintah yang didengarnya untuk masuk
kerumah tetangga secara diam-diam dan menjadi intel. Pasien juga
mengaku pernah melihat intel diatap rumahya dan memberitahukan hal
tersebut kepada tetangganya. Lingkungan sekitar kodam sudah memahami
kondisi pasien dan pernah mengetahui bahwa pasien pernah berlari diatas
atap rumah.
D. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ibu pasien merupakan seorang
ibu rumah tangga. Pasien mengatakan bahwa ibunya telah didiagnosis bipolar sejak
pasien menduduki sekolah dasar. Adik pasien mengatakan bahwa ibunya sering
emosi yang tidak jelas penyebabnya dan memarahi anak-anaknya, terutama tertuju
pada pasien. Adik pasien memahami kondisi ibunya namun pasien tidak, pasien
mengaku sering emosi juga kepada ibunya. Ibu pasien telah meninggal sejak tahun
2017.
Ayah pasien merupakan seorang dokter militer TNI Angkatan Udara. Ayah
pasien mendidik anak-anaknya dengan sangat tegas. Pasien mengatakan bahwa
dirinya sangat sayang kepada ayahnya sehingga pasien rela dirawat asalkan
ayahnya sehat. Kondisi Ayah pasien sekarang sering dirawat karena sakit yang di
deritanya sejak lama yang membuat ayah pasien keluar masuk rumah sakit. Pasien
memiliki 3 saudara yaitu 2 orang saudara perempuan dan satu orang saudara laki-
laki. Pasien memiliki satu orang anak perempuan yang didapatkan dari hasil
pernikahannya yang pertama.
GENOGRAM

Keterangan:

= Perempuan = Pasien

= Laki-laki = Meninggal

E. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini pasien tinggal bersama anaknya dirumah ayah pasien. Biaya makan,
pengobatan, dan kebutuhan hidup pasien sebagian ditanggung oleh adik pasien dan
sebagian lagi menggunakan uang hasil pensiun ayahnya. Selain itu, pasien juga
mendapatkan penghasilan dari hasil berjualan sembako dirumahnya.
F. Persepsi
1. Pasien Tentang Diri dan Lingkungan
Pasien sadar bahwa dirinya sedang dirawat dibangsal Amino RSPAD
Gatot Subroto. Pasien belum menyadari dirinya sakit. Pasien mengatakan bahwa
pavillun Amino merupakan tempat orang baik yang berbuat jahat, bukan tempat
orang sakit. Pasien sendiri masih kebingungan perihal apa yang terjadi pada
dirinya.
2. Keluarga Tentang Diri Pasien
Anak pasien berharap agar ayahnya dapat berkomunikasi baik dengan
dirinya serta menjadi sosok ayah yang baik untuk dirinya. Adik pasien berharap
agar pasien dapat kembali kerumah dan beraktivitas seperti biasa. Keluarga
sangat berharap pasien dapat sembuh, beraktifitas kembali seperti biasa dan
berkumpul kembali bersama keluarga.
3. Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai
Pasien sudah pasrah dengan hidupnya sehingga pasien tidak memiliki mimpi
atau fantasi setelah keluar dari pavilun Amino RSPAD Gatot Subroto ini. Pasien
hanya berharap anaknya selalu sehat.

III. STATUS MENTAL


(Tanggal pemeriksaan: 17 Juni 2021)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laku-laki berusia 52 tahun berpenampilan sesuai dengan usia, tinggi
165 cm, berat 70kg, kulit sawo matang, rambut sedikit ikal, berwarna hitam.
Penampilan kurang rapih dan terlihat tidak terlalu baik dalam merawat diri. Pada
saat dilakukan wawancara tanggal 17 Juni 2021, pasien menggunakan baju
lengan pendek berwarna abu-abu, celana panjang berwarna coklat dan
menggunakan sandal jepit. Pasien dapat berjalan dengan keseimbangan baik dan
cara berjalan yang normal.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien duduk tenang di depan ruang bangsal laki-laki pavilun Amino
RSPAD Gatot Subroto. Pasien sangat antusias menceritakan kisah hidupnya
kepada pemeriksa. Sesekali pasien menggerakan tubuhnya untuk memperagakan
ceritanya. Saat berbicara pasien menatap lawan bicara dengan serius dan tidak
teralihkan dengan hal lain. Pasien senang duduk disekitar taman di bangsal laki-
laki.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien sangat kooperatif selama wawancara berlangsung dan dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Hipertim
2. Afek : Luas
3. Keserasian : serasi antara afek dan mood

C. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, volume suara cukup keras, irama dan intonasi suara
lantang, sering berbicara tanpa ditanya, cenderung banyak bicara (logorrhea),
namun artikulasi sedikit tidak jelas.

D. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki halusinasi auditorik yang cukup jelas pada saat pemeriksaan
serta halusinasi visual.
E. Pikiran
1. Proses Pikir
Produktivitas : Kaya ide
Kontinuitas : Asosiasi longgar, sirkumtansial
Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir : Waham bizzare, waham kejar, waham kebesaran,
waham dikendalikan,

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kesadaran
a. Kesadaran neurologi atau sensorium : Compos Mentis, GCS 15
b. Kesadaran Psikiatrik (kualitas kesadaran): Tampak tidak terganggu

2. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun saat
diwawancara
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui jika sekarang pasien berada di
rumah sakit, Paviliun Amino RSPAD
c. Orang : Baik, pasien dapat mengenali dokter pemeriksa, perawat, serta
keluarganya.

3. Daya Ingat
a. Jangka lama : Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir dan
dapat mengingat nama sekolah pasien dari TK, SD, SMP sampai kuliah
b. Jangka Menengah : Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa
pasien diantar ke rumah sakit
c. Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makanan
sehari sebelum di wawancarai
d. Jangka Segera : Baik, pasien dapat menyebutkan kembali 6
angka yang disebutkan oleh pemeriksa dengan benar
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik, pasien dapat menjawab pengurangan 100 dikurang 7 dengan tepat dalam
satu kali jawaban meskipun pasien berfikir terlebih dahulu.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dengan cukup baik namun pasien kurang mampu
menulis dengan baik (tulisan masih sedikit sulit untuk dibaca namun masih
dapat diperkirakan).

6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menunjukkan jarum jam dan menirukan gambar segilima
bertumpang tindih pada saat wawancara.
7. Pikiran Abstrak
Cukup baik, pasien dapat mengetahui arti peribahasa berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian. Pasien menyampaikan arti dari peribahasa tersebut
yaitu: bersusah-susah dahulu, baru bersenang-senang kemudian.
8. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Baik, pasien dapat mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini dan Ibu
Kota Indonesia.

G. Pengendalian Impuls
Selama proses wawancara berlangsung pasien dapat mengendalikan diri
dengan berperilaku baik dan sopan dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan oleh pemeriksa meskipun pasien banyak bicara.

H. Daya Nilai dan Tilikan


1. Daya Nilai Sosial
Baik, Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa, pasien juga bersikap
sopan dan baik kepada pemeriksa, perawat ataupun pasien lainnya.
2. Penilaian Realita
RTA terganggu
3. Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal dirinya sakit.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Pasien tidak dapat dipercaya karena keterangan yang diberikan oleh pasien
selalu berubah setiap kali pemeriksa menanyakan hal yang sama namun dalam
waktu yang berbeda. Terkadang pasien suka melebih-lebihkan keterangan dirinya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Interna
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Status Gizi : Obesitas (BB 70 kg, TB:165 cm, IMT 25,7)
4. Tanda Vital :
Tekanan darah : 128/95 mmHg
Nadi : 79x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 35,3o C
5. Status Generalisata :
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Sekret -/-, Konka edema -/-, perdarahan -/-, deviasi
septum -/-
Telinga : Serumen +/+
Mulut : Tidak ada kelainan. Bibir tampak kehitaman. Gigi
berwarna kuning.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB atau tiroid
Paru : Suara dasar vesikuler +/+,wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung : BJ I-II reguler (+), murmur (-), galop (-)
Abdomen : BU (+), supel, timpani, nyeri (-)
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

B. Status Neurologis
1. GCS : 15 (E4M6V5)
2. Tanda rangsang meningeal : negatif
3. Tanda efek ekstrapiramidal :
Tremor : negatif
Akatsia : negatif
Bradikinesia : negatif
Rigiditas : negatif
4. Motorik : 5/5/5/5
5. Sensorik : Baik

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah sewaktu 76 (nilai rujukan 70-140 mg/dL)
2. RT-PCR negative
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah dilakukan pemeriksaan pada Tn.D, berusia 52 tahun, beragama islam dengan
pendidikan terakhir Diploma 1 dan memiliki pekerjaan wiraswasta. Pasien dirawat untuk
kelima kalinya di Pavilun Amino RSPAD Gatot Subroto sejak 5 Juni 2021. Pasien datang
diantarkan oleh adik pasien karena pasien sering marah-marah semenjak 2 hari SMRS. Pasien
menyangkal dirinya marah-marah karena menurut pasien dirinya hanya mengungkapkan
pendapat. Pada hasil anamnesis, autoanamnesis dan alloanamnesis dengan adik pasien pada
16-20 Juni 2021, didapatkan bahwa pasien juga sering mendengar bisikan yang mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang intel (halusinasi auditorik). Pasien mengatakan bahwa bisikan
tersebut merupakan suara Pesiden dan Joe Biden yang mengesahkan bahwa dirinya
merupakan intel. Pasien mengatakan bahwa dirinya mendapatkan otak dari Albert Einstein
sehingga membuat dirinya jenius. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya merasa takut karena
ada yang ingin membunuhnya dari atas kepala dan mencabut otaknya dari atas. Pasien
mengaku dirinya dapat membaca pikiran orang lain bahkan pikiran hewan dan tumbuhan.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya hanya memiliki setengah otak sehingga membuat
dirinya tidak bisa berfikir dan merasa bodoh.
Pasien memiliki pengalaman masa kecil yang membuatnya teringat sampai dewasa
yaitu melihat orang tuanya selingkuh dengan asisten rumah tangganya di dapur. Hal itulah
yang membuat pasien selalu ingin membunuh ayahnya. Pasien telah berkonsultasi dengan
psikiatri. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien lebih nyambung saat diajak bicara serta
emosi lebih stabil ketika pasien meminum obatnya dengan teratur. Jika pasien lalai dalam
meminum obatnya, maka pasien akan menjadi kacau seperti suka marah-marah, tidak
nyambung saat diajak bicara serta terkadang suka mengancam keluarganya jika
keinginannnya tidak dituruti. Saat pasien mengamuk, pasien tidak pernah membahayakan
dirinya sendiri, keluarga ataupun orang disekitarnya, namun membuat keluarganya merasa
tidak nyaman ketika pasien marah-marah. Kepatuhan pasien minum obat menjadi berkurang
semenjak ibu pasien meninggal pada tahun 2017.
Pasien mengaku bahwa dirinya pernah sakit hati dengan temannya semasa SMA
karena pernah direndahkan. Pasien melihat lambang berani pada dahi temannya dan melihat
lambang takut didahinya saat itu. Kekesalan pasien kepada temannya membuat pasien
menjadi emosi yang tidak terkendali sehingga pasien melampiaskan hal tersebut kepada
ayahnya. Pasien pernah memukul ayahnya sebanyk dua kali karena berusaha ingin
membunuh ayahnya. Keluarga mengatakan bahwa semasa remaja pasien termasuk kedalam
pergulan yang kurang baik, pasien sering minum-minuman alkohol bersama teman-
temannya. Pasien juga pernah dikeluarkan dari sekolahnya akibat dituduh mencuri uang oleh
temannya dan masuk penjara selama satu hari.
Pasien mengaku dirinya pernah trauma akibat kebakaran yang terjadi di rumahnya.
Kejadian tersebut membuat pasien menjadi pendiam, mudah sedih, pikiran kosong, sering
melamun dan menarik diri dari lingkungannya. Pasien juga pernah naik atap rumah akibat
marah dengan ayahnya. Pasien sempat dirawat di RS Duren Sawit sebanyak 1 kali dan
dirawat di RSPAD sebanyk 4 kali. Pasien menyangkal dirinya sakit dan mengatakan bahwa
pasien bingung dengan keadaan dirinya sendiri.
Pada pemeriksaan tanggal 19 Juni 2021, didapatkan hasil pemeriksaan fisik dalam
batas normal dan pada hasil pemeriksaan status mentalis pasien didapatkan penampilan
pasien sesuai dengan usianya, pasien menggunakan baju lengan pendek berwarna abu-abu
dan memakai celana panjang berwarna coklat serta menggunakan sandal jepit. Penampilan
pasien kurang rapid dan tidak terlalu baik dalam merawat diri. Perilaku dan aktivitas
psikomotor pasien selama wawancara pasien berkontak mata, sesekali menggerakan
tangannya saat bercerita dengan antusias serta menatap pemeriksa tidak teralihkan. Sikap
pasien terhadap pemeriksa cukup kooperatif, Pasien menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan pemeriksa dengan cukup baik mskipun pembicaraan pasien sedikit lompat-lompat
dari satu topik ke topik lain sehingga sedikit membuat bingung. Mood pasien hipetim dan
afek pasien luas, terdapat keserasian antara mood dan afek. Pembicaraan spontan, volume
suara cukup keras, irama dan intonasi suara lantang, sering berbicara tanpa ditanya,
cenderung banyak bicara (logorrhea), namun artikulasi sedikit tidak jelas. Pada pasien
terdapat gangguan persepsi berup halusinasi auditorik dan visual. Proses pikir dan alur
berpikir pasien asosiasi longgar dan sirkumtansial, pemeriksa masih dapat memahami tujuan
pembicaraan pasien mskipun sedikit membingungkan, kesan kohern. Isi pikir didapatkan
waham kebesaran, waham bizzare, wahan kejar dan waham dikendalikan. Tingkat kesadaran
pasien compos mentis. Orientasi waktu, tempat dan orang dalam keadaan cukup baik. Daya
ingat jangka panjang, mnengah, pendek dan segera dalam keadaan cukup baik. Konsentrasi
dan perhatian pasien masih cukup baik. Kemampuan membaca pasien baik, kemampuan
menulis kurang baik namun masih dapat terbaca tulisan pasien dan kemampuan visuospasial
pasien baik. Pasien mengerti pikiran abstrak. Intelegensia dan informasi pasien dalam
keadaan baik. Pasien mampu mengendalikan impuls selama proses wawancara berlangsung.
Pasien kooperatif dan logorrhea selama wawancara berlangsung. Derajat tilikan 1 yaitu
pasien menyangkal dirinya sakit. Reliabilitas secara umum tidak dapat dipercaya karena
pasien selalu mengatakan hal yang berbeda saat ditanyakan pada waktu yang berbeda.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
AKSIS I
Pada pasien ditemukan pola perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan satu gejala penderitaan (distress) atau
hendaya (disability/ impairment) dalam fungsi psikososial, dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan
jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita
penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak seperti tumor otak atau
trauma kapitis. Dari hasil pemeriksaan fisik umum dan neurologis juga tidak
ditemukan kelainan yang secara organic mendandakan adanya disfungsi otak atau
disfungsi organ lainnya, ataupun adanya factor organic spesifik yang diduga berkaitan
dengan gangguan jiwanya sehingg kelainan mental organic dapat disingkirkan. Pasien
memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif namun tidak sering dan tidak sampai
menunjukan gejala putus zat alkohol.
Pada pasien ini didapatkan hendaya berat pada (1) Reality Testing Ability
(RTA) dengn manifestasi gejala tilikan insight 1, (2) hendaya berat dalam fungsi
mental dengan manifestasi adanya gangguan isi pikir pada pasien ini berupa waham
kejar, waham kebesaran, waham bizarre dan waham dikendalikan serta adanya
gangguan persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik serta gangguan proses pikir
berupa asosiasi longgar dan sirkumtansial, (3) hendaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari dengan manifestasi adanya keterbatasan pasien dalam melakukan
pekerjaan dan berhubungan sosial.
Berdasarkan uraian diatas, maka berdasarkan PPDGJ III pada pasien ini dapat
memenuhi kriteria aksis 1 dengan diagnostic Skizofrenia karena pasien memiliki
halusinasi dan waham yang menonjol dengan gejala lebih dari 1 bulan serta terdapat
perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
pribadi. Pada kasus ini memenuhi diagnosis F20.0 skizofreniia paranoid, karena
pasien memiliki halusinasi auditorik perintah dan waham kejar yang menonjol.

AKSIS II
Berdasarkan anamnesa riwayat kepribadian pasien seblum sakit, didapatkan
ciri kepribadian pasien cenderung kearah paranoid, karena pasien cenderung
menyimpan dendam pada suatu masalah (pasien selalu membenci ayahnya karena
kejadian melihat dan mengira ayahnya selingkuh dengan asisten rumah tangganya)
dan cenderung curiga tanpa dasar yang jelas (pasien mencurigai ayahnya ingin
membunuhnya). Berdasarkan pedoman diagnostic PPDGJ III tentang gangguan
kepribadian paranoid, disebutkan bahwa minimal ada 3 gejala yang terlihat pada
pasien dari pdoman diagnostik sedangkan pada pasien ini hanya ditemukan dua
kriteria diagnostik, sehingga kriteria aksis II tidak ditentukan (Z03.2).

AKSIS III
Tidak ada gangguan kondisi medis atau gangguan fisik pada pasien.

AKSIS IV
Pada pasien ditemukan masalah keluarga, pekerjaan, pendidikan dan ekonomi.
Menurut pengakuan pasien, pasien jarang naik kelas dan selalu mendapat peringkat
terakhir di kelas. Pasien juga selalu mendapat tkanan dari kedua orang tua pasien yang
mendidik cukup tegas. Pasien selalu berganti pekerjaan karena setiap kali bekerja
selalu melakukan kesalahan sehingga tidak lagi dipercayai oleh atasannya, oleh
karena itu pasien tidak memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan yang tetap.
Penghasilan pasien utamanya didapat dari hasil uang pension ayahnya sehingga
pasien sering rebut dengan mantan istrinya ataupun keluarganya karena masalah
ekonomi.

AKSIS V
Berdasarkan penilaian kemampuan pnyesuaian menggunakan skala global
assessment of functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF pasien ketika
dating ke Pavilun Amino didapatkan adalah 50-41, yaitu gejala berat (pasien mrah-
marah tanpa sebab dan mengganggu kenyamanan keluarga maupun lingkungan
sekitar) serta adanya disabilitas berat dalam pekerjaan dan komunikasi. Sedangkan
untuk saat ini, GAF pasien dalam kisaran 60-51, gejala sedang (pasien tidak lagi
marah-marah hanya suka banyak berbicara) dan disabilitas sedang (pasien masih
dapat berkomunikasi dengan baik meskipun terkadang membuat pendengar bingung).
Hal ini didasarkan pada hasil observasi pemeriksa terhadap pasien selama perawatan
di Pavilun Amino, pasien masih dapat mengurus dirinya dengan baik, tidur cukup
serta berkomunikasi baik dengan pemeriksa, teman ataupun perawat.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


A. Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
B. Aksis II : Tidak ada diagnosis
C. Aksis III : Tidak ada diagnosis
D. Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga),
pendidikan, pekerjaan dan ekonomi
E. Aksis V : GAF = 60 - 51 (Bangsal Amino, 23 Juni 2021)
GAF = 50 - 41 (Awal masuk Bangsal Amino, 5 Juni 2021)

VIII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik
Ibu pasien didiagnosis gangguan bipolar.
B. Psikologis
1. Mood : Hipertim
2. Afek : Luas
3. Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik, halusinasi visual
4. Proses pikir : Asosiasi longgar, sirkumtansial
5. Isi pikir : Waham kejar, wahan bizzare, waham kebesaran dan
waham dikendalikan
6. RTA : Terganggu
7. Tilikan : Derajat 1

C. Lingkungan dan Sosioekonomi


Masalah dan tekanan dalam keluarga, ekonomi, serta pekerjaan. Hubungan
interpersonal pasien dengan keluarga sebagai primary support group juga kurang
baik karena pasien sering bertengkar dengan adiknya.

IX. PROGNOSIS
Faktor yang dapat memperingan diagnosis:
 Kepatuhan pasien meminum obat
 Keluarga mendukung penuh kesembuhan pasien serta memberikan semangat
kepada pasien selama proses penyembuhan
 Keinginan tinggi untuk sembuh dari dalam diri pasien

Faktor yang dapat memperburuk diagnosis:


 Stressor dari pasien meliputi masalah ekonomi, keluarga dan masalah
pekerjaan
 Tidak mau mendengarkan edukasi dari psikiatri

Ad Vitam : dubia ad bonam


Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam

X. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka
1. Risperidone 2x2 mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
Psikoterapi suportif dengan membina hubungan, memberikan motivasi,
menunjukan empati dimana terapis ikut terlibat dan berperilaku aktif,
memberikan perhatian kepada pasien, menerima pasien tanpa menghakimi,
menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya, mensuport usaha adaptif
pasien, menunjukan ketertarikan pada aktivitas keseharian pasien serta
mendorong pasien untuk minum obat secara teratur.

2. Intervensi keluarga
Psikoeduksi mengenai
Penyakit pasien
Memberikan informasi yang bersifat komunikatif, informatif serta
edukatif mengenai penyakit pasien yang meliputi penyebab penyakit, gejala,
faktor yang memperburuk penyakit serta bagaimana cara penyembuhan.
Diharapkan keluarga pasien dapat menerima dan mendukung pasien kearah
penyembuhan. Keluarga juga diharapkan mampu untuk mengawasi
kepatuhan pasien minum obat serta control rutin untuk mencegah terjadinya
kekambuhan.
Terapi yang diberikan
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan kepada pasien
yaitu dijelaskan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek
samping yang mungkin muncul pada pengobatan. Selain itu juga diberikan
penjelasan mengenai pentingnya kontrol dan kepatuhan minum obat secara
teratur sehingga diharapkan keluarga ikut serta bekerja sama selama
berjalannya program terapi dengan baik.

XI. DISKUSI

Pada pasien ini didapatkan pola psikologis atau pola perilaku yang secara
klinik cukup bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial, didalm suatu fungi mental, fungsi
pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesa baik autoanamnesa maupun


alloanamnesa, pada pasien ini didapatkan hendaya berat pada (1) Reality Testing
Ability (RTA) dengn manifestasi gejala tilikan insight 1, (2) hendaya berat dalam
fungsi mental dengan manifestasi adanya gangguan isi pikir pada pasien ini berupa
waham kejar, waham kebesaran, waham bizarre dan waham dikendalikan serta
adanya gangguan persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik serta gangguan
proses pikir berupa asosiasi longgar dan sirkumtansial, (3) hendaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari dengan manifestasi adanya keterbatasan pasien dalam
melakukan pekerjaan dan berhubungan sosial.

Berdasarkan uraian diats, berdasarkan PPDGJ III, diketahui bahwa gejala yang
terdapat pada pasien memenuhi kriteria umum skizofrenia, haarus ada sedikitnya satu
gejala yang amat jelas, yaitu:

1. -Thought echo, yaitu isi pikirannya sendiri yang berulang atau bergema
dikepalanya (tidak keras) da nisi pikir ulangan, walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda
-Thought insertion or withdrawl, yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawl)
-Thought broadcasting, yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum dapat mengetahuinya
2. –Delusion of control, yaitu waham gtentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
dari luar
-Delusion of influence, yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu
dari luar
-delusion of passivity, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dn pasrah
mengenai sesuatu kekuatan dari luar
-Delusion of perception, yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar dan bersifat
khas pada dirinya, biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
3. Halusinasi uditorik, yaitu:
-halusinasi terus menerus berkomentar terhadap perilaku pasien
-mendiskuasikan perihal pasien diantara mereka sendiri
-Jenis suara halusinasi lain berasal dari satu bagian tubuh.
4. Waham yang menetap, yang menurut budaya setempat tidak wajar dan seusatu
yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau pihak tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk lain atau dunia lain).

Sebagai tambahan:

a) Halusinasi dana tau Waham harus menonjol


1. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berbunyi pluit (whistling),
mendengar (humming) atau bunyi tawa (laughing).
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat sksual atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol.
3. Waham hamper berupa setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of
passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas.
b) Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata atau menonjol.
Pada pasien ini didapatkan adanya gejala halusinasi auditorik dan visual serta
waham kejar, waham bizar, waham dikendalikan dan waham kebesaran yang jelas
dan menonjol. Selain itu adanya keyakinan bahwa pasien dikejar-kejar oleh bisikan
tersebut sehingga gejala-gejala pasien sesuai dengan gejala skizofrenia paranoid
menurut PPDGJ III (F 20.0).

Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat dibagi menjadi psikofarmaka,


psikoterapi dan intervensi psikososial.

Penatalaksanaan psikofarmaka pada pasienini aalah dengan memberikan obat


antipsikotik, yaitu Risperidone 2 mg. risperidone merupkan obat antipsikotik
atipikal yang merupakan derivat dati benzisoksazol dengan aktivita antagonis
terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5 HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2)
serta pada alfa 1 danalfa 2 adrenergik dan reseptor histamine. Aktivitas antipsikotik
ini bekerja melalui penghambatan reseptor serotonin dan dopmin. Antipsikotik
topical ini efektif untuk menghilangkan gejala positif maupun gejala negatif dari
skizofrenia. Efek samping penggunaan risperidone dintaranya yaitu insomnia,
agitasi, ansietas, mual, muntah serta peningkatan berat badan. Risperidone
merupakan obat lini pertama karena efektifv dan lebih aman dibandingan dengan
antagonis dopanin yang tipikal (antikpsikotik tipikal). Sdiaan oral risperidone berup
tablet dan sirup, yaitu tablet 1mg, 2 mg, 3 mg atau injeksi 50 mg/mL.

Psikoterapi merupakan tata cara pengobatan ilmu kedokteran terhadap gangguan


mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan dan perilaku agar tejadi
keeimbangan dalam diri pasien tersebut. Psikoterapi bertujuan untuk meningkatkna
daya ahan mentl yang telah dimiliki oleh pasien, mengembangkan mekanisme daya
tahan mental yang baru dan lebih baik untuk mempertahankan fungi pengontrolan
diri dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.

Intervensi psikososial dapat dilakukna dengan terapi perilaku, terapi berorientasi


keluarga dan terapi kelompok. Pada terapi perilaku, merupakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkn kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Pada terapi keluarga, dipusatkan pada
situasi yang memungkinkan menimbulkan kesulitan. Setelah periode pemulangan,
maka perlu dibahas kembali proses pemulihan terutma lama dan kecepatan
pemulihan pasien. Terapi keluarga terbukti efektif dalam menurunkan relaps.
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jendral Pelyanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman


Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III).Cetakan
Pertama. Jakarta 1993.
2. Sadock, Benjamin J., Sadock, Virginia A., Ruiz, Pedro. 2007. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins: New York
3. Kusumawardhani, A.A.A.A. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2010.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Keokgteran Jiwa Indonesia. Konsesus
Penatalaksanaan gangguan skizofrenia. 2011

Anda mungkin juga menyukai