Anda di halaman 1dari 22

STATUS UJIAN STASE PSIKIATRI

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI

Penguji:

dr. H. Isa Multazam Noor, Sp.KJ (K)

Disusun oleh:

Afrizal Fazza

1102014004

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 18 JULI 2022 – 20 AGUSTUS 2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, anugerah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan status ujian mengenai
Skizofrenia Paranoid dengan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas di
Kepanitraan Klinik Stase Psikiatri yang bertempat di RS Jiwa Islam Klender Kota Jakarta Timur
serta untuk menambah wawasan bagi penulis. Rasa terima kasih ingin penulis sampaikan
kepada:

1. dr. H. Isa Multazam Noor Sp.KJ (K) selaku penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi penguji serta memberikan bimbingan pada
stase psikiatri di RS Jiwa Islam Klender.
2. dr. Friendy Ahdimar Sp.KJ selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulis bertugas di RS Jiwa Islam
Klender.
3. dr. Zygawindi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis selama bertugas di RS Jiwa Islam Klender.
4. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penulisan status ujian ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan
status ujian ini, maka dari itu diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan laporan kasus ini. Harapan penulis yaitu status ujian ini dapat
memberikan manfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Jakarta, 12 Agustus 2022

Afrizal Fazza

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I STATUS PASIEN..............................................................................................................1
I. DATA PRIBADI....................................................................................................................1
II. RIWAYAT PSIKIATRI.........................................................................................................2
III. RIWAYAT HIDUP................................................................................................................4
BAB II PEMERIKSAAN STATUS MENTAL...........................................................................8
BAB III PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................................12
BAB IV DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA.........................................................................13

ii
BAB I
STATUS PASIEN

I. DATA PRIBADI

Nama : Nn. I

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Warganegara : WNI

Alamat : Cipinang Utara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal Masuk RS : 8 Agustus 2022

Tanggal Pemeriksaan :

 Autoanamnesis: Jumat, 12 Agustus 2022 Pukul 10.30


WIB di Bangsal RS Jiwa Islam Klender.
 Alloanamnesis:
- Jumat, 12 Agustus 2022 Pukul 11.30 WIB dengan
ayah pasien di Bangsal RS Jiwa Islam Klender.
- Senin, 15 Agustus 2022 Pukul 17.00 WIB dengan ibu
pasien melalui whatsapp.

1
II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama
Pasien menangis hingga berteriak – teriak.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pada tahun 2020, pasien mengatakan mulai sering bertengkar dengan pacarnya
karena pacarnya tersebut sering membicarakan tentang mantan kekasihnya yang dulu.
Hal ini membuat pasien kesal sehingga pasien sering menangis hingga berteriak – teriak
namun tidak berlangsung lama dan berlarut – larut. Pasien sempat melakukan percobaan
bunuh diri dengan melompat dari masjid lantai 2 tetapi pasien diselamatkan sehingga
pasien tidak jadi bunuh diri. Pasien juga pernah merasakan ketika bangun tidur, tiba –
tiba dirinya berada di antara surga dan neraka lalu pasien melihat ada seseorang bertubuh
tinggi dan berwarna merah menarik dirinya ke neraka. Pasien kemudian berteriak –
teriak ketakutan di kamarnya. Orang tua pasien kemudian membawa pasien ke Yayasan
Panti Rehabilitasi Jiwa. Namun, disana pasien merasa dikurung dan diperlakukan tidak
baik sehingga pasien merasa kesal dengan orang tuanya karena dibawa ke tempat itu
sehingga pasien memaksa untuk dibawa pulang. Pasien juga mengatakan bahwa orang
tuanya seringkali memukul dan mencubit pasien ketika pasien sedang menangis saat
menceritakan masalahnya. Menurut keterangan pasien, ia diberikan obat Olanzapin dari
Yayasan tersebut, namun pasien mengaku tidak meminum obatnya secara teratur dan
hanya meminum obat ketika pasien merasa dirinya sedang kambuh yaitu tidak bisa
mengendalikan diri untuk menangis dan berteriak – teriak. (GAF 40 – 31)
Pada bulan Juni 2022, pasien kembali bertengkar dengan pacarnya hingga pasien
menangis dan berteriak – teriak. Pasien kemudian dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender dan pasien dirawat inap selama 4 hari. Setelah itu pasien menjalani
pengobatan rawat jalan, pasien rutin kontrol namun pasien mengaku sering lupa
meminum obatnya. (50 – 41)
1 bulan SMRS, pasien mengatakan sering bertengkar dengan pacarnya. Pasien
merasa sedih dan kesal karena sering dibanding – bandingkan dengan mantan kekasih
dari pacarnya tersebut. Hal tersebut membuat pasien merasa dirinya kurang secara fisik.
Pacar pasien juga seringkali memukul, mencubit dan menendang pasien ketika

2
bertengkar menyebabkan pasien sedih dan sering menangis bahkan ketika di sekolah.
Pasien menyadari perilaku pacarnya tersebut tidak baik dan memilih untuk berhubungan
dekat dengan 7 orang lainnya untuk menghindari pacar pasien tersebut tetapi pasien
mengaku kesulitan untuk mengakhiri hubungannya karena merasa pikiran pasien
dikendalikan oleh pacarnya tersebut sehingga pasien tidak bisa terlepas darinya. Di
sekolah, pasien juga merasa teman – temannya membicarakan hal yang buruk
tentangnya dan tidak ada yang mau berteman dengannya karena menurut pasien mereka
iri karena pasien merasa ia lebih banyak disukai oleh lawan jenis dan terlalu fokus pada
hubungan dengan pacarnya daripada teman - temannya. (GAF 50 – 41)
2 minggu SMRS, pasien memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan
pacarnya tetapi menurut pasien pacar pasien tidak menerima keputusan tersebut namun
orang tua pasien mengatakan mereka sudah tidak berhubungan karena ayah pasien sudah
pernah meminta pacarnya untuk menjauhi pasien dan disanggupkan oleh pacarnya
karena menurut pacarnya juga pasien telah berselingkuh karena dekat dengan laki – laki
lain. Hal ini juga yang membuat pasien semakin merasa takut pacarnya akan berbuat
jahat kembali kepadanya bahkan sampai ingin membunuhnya, sedih dan juga ada rasa
bersalah. Pasien semakin sering menangis, nafsu makan menurun dan malas beraktivitas.
(GAF 50 – 41)
1 minggu SMRS, pasien mendapatkan kabar bahwa mantan pacar pasien dekat
dengan perempuan yang mirip dengan mantan kekasihnya dulu. Hal ini membuat pasien
kesal karena merasa bahwa mantan pacarnya tersebut belum selesai dengan masa lalunya
dan merasa bahwa dirinya hanya dijadikan pelampiasan. Pasien kemudian menangis
sambil berteriak – teriak. (GAF 50 – 41)
2 hari SMRS, pasien mengatakan semakin sulit untuk mengendalikan dirinya.
Menurut keterangan orang tuanya, pasien di rumah menangis hingga berteriak – teriak
sambil menjambak rambutnya dan pasien jarang keluar dari kamarnya. Pasien mengaku
sering ketakutan dan kesulitan untuk menahan tangis bahkan ketika di sekolah, pasien
juga tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran. (GAF 50 – 41)
Pagi hari SMRS, pasien mengatakan sangat takut dan tidak dapat menahan diri
untuk menangis dan berteriak – teriak ketika di sekolah. Akhirnya pasien meminta untuk
dijemput ayahnya dari sekolah dan meminta untuk dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Islam

3
Klender karena pasien merasa sudah tidak bisa lagi mengendalikan dirinya dan merasa
perlu diobati. (GAF 40 – 31)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


 Pasien tidak pernah mengalami gangguan ini sebelumnya.
 Pasien menyangkal onset gangguan jiwa pasien pertama kali didahului hanya
perasaan sedih berkepanjangan.
 Pasien menyangkal onset gangguan jiwa pasien pertama kali didahului oleh perasaan
senang dan gembira yang berlebihan hingga membuat dirinya sangat bersemangat
dan tak kenal lelah.
D. Gangguan Medik Umum
Tidak ada riwayat infeksi otak, perdarahan masif, desak ruang otak, kejang atau
gangguan endokrin dan penyakit sistemik.
E. Penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol maupun obat – obatan terlarang.

III. RIWAYAT PRIBADI

1. Masa Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien lahir dari pernikahan
yang sah dan kehamilan yang diharapkan. Pada saat kehamilan, tidak ada masalah
kesehatan yang dialami ibu pasien. Pasien lahir normal tanpa ada kelainan atau cacat
bawaan. Kondisi ibu setelah melahirkan sehat, ibu pasien menyangkal adanya perasaan
sedih atau gangguan psikis setelah persalinan.

2. Masa Kanak Awal (Sampai Usia 3 Tahun)


Pasien dirawat oleh kedua orang tuanya. Pasien tidak mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan secara umum. Tidak didapatkan adanya kelainan
perilaku dan komunikasi. Perkembangan kognitif pasien sama dengan anak – anak
seusianya. Riwayat imunisasi lengkap.

4
3. Masa Anak Pertengahan (3 – 11 Tahun)
Menurut keterngan ibu, pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak
seusianya. Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan. Tidak ada masalah terkait
perilaku yang dilaporkan guru atau teman – teman di sekolahnya.

4. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11 – 15 Tahun)


Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pasien dapat
bersosialisasi dengan teman – temannya di sekolah. Pasien dapat belajar dengan baik dan
tidak pernah tinggal kelas.

5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien masih berstatus sebagai pelajar dan belum bekerja.

b. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam, mendapat pendidikan agama dari keluarga dan sekolah.
Pasien juga sempat bersekolah di pesantren. Penanaman ajaran agama dalam
keluarga cukup baik tetapi pasien mengaku bahwa dirinya terkadang masih
meninggalkan sholat karena kelelahan atau tertidur.

c. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.

d. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak memiliki riwayat berurusan dengan aparat penegak hukum dan
tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang berkaitan dengan hukum.

e. Riwayat Aktivitas Sosial


Menurut orang tuanya, hubungan pasien dengan keluarga baik sedangkan
menurut pasien, hubungan dengan keluarganya kurang baik karena pasien tidak

5
dekat dengan orang tuanya maupun kakak dan adiknya. Pasien jarang mengobrol
atau bercerita dengan keluarganya. Pasien juga mengaku sering dimarahi hingga
dipukul oleh kedua orang tuanya. Pasien juga jarang mengobrol dengan tetangga
karena pasien jarang keluar rumah.

f. Situasi, Kehidupan Sosio-Ekonomi Sekarang


Saat ini pasien hidup dengan dibiayai oleh kedua orang tuanya yang bekerja.
Ekonomi keluarga pasien baik, kebutuhan sehari – hari dapat terpenuhi.

g. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien tidak pernah mengalami pelecehan seksual
maupun melakukan tindakan pelecehan seksual.

h. Mimpi, Fantasi dan Nilai – nilai


Pasien mengatakan bahwa cita – citanya yaitu ingin menjadi seorang perawat
atau psikiater.

i. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien tinggal dalam satu
rumah bersama ayah, ibu, kakak laki – laki serta adik perempuannya. Tidak ada
riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien atau memiliki riwayat
gangguan kejiwaan.

6
Bagan 1: Genogram Keluarga

BAB II
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

7
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 17 tahun, penampilan sesuai usia. Pasien tampak rapih dan
bersih. Pada saat wawancara, pasien mengenakan pakaian seragam dari RS Jiwa
Islam Klender dengan memakai alas kaki.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Pasien tampak tenang, normoaktif. Tidak ada keterlambatan gerakan maupun
gerakan yang tidak terkontrol. Tidak tampak kegelisahan. Kontak mata dengan
pemeriksa baik. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa


Pasien kooperatif pada saat wawancara berlangsung.

B. Pembicaraan
1. Volume : Cukup
2. Kuantitas : Cukup
3. Kualitas : Cukup
4. Irama : Teratur
5. Artikulasi : Jelas
6. Intonasi : Jelas

C. Mood dan Afek


1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Tidak Serasi

D. Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada

8
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Pikiran
a. Proses Pikir: Koheren
- Flight of ideas : Tidak ada
- Asosiasi longgar : Tidak ada
- Blocking : Tidak ada
- Sirkumstansial : Tidak ada
- Tangensial : Tidak ada
- Inkohorensi : Tidak ada
- Neologisme : Tidak ada

b. Isi pikir
- Kemiskinan isi pikir : Tidak ada
- Waham
 Waham bizzare : Tidak ada
 Waham sistematik : Tidak ada
 Waham nihilistik : Tidak ada
 Waham somatik : Tidak ada
 Waham paranoid
o Waham kebesaran : Tidak ada
o Waham kejar : Tida ada
o Waham rujukan : Ada, pasien merasa teman – temannya iri
dan membicarakan hal yang buruk tentang
dirinya. Pasien juga merasa pacarnya
sengaja ingin berbuat jahat dan
menyakitinya.

9
o Waham dikendalikan : Ada, pasien merasa pikirannya
dikendalikan oleh pacarnya sehingga
pasien sulit untuk terlepas darinya.
 Waham cemburu : Tidak ada
 Erotomania : Tidak ada
- Obsesi : Tidak ada
- Kompulsif : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
2. Orientasi
 Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan hari, bulan dan tahun pada saat
wawancara.
 Tempat : Baik, pasien mengetahui sedang berada di RS Jiwa Islam Klender.
 Orang : Baik, pasien dapat mengenali pemeriksa.
3. Daya ingat
 Segera : Baik, pasien dapat mengingat tiga benda yang disebutkan
Pemeriksa.
 Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu sarapan yang pasien
makan pada pagi hari.
 Jangka Panjang : Baik, pasien dapat mengingat teman dekatnya ketika
sekolah dasar (SD)
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik (Pasien dapat melakukan perhitungan

seven serial test dan mengeja D-U-N-I-A


secara terbalik menjadi A-I-N-U-D.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis : Baik
6. Kemampuan Visuospasial : Baik, pasien tidak kesulitan dalam
menggambar segilima bertumpuk tepat.
7. Pikiran Abstrak : Baik
10
G. Pengendalian Impuls
Baik.

H. Daya Nilai
 Daya Nilai Sosial : Baik, pasien dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya.
 Uji Daya Nilai : Baik, apabila menemukan dompet di jalan maka pasien akan
mengembalikannya atau melaporkan ke satpam.

I. Reality Testing of Ability (RTA)


Terganggu.

J. Tilikan
Tilikan derajat 3.
Pasien memahami dirinya sakit tetapi menyalahkan faktor dari luar yaitu orang lain.

K. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya.

11
BAB III
PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital
 Tekanan darah : 103/79 mmHg
 Nadi : 108 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 36 °C
4. Kepala : Normocephal
5. Thorax
 Cor : Tidak dilakukan
 Pulmo : Tidak dilakukan
6. Abdomen : Tidak dilakukan
7. Ekstremitas : Tidak dilakukan

B. Status Neurologis
1. GCS : E4M6V5
2. Tanda Rangsang Meningeal : (-)
3. Tanda Ekstrapiramidal
 Tremor tangan : Tidak ada
 Akatisia : Tidak ada
 Bradikinesia : Tidak ada
 Cara berjalan : Normal
 Keseimbangan : Normal
 Rigiditas : Tidak ada
4. Motorik : Dalam batas normal
5. Sensorik : Dalam batas normal

12
BAB IV
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Telah dilakukan pemeriksaan terhadap Nn. I, perempuan berusia 17 tahun. Pasien
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Islam oleh keluarganya karena pasien sering menangis hingga
berteriak – teriak sejak 2 hari SMRS. Berdasarkan pemeriksaan, ditemukan adanya tanda –
tanda distress antara lain perasaan tidak dapat mengendalikan diri ketika sedih dan
ketakutan, adanya keyakinan bahwa pikirannya dikendalikan orang lain serta keyakinan
bahwa orang lain membicarakan hal yang buruk tentang dirinya yang diakibatkan oleh
adanya hendaya berat pada jiwa antara lain di pikiran berupa waham dikendalikan dan
waham rujukan sehingga didapatkan gambaran suatu Reality Testing of Ability (RTA) yang
terganggu. Hal ini identik dengan gejala psikosis. Berdasarkan PPDGJ – III, kasus ini
mengarah pada kriteria diagnosis F25.1 Skizoafektif tipe depresi.

II. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Tidak ada riwayat dalam keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien atau
pernah didiagnosis dengan gangguan kejiwaan.

2. Psikologik
 Mood : Hipotimia
 Afek : Menyempit
 Keserasian afek : Tidak serasi
 Proses pikir : Koheren
 Isi pikir : Waham dikendalikan dan waham rujukan
 Tilikan : Derajat 3
 RTA : Terganggu

13
III. FORMULASI DIAGNOSIS
a. Aksis I (Gangguan Klinis dan Kondisi yang menjadi Fokus Perhatian Klinis)
1. Berdasarkan riwayat penyakit pasien, didapatkan adanya pola perilaku dan
psikologis yang bermakna secara klinis dan berkaitan dengan gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi
psikologis dan pekerjaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
2. Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak
serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini sehingga Gangguan
Mental Organik (F0-F09) dapat disingkirkan.
3. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol atau menggunakan NAPZA dan tidak
memiliki kebiasaan merokok sehingga Gangguan Mental dan Perilaku akibat Zat
Psikoaktif atau Alkohol dapat disingkirkan.
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan permasalahan berupa perilaku pasien
yang menangis sambil berteriak – teriak dan susah dikendalikan. Pada pemeriksaan
status mental ditemukan adanya gangguan isi pikir berupa waham dikendalikan dan
waham rujukan. Berdasarkan PPDGJ – III, kasus ini termasuk dalam kriteria diagnosis
F20.0 Skizofrenia Paranoid.

Tabel 1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia

Kriteria Diagnostik Hasil

 Harus ada sedikitnya satu gejala


berikut yang amat jelas:
a) Thought echo, thought insertion Tidak ada

or withdrawal thought
broadcasting
Ada
b) Delusion of control, delusion of
influence, delusion of passivity,

14
delusional perception
c) Halusinasi auditorik Tidak ada
d) Waham-waham menetap jenis Tidak ada
lainnya
 Atau paling sedikit dua gejala di
bawah ini yang harus ada secara
jelas:
Tidak ada
e) Halusinasi yang menetap dari
panca indera apa saja
Tidak ada
f) Arus pikiran yang terputus
(break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan
atau neologisme Tidak ada
g) Perilaku katatonik seperti
keadaan gaduh-gelisah,
posturing, fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme dan
stupor Tidak ada
h) Gejala-gejala “negatif” seperti
sikap apatis, bicara jarang dan
respon emosional menumpul
atau tidak wajar

 Adanya gejala khas tersebut di atas


Terpenuhi
telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih

 Harus ada suatu perubahan yang Terpenuhi


konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa

15
aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri dan penarikan diri secara
sosial.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Skizoafektif Tipe Depresi

Kriteria Diagnosis Hasil


Memenuhi kriteria umum untuk Terpenuhi
diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan:
- Gejala depresi harus menonjol,
disertai sedikitnya dua gejala
depresi yang khas dan perubahan
Ada
perilaku.
Ada
a) Afek depresif
Ada
b) Hilangnya minat dan kegembiraan.
c) Berkurangnya energi yang menuju
kepada keadaan mudah Lelah dan
Ada
tidak bersemangat.
d) Konsentrasi dan perhatian
Ada
berkurang
e) Pola tidur dan pola makan
Ada
terganggu
f) Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.

16
b. Aksis II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)
Tidak ada diagnosis aksis II.

c. Aksis III (Kondisi Medis Umum)


Tidak ada diagnosis aksis III.

d. Aksis IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan)


 Masalah dengan “primary support group” (keluarga) : Ada.
 Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial : Ada.
 Masalah pendidikan : Tidak ada
 Masalah pekerjaan : Tidak ada
 Masalah perumahan : Tidak ada
 Masalah ekonomi : Tidak ada
 Masalah akses ke pelayanan kesehatan : Tidak ada
 Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal : Tidak ada
 Masalah psikososial & lingkungan lain : Tidak ada

e. Aksis V (Penilaian Fungsi Secara Global)


GAF satu tahun terakhir : 80 – 71
GAF satu bulan terakhir : 40 – 31
GAF saat masuk rumah sakit : 40 – 31
GAF saat diperiksa : 60 – 51

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
 AKSIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

17
 AKSIS II : Tidak ada diagnosis
 AKSIS III : Tidak ada diagnosis
 AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan primary support group dan lingkungan
sosial.
 AKSIS V : GAF tertinggi satu tahun terakhir : 90 – 81
GAF masuk Rumah Sakit : 40 – 31
GAF saat ini : 60 – 51

IV. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
 Risperidone 2 x 2 mg.
 Sertariline 2 x 50 mg.
Termasuk golongan APG II, mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Pasien
mengaku lebih nyaman mengkonsumsi APG II karena minimalnya efek samping
yang ekstrapiramidal misalnya dystonia, parkisonisme dan akatisia. Pada penggunaan
jangka panjang pun lebih sedikit efek samping yang ditimbulkan. Risperidone juga
memiliki respon lebih cepat daripada haloperidol. Pasien dengan gejala skizofrenia
paranoid episode pengamatan kurang dari satu tahun dapat diberikan Risperidone
oral 2 x 1 mg/hari dan pada hari ketiga diberikan dosis 2 x 2 mg/hari. Diharapkan
dapat dengan cepat mengatasi fase akut untuk menghilangkan gejala psikotik,
mencegah kekambuhan dan ketidakpatuhan minum obat karena efek samping yang
disebabkan antipsikotik. Diharapkan hasil pengobatan dapat mengatasi gejala dan
menjadikan kondisi pasien lebih baik.

2. Non-Farmakoterapi
 Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai permasalahan yang dialami pasien
dan kemungkinan penyakit yang diderita.
 Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya minum obat, kontrol teratur serta efek
samping yang dapat terjadi.

18
 Edukasi kepada keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada pasien
agar pasien tidak merasa sendiri.

V. PROGNOSIS
Dubia ad malam.

FAKTOR BAIK BURUK


Genetik Tidak ada Ada
Usia Tua Muda
Pencetus Stressor: Jelas Stressor: Tidak Jelas
Status Ekonomi Cukup Kurang
Kekambuhan Tidak Ada Kekambuhan Terdapat Kekambuhan
Gejala Gejala (+) Menonjol Gejala (-) Menonjol
Riwayat Pramorbid Tidak Ada Ada
Support Lingkungan Baik Buruk
Onset Akut Kronis
a

19

Anda mungkin juga menyukai