Skenario I
Kelompok B – 5
Samira 1102015215
Seorang pasien wanita usia 18 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama
kepala terasa sakit. Pasien ini dengan kehamilan pertama dan usia kehamilan 32
minggu jika dihitung dari haid pertama hari terakhirnya. Pasien melakukan ANC
ke Puskesmas sebanyak 4 kali dan terakhir kontrol 1 minggu yang lalu.
Berdasarkan ANC sebelumnya diketahui pasien neniliki tekanan darah tinggu dan
sudah diberikan obat antihipertensi. Selama kehamilan pasien mengalami
kenaikan berat badan 20 kg dan tidak ada edema pada tungkai. Dari riwayat
penyakit keluarga tidak ada keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal,
diabetes dan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit
sedang, tekanan darah 180/120, nadi 92x/menit, nafas 22x/menit, suhu 36,3⁰ C.
Dari status obstetri didapatkan tinggi fundus uteri 26 cm dan denyut jantung janin
154x/menit. Tanda – tanda persalinan tidak ada. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang USG dengan hasil janin hidup tunggal intra uterin
presentasi kepala dan hasil pemeriksaan laboratorium urin protein positif 3. Dari
hasil pemeriksaan darah didapatkan Hb 10,5 gr%, leukosit 12.000/mm3 , trombosit
95.000/mm3 .
Kata Sulit
Pertanyaan
Jawaban
1.1 Definisi
Hipertensi didiagnosis secara empiris ketika tekanan darah sistolik dan
diastolik yang diukur secara tepat mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Hipertensi
adalah masalah yang paling sering dalam kehamilan. Hipertensi merupakan 5-
10% komplikasi dalam kehamilan dan merupakan salah satu dari penyebab
kematian tersering selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan
kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Hipertensi adalah tekanan
darah sekurang - kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua
kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.
1.2 Epidemiologi
Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita tua. Telah dilaporkan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2008, bahwa wanita diatas 35 tahun
mengalami hipertensi dalam kehamilan dengan 29 kehamilan mengalami
preeklamsia berat, 22 preeklamsia ringan, 3 eklamsia, 7 superimpose preeklamsia,
11 hipertensi gestasional dan 4 hipertensi kronis.
1.3 Etiologi
Preeklampsia seringkali menyerang wanita berusia muda yang merupakan
primigravida dan primipaternitas. Namun wanita yang berusia tua berisiko lebih
besar untuk terkena hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia. Selain
itu, insidensi dari hipertensi dalam kehamilan ini juga dipengaruhi oleh ras dan
etnis tertentu yang berarti ditentukan oleh faktor predisposisi genetik. Faktor
lainnya termasuk riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga, kehamilan
ganda, usia ekstrim (lebih dari 35 tahun), penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi
yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, faktor lingkungan, sosioekonomik, dan
juga pengaruh musim.
1.4 Klasifikasi
Hipertensi adalah masalah medis yang paling umum ditemui selama
kehamilan, yang menyulitkan hingga 10% kehamilan. Gangguan hipertensi
selama kehamilan dikelompokkan menjadi 4 kategori, seperti yang
direkomendasikan oleh National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy:
Hipertensi kronis
Preeklamsia-eklampsia
Preeklamsia ditumpangkan pada hipertensi kronis
Hipertensi gestasional (hipertensi sementara kehamilan atau hipertensi kronis
yang diidentifikasi pada paruh akhir kehamilan). Terminologi ini lebih disukai
daripada istilah "pregnancy-induced hypertension" (PIH) yang lebih tua namun
banyak digunakan karena lebih tepat.
a) Hipertensi Kronik
Hipertensi kronis adalah gangguan utama pada 90-95% kasus dan mungkin
penting (90%) atau sekunder akibat kelainan mendasar yang dapat
diidentifikasi, seperti penyakit parenkim ginjal (misalnya, ginjal polikistik,
penyakit glomerulus atau interstisial), penyakit vaskular ginjal (misalnya,
stenosis arteri renalis, displasia fibromuskular), kelainan endokrin (misalnya
kelebihan adrenokortikosteroid atau mineralokortikoid, pheochromocytoma,
hipertiroidisme atau hipotiroidisme, kelebihan hormon pertumbuhan,
hiperparatiroidisme), koarktasio aorta, atau penggunaan kontrasepsi oral.
Sekitar 20-25% wanita dengan hipertensi kronis mengalami preeklampsia
selama kehamilan. Hipertensi kronis terjadi pada 22% wanita usia subur,
dengan prevalensi bervariasi menurut usia, ras, dan indeks massa tubuh (IMT).
Data berbasis populasi menunjukkan bahwa sekitar 1% kehamilan diperumit
oleh hipertensi kronis, 5-6% oleh hipertensi gestasional (tanpa proteinuria), dan
3-6% oleh preeklampsia.
b) Preeklampsia
Meskipun mekanisme patofisiologis yang tepat tidak dipahami secara jelas,
preeklamsia terutama merupakan gangguan disfungsi plasenta yang
menyebabkan sindrom disfungsi endotel dengan vasospasme terkait. Dalam
kebanyakan kasus, evaluasi patologi menunjukkan bukti kekurangan
insufisiensi plasenta dengan kelainan terkait seperti trombosis plasenta difus,
vaskularisasi vaskulopati plasenta inflamasi, dan / atau invasi trofoblastik
abnormal pada endometrium. Temuan ini mendukung perkembangan plasenta
yang tidak normal atau kerusakan plasenta dari mikrothrombosis yang
menyebar sebagai pusat perkembangan gangguan ini. Ada juga bukti untuk
menunjukkan respons kekebalan ibu yang berubah terhadap jaringan janin /
plasenta dapat berkontribusi pada perkembangan preeklampsia.
c) Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional mengacu pada hipertensi dengan onset pada bagian
akhir kehamilan (> gestasi 20 minggu) tanpa ciri preeklamsia lainnya, dan
diikuti oleh normalisasi tekanan darah pascapersalinan. Dari wanita yang
awalnya hadir dengan hipertensi gestasional yang jelas, sekitar sepertiganya
mengembangkan sindrom preeklamsia. Dengan demikian, pasien ini harus
diobservasi dengan seksama untuk kemajuan ini. Patofisiologi hipertensi
gestasional tidak diketahui, namun bila tidak ada ciri preeklampsia, hasil ibu
dan janin biasanya normal. Hipertensi gestasional mungkin, bagaimanapun,
menjadi pertanda hipertensi kronis di kemudian hari.
Meskipun tekanan darah diastolik ibu (DBP) lebih besar dari 110 mmHg
dikaitkan dengan peningkatan risiko abrupsio plasenta dan pembatasan
pertumbuhan janin, kelainan preeklamsia yang dilapiskan menyebabkan
sebagian besar morbiditas karena hipertensi kronis selama kehamilan
1.5 Patofisiologi
4. Faktor genetik
Hipertensi dalam kehamilan merupakan suatu penyakit multifaktorial dan bersifat
poligenik. Suatu studi menyatakan bahwa risiko penurunan preeklampsia dari ibu
yang mengalami preeklampsia kepada anak perempuannya yaitu sebesar 20-40%,
dan 22-47% antara saudara kembar. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan secara familial, jika dibandingkan dengan genotipe
janin.
5. Faktor nutrisi
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak
hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklampsia karena mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
Defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil juga akan meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Patofisiologi
Volume Plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna
(hipervolemia), untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.
Peningkatan tertinggi volume plasma terjadi pada usia kehamilan 32-34
minggu. Namun pada hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan
volume plasma antara 30-40% dibanding hamil normal, disebut
hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam penegakkan diagnosis
hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung.
Tekanan darah bergantung terutama pada curah jantung, volume plasma,
resistensi perifer, dan viskositas darah. Hipertensi dapat terjadi akibat
vasospasme menyeluruh dengan ukuran tekanan darah ≥140/90 mmHg
selang 6 jam.
Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal terjadi akibat menurunnya aliran darah ke ginjal
akibat hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria; kerusakan sel
glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria; terjadi
pembengkakan disertai deposit fibril sehingga menyebabkan adanya
endoteliosis kapiler glomerulus; gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus
ginjal; serta adanya kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme
pembuluh darah.
Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada hipertensi
dalam kehamilan, elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila
diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam, atau pemberian cairan
oksitosin yang bersifat antidiuretik. Preeklampsia berat yang mengalami
hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kejang
pada eklampsia menyebabkan kadar bikarbonat menurun akibat adanya
asidosis laktat dan kompensasi hilangnya karbon dioksida.
Viskositas Darah
Komponen yang menentukan viskositas darah adalah volume plasma,
molekul makro: fibrinogen dan hematokrit. Pada hipertensi dalam
kehamilan, terjadi peningkatan viskositas darah yang meningkatkan
resistensi perifer serta menurunkan aliran darah ke organ.
Hematokrit
Pada kehamilan fisiologis, terjadi penurunan hematokrit karena
hipervolemia, kemudian meningkat lagi pada trimester III akibat
peningkatan produksi urin. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi
peningkatan hematokrit karena hipovolemia.
Edema
Edema seringkali dijumpai pada kehamilan, 40% edema terjadi pada hamil
normal, 60% pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80% pada kehamilan
dengan hipertensi dan proteinuria. Edema terjadi akibat hipoalbuminemia
atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang bersifat patologik adalah
edema yang nonedependen pada muka dan tangan, atau edema
generalisata, dan disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
Hematologik
Perubahan hematologik terjadi oleh karena adanya hipovolemia akibat
vasospasme, hipoalbuminemia, hemolisis mikroangiopatik akibat spasme
arteriol dan hemolisis akibat kerusakan endotel. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan hematokrit. Terkadang pada hipertensi kehamilan dapat
terjadi penurunan trombosit <100.000 sel/ml yang disebut dengan
trombositopenia, yang dapat mengarah kepada hemolisis dan destruksi
eritrosit.
Hepar
Hepar mengalami perubahan akibat adanya vasospasme, iskemia, dan
perdarahan. Perdarahan pada periportal lobus perifer akan menyebabkan
nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat
meluas hingga di bawah kapsula hepar (subkapsular hematoma) yang
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menyebabkan
ruptur hepar, sehingga perlu dilakukan pembedahan.
Neurologik
Perubahan neurologik yang terjadi pada hipertensi dalam kehamilan yaitu
nyeri kepala akibat edema vasogenik oleh karena hiperperfusi otak;
gangguan visus karena spasme arteri retina dan edema retina;
hiperrefleksia; kejang eklamptik; dan perdarahan intrakranial yang dapat
terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia.
Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan afterload akibat
hipertensi dan penurunan preload akibat hipovolemia.
Paru
Penderita preeklampsia berat berisiko mengalami edema paru akibat payah
jantung kiri, kerusakan sel endotel pembuluh darah kapiler paru, dan
menurunnya diuresis.
Janin
Preeklampsia dan eklampsia umumnya menyebabkan penurunan perfusi
utero plasenta, hipovolemia, vasospasme dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah plasenta. Oleh sebab itu seringkali dijumpai janin
mengalami intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion,
kelahiran prematur, yang berarti meningkatkan morbiditas dan mortalitas
janin.
1.6 Manifestasi Klinis
1. Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan ketika tekanan darah mencapai
140/90 mmHg atau lebih saat pertama kali setelah kehamilan 20 minggu,
tanpa adanya proteinuria. Sekitar setengah dari kelompok ini akan
berkembang menjadi preeklampsia, dengan gejala seperti proteinuria,
trombositopenia, nyeri kepala, dan nyeri epigastrium. Hipertensi gestasional
akan mengalami reklasifikasi menjadi hipertensi transien apabila terbukti tidak
ada tanda-tanda preeklampsia dan tekanan darah kembali normal setelah 12
minggu pasca persalinan.2
2. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang bersifat akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan postpartum. Melalui gejala-gejala klinik preeklampsia
dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan berat. Preeklampsia ringan
adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Preeklampsia berat adalah suatu preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam.
Manifestasi preeklamsia ringan:
Tekanan darah ≥ 140 mmHg/ 90 mmHg
Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1 + dipstik
Edema
Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila menemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 g/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, produksi urin < 500 cc/ 24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium, atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat: trombosit < 100.000 sel/mm³ atau penurunan
trombosit dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Sindrom HELLP
Diagnosis eklamsia:
Didahului oleh gejala preeklamsia.
Disertai kejang menyeluruh dan koma. Kejang tersebut dapat terjadi pada saat
sebelum, selama dan setelah persalinan.
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)
Kriteria Diagnosis Preeklampsia Ringan dan Berat
Diagnosis banding:
Antiphospholipid Antibody Syndrome and Pregnancy
Antithrombin Deficiency
Aortic Coarctation
Autoimmune Thyroid Disease and Pregnancy
1.8 Tata Laksana
1.9 Komplikasi
Perdarahan
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan
> 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan
mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi
uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta
dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin
yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya
sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta
dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
1.10 Pencegahan
1.11 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Kenneth JL, Steven LB, et al. 2014. Williams Obstetrics. 24th
ed. United States: McGraw-Hill.
Roeshadi, R.H. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian
Ibu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia*. Medan: Universitas Sumatera
Utara
Saiffudin AB, Gulardi HW, Biran A, et al. 2014. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
www.litbang.kemkes.go.id