Oleh :
Yunandia Rahmawati
G99141122
Annisa Inayati MS
G99141123
Melissa Donda H
G99141125
Hanne Dianta P
G99141126
G99141127
Pembimbing :
dr. Hermawan, Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Preeklampsia merupakan suatu gangguan hipertensi multisistemik karena
malfungsi endotel vaskular secara keseluruhan dan vasospasme pada
kehamilan lebih dari 20 minggu dan dapat bertahan sampai 4-6 minggu setelah
persalinan.1 Insidensi preeklampsia di US berkisar 2-6% wanita sehat,
nullipara. Berdasarkan data semua kasus preeklampsia, 10% muncul pada
kehamilan 34 minggu. Insidensi global preeklampsia diperkirakan sebesar 514% dari keseluruhan kehamilan.1
Preeklampsia ditandai dengan respon vaskular yang abnormal diikuti
plasentasi yang membawa perubahan fungsional seperti peningkatan resistensi
vaskular sistemik, pengaktifan agregasi platelet, aktivasi sistem koagulasi, dan
disfungsi sel endotel. Gejala yang mengikuti preeklampsia merupakan hasil
keseluruhan vasospasme, fibrin, dan deposisi trombosit dan oklusi perdarahan
ke organ-organ vital. Pada kasus berat dimana hepar juga terkait dan terjadi
pendarahan subkapsular, nekrosis, dan edema sel hepar menghasilkan kondisi
nyeri epigastrium dan gangguan fungsi hepar. Otak menjadi edema dan hal ini
berkesinambungan
dengan
hipertensi
vasospasma
dan
disseminated
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
PREEKLAMPSIA
2.1.1. Definisi
Preeklampsia diartikan sebagai suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang
sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal, ditandai dengan
adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi.1,6
Preeklampsia merupakan suatu diagnosis klinis. Definisi klasik
preeklampsia
meliputi
elemen,
yaitu
onset
baru
hipertensi
hipertensi
preeklampsia/eklampsia
sampai
sekarang
belum
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hemolisis mikroangiopatik
8.
9.
10.
11.
Sindroma Hellp.4
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya hipertensi dan
proteinuria. Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.
Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan
kejang, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah
gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan
obyektif. Gejala subyektif, antara lain: nyeri kepala frontal, gangguan
visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif, antara lain:
hiperreflexia, eksitasi motorik, dan sianosis.4
2.1.7. Diagnosis Banding
-
Hipertensi menahun
Penyakit ginjal
Epilepsi.4
2.1.8. Penanganan
Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah mencegah
kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan
melahirkan bayi sehat.11
Preeklampsia Ringan
Rawat jalan:
-
10
Dilakukan pemeriksaan lab: Hb, hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan
urin lengkap.
Rawat inap:
-
Bila tidak ada perbaikan tekanan darah dan proteinuria selama 2 minggu.
b).
12
b. Pengelolaan
Konservatif,
yang
berarti
kehamilan
tetap
obat hipotensif
pada
preeklampsia
berat
2.1.9. Komplikasi
2.1.10. Impending eklampsia
Preeklampsia berat dapat mengarah menjadi impending eclampsia
dan menjadi eclampsia.
14
15
sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada
autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina.
Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan abses paru-paru.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan
akibat vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk
eklampsia, tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low
platelet
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan
fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT],
gejala subjektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]),
hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam
lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi
(adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan
(vasokonstriktor kuat), lisosom (Manuaba, 2007).
i. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang
16
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
j. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejangkejang
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular cogulation).
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.5
2.1.11. Prognosis
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian ibu
antara 9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu
42,248,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya
pengawasan antenatal, di samping itu penderita eklampsia biasanya
sering terlambat mendapat pertolongan. Kematian ibu biasanya karena
perdarahan otak, decompensatio cordis, oedem paru, payah ginjal, dan
aspirasi cairan lambung. Sebab kematian bayi karena prematuritas dan
hipoksia intrauterin.4
2.2.
SINDROMA HELLP
2.2.1. Definisi
Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzyme, Low Platelets Count yang artinya adalah hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia. Ini merupakan komplikasi
dari Pre-eklamsia dan eklamsia yang terdiri dari:
- Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
- Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
- Penurunan jumlah trombosit.14,15
2.2.2. Etiologi dan Patogenesis
Karena
sindroma
HELLP adalah
merupakan
bagian
dari
dibersihkan
oleh
hepar,
yang
membuat
tahun)
dibandingkan
pasien
preeklampsi-eklampsi
tanpa
sindrom
HELLP(rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi
kulit putih dan multipara.15,16
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11% pasien
muncul pada umur kehamilan <27 minggu, pada masa antepartum sekitar
69% pasiendan pada masa postpartum sekitar 31%. Pada masa post
partum, saat terjadinya khas,dalam waktu 48 jam pertama post partum. 15,16
2.2.4. Klasifikasi
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
laboratorium,
Martin
Kelas I
Kelas II
laboratorium
pada
sindroma
HELLP
sangat
2.2.7. Diagnosis
Kriteria diagnosis sindroma HELLP berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium antara lain klasifikasi Mississippi dan Tennessee. Bila
20
Sistem Mississippi
Sistem Tennessee
3
Grade 1 Trombosit 50 K/mm
Sindrom Komplit:
Grade 2 Trombosit > 50 - 100 - Hemolisis
(gambaran
K/mm3
Grade 3 Trombosit >100 - 150
K/mm3
sel
abnormal)
AST 70 IU/L
Platelet < 100 K/mm3
LDH 600 IU/L
Sindroma Parsial:
sel Terdapat satu atau dua tanda diatas
-
abnormal)
LDH 600 IU/L
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindroma HELLP16
konservatif
kehamilan
48
jam)
masih
21
untuk
konservatif
pada
pasien
sindroma
HELLP dapat
22
Kehamilan Preterm
Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada
seorang wanita dengan usia kehamilan antara 20 minggu sampai 37
minggu, sedangkan persalinan preterm atau kurang bulan didefinisikan
sebagai masa kehamilan yang terjadi sesudah 20 minggu dan sebelum
genap 37 minggu. Persalinan yang terjadi di antara usia gestasi ini
didefinisikan sebagai persalinan kurang bulan.18
Dalam literatur yang digunakan adalah kriteria yang didasarkan
pada berat badan kelahiran kurang bulan yakni bobot lahirnya kurang
dari 2500 gram. Keuntungan dari parameter ini adalah kita mudah
menentukan usia kehamilan, tetapi cara ini kurang tepat, di mana berat
badan lahir dengan berat badan rendah dengan umur gestasi aterm.19
Penyebab untuk kelahiran kurang bulan biasanya tidak diketahui.
Di bawah ini tercantum sebagian kejadian yang menjadi predisposisi
untuk persalinan preterm : 20
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kematian janin
g.
Inkompetensi serviks
h.
Anomali uterus
i.
j.
Retensio IUD
k.
l.
2.
3.
Mengusahakan
makanan
lebih
baik
pada
masa
hamil
agar
24
1.
Kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya
pengeluaran lendir kemerahan cairan pervaginam diikuti salah satu
berikut ini
2.
3.
2.
Pemeriksaan dalam.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pada pasien ini juga diperiksa untuk mencari ada tidaknya setiap
masalah yang mendasari yang dapat dikoreksi, misalnya infeksi
saluran kencing. Pasien harus ditempatkan pada posisi lateral
dekubitus dipantau untuk mendeteksi adanya frekwensi aktifitas rahim,
dan diperiksa ulang untuk mencari ada tidaknya perubahan servik
setelah selang waktu yang tepat. Selama periode observasi hidrasi oral
dan parental harus dilakukan.18,19,20
2.3.
25
BAB III
STATUS PASIEN
A.
ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
BB
TB
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Tanggal Masuk
No RM
: Ny. SW
: 37 tahun
: Perempuan
: 71 kg
: 158 cm
: Nogosari, Boyolali
: Menikah
: Islam
: 5 Maret 2016
: 01331825
2. Keluhan Utama
Tekanan darah tinggi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G3P2A0, usia 37 tahun, usia kehamilan 36+2 minggu datang
ke IGD merupakan rujukan dari bidan yang dikirimkan dengan G 3P2A0, 37
tahun, usia kehamilan 36+2 minggu dengan PEB bdp. Pasien mengaku
seminggu yang lalu memeriksakan kehamilan ke bidan dan dikatakan tensi
tinggi, dengan hasil pemeriksaan protein pada urine ditemukan +2. Selama
tensi tinggi pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, nyeri ulu hati (-),
pandangan kabur (-). Sebelumnya pasien tidak mengeluhkan adanya
tekanan darah tinggi pada 2 kehamilan sebelumnya.
Pasien merasa hamil 8 bulan. Gerakan janin masih dirasakan,
kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air kawah belum dirasakan
keluar. Lendir darah (-), mual (-), muntah (-), demam (-). BAK tidak ada
keluhan. BAB tidak ada keluhan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa
Riwayat perdarahan saat hamil
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes mellitus
Riwayat sakit ginjal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
26
Riwayat asma
Riwayat alergi obat/ makanan
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Haid
Menarche
Lama menstruasi
Siklus menstruasi
: 13 tahun
: 5-7 hari
: 28 hari
6. Riwayat Obstetri
Hamil I
: ,12 tahun, 2400 gram, spontan
Hamil II
: , 10 tahun, 3500 gram, spontan
Hamil III
: hamil ini
HPMT : 25 Juni 2015
HPL : 2 April 2016
UK
: 36+2 minggu
7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, telah menikah sejak berusia 22 tahun, usia pernikahan 15
tahun.
8. Riwayat KB
KB suntik 3 bulan
B.
1.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
:
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
Nadi
: 86 x/menit
Respiratory Rate
: 20 x/menit
Suhu
: 36,60 C
c. Kepala
: mesocephal
d. Mata
: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
e. THT
: discharge (-/-)
f. Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax
:
1) Cor
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi
: sonor // sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
27
h. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
i. Genital
j. Ekstremitas
oedema
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Fetomaternal (05/03/2016):
VU terisi cukup
Tampak janin tunggal IU, memanjang, preskep, puka, DJJ (+)
BPD : 8,61 cm, AC : 32,74 cm, FL : 5,84 cm, FL/BPD : 68%, HC/AC : 1,12,
FL/ HC : 0,18, EFBW : 2038 gr
Plasenta insersi di corpus grade II
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesan : janin dalam keadaan baik
LABORATORIUM DARAH (05-2-2016 11:59 AM):
Hb
: 7,6 g/dL ()
Hct
: 26 % ()
AL
: 10.9 x103/uL
AT: 184 x103/uL
AE
: 3.89 x106/uL ()
Kimia Klinik
GDS
: 88 mg/dl
SGOT
: 53 u/l ()
SGPT
: 24 u/l
28
: +4
SIMPULAN
Seorang G3P2A0, usia 37 tahun, usia kehamilan 36+2 minggu
datang ke IGD merupakan rujukan dari bidan dengan diagnosa G3P2A0, 37
tahun, usia kehamilan 36+2 minggu dengan PEB bdp. Pasien mengaku
seminggu yang lalu memeriksakan kehamilan ke bidan dan dikatakan
tekanan darah tinggi, dengan hasil pemeriksaan protein pada urine
ditemukan +2. Nyeri kepala (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-).
Riwayat obstetri dan fertilitas baik.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan keadaan umum pasien baik,
composmentis, TD 160/90, HR : 86x/menit, RR : 20x/menit, T : 36,6 oC.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis (+/+), cor dan
pulmo dalam batas normal, abdomen teraba janin tunggal IU, memanjang,
puka, preskep, kepala sudah masuk pangul <1/3 bagian, HIS (-), DJJ (+)
135x/menit reguler, TFU 25 cm setara TBJ 2015 gram. Dari pemeriksaan
fisik genital v/u tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak
mencucu, pembukaan (-) cm, pendataran 10%, kepala belum masuk
panggul, KK dan penunjuk persalinan belum dapat dinilai, air ketuban (-),
STLD (-).
Hasil pemeriksaan USG tampak janin tunggal IU, memanjang,
preskep, puka, DJJ (+), BPD: 8,61 cm, AC: 32,74 cm, FL: 5,84 cm,
FL/BPD: 68%, HC/AC: 1,12, FL/ HC: 0,18, EFBW: 2038 gr. Plasenta
29
insersi di corpus grade II, air ketuban kesan cukup, tak tampak kelainan
kongenital mayor. Janin dalam keadaan baik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan penurunan Hb
(7,6 g/dl), penurunan Hct (26%), penurunan eritrosit (3.89 x106/uL),
albuminemia (3.0 g/dl), peningkatan LDH (691 u/l), peningkatan enzim
hepar (SGOT: 53 u/L), proteinuria +4.
E. DIAGNOSIS AWAL
PEB, partial HELLP Syndrome pada multigravida hamil preterm bdp +
anemia (7,6)
F. PROGNOSIS
Dubia ad malam
G. TERAPI
1. Mondok HCU
2. Konservatif pertahankan kehamilan
3. Protap PEB:
a. O2 3 lpm
b. Infus RL 12 tpm
c. Inj. MgSO4 20%, 4 gr loading dose dilanjutkan 1 gr/jam selama 24
4.
jam
d. Nifedipine 3x10 mg jika TD 160/110 mmHg
e. Pasang DC BC ketat
Transfusi PRC 2 kolf dilanjutkan pemeriksaan ulang lab darah
5.
6.
lengkap
Awasi KU/VS/DJJ/BC
KIE pasien dan keluarga
H. FOLLOW UP
5 Februari 2016
16.00
G3P2A0, 36 tahun, UK : 36+2 minggu
Keluhan
:Keadaan Umum : baik, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 130/90 mmHg
RR
: 20 x/menit
Nadi
: 92 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
30
Abdomen
6 Februari 2016
06.00
G3P2A0, 36 tahun, UK : 36+3 minggu
Keluhan
:Keadaan Umum : baik, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 130/90 mmHg
RR
: 20 x/menit
Nadi
: 90 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, IU,
memanjang, puka, preskep, kepala masuk pnggul <1/3
bagian, his (-), djj (+) 152x reguler
: darah (-), discharge (-)
Genital
Diagnosis :
PEB, partial HELLP syndrome pada multigravida hamil preterm bdp dengan
anemia (7,6)
Terapi
1.
2.
3.
4.
6 Februari 2016
18.40
G3P2A0, 36 tahun, UK : 36+3 minggu
Keluhan
: pandangan kabur (+), sakit kepala (+), mual (+)
Keadaan Umum : sedang, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 160/100 mmHg
RR
: 24 x/menit
Nadi
: 90 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, IU,
memanjang, puka, preskep, kepala masuk pnggul <1/3
bagian, his (-), djj (+) 150x reguler
Genital
: darah (-), discharge (-)
Diagnosis :
Impending eklampsi, partial HELLP syndrome pada multigravida hamil
preterm bdp dengan anemia (7,6)
Terapi
1. Pro SCTP em
2. Konsul anestesi
3. Cek lab lengkap
4. Informed consent
5. KIE keluarga
6. Inj cefazoline 1 gr skin test
7. Protab PEB:
- 02 3 lpm
- Inf. RL 12 tpm
- inj. MgSo4 20% 1gr /1 jam selama 24 jam
- Nifedipine 3x10mg jika TD >160/110 mmHg
-Awasi KU/VS/DJJ/BC
Instuksi post OP :
-
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), tampak luka OP tertutup verban
Genital
: darah (-), discharge (-)
Diagnosis :
Post SCTP-em + MOW ai/ Impending eklampsi, partial HELLP syndrome
pada multigravida hamil preterm dengan anemia (7,6) DPH I
Terapi:
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
- Protab PEB :
- 02 3 lpm
- Inf. RL 12 tpm
- inj. MgSo4 20% 1gr /1 jam selama 24 jam
- Nifedipine 3x10mg jika TD >160/110 mmHg
-Awasi KU/VS/BC
EVALUASI 7 Februari 2016
17.00
P3A0, 36 tahun
Keluhan
: (-)
Keadaan Umum : sedang, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 150/100 mmHg
RR
: 24 x/menit
Nadi
: 90 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-),tampak luka OP tertutup verban
Genital
: darah (-), discharge (-)
Diagnosis :
Post SCTP-em + MOW ai/ Impending eklampsi, partial HELLP syndrome
pada multigravida hamil preterm dengan anemia (7,6) DPH I
Terapi:
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
- Metildopa 3x250mg
- Protab PEB :
- 02 3 lpm
- Inf. RL 12 tpm
- inj. MgSo4 20% 1gr /1 jam selama 24 jam
- Nifedipine 3x10mg jika TD >160/110 mmHg
-Awasi KU/VS/BC
EVALUASI 8 Februari 2016
06.00
P3A0, 36 tahun
34
Keluhan
: (-)
Keadaan Umum : sedang, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 130/70 mmHg
RR
: 24 x/menit
Nadi
: 90 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-),tampak luka OP tertutup verban
Genital
: darah (-), discharge (-)
Diagnosis :
Post SCTP-em + MOW ai/ Impending eklampsi, partial HELLP syndrome
pada multigravida hamil preterm dengan anemia (7,6) DPH II
Terapi:
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
- Metildopa 3x250mg
- Protab PEB :
- 02 3 lpm
- Inf. RL 12 tpm
- Inj. MgSo4 20% 1gr /1 jam selama 24 jam
- Nifedipine 3x10mg jika TD >160/110mmhg
-Awasi KU/VS/BC
35
BAB IV
ANALISIS KASUS
36
adanya
trombositopenia,
sindroma
HELLP,
oligohidroamnion,
lpm, infus RL 12 tpm, injeksi MgSO4 20% 4 gram iv (loading) yang dilanjutkan
dengan maintenance injeksi MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam, nifedipine oral
3x10 mg jika TD > 160/110mmHg, pemasangan DC disertai pengawasan balance
cairan), transfuse packed red cell 2 kolf/hari sampai dengan Hb 9 gr/dl, kemudian
mengawasi keadaan umum, vital sign, dan djj pasien.
Pemberian oksigenasi melalui nasal kanul bertujuan untuk memberikan
tambahan suplai oksigen kepada ibu dan janin agar tidak terjadi hipoksia pada
janin sebab pada pasien preeklampsia berat terjadi penurunan suplai oksigen dan
nutrisi akibat gangguan sirkulasi pada uteroplasenta. Untuk mengompensasi
kurangnya nutrisi dari ibu ke janin, infus RL 12 tpm diberikan sambil diawasai
tanda-tanda terjadinya oedem pulmo akibat kelebihan cairan.
Injeksi MgSO4 diberikan sebagai antikejang agar penderita preeklampsia
berat tidak menjadi eklampsia dengan cara menurunkan kadar kalsium interseluler
sehingga potensial aksi terhambat. Injeksi MgSO4 dapat diberikan secara
intravena yaitu dilakukan dengan cara menyuntikkan dosis awal MgSO 4 20%
dengan dosis 4 gram dalam 15 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
maintenance 1 gram per jam dalam 24 jam setelah pemberian dosis awal.
Pemberian intravena ini dilakukan melalui syringe pump. Perlu dicermati adanya
intoksikasi pemberian MgSO4 bila ditemukan hilangnya refleks patella, penurunan
frekuensi pernafasan <16x/menit, perlambatan atau berhentinya denyut jantung.
Antidotum yang diberikan bila terjadi intoksikasi adalah Ca glukonas dengan
dosis 1 gr intravena dalam 3 menit.
Nifedipine diberikan 3 kali sehari dengan dosis 10 mg sekali minum
sebagai obat hipertensi pada pasien dan diberikan bila tekanan darah sistolik 160
mmHg atau tekanan darah diastolik 110 mmHg. Selain itu dilakukan
pemantauan balance cairan pada pasien dengan nilai normal produksi urin adalah
0,5-1 cc/kgBB/jam. Selain itu, pengawasan KU/VS dan DJJ juga dilakukan secara
teratur agar kondisi ibu dan janin selalu terpantau.
Transfusi PRC pada pasien sejumlah 2 kolf bertujuan untuk memperbaiki
keadaan umum pasien berupa anemia (Hb: 7,6 g/dl), dengan target Hb > 9 g/dl.
Pada pasien ini anemia dapat disebabkan kebutuhan zat besi selama kehamilan
atau merupakan proses hemolisis dari HELLP syndrome pasien. Kebutuhan zat
39
besi yang meningkat pada kehamilan diperlukan untuk memenuhi massa sel darah
merah dan pembentukan otot tambahan, terutama uterus. Anemia karena HELLP
syndrome dikarenakan mikroangiopatik yaitu sel-sel darah merah akan mengalami
hemolisis karena keluar dari pembuluh darah kecil dengan endotel yang telah
rusak dan deposit fibrin.
Terapi pada pasien ini berupa perbaikan keadaan umum, konservatif
pertahankan kehamilan dan protab PEB. Hal ini sesuai dengan teori yaitu
konservatif pertahankan kehamilan dan perbaikan keadaan umum pada pasien
preterm dengan sindroma HELLP dapat dipertimbangkan pada usia kehamilan
preterm. Pada usia kehamilan preterm maksimal konservatif adalah 48 jam. Pada hari
pertama (6/3/16) pasien mengeluhkan sakit kepala, pandangan kabur dan dobel, dan
mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien masih baik, TD
160/100 mmHg, nadi 80 kali/menit, respiratory rate 20 kali/menit, dan suhu 360C,
pada pemeriksaan fisik head to toe tidak didapatkan kelainan. Pasien ini kemudian
didiagnosa dengan impending eklampsia, partial HELLP syndrome, pada multigravida
hamil preterm BDP dengan anemia. Tatalaksana untuk pasien ini berupa c-section
emergensi (SCTP-Em) dengan informed consent dan konsul anestesi sebelumnya. Pada
pasien ini juga diinjeksikan Ceftazolin 2gram/24 jam untuk profilaksis c-section.
Indikasi SCTP-EM yaitu indikasi ibu dan janin, dimana ibu dengan impending
eklampsi, partial HELLP syndrome dengan usia >35tahun sebelum terjadi komplikasi
yang lebih mengancam ibu dan janin.
Menurut Organization Gestosis, impending eclampsia adalah gejala-gejala
oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala
subyektif antara lain: nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri epigastrium.
Sedangkan gejala obyektif antara lain hiperrefleksia, eksitasi motorik dan
sianosis.
Manifestasi klinis pada preeklampsia menuju impending eklampsia dan
HELLP syndrome merupakan hasil keseluruhan vasospasme, fibrin, dan deposisi
trombosit dan oklusi perdarahan ke organ-organ vital. Pada kasus berat dimana
hepar juga terkait menyebabkan terjadi pendarahan subkapsular, nekrosis, dan
edema sel hepar menghasilkan kondisi nyeri epigastrium dan gangguan fungsi
hepar. Otak menjadi edema dan hal ini berkesinambungan dengan hipertensi
40
41
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
2.
3.
B.
SARAN
1.
42
DAFTAR PUSTAKA
1.
Schott, dkk. Buku Saku: Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2009.
2.
3.
Djannah
SN,
Arianti
IS.
Gambaran
Epidemiologi
Kejadian
2010
Diakses
dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2782/1506
pada tanggal 8 maret 2016.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
44