Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PREMATUR

2.1 Definisi
Persalinan Preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu (20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram [ CITATION Man99 \l 1033 ] . Partus Preterm, pada haid teratur, persalinan
preterm dapat didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Persalinan Preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari
37 minggu (20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram
[ CITATION Man99 \l 1033 ] . Masalah utama dari persalinan premature adalah
perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar
morbiditas dan mortalitasnya.
2.2 Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun,
sepertiga persalinan premature terjadisetelah ketuban pecah dini (PROM).
Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature,
meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta
lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan
korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
a. KPD
Menurut Wiknjosastro (2008) ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu dan dapat dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Dari sudut medis secara garis besar 50%
persalinan preterm terjadi spontan, 30% akibat ketuban pecah dini (KPD),
dan sisanya 20% dilahirkan atas indikasi ibu/ janin. Pecahnya kulit
ketuban secara spontan sebelum kehamilan cukup bulan banyak
dihubungkan dengan amnionitis yang menyebabkan terjadinya lokus
minoris pada kulit ketuban. Amnionitis ini diduga sebagai dampak
asendens infeksi saluran kemih. Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti; serviks inkompeten, peningkatan tekanan intrauterin
misalnya overdistensi uterus pd keadaan hidramnion, trauma, kelainan
letak misalnya letak lintang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah (Kamisah: 2009).
b. Infeksi
Infeksi intrauterin meliputi korioamnionitis, infeksi intraamnion,
amnionitis, merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput
korion yang disebabkan oleh bakteri. Ada sekitar 25 % infeksi intrauterin
disebabkan oleh ketuban pecah dini. Makin lama jarak antara ketuban
pecah dengan persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin. Hal ini ditambah lagi dengan perubahan suasana
vagina selama kehamilan yang menyebabkan turunnya pertahanan alamiah
terhadap infeksi. Pada umumnya infeksi intrauterin merupakan infeksi
yang menjalar keatas setelah ketuban pecah. Bakteri yang potensial
patogen (aerob, anaerob) masuk kedalam air ketuban, diantaranya adalah

1
(1) streptococcus golongan B, (2) Escherichia coli, (3) streptococcus
anaerob, dan (4) spesies bacteroides. Korioamnionitis dapat terjadi jauh
sebelum persalinan memasuki fase aktif atau malahan sebelum trimester
ketiga. Antara infeksi dan persalinan preterm terdapat interaksi:
korioamnionitis-pembebasan prostaglandin-partus prematuruspembukaan
serviks uteri-korioamnionitis. Setelah terjadi invasi mikroorganisme ke
dalam cairan ketuban, janin akan terinfeksi karena janin menelan atau
teraspirasi air ketuban, ditandai dengan terjadinya takikardi yaitu denyut
jantung bayi > 160 kali permenit ( Cunningham et al, 2005).
c. Kelainan Uterus
Berdasarkan naskah dari American College of Obstetrician and
Gynecologist (2001) inkompetensia serviks adalah peristiwa klinis
berulang yang ditandai dengan dilatasi serviks yang berulang, persalinan
spontan pada trimester II yang tidak didahului dengan KPD, perdarahan
atau infeksi. Uterus yang tidak normal mengganggu resiko terjadinya
abortus spontan dan persalinan preterm. Pada serviks inkompeten dimana
serviks tidak dapat menahan kehamilan terjadi dilatasi serviks yang
mengakibatkan kulit ketuban menonjol keluar pada trimester 2 dan awal
trimester 3 dan kemudian pecah, yang biasanya diikuti oleh persalinan.
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa risiko terjadinya persalinan
preterm akan makin meningkat bila serviks < 30 mm, hal ini dikaitkan
dengan makin mudahnya terjadi infeksi amnion bila serviks makin pendek
(Jenny, 2008).
d. Vaginosis Bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal vagina
predominan-laktobasilus yang menghasilkan hidrogen peroksida
digantikan oleh bakteri anaerob Gardnerella vaginalis, spesies
Mobiluncus, dan Mycoplasma hominis. Vaginosis bakterialis telah lama
dikaitkan dengan kelahiran preterm spontan, ketuban pecah preterm,
infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion ( Cunningham et al,
2005).
e. Komplikasi medis dan obstetri
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan yaitu
preeklampsia/eklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum dan
lain-lain. Keadaan tersebut dapat mengganggu kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko
kelahiran bayi prematur. Preeklamsia/eklampsia pada ibu hamil
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas janin karena terjadi
penurunan darah ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan, perdarahan
antepartum yaitu keadaan perdarahan yang keluar dari vagina ibu hamil
pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu, dapat diakibatkan oleh dua hal
yaitu plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh mulut
rahim) dan solusio plasenta (plasenta terlepas dari tempat melekatnya)
yang diakibatkan oleh suatu sebab seperti trauma/ kecelakaan dan tekanan
darah tinggi, dapat mengancam nyawa ibu maupun janin sehingga
meningkatkan indikasi untuk mengakhiri persalinan yang berdampak
terjadinya persalinan preterm (Intan, 2010; Cunningham et al, 2005).

2
Sekitar 28% kelahiran preterm diindikasikan disebabkan oleh
preeklampsia (43%), gawat janin (27%), pertumbuhan janin terhambat
(10%), ablasio plasenta (7%), dan kematian janin (7%). Sekitar 72%
disebabkan oleh persalinan preterm spontan dengan atau tanpa pecah
ketuban. Sedangkan kehamilan ganda atau hidroamnion juga merupakan
kausa dari kelahiran preterm akibat dari distensi uterus yang berlebihan.
Usia kehamilan makin pendek pada kehamilan ganda, 25% bayi kembar 2,
50% bayi triplet, dan 75% bayi kuadriplet lahir 4 minggu sebelum
kehamilan cukup bulan ( Cunningham et al, 2005).
f. Penyakit sistemik kronis pada ibu: diabetes mellitus, penyakit jantung,
hipertensi, penyakit ginjal dan paru kronis (Jenny, 2008).
Factor resiko partus premature antara lain :
a. Umur ibu
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun. Pada
umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi
dengan sempurna, rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah
mengalami komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun organ kandungan
sudah tua sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah terjadi komplikasi
(Jenny, 2008).
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan
janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan. Pada ibu dengan
primipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya,
maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik
pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin
(passager). Menurut sebuah penelitian Dewi Ana Sari dan Wewengkang
Margaretha di Rumah Sakit WS Makassar tahun 2004-2005, persentase
tertinggi karakteristik ibu dengan persalinan preterm adalah dengan paritas
0 atau primipara yaitu sebanyak 44,93%.
c. Keadaan sosial ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan
keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan dan kesehatan dan
pemenuhan zat gizi. Selain itu juga sosial ekonomi seseorang
mempengaruhi kemampuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai misalnya, kemampuan untuk melakukan kunjungan
prenatal untuk memeriksakan keadaan janin, mengetahui ada atau tidaknya
komplikasi kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan
pendidikan) lebih rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi
mengalami persalinan kurang bulan dibandingkan dengan tingkat sosial
ekonomi lebih tinggi. Frekuensi persalinan kurang bulan hampir 2 kali
lipat pada buruh kasar dibandingkan dengan yang terpelajar (Jenny, 2008).
d. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
Riwayat persalinan preterm dan abortus merupakan faktor yang sangat erat
dengan persalinan preterm berikutnya. Risiko persalinan preterm berulang
bagi mereka yang persalinan pertamanya preterm meningkat tiga kali lipat

3
dibanding dengan wanita yang bayi pertamanya mencapai aterm dengan
persentase kemungkinan persalinan preterm berulang pada ibu hamil yang
pernah mengalami 1 kali persalinan preterm sebesar 37%, sedangkan pada
ibu yang pernah mengalami persalinan preterm 2 kali atau lebih
mempunyai resiko 70% untuk mengalami persalinan preterm
( Cunningham et al, 2005).
e. Faktor gaya hidup
Perilaku seperti merokok, gizi buruk dan penambahan berat badan yang
kurang baik selama kehamilan serta penggunaan obat seperti kokain atau
alkohol telah dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian dan
hasil akhir bayi dengan berat lahir rendah. Resiko kelahiran preterm
meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok,
sedangkan resiko keguguran pada usia kehamilan antara minggu ke 28
sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali lebih tinggi dari yang
bukan perokok ( Cunningham et al, 2005).
2.3 Manifestasi klinis
Selain kontraksi uterus yang reguler baik nyeri atau tidak terasa nyeri,
gejala-gejala seperti tekanan pada panggul (pelvis), kram seperti saat
menstruasi, perubahan discharge vagina (cair atau berdarah), dan nyeri
punggung bawah secara empiris berkaitan dengan kelahiran preterm.
(Cunningham et al, 2005)
2.4 Patofisiologi
Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi
tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10%
terjadi pada kehamilan ganda, dan sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu
atau janinnya.
a. Infeksi
Menurut Cunningham et al (2005) proses patogenesis persalinan diawali
dengan Invasi bakteri yang akan mengawali aktivasi fosfolipase A2 yang
memecah asam arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam
arakidonat bebas meningkat untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin
didalam air ketuban kemudian merangsang sel desidua untuk
menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi proses
persalinan. Proses persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi
diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari
aktivasi monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, tumor
necrosing factor (TNF-α), dan interleukin-6 adalah produk sekretorik yang
dikaitkan dengan persalinan preterm. Sementara itu, platelet activating
factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik
pada aktivasi sitokin tadi. PAF juga diduga dihasilkan dari paru dan ginjal
janin. Dengan demikian janin memainkan peran yang sinergik dalam
mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan oleh infeksi.
Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran lewat
pengaruh langsung dari protease.
b. Vaginosis Bakterial
Vaginosis bakterial adalah bukan keadaan infeksi namun adalah suatu
keadaan dimana flora vagina normal (laktobasilus penghasil hidrogen
peroksida) diganti dengan kuman-kuman anaerobik meliputi Gardnerella

4
vaginalis, spesies Mobiluncus dan Mycoplasma hominis ( Cunningham et
al 2005; Wiknjosastro 2008).
Menurut Cunningham et al (2005) data dari penelitian hewan, in vitro dan
manusia seluruhnya memberikan gambaran yang konsisten bagaimana
infeksi bakteri menyebabkan persalinan prematur spontan. Invasi bakteri
rongga koriodesidua, yang bekerja melepaskan endotoksin dan eksotoksin,
mengaktivasi desidua dan membran janin untuk menghasilkan sejumlah
sitokin, termasuk tumor necrosing factor (TNF-α), interleukin-1,
interleukin-1ß, interleukin-6, interleukin-8, dan granulocyte colony-
stimulating factor. Selanjutnya, sitokin, endotoksin, dan eksotoksin
merangsang sintesis prostaglandin dan pelepasan dan juga mengawali
neutrophil chemotaxis, infiltrasi, dan aktivasi, yang memuncak dalam
sistesis dan pelepasan metalloprotease dan zat bioaktif lainnya.
Prostaglandin merangsang kontraksi uterus sedangkan metalloprotease
menyerang membran korioamnion yang menyebabkan pecah ketuban.
Metalloprotease juga meremodeling kolagen dalam serviks dan
melembutkannya. Jalur yang lain mungkin memiliki peranan yang sama
baik. Sebagai contoh, prostaglandin dehydrogenase dalam jaringan
korionik menginaktivasi prostaglandin yang dihasilkan dalam amnion
yang mencegahnya mencapai miometrium dan menyebabkan kontraksi.
Infeksi korionik menurunkan aktivitas dehidrogenase ini yang
memungkinkan peningkatan kuantitas prostaglandin untuk mencapai
miometrium. Jalur lain dimana infeksi menyebabkan persalinan prematur
melibatkan janin itu sendiri. Pada janin dengan infeksi, peningkatan
hipotalamus fetus dan produksi corticotropinreleasing hormone (CRH)
menyebabkan meningkatnya sekresi kortikotropin janin, yang kembali
meningkatkan produksi kortisol adrenal fetus. Meningkatnya sekresi
kortisol menyebabkan meningkatnya produksi prostaglandin. Juga, ketika
fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
untuk persalinan jelas berkurang. Namun, kontribusi relatif kompartemen
maternal dan fetal terhadap respon peradangan keseluruhan tidak
diketahui.

5
Adopted from: Lockwood CJ, Kuczynski E. Risk stratification and pathological
mechanisms in preterm delivery. Paediatr Perinat Epidemiol. 2001;15 Suppl 2:78-89.

2.5 WOC (Web of Caution)


Terlampir.
2.6 Pemeriksaan diagnostic
a. Sediaan apus Vagina dan Serviks
b. Urin Rutin dan Kultur
c. Ultrasonografi
Pengkajian Gestasi (dengan berat badan janin 500 – 2500 gram)
2.7 Penatalaksanaan
a. Pertimbangan Penatalaksanaan Obstetri/ perinatal
Apabila usaha untuk mempertahankan kehamilan sesuai usia kehamilan
normal sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan lagi. Maka solusi
yang ada adalah mengambil jalan terminai kehamilan, atau melakukan
partus preterm. Sebelum melakukan jalan terminasi partus preterm, ada
beberapa pertanyaan yang harus menjadi pertimbangan, antara lain:
1) Berapa besar kemampuan klinik untuk menjaga kehidupan bayi
preterm?
2) Berapa besar peluang/ kemungkinan hidup bayi dengan berat lahir dan
usia gestasi tersebut?
3) Bagaimana persalinan akan dilakukan?pervaginam atau perabdominam
(Sectio Cesarea)?
4) Komplikasi apa yang mungkin timbul? Apakah alat / sarana /
kemampuan yang ada memadai?

6
5) Bagaimana pertimbangan dari pihak pasien / keluarga, tentang
kemungkinan keadaan bayi yang kurang baik, konsekuensi perawatan
bayi premature yang lama dan berat, dan sebagainya?
b. Penatalaksanaan medic kasus yang terjadi pada usia kehamilan belum
cukup bulan dengan adanya resiko partus premature :
1) Infeksi
Untuk menangani terjadinya infeksi pada ibu hamil dilakukan terapi
farmakologi dengan antibiotika spectrum luas dosis tinggi. Demam/
hiperpireksia yang terjadi pada ibu juga harus mendapat perhatian
untuk di intervensi, sebab hiperpireksia dapat berakibat buruk pada
sirkulasi janin.
2) Kontraksi
Kontraksi yang beresiko untuk terjadi nya persalinan preterm adalah
kontraksi (HIS) yang terjadi dengan frekuensi 3-4 kali perjam.dalam
48 jam menjelang terjadinya partus kontraksi (HIS) akan meningkat
sampai 2-4 kali tiap 10 menit dengan intensitas yang makin kuat,
semakin lama frekuensi kontraksi akan makin meningkat. Apabila
kontraksi terjadi sebelum usia kehamilan cukup bulan, maka diberikan
intervensi tokolisis agar partus tidak terjadi terlalu dini, dengan cara
memberikan obat-obatan beta agonis (misalnya salbutamol, terbutalin),
sambil terus mengawasi keadaan ibu dan keadaan janin. Pengobatan
dapat diberikan dengan IV, kemudian dilanjutkan dengan per-oral bila
pasien pulang. Bila kontraksi hilang pemberian tokolisis dihentikan.
3) Pemicu pematangan paru janin
Apabila partus preterm tidak dapat dihindari, sedangkan usia janin
masih belum cukup bulan, maka ada kemungkinan paru-paru janin
belum berkembang dengan benar. Maka untuk melakukan akselerasi
pematangan paru janin dapat diberikan preparat kortikosteroid
(misalnya deksamtason, betametason) yang akan menstimulasi
produksi dan sekresi surfaktan di paru janin. Ideal pemberian terapi
farmako ini minimal selama 2 x 24 jam.
c. Metode yang digunakan untuk menghentikan kontraksi pada partus
preterm
Usaha untuk menghentikan partus preterm termasuk sulit untuk dilakukan,
dan seringkali tidak efektif. Sehingga terdapat beberapa cara untuk
menghambat terjadinya partus preterm.
1) Tirah baring
Dengan ibu melakukan tirah baring posisi tubuhnya nyaman.
Keberhasilan intervensi ini diperkirakan pada perasaan tentram pada
diri ibu.
2) Magnesium Sulfat
Peranan magnesium diperkirakan terletak pada sifat antagonisnya
terhadap kalsium. Untuk menghindari intoksikasi oleh magnesium
sulfat maka harus diperhatikan reflek patella tetap ada dan depresi
respiratori.
3) Preparat agonis β- adrenergic
a) Isoksuprin

7
Preparat ini kurang begitu efektif dan bisa menimbulkan efek
samping yitu takikardia dan hipotensi
b) Ritodrin
Merupakan obat satu-satunya yang mempunyai indikasi spesifik
adalah untuk menghentikan persalinan preterm.
c) Terbutalin
Digunakan untuk menghentikan persalinan preterm dengan cara
menghambat kontraksi miometrium.
d) Fenoterol. Secara structural menyerupai ritodrin
4) Terapi Kombinasi
Dari hasil penelitian beberapa ahli, terapi ritodrin dengan magnesium
sulfat memberikan efek yang lebih ampuh dari pada satu obat saja.
5) Anti prostaglandin
Preparat ini bekerja dengan menghambat kerja prostaglandin pada
organ sasaran.
6) Preparat penghambat saluran kalsium
7) Narkotik dan sedative
d. Penanganan partus preterm
1) Penanganan umum
a) Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.
b) Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.
2) Prinsip penanganan
a) Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan, atau
b) Persalinan berjalan teru dan siapkan penanganan selanjutnya.
[ CITATION Abd02 \l 1033 ]
3) Penanganan partus preterm
Kelahiran harus dilakukan secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk
menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat. Oksigen
diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran. Ketuban tidak
boleh dipecah secara artificial. Kantong ketuban berguna sebagai
bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan sutura-suturanya
yang masih terpisah lebar. Epistomi mengurang tekanan pada cranium
bayi. Forceps rendah dapat membentu dilatasi bagian lunak jalan lahir
dan mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Pada letak sungsang
dengan partus preterm ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya
tambahan pada partus preterm adalah bahwa bokong tidak dapat
menghasilkan pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan
ruang bagi kepala bayi yang relative besar. Kelahiran prespitatus san
yang tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi prematur. Seorang ahli
neonates harus hadir pada saat kelahiran [ CITATION Har03 \l 1033 ].
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada kejadian partus preterm pada neonates
adalah adanya Sindroma Gawat Nafas. Sindroma Gawat Nafas merupakan
komplikasi yang paling sering pada persalinan preterm. Insidennya lebih baik
dengan adanya terapi yang lebih baru. Sindroma gawat nafas memegang
peranan penting terhadap beberapa kondisi lain, seperti :
a. Perdarahan Intra Ventrikuler
b. Enterokolitis Nekotizing

8
c. Hipertensi Pulmonal Persisten
d. Efek Samping pernafasan lainnya
2.9 Prognosis
Saat ini kejadian partus prematur semakin sering terjadi, dimana keadaan
ini berkaitan erat dengan morbiditas dan mortalitas bayi. Sebagian bayi yang
meninggal pada 28 hari pertama memiliki bobot yang kurang dari 2500 gram
pada saat lahir. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur.
Gangguan respirasi menyebabkan 44% kematian yang terjadi pada umur
kurang dari 1 bulan. Jika berat badan bayi kurang dari1000 gram, angka
mortalitas meningkat menjadi 74%. Karena lunaknya tulang kranialis dan
immaturitas jaringan otak, bayi prematur lebih rentan terhadap kompresi
kepala. Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi
yang lahir dengan berat 2000-2500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari
97%, 1500-2000 gram lebih dari 90%, dan 1000-1500 gram sebesar 65-80%.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,
agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
b. Keluhan Utama : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan serta berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil
dengan partus prematurus keluhannya meliputi mules yang berulang pada
usia kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti
menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti
bayi mendorong kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina
(Winkjosastro, 2010)
c. Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata –kata sendiri.
d. Riwayat kehamilan sekarang : Tanggal dan jam terjadinya kontraksi,
bentuk kontraksi, faktor pencetus terjadinya kontraksi, gejala lain yang
berhubungan, hubungan fungsi tubuh dan aktifitas, bantuan kesehatan
yang dilakukan dan dari siapa, penyuluhan yang pernah didapat, dan
khekawatiran terhadap letak bayi. Pada ibu hamil dengan partus premature
biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda, hidramnion, pre-
eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta previa,
pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia,
infeksi pada vagina asenden (Nugroho, 2010).
e. Riwayat kesehatan masa lalu.
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.
2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.
3) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan
polio.
4) Masuk rumha sakit.
5) Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain –lain.
6) Transfusi darah.
7) Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok
8) Pola tidur.
9) Diet.
10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun
kimiawi.
12) Penyakit spesifik.
13) Pengobatan yang didapat
f. Riwayat keluarga.
1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya.
2) Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan
yang sama.
g. Riwayat mestruasi
1) Umur menarche.
2) Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
3) Lamanya.
4) HPHT, lama dan jumlah normalnya.

10
5) Disminore.
6) Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan
lain-laian.
h. Riwayat Obstetri.
1) Gravida/para
2) Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
3) Kehamilan yang lalu : Tanggal terminasi, Usia genital, Tempat lahir,
Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam
persalinan.
i. Riwayat ginekologi
1) Infeksi vagina.
2) Penyakit menular seksual
j. Riwayat seksual : Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan
masalah seksual lainya.
k. Riwayat pernikahan.
1) Nikah atau tidak.
2) Berapa kali menikah.
3) Berapa lama menikah. Kalau orang hamil sudah lama menikah, nilai
anak tentu besar sekali dan harus diperhitungkan dalam pimpinan
persalinan. Pada ibu hamil dengan PARTUS PREMATUR terjadi 15%
terjadi persalinan prematur pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).
Pada ibu hamil dengan PARTUS PREMATUR terjadi 15% terjadi
persalinan prematur pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).
l. Riwayat keluarga berencana.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan
apakah ada kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
m. Riwayat  kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan. Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana
letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur
kehamilan atau tidak. Pada ibu dengan PARTUS PREMATUR adanya
riwayat abortus berulang dan perawatan prenatal care yang buruk
(Wiknjsastro, 2010).
2) Persalinan. Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau
tidak perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
Pada ibu hamil dengan PARTUS PREMATUR memiliki riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm (Nugroho,
2010)
3) Nifas. Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah
dijahit.
4) Anak. Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada
usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan
waktu lahir.
n. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :

11
1) Pola nutrisi. Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan
buah, minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
Pada ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya partus
premature (Nugroho, 2010).
2) Pola Aktivitas. Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu
hamil dengan PARTUS PREMATUR baianya melakukan pekerjaan
yang terlalu berat (Nugroho, 2010).
3) Pola Seksual. Untuk mengetahui apakah hubungan seksual
berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau tidak. Pada ibu
dengan PARTUS PREMATUR biasanya frekuensi hubungan seksual
berlebihan terutama pada usia kehamilan tua dan dengan posisi yang
tidak aman
4) Pola eliminasi. Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta
output cairan. Pada ibu hamil dengan PARTUS PREMATUR biasanya
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau bakterinuria
( Wiknjosasttro, 2010).
5) Perokok dan pemakai obat-obatan. Untuk mengetahui apakah ada
kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol. Pada
ibu dengan PARTUS PREMATUR biasanya perokok berat atau lebih
dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2010).
3.2 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum. Untuk  mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik,  sedang atau buruk.
2) Kesadaran. Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,
apatis, samnolen, atau  koma. Normalnya kesadaran composmentis
3) Tekanan darah. Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan
darah adalah 120/80 mmHg. Pada ibu hamil dengan PARTUS
PREMATUR biasanya mengalami anemia selama kehamilannya
(Nugroho, 2010).
4) Suhu. Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh
adalah 35,6 0 C – 37,60C . pada ibu dengan PARTUS PREMATUR
adanya demam yang akut (Oxorn, 2010).
5) Denyut nadi. Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
menit. Batas normal 60-100x/menit.
6) Respirasi. Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam 1 menit. Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
7) Berat badan. Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
hamil. Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi
nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
8) Tinggi badan. Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari
145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
9) Lila. Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau
tidak.

12
b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau
tidak, adakah oedema atau tidak.
c) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih
atau tidak
d) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
e) Telinga: Bagaimana keadaan daun telinga, liang   telinga, bentuk
telinga, dan posisinya
f) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada
carries, dan karang gigi atau tidak
2) Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris,
pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
3) Dada dan axilla
a) Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan
pigmentasi puting, puting susu menonjol, benjolan abnormal dan
kolostrum
b) Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah  nyeri tekan atau
tidak
4) Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak,
terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -.
c. Pemeriksaan khusus obstetric
1) Inspeksi. Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
bentuk abdomen, linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan
pergerakan janin.
2)  Palpasi
1) Tinggi fundus uteri. Untuk mengetahui TFU dengan
cara  menggunakan pita ukur, dilakukan pengukuran dengan
menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan
tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding
abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri. Pada ibu
hamil dengan PARTUS PREMATUR tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 20 minggu sepusat atau 16-18 cm, usia kehamilan 28
minggu 24-26 cm, usia kehamilan 32 minggu 28-30 cm, usia
kehamilan 36 minggu 32-34 cm.
 Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat
pada fundus ibu
 Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan
dan kiri perut ibu
 Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah
perut ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum
 Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin
masuk PAP (pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36
minggu dan pada multipara saat persalinan)
 HIS / Kontraksi
Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan kekuatan kontraksi. Pada
ibu dengan partus prematurus iminens terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dengan jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit  sekali atau 1-2 kali (Wiknjosastro, 2010)
 Tafsiran berat

13
Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus
prematurus iminens tafsiran berat janin adalah < 2500 gram.
d. Pemeriksaan dalam anogenital
1) Vulva/vagina. Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka,
kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann
pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,
presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh
mana penurunan kepala. Pada ibu hamil dengan PARTUS
PREMATUR adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan
pervaginam. Pada pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih,
pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin, 2009).
2) Perineum. Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan
atau tidak
3) Anus. Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau
tidak.
4) Pemeriksaan penunjang. Dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosa. Pada kasus partus prematurus imminens data yang
diperlukan adalah berupa USG (tebal serviks 2 cm), keadaan air
ketuban, CTG (kesejahteraan janin), CRP (> 0,7 mg / ml ), leokosit
dalam air ketuban (20 / ml atau lebih), leukosit dalam serum ibu
(>13.000 / ml), kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah janin.
e. Pemeriksaan diagnostic
1) Ultrasonografi adalah termasuk pengkajian getasi (dengan berat badan
janin 500 sampai 2500 gram).
2) Tes nitrazin. Tergantung dari jumlah sel darah putih, jika mengalami
peningkatan, maka itu menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu
radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol
(PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amnioti.
3) Pemantauan elektronik. Memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
f. Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan laboratorium. Untuk mengetahui kdar protein dan
glukosanya, diperika darahnya untuk mngetahui faktor rhesus,
golongan darah, Hb, dan penyakit rubella.
2) Pemeriksaan rontgen. Pemeriksaan rontgen baiknya dilakukan pada
kehamilan yang sudah agak lanjut karena akan memperngharuhi sinar
rontgen.
3) Pemeriksaan USG. Mendiagnosis adanya keabnormalan pada uterus
dan pelvis selama kehamilan, diagnosis malformasi janin, untuk
mengevaluasi pergerakan janin dan DJJ, dan untuk mngetahui posisi
plasenta.
3.3 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.
b. Ansietas berhubungan dengan tidak adanya kemajuan, perasaan gagal, dan
kebutuhan akan induksi persalinan.
c. Resti cedera janin berhubungan dengan hipoksia
3.4 Intervensi keperawatan
a. Diagnose : Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.

14
Tujuan : Setelah dilakukan tinfakankeperawatan selama 1x 24 jam dapat
menghilangkan nyeri.
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi kontraksi

Intervensi Kriteria hasil


1. Berikan agen tokolitik 1. Dengan pemberian agen
2. Anjurkan klien untuk tokolitik dapat mengurangi
menggunakan teknk kontaksi dan menghilangkan
relaksasi. nyeri
3. Tinjau kembali teknik 2. Teknik relaksasi dapat
pernapasan. memberikan kenyamanan
4. Anjurkan perubahan pada klien.
posisi. 3. Teknik pernapasan juga
5. Lakukan tindakan untuk dapat memberkan
mengupayakan kenyamanan pada klien.
kenyamanan. 4. Perubahan posisi dapat
6. Upayakan lingkungan lingkungan yang nyaman dan
yang tenang. tenang.
5. Kenyamanan dapat
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien.
6. Lingkungan yang tenang
dapat meningkatkan koping
terhadap nyeri.

b. Diagnose : Ansietas berhubungan dengan tidak adanya kemajuan, perasaan


gagal, dan kebutuhan akan induksi persalinan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan selama 1x 24 jam ansietas teratasi.
Criteria hasil :
1) Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
2) Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan
vertigo.
3) Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian.
4) Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan.
5) Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
6) Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan
pemahaman mengenai penanganan.

Intervensi Rasional

1. Bantu pasien mengidentifikasi 1. Memandukan intervensi


keterampilan koping yang telah terapeutik dan partisipatif
dilakukan dengan berhasil pada dalam perawatan diri,

15
masa lalu. keterampilan koping pada
masa lalu dapat mengurangi
ansietas.
2. Meningkatkan pengetahuan
2.  Beri informasi mengenai vertigo
membantu mengurangi
dan penanganannya.
ansietas.

3. Meningkatkan kesadaran dan


3. Dorong pasien mendiskusikan
pemahaman hubungan antara
ansietas dan gali keprihatinan
tingkat antietas dan perilaku.
mengenai serangan vertigo.
4. Memperbaiki manajemen
4. Ajarkan pasien teknik
stress, mengurangi frekwensi
penatalaksanaan stress atau
dan beratnya serangan fertigo.
lakukan rujukan bila perluh.
5. Situasi penuh stress dapat
5. Beri upaya kenyamanan dan
memperberat gejala kondisi
hindari aktivitas yang
ini.
menyebebkan stress.
6. pengetahuan pasien membantu
6. Instruksikan pasien dalam aspek
mengurangi ansietas.
program pengobatan.

c. Diagnosa : Resti cedera janin berhubungan dengan resiko ARDS.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam tidak
terjadi ARDS.
Criteria hasil :
1) Janin yang meragukan tidak akan terjadi.
2) Bayi akan lahir dengan selamat

Intervensi Rasional

1. Kaji reaksi denyut jantung Pengkajian akan menentukan


(DJJ) terhadap kontraksi kesejahteraan janin, ARDS
untuk mendeteksi deselerasi dicegah atau diatasi.
atau bradikardi.
2. Jika status janin meragukan,
a. Atur posisi maggie miring
ke samping.
b. Hentikan pemberian
oksitosin.
c. Tingkatkan IV rumatan.
d. Berikan oksigen dan beri
tahu dokter.

3.5 Kasus

16
Ny. D berumur 23 tahun adalah seorang primigravida yang bekerja
sebagai buruh tekstil.. Ia datang ke rumah sakit bersalin Kasih Bunda pada tanggal
14 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditemani oleh suaminya. Saat datang, Ny D
mengeluhkan rasa mulas seperti ingin buang air besar dan juga nyeri pada bagian
punggung bawah serta terasa keluar cairan seperti lendir yang bercampur darah.
Usia kehamilan klien ini baru menginjak 29 minggu. Saat melakukan pemeriksaan
kehamilan dulu didapatkan hasil bahwa Ny. D mempunyai riwayat pre-eklamsia
dan diabetes saat hamil. Selain itu, dari hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan
bahwa kaki klien mengalami pembengkakan. Klien mengatakan takut dan cemas
mengenai kondisi kandungannya.
PENGKAJIAN
1) Anamnesa
A. Identitas klien :
Nama istri: Ny. D Nama Suami : Tn. B
Umur : 23 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh tekstil Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1
Tanggal anamnesis: 14 Maret 2014 pukul 19.00 WIB
B.  Keluhan Utama
Ibu mengeluhkan rasa mulas seperti ingin buang air besar dan juga nyeri pada
bagian punggung bawah serta terasa keluar cairan seperti lendir yang
bercampur darah.

C. Alasan datang :
Ibu hamil anak pertama dan usia kehamilannya baru 29 minggu. Akan tetapi,
saat ini terasa keluar lender bercampur darah dari vaginanya
D. Riwayat kehamilan sekarang.
Ibu mengalami kontraksi sejak pukul 17.30 dengan ritme yang tidak teratur
dan semakin lama kontraksi semakin kuat. Saat awal terjadinya kontraksi ini
ibu sedang berada di dapur dan menyiapkan makan malam untuk suami.
Setelah itu, Ny. D mengatakan hal tersebut kepada suaminya dan oleh
suaminya langsung dibawa ke rumah sakit. Ny. D rutin memeriksakan
kehamilannya kepada bidan puskesmas. Dan dari kartu kehamilan didapatkan
bahwa Ny. D memiliki riwayat pre-eklamsia dan diabetes saat hamil.
E. Riwayat kesehatan masa lalu.
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi : Ny. D melakukan imunisasi lengkap
dan juga sudah melakukan imunisasi TT sebelum hamil. Klien tidak
memiliki riwayat penyakit kronis hanya batuk pilek saja dan belum pernah
MRS.
2) Tes laboratorium : tidak ditemukan infeksi
3) Penyakit berat : tidak ditemukan penyakit berat.
4) Kecelakaan : tidak ditemukan

17
5) Transfusi darah : golongan darah klien adalah A dan klien tidak pernah
melakukan kegiatan donor darah
6) Kebiasan : klien bukan pengguna alkohol maupun perokok
7) Pola tidur : sejak hamil klien biasa tidur mulai pukul 21.00 – 04.30 dan
tidak mengalami gangguan pola tidur yang berarti.
8) Diet : sejak didiagnosa mengalami pre- eklamsia, bidan meminta Ny. D
untuk membatasi asupan lemak dan juga natrium (garam) karena terjadi
pembengkakan di kaki.
9) Aktifitas : aktifitas Ny. D tergolong berat sebagai buruh tekstil.
10) Resiko dalam pekerjaan : kelelahan
F. Riwayat keluarga.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejadian partus prematur/
riwayat sakit tertentu.
G. Riwayat mestruasi
a. Umur menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 6-7 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer
f. Disminorhoe : tidak
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT : 28 September 2013.

H. Riwayat Obstetri.
a. Gravida/para : primigravida
b. Tipe golongan darah : A dengan Rhesus +
c. Kehamilan yang lalu : - (kehamilan pertama)
I. Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan riwayat
J. Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu adalah 2x.
K. Riwayat pernikahan
1) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
2) Usia kawin pertama : 21 th
3) Lamanya perkawinan 2 th
L. Riwayat keluarga berencana
Klien sejak awal tidak merencanakan program KB bersama suaminya karena
mereka ingin cepat mempunyai anak.
M. Riwayat  kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1. Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai
berikut: HPHT klien adalah pada tanggal 28 September 2013, maka saat
ini usia kehamilan klien adalah 29 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan,
letak janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu
adalah 25,5cm.
2. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.

18
3. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah
melahirkan.
N. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :
a. Pola nutrisi
Klien makan 3x sehari, porsi sedang (makan hanya seadanya)
b. Pola Aktivitas
Aktifitas ibu tergolong berat yakni sebagai buruh tekstil.
c. Pola Seksual
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan
dalam seminggu adalah 2x dengan posisi yang tidak disarankan.
d. Pola eliminasi
pola BAB : ±1-2x sehari, pola BAK : ±3-5x sehari dan BAK ibu
tergolong sedikit- sedikit dengan jenis urin yang keruh.
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat perokok maupun pemakai obat- obatan.

2) Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum.
Saat dibawa ke rumah sakit ibu dalam keadaan lemah dan tak
berdaya serta banyak mengeluarkan darah.
b. Kesadaran.
Kesadaran ibu composmentis.
c. Tekanan darah.
Tekanan darah ibu 120/90 mmHg.
d. Suhu.
Suhu tubuh ibu 36oC (masih dalam batas normal).
e.  Denyut nadi.
Nadi apical cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120—160
detik per menit)
f. Respirasi.
1) Dangkal, tidak teratur, terjadi pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60 kali/menit)
2) Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau
substernal,
g. Berat badan.
Berat badan ibu saat ini adalah 65 kg, naik 15 kg dari awal
kehamilan yang hanya 50 kg.
h. Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 160cm.
i. Lila.
Lingkar lengan atas ibu 23,5 cm.
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala

19
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
yang merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat pucat karena ibu terlihat menahan
nyeri.
c) Mata : Conjungtiva warna pucat, skelera putih.
d) Hidung  : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat kering, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2. Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3. Dada dan axilla
Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat,
puting susu menonjol, colostrum tidak ada.
Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4. Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, edema ada pada ekstremitas bawah.
Ada perdarahan pervaginam.
C. Pemeriksaan khusus obstetri
1.   Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan
striae nigra dan juga linea livide.
2.   Palpasi
1) Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 25,5 cm. Berdasarkan kartu kehamilan
tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
 Leopold I : tinggi fundus uteri diatas pusar, bagian pada
fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
 Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung
berada di sisi kiri ibu.
 Leopold III : belum terkaji
 Leopold IV : belum terkaji
2) HIS / Kontraksi
Lama kontraksi adalah sekitar 1,5 jam dengan frekuensi tidak
teratur antara 7-10 menit dua kali.
3) Tafsiran berat
Berat janin: (TFU-12)x 155= 2092,5cm.
3. Auskultasi
i. Lokasi DJJ : 2 jari dibawah pusat disebelah kanan perut ibu.
ii. Frekuensi DJJ :135 x/menit
b. Perkusi
Reflek patella ka/ki : + (positif)
D. Pemeriksaan dalam anogenital
1. Perineum : Tidak kaku
2. Dinding Vagina :  Cekung

20
3. Ujung sacrum :  Masih teraba
4. Portio :  Masih tebal
5. Konsistensi : Lembut
6. Pembukaan : 3 cm
7. Dilatasi serviks :  30%
8. Ketuban : Cairan berkurang
9. Penurunan kepala :  Hodge III, 3/5
E. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Hb : 11 gr %, Gol Darah : A, Urine Glukosa : (-), Protein : +2, Alb
: 2,5 gr/dl
ANALISA DATA

No Data Etiologi
1 Data subjektif: ibu mengatakan perutnya Partus premature
mulas dan terasa nyeri ↓
Data objektif : ibu terlihat mengatupkan kontraksi uterus terus menerus
rahang, pernapasan cepat dengan cuping ↓
hidung dan oto bantu napas, ibu terlihat nyeri akut
menekan bagian abdomennya yang terasa
nyeri.

2 Data subjektif: ibu mengatakan bahwa Partus premature


gerakan janin tidak terasa. ↓
Data obyektif: DJJ 135x/ menit dan gerakan imaturitas organ bayi
janin lemah. ↓
risiko tinggi cedera janin
3 Data subjektif: ibu bertanya terus tentang Partus premature
keadaan kandungannya. ↓
Data objektif: ibu terlihat cemas dan juga keluar darah ansietas
sering bertanya kepada petugas tentang
tindakan yang dilakukan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.
b. Resti cedera janin berhubungan dengan hipoksia.
c. Ansietas berhubungan dengan tidak adanya kemajuan, perasaan gagal, dan
kebutuhan akan induksi persalinan
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx. Nyeri akut berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam dapat
menghilangkan nyeri.
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi kontraksi

21
Intervensi Kriteria hasil
2. Berikan agen tokolitik 7. Dengan pemberian agen
3. Anjurkan klien untuk tokolitik dapat mengurangi
menggunakan teknk kontaksi dan menghilangkan
relaksasi. nyeri
4. Tinjau kembali teknik 8. Teknik relaksasi dapat
pernapasan. memberikan kenyamanan
5. Anjurkan perubahan posisi. pada klien.
6. Lakukan tindakan untuk 9. Teknik pernapasan juga
mengupayakan dapat memberkan
kenyamanan. kenyamanan pada klien.
7. Upayakan lingkungan yang 10. Perubahan posisi dapat
tenang. lingkungan yang nyaman dan
tenang.
11. Kenyamanan dapat
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien.
12. Lingkungan yang tenang
dapat meningkatkan koping
terhadap nyeri.

d. Dx. Resti cedera janin berhubungan dengan risiko ARDS


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
tidak terjadi cedera maupun ARDS
KH:
a. Janin yang meragukan tidak akan terjadi
b. Bayi akan lahir dengan selamat.

Intervensi Rasional

3. Kaji reaksi denyut jantung Pengkajian akan menentukan


(DJJ) terhadap kontraksi kesejahteraan janin, ARDS
untuk mendeteksi deselerasi dicegah atau diatasi.
atau bradikardi.
4. Jika status janin meragukan,
e. Atur posisi maggie miring
ke samping.
f. Hentikan pemberian
oksitosin.
g. Tingkatkan IV rumatan.
h. Berikan oksigen dan beri
tahu dokter.

e. Dx. Ansietas berhubungan dengan tidak adanya kemajuan, perasaan


gagal, dan kebutuhan akan induksi persalinan.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan selama 1x 24 jam ansietas teratasi..

22
KH:
7) Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau
hilang
8) Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi
dengan vertigo
9) Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian
10) Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila
diperlukan
11) Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
12) Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan
menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.

Intervensi Rasional

7. Bantu pasien mengidentifikasi 7. Memandukan intervensi


keterampilan koping yang telah terapeutik dan partisipatif
dilakukan dengan berhasil pada dalam perawatan diri,
masa lalu. keterampilan koping pada
masa lalu dapat mengurangi
ansietas.
8. Meningkatkan pengetahuan
8.  Beri informasi mengenai vertigo
membantu mengurangi
dan penanganannya.
ansietas.

9. Meningkatkan kesadaran dan


9. Dorong pasien mendiskusikan
pemahaman hubungan antara
ansietas dan gali keprihatinan
tingkat antietas dan perilaku.
mengenai serangan vertigo.
10. Memperbaiki manajemen
10. Ajarkan pasien teknik
stress, mengurangi frekwensi
penatalaksanaan stress atau
dan beratnya serangan fertigo.
lakukan rujukan bila perluh.
11. Situasi penuh stress dapat
11. Beri upaya kenyamanan dan
memperberat gejala kondisi
hindari aktivitas yang
ini.
menyebebkan stress.
12. pengetahuan pasien membantu
12. Instruksikan pasien dalam aspek
mengurangi ansietas.
program pengobatan.

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan Preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minggu (20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram. Persalinan premature merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas
dan mortalitas neonatal di seluruh dunia, yaitu sebesar 60-80%. Di Indonesia
angka morbitas pada premature mencapai 19% dan merupakan penyebab
utama kematian perinatal. Penyebabnya pun bermacam-macam antara lain
KPD (Ketuban Pecah Dini), infeksi, kelainan uterus, vaginosis bakterialis,
komplikasi medis dan obstreti serta kelainan atau penyakit sistemis kronis
pada ibu seperti DM, jantung maupun hipertensi.
4.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus premature.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermilk. Jensen. 2004. Keperawaytan Maternitas. Jakarta: EGC
Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC.
Dhina Novi Ariana, S. E. (2011). Faktor Risiko Kejadian Persalinan Prematur.
http://jurnal.unimus.ac.id , 1-13.
Hani, ummi. Kusbandian, Jiarti. Yulifiah, Rita. 2010. Asuhan kebidanan pada
kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hearter. 2011. Diagnosis keperaewatan Definisi dan Klasifikasi
2012 – 2014. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Nugroho, taufam.2010. Kasus Emergency Bidan. Yogyakarta: Nuna Medika
Oxorn, H. (2003). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of
Labor and Birth. Jakarta: Yayasan Essentia Medica.
Saifuddin, A. B. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Wijayarini, Maria A. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :


EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai