Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin (
kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada
antepartum maupun intrapartum. Fetal Distres adalah keadaan ketidak seimbangan
antara kebutuhan oksigen dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan
metabolisme janin menuju metabolisme anaerob menyebabkan hasil akhir
metabolismenya terakhir bukan karbondioksida 1

Gawat janin mengacu pada apa yang secara tepat disebut penelusuran
denyut jantung janin yang tidak meyakinkan, atau yang lebih baru, pelacakan
denyut jantung janin Kategori III. Ini merupakan indikasi bahwa asfiksia janin
dapat terjadi dan memerlukan intervensi segera. Manajemen anestesi pasien
dengan pelacakan denyut jantung janin Kategori III tergantung pada cara
persalinan yang diantisipasi, urgensi persalinan itu, kondisi medis pasien, dan
indikasi anestesi dan kontraindikasi untuk pasien tersebut. Untuk persalinan sesar
pilihan antara memperpanjang epidural yang sudah ada, memberikan anestesi
spinal, atau menginduksi anestesi umum membutuhkan penilaian cepat dan harus
mempertimbangkan faktor-faktor ini sambil memutuskan perawatan teraman
untuk ibu dan bayi. Pilihan anestesi dan manfaat relatifnya dibahas.2
BAB II

LAPORAN KASUS

.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. MN
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat : Permata Sudiang
Tanggal Pemeriksaan : 29 April 2019

2.2.ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
G1P0A0, HPHT : 12-08-2018, HTP : 19-05-2019, UK : 37 minggu 1 hari
Pasien dengan keluhan keluar air dari jalan lahir yang dialami sejak 2
hari SMRS. Riw nyeri perut tembus belakang (-), riw. Keluar lendir (-),
darah (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal,
hipertensi, diabetes mellitus, dan asma sebelumnya. Riwayat keputihan
(+)
4. Riwayat Obstetri
2019 /kehamilan sekarang
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 12/08/2019
Menarche : 15 tahun
Lama Haid : 6 hari
Siklus Haid : 28 hari

6. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien tidak memiliki riwayat KB sebelumnya

7. Riwayat Operasi
Disangkal pasien

8. Riwayat Kebiasaan Psikososial


Pasien tidak merokok dan minum alkohol

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 x/menit
 Suhu : 36,7 º C
 Frekuensi napas : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera tidak ikterik
Thoraks
 Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : BP vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Bising usus 4x/menit kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai -/-
2. Status Obstetri
 Permerisaan Luar :
- TFU : 36 cm
- LP : 103 cm
- TBJ : 3700 gr
- His : 1x10’ (15”)
- DJJ : 148x/i
- Situs : memanjang, punggung kanan
- Perlimaan : 5/5
- Bagian terbawah : Kepala
- Janin : Kesan Tunggal
 Pemeriksaan Inspekulo :
- Vulva/Vagina : tak/tak
- Portio : lunak, licin
- OUI/OUE : tertutup/tertutup
- Pelepasan air ketuban : (-)
- Lakmus Tes : (-)
 USG
Gravid tunggal hidup, presentasi kepala, punggung kanan, plasenta
di corpus lateral kiri grade III. SDP : 8,2 cm. biometri janin sesuai
usia kehamilan 3100 gr.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin

HGB : 8,4 g/uL

WBC : 9,3 x 103 /uL

RBC : 3,98 x 103 /uL

PLT : 293 x 103 /uL

CT/BT : 10’’/1’30”

HBsAg : Non Reaktif


HIV : Non Reaktif

2.5 RESUME
Seorang pasien G1P1A0, HPHT : 12-08-2018, HTP : 19-05-2019,
UK : 37 minggu 1 hari masuk rumah sakit dengan keluhan keluar air dari
jalan lahir yang dialami sejak 2 hari SMRS. Riwayat keputihan (+)
Pada pemeriksaan fisikobstetrik, dilakukan dua pemeriksaan
diantaranya, pada pemeriksaan luar Permerisaan Luar di dapatkan TFU:
36 cm, LP : 103 cm, TBJ 3700 gr, His 1x10’ (15”), DJJ 148x/I, Situs
memanjang, punggung kanan, Perlimaan 5/5, Bagian terbawah Kepala,
Janin : Kesan Tunggal. Pada Pemeriksaan Inspekulo di dapatkan
Vulva/Vagina : tak/tak, Portio lunak, licin, OUI/OUE tertutup/tertutup,
Pelepasan air ketuban: (-), Lakmus Tes (-). Pada pemeriksaan USG
didapaatkan kesan Gravid tunggal hidup, presentasi kepala, punggung
kanan, plasenta di corpus lateral kiri grade III. SDP : 8,2 cm. biometri
janin sesuai usia kehamilan 3100 gr.

2.6 DIAGNOSIS
G1P1A0 gravid Aterm + Gawat Janin
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Ketuban Pecah Dini
2.8 PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 28 tpm
- Rencana Induksi Persalinan
- Informed Consent
- Misoprostol 25mcg/vaginam
- VT control 6 jam setelah pemberian misoprostol
- Rencana SC
- Lapor OK
- Konsul Anestesi
- Siapkan PRC 2 bag
- Inj. Cefotaxime 1gr/12jam/iv

2.9PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionum : Bonam
Ad Sanationum : Bonam
BAB III
PEMBAHASAN

DEFINISI

Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin (
kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada
antepartum maupun intrapartum. Fetal Distres adalah keadaan ketidak seimbangan
antara kebutuhan oksigen dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan
metabolisme janin menuju metabolisme anaerob menyebabkan hasil akhir
metabolismenya terakhir bukan karbondioksida.1

PATOFISIOLOGI

Kontrol fisiologis detak jantung mencakup berbagai mekanisme yang


saling berhubungan yang bergantung pada aliran darah dan oksigenasi. Selain itu,
aktivitas mekanisme kontrol ini dipengaruhi oleh keadaan oksigenasi janin yang
sudah ada sebelumnya, misalnya, seperti yang terlihat pada insufisiensi plasenta
kronis. Yang penting, janin tertambat oleh tali pusat, sehingga aliran darah terus-
menerus dalam bahaya. Selain itu, persalinan normal adalah proses peningkatan
asidemia. Dengan demikian, persalinan normal adalah proses berulangnya
kejadian hipoksia janin yang mengakibatkan asidemia. Dengan kata lain, dan
dengan asumsi bahwa "asfiksia" dapat didefinisikan sebagai hipoksia yang
menyebabkan asidemia, proses kelahiran yang normal adalah peristiwa asfiksia
bagi janin.2

Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:

1. Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah


karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang
kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan
konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa,
kecuali bila janin mengalami stress.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut
oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah
lebih besar daripada orang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen
melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat terselenggara
dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk
asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta. Bila
plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli
yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan
terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia
yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa
menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambah asidosis metabolik. Pada
umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau
arus darah tali pusat.3

3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan


akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah
bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital ( otak dan jantung) akan
menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan
perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.

Terdapat 3 faktor yang mengakibatkan fetal distres, yaitu :4

1. faktor ibu yang mengandung

• anemi / kekurangan darah otomatis hb darah akan turun juga, sehingga


oksigenpun berkurang.

• Hipertensi merupakan suatu pertanda adanya sumbatan pada vaskuler shingga


tubuh mengompensasi yaitu dengan berkontaksinya vaskuler sehingga
menimbulkan hipertensi. Dan sumbatan inilah yang dapat mengurangi aliran pada
vaskuler, dalam hal ini adalah pada plasenta, sehingga janin tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang cukup akan nurisi dan oksigen.

• Dibetes Mellitus (DM pada dasarnya gula dapat menjadikan suatu aliran darah
menjadi mengental(viskositas). Maka dari itu akan dapat menimbualkan sebuah
gangguan pada laju/aliran darah, terutama pada plasenta.

2. faktor uteroplasental

1) kelainan tali pusat

Bentuk plasenta yang yang normal ialah ceper dan bulat. diameternya
antara 15-20 cm dan tebal 1,5-3 cm. panjang tali pusat adalah sektar 55 cm.

a.Tali pusat pendek

Kadang tali pusat sedemikian pendeknya sehingga perut anak


berhubungan dengan plasenta,dalam hal ini selalu disertai umbelikalis.
Tali pusat harus lebih panjang dari 20-30m untuk memungkinkan
kelahiran anak ,bergantung pada apakah plasenta terletak dibawah atau
diatas. Tali psat yang terlalu pendek dapat menimbulkan
herniaumbilikalis,solusio plasenta,persalinan tak maju dalam pengeluaran
dan karena tali pusat tertarik mungkin bunyi jantung menjadi buruk dan
inversio uteri.

b.Tali pusat terlalu panjang

Memudahkan terjadinya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat, biasanya


terdapat pada leher anak. Lilitn tali pusat menyebabkan tali pusat menjadi
relatif pendek dan mungkin juga menyebabkan letak defleksi. setelah
kepala anak lahir, lilitan perlu di bebaskan melalui kepala atau di gunting
antara 2 kocher.

2) trauma
Seperti benturan yang dapat menimbulkan edema pada plasenta sehingga
menyebabkan pada pelepasan sebagian atau semuanya.

3. faktor pada janin

• kompresi tali pusat sehingga menghambat aliran darah dari ibu kejanin bisa
karena puntiran tali pusat yang menghambat ataupun karena prolaps tali pusat

• penurunan kemampuan janin membawa oksigen di karenakan hb yang turun atau


dari plasenta yang tidak berfungsi secara normal

ETIOLOGI

Penyebab dari Fetal Distress yaitu:4

a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam


waktu singkat)

1) Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan


dengan pemberian oksitosin.

2) Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.

3) Solusio plasenta.

4) Plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta


dalam waktu lama)

1. Penyakit hipertensi

2. Diabetes melitus

3. Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat

D. KLASIFIKASI
Jenis Fetal Distress yaitu :

a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah

b. Gawat janin iatrogenik

Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan
medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah
mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman
pemantauan jantung janin.

E. FAKTOR RESIKO

Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian


gawat janin:5

- Wanita hamil usia > 35 tahun

- Wanita dengan riwayat:

o Bayi lahir mati

o Pertumbuhan janin terhambat

o Oligohidramnion atau polihidramnion

o Kehamilan ganda/ gemelli

o Sensitasi rhesus

o Hipertensi

o Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya

o Berkurangnya gerakan janin

o Kehamilan serotinus
E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu
dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah
tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat
makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10
gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari
berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan
gerakan ini terutama diminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap
gawat janin atau ibu yang mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila
ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan
diminta untuk segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.6

Tanda-tanda gawat janin:4,5

 Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak


kepala

 Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin

Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauan


menggunakan kardiotokografi

 Asidosis janin

 Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.

Mekonium

Adanya mekonium saja tidak mampu untuk menegakkan suatu diagnosis gawat
janin. Mekonium adalah cairan berwarna hijau tua yang secara normal
dikeluarkan oleh bayi baru lahir mengandung mukus, empedu, dan sel-sel epitel.
Bagaimanapun, dalam beberapa hal, mekonium dikeluarkan dalam uterus
mewarnai cairan ketuban. Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering
terlihat saat janin mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan
tanda-tanda gawat janin. Mekonium dapat mewarnai cairan ketuban dalam
beberapa tingkat, mulai dari mewarnai ringan sampai dengan berat. Adanya
mekonium dianggap signifikan bila berwarna hijau tua kehitaman dan kental.
Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion
yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan
penanganan mekonium pada saluran napas atau neonatus untuk mencegah aspirasi
mekonium. Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan
akibat kompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda
kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan/ saat bokong masih
tinggi letaknya.6

Terdapat 3 teori yang telah diajukan untuk menjelaskan tentang keluarnya


mekonium:2

- Janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap hipoksia, dan


mekonium merupakan hasil dari suatu usaha janin untuk mengkompensasi.

- Mekonium merupakan tanda maturasi yang normal dari traktus


gastrointestinal di bawah pengaruh persarafan yang mempersarafinya

- Mekonium dapat keluar sebagai stimulasi vagal dari terjepitnya tali pusat
dan gerakan peristalsis yang meningkat

Komponen mekonium seperti garam empedu dan enzim-enzim yang


terkandung di dalamnya dapat menyebablan komplikasi serius bila terinhalasi atau
teraspirasi oleh janin, dapat mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium yang
dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, kehilangan surfaktan paru, pneumonitis
kimia. Mekonium dalam cairan ketuban terdapat pada 13 % kelahiran hidup,
kurang dari 5 % persalinan di bawah 37 minggu, 30 % pada bayi > 42 minggu.
Faktor resikonya meliputi: insufisiensi plasenta, hipertensi ibu dan pre-eklamsi,
oligohidroamnion, ibu perokok, penggunaan obat-obatan terlarang. (internet)
Ramin dkk. mempunyai hipotesis bahwa patofisiologi sindrom aspirasi mekonium
termasuk hiperkapnia janin, yang menstimulasi respirasi janin mengakibatkan
aspirasi mekonium ke dalam alveoli, dan trauma parenkim paru sekunder dari
kerusakan sel alveolar karena asidemia.2

Kesimpulannya, insidensi tinggi dari mekonium pada cairan amnion


selama persalinan seringnya merupakan proses fisiologis yang normal. Meskipun
normal, mekonium dapat menjadi berbahaya bila asidemia janin. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium ternyata
menderita hiposia kronis sebelumnya/ saat dilahirkan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan kadar eritropoetin janin dan penghitungan eritrosit.2

Kardiotokografi

Kardiotokografi adalah alat elektronik yang digunakan untuk tujuan


memantau atau mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia
janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan menetukan tindak lanjut
dari hasil pemantauan tersebut. Pemantauan dilakukan melalui penilaian pola
denyut jantung janin dalam hubungan dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas
janin dalam rahim

Kardiotokografi merupakan suatu metode pemeriksaan yang telah


ditetapkan sebagai suatu pemeriksaan standar rutin untuk menentukan
kesejahteraan janin. Meskipun pemeriksaan kardiotokografi menunjukkan hasil
dengan tingkat positif palsu yang tinggi, yaitu sekitar 64 % dan evaluasinya juga
sangat subyektif, tetapi saat ini tetap menjadi metode penapisan diagnosis
hipoksia akut pada janin, karena tidak ada cara pemeriksaan lain yang lebih
obyektif dan non invasif.9

Tabel 2. Klasifikasi gambaran dari kardiotokografi


Denyut Variabilitas Deselerasi Aselerasi
jantung

Pasti normal 110-160 ≥5 Tidak ada Ada

Tidak pasti 100-109 atau < 5 untuk ≥ 40 Deselerasi Tidak ada


161-180 menit tapi < awal atau akselerasi
90 menit deselerasi pada
variabel atau gambaran
satu deselerasi normal atau
yang lama ≤ 3 meragukan
menit

Abnormal < 100 atau < 5 selama ≥ Deselerasi Tidak ada


90 menit variabel atipik akselerasi
> 180 atau
atau deselerasi pada
Bentuk lanjut atau gambaran
sinusoid satu deselerasi normal atau
selama ≥ 10 lama > 3 meragukan
menit menit

- Normal bila 4 di atas termasuk dalam golongan pasti normal

- Mencurigakan bila ada 1 golongan tidak pasti

- Tidak normal bila ≥ 2 golongan tidak pasti atau ≥ 1 tidak normal

Pengambilan sampel darah janin

Sesuai dengan American College Of Obstetricians and Gynecologists,


pengukuran pH pada darah kapiler kulit kepala dapat membantu untuk
mengidentifikasi keadaan gawat janin. Prosedur ini memang jarang dilakukan,
tetapi merupakan pemeriksaan penyerta untuk menegakkan diagnosis gawat janin
pada hasil NST yang meragukan.2
Pemeriksaan darah janin ini dilakukan bila terdapat indikasi sebagai
berikut:

o Deselerasi lambat berulang

o Deselerasi variabel memanjang

o Mekonium pada presentasi kepala

o Hipertensi ibu

o Osilasi/ variabilitas yang menyempit

Kontraindikasi:

o Gangguan pembekuan darah janin

o Presentasi fetus yang tidak dapat dicapai

o Infeksi pada ibu

Syarat:

o Pembukaan lebih dari 2 cm

o Ketuban sudah pecah

o Kepala sudah turun hingga dasar pelvis

Gambar 12. Teknik pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin
menggunakan amnioskopi2
Tabel 3. Interpretasi dari sampel pH darah janin berdasarkan pedoman
RCOG dan NICE yang terbaru:

Hasil sampel pH darah janin Tindakan

≥ 7.25 Ulangi pengambilan sampel darah jika


abnormalitas denyut jantung janin
persisten

7.21 – 7.24 Ulangi pengambilan sampel darah


dalam 30 menit atau pertimbangkan
terminasi kehamilan jika terjadi
penurunan pH yang cepat dibandingkan
sampel yang terakhir

≤ 7.20 Indikasi terminasi kehamilan

Normal : 8 atau 10

Ragu-ragu : 4 atau 6

Abnormal : 0 atau 2

Profil biofisik kurang begitu menyita waktu bila dibandingkan dengan


OCT ( Oxytocin Contraction Test), dan ada beberapa peneliti yang menganjurkan
pemeriksaan biofisik sebagai langkah selanjutnya setelah tes non stress dan
bukannya OCT.

Bila tes kedua setelah NST yang non reaktif adalah skor biofisik, maka
pengelolaannya sebagai berikut:

1. Skor 0-2 biasanya merupakan indikasi adanya gangguan terhadap janin


dan cukup alasan untuk melahirkan janin

2. Skor 4-6 setelah NST yang non reaktif, hendaknya tes diulangi atau
lakukan OCT

3. Skor 8 atau lebih setelah NST yang non reaktif menunjukkan janin
tersebut sehat dimana NST dapat diulangi pada interval tertentu.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :

a. Asfiksia

b. Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.


G. PENATALAKSNAAN MEDIS

Pilihan manajemen utama untuk pola denyut jantung janin yang bervariasi secara
signifikan terdiri dari mengoreksi penghinaan janin, jika memungkinkan.
Tindakan yang disarankan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists (2013b, c) tercantum dalam. Memindahkan ibu ke posisi lateral,
mengoreksi hipotensi ibu yang disebabkan oleh analgesia regional, dan
penghentian oksitosin berfungsi untuk meningkatkan perfusi uteroplasenta.
Simpson dan James (2005) menilai manfaat dari tiga manuver pada 52 wanita
dengan sensor saturasi oksigen janin yang sudah ada. Mereka menggunakan
hidrasi intravena — 500 hingga 1000 mL larutan Ringer laktat yang diberikan
selama 20 menit; posisi lateral versus terlentang; dan menggunakan masker
nonrebreathing yang memberikan oksigen tambahan pada 10 L / menit. Setiap
manuver ini secara signifikan meningkatkan tingkat saturasi oksigen janin,
meskipun peningkatannya kecil.2

Tocolysis

Sebuah suntikan intravena atau subkutan tunggal 0,25 mg terbutaline sulfat yang
diberikan untuk mengendurkan rahim telah digambarkan sebagai manuver
sementara dalam pengelolaan pola denyut jantung janin. Alasannya adalah bahwa
penghambatan kontraksi uterus dapat meningkatkan oksigenasi janin, sehingga
mencapai resusitasi dalam rahim. Cook dan Spinnato (1994) menggambarkan
pengalaman mereka selama 10 tahun dengan tokolisis terbutalin untuk resusitasi
janin pada 368 kehamilan. Resusitasi seperti itu meningkatkan nilai pH darah kulit
kepala janin, meskipun semua janin menjalani persalinan sesar. Para peneliti ini
menyimpulkan bahwa meskipun penelitiannya kecil dan jarang secara acak,
sebagian besar melaporkan hasil yang menguntungkan dengan tokolisis terbutalin
untuk pola yang tidak meyakinkan. Dosis kecil nitrogliserin intravena — 60
hingga 180 μg — juga telah dilaporkan bermanfaat (Mercier, 1997). American
College of Obstetricians and Gynecologists (2013b) telah menyimpulkan bahwa
tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan tokolisis untuk pola denyut
jantung janin yang tidak meyakinkan.2

Amnioinfusi

Gabbe dan rekan kerja (1976) menunjukkan pada monyet bahwa penghilangan
cairan amnionik menghasilkan deselerasi variabel dan pengisian cairan dengan
salin mengurangi deselerasi. Miyazaki dan Taylor (1983) memasukkan saline
melalui kateter tekanan intrauterin pada wanita yang bekerja yang mengalami
deselerasi variabel atau deselerasi berkepanjangan yang disebabkan oleh jebakan
tali pusat. Terapi semacam itu meningkatkan pola denyut jantung pada setengah
dari wanita yang diteliti. Belakangan, Miyazaki dan Nevarez (1985) secara acak
menugaskan 96 wanita nulipara dalam persalinan dengan pola kompresi tali pusat
dan menemukan bahwa mereka yang dirawat dengan amnioinfusion memerlukan
persalinan sesar untuk frekuensi gawat janin yang lebih jarang. Berdasarkan
banyak laporan awal ini, amnioinfusi transvaginal telah diperluas menjadi tiga
bidang klinis. Ini termasuk: (1) pengobatan deselerasi variabel atau
berkepanjangan, (2) profilaksis untuk wanita dengan oligohidramnion, seperti
dengan membran pecah berkepanjangan, dan (3) upaya untuk mengencerkan atau
mencuci mekonium tebal. Banyak protokol amnioinfusi yang berbeda telah
dilaporkan, tetapi sebagian besar mencakup 500 hingga 800 mL bolus salin
normal yang dipanaskan diikuti oleh infus kontinu sekitar 3 mL per menit (Owen,
1990; Pressman, 1996). Dalam penelitian lain, Rinehart dan rekan (2000) secara
acak memberikan 500 mL bolus salin normal pada suhu kamar saja atau 500 mL
bolus plus infus kontinu 3 mL per menit. Studi mereka melibatkan 65 wanita
dengan deselerasi variabel, dan para peneliti tidak menemukan metode yang lebih
baik. Wenstrom dan rekan (1995) mensurvei penggunaan amnioinfusi di rumah
sakit pendidikan di Amerika Serikat.
PERSPEKTIF ISLAM

‫صد ُْوقُ ; إِنَّ أَحَ َد ُك ْم لَيُجْ َم ُع‬ ْ ‫ق ا ْل َم‬ُ ‫صا ِد‬َّ ‫ َوه َُو ال‬.‫صلم‬. ِ‫ّللا‬ ‫س ْو ُل ه‬ ُ ‫ع ْنهُ قا َ َل ; َح َّدثَنا َ َر‬ ‫سعُ ْو ٍد َر ِض َي ه‬
َ ُ‫ّللا‬ ْ ‫ع َِن اب ِْن َم‬
َ ُ َ‫ك‬ َ ْ ً َ ْ ُ‫ن‬ ُ َ‫ك‬ َ
َ ‫ ث َّم يُ ْر‬، ‫ ث َّم يَ ُك ْو ُمضغة ِمث َل ذا ِل‬، ‫علقة ِمث َل ذا ِل‬
‫س ُل إِل ْي ِه‬ ْ ً َ َ ُ‫ن‬ ً َ ُ ً َ‫ن‬ َ ُ
َ ‫ ث َّم يَك ُْو‬، ‫َخ ْلقُهُ فِ ْي بَ ْط ِن أ ِ همه أ ْربَ ِع ْي يَ ْوما نطفة‬
ُ ْ
‫ الحديث‬- ‫س ِعيْد‬ َ ‫ش ِق ٌّي أَ ْو‬
َ ‫ َو َه ْل ه َُو‬، ‫ع َم ِله‬َ ‫ َو‬، ‫ َوأ َ َج ِله‬، ‫ت ; ِر ْز ِقه‬ ٍ َ ‫ َويُؤْ َم ُر ِبأ َ ْر َب ِع َك ِلما‬، ‫الر ْو َح‬
ُّ ‫ا ْل َملَكُ فَ َي ْنفُ ُخ ِف ْي ِه‬
-‫رواه أحمد‬

“ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah
SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang
diantara kamu (setiap kamu) benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya
selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari
menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal
daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya;
lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar)
rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4.
Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung“ (HR
Ahmad).
Penjelasan Hadis :
Hadis tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim
ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani laki-laki bersenyawa
dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua berproses menjadi “ Alaqah
“ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal
daging).
Hadis tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat berwujud
mudlghah itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh
kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4 ketentuan.

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, berkata:


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami dan
beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya, “Sesungguhnya seorang dari
kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari
berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian
menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat
kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat:
menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang
tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya seorang
dari kalian benar-benar beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak
antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu dia
beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia pun memasukinya. Dan
sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penduduk
neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu takdir
mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun
memasukinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Hadist diatas ini mengandung beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1. Penjelasan Fase perkembangan janin di dalam rahim:

Hadits diatas ini menunjukkan bahwa janin diciptakan seratus dua puluh
hari dalam tiga tahapan. Setiap tahapan adalah selama empat puluh hari. Pada
empat puluh hari pertama berupanuthfah, pada empat puluh hari kedua
berupa ‘alaqah dan empat puluh hari ketiga berupa mudhghah, dan pada hari ke
seratus dua puluh, malaikat meniupkan ruh kepadanya, lalu dituliskan baginya
kalimat. Allah Ta’ala menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa janin diciptakan
dalam fase-fase tersebut, sebagaiamana firman-Nya:

“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah.kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mukminun: 12-
14)

Dalam ayat ini Allah menyebutkan empat fase yang disebutkan didalam
hadits, lalu menambahinya dengan fase lainnya sehingga menjadi tujuh fase.

2. Penjelasan ditiupnya ruh


Para ulama bersepakat bahwa ruh ditiupkan ke dalam janin setelah janin
berumur seratus dua puluh hari terhitung dari mulai terjadinya pembuahan. Yaitu
ketika usia kehamilan sudah empat bulan dan memasuki bulan yang kelima.

Semua itu benar berdasarkan kenyataan yang dapat disaksikan, maka


semenjak itu ditetapkan hukum-hukum untuk memenuhi kebutuhannya seperti
hukum tentang penyandaran nasabnya dan kewajiban pemberian nafkah. Dan hal
itu diyakinkan dengan bergeraknya janin dalam rahim. Inilah hikmah mengapa
istri yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya selama empat bulan sepuluh
hari. Alasannya ialah untuk meyakinkan bahwa rahimnya benar-benar kosong dari
janin tanpa ada sedikit pun tanda-tanda kehamilan. Ruh, yang membuat manusia
hidup, adalah urusan Allah sebagaimana firman-Nya,

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Q.S.
Al-Isra: 85)

Dalam syarah Muslim karangan Imam Nawawi disebutkan bahwa ruh


adalah jasad halus yang mengalir dalam badan dan merambat di dalamnya
sebagaimana merambatnya air didalam batang pohon yang hidup. Dalam
kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali berkata, “ruh adalah unsur yang berdiri
sendiri yang bekerja di dalam badan.”

3. Penjelasan haramnya menggugurkan kandungan

Para ulama bersepakat atas haramnya menggugurkan kandungan (aborsi)


setelah ditiupkanya ruh kedalam janin. Hal itu dipandang sebagai tindakan
criminal yang haram dilakukan oleh seorang muslim. Karena hal itu merupakan
tindakan kejahatan atas orang yang telah hidup dengan sempurna.

Adapun aborsi sebelum ditiupkannya ruh, maka hukumnya haram juga.


Demikianlah pendapat sebagaian para ahli fiqih. Dalil yang menjadi landasan
mereka adalah hadist shahih yan menjelaskan bahwa penciptaan dimulai dari
menetapnya sperma didalam rahim. Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah
bin Usaid, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, yang artinya:

“Jika nuthfah telah melewati empat puluh dua malam – dalam sebagian riwayat
empat puluh sekian malam – Allah mengutus malaikat untuk membentuk rupanya,
menciptalkan pendengaran, penglihatan, kulit, daging dan tulang belulang.”

Dalam kitab Jami’ul Ilmi wal Hikam yang ditulis oleh Ibnu Rajab Al-
Hanbali, hal 42, disebutkan, “sebagian ahli Fiqih merukhsahkan (memberi
keringanan) bagi wanita untuk melakukan aborsi selama ruh belum ditiupkan ke
dalam janin dan menganologikannya dengan azal pendapat ini adalah pendapat
yang lemah karena janin adalah anak yang sudah tercipta dan adakalanya sudah
berbentuk, sedang azal sama sekali belum ada wujud janin, tetapi hanya
menghalangi terciptanya janin, bahkan jika Allah berkehendak, azal sama sekali
tidak menghalangi untuk terciptanya bayi.

Dalam Ihya Ulumuddin karangan Al-Ghazali, 2/51 : ‘azal itu tidak bisa
disamakan dengan aborsi dan mengubur anak hidup-hidup karena kedua tindakan
tersebut adalah kejahatan terhadap makhluk yang sudah berwujud, dan wujudnya
memiliki beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah tersimpannya nuthfah di
dalam rahim dan bercampur dengan ovum wanita serta siap untuk menerima
nyawa, maka merusak benda tersebut merupakan kejahatan.
Apabila nuthfah menjadi ‘alaqah, maka kejahatannya lebih besar, dan apabila
telah ditiupkan ke dalamnya ruh dan menjadi makhluk yang sempurna, maka
kejahatannya pun termasuk ke dalam dosa besar dan puncak kejahatan adalah
membunuh bayi yang sudah keluar dari perut dalam keadaan hidup.

4. Penjelasan tentang Ilmu Allah Ta’ala

Sesungguhnya Allah mengetahui keadaan makhluk sebelum


penciptaannya. Maka, tidak ada satu keadaan pun berupa iman, taat, kafir,
maksiat, bahagia dan celaka kecuali semuanya diketahui oleh Allah dan
berdasarkan kehendak-Nya. Banyak nash dari kitab yang menjelaskan hal itu.
Dalam riwayat Bukhari dari Ali bin Abi Thalib RA dari Nabi
SAW berkata, “Tidak ada makhluk yang bernafas kecuali Allah telah
menentukan tempatnya di surga atau di neraka, telah dituliskan celaka atau
bahagia.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita berpegang dengan
ketentuan tersebut dan meninggalkan amal?” Nabi menjawab, “Bekerjalah kalian
dan setiap orang akan diberikan kemudahan sesuai dengan yang diciptakan
baginya. Adapun orang-orang yang berbahagia akan dimudahkan untuk
mengamalkan amalan-amalan kebaikan dan orang-orang celaka akan dimudahkan
untuk mengamalkan amalan-amalan yang akan menghantarkan kepada
kecelakaan.”

Kemudian beliau membaca firman Allah,

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),” (Q.S. Al-Lail: 5-6)

Ilmu allah tidak menghalangi kebebasan hamba untuk memilih dan meraih
apa yang mereka inginkan. Karena ilmu adalah sifat yang tidak memiliki
pengaruh. Allah memerintahkan makhluk-Nya untuk beriman dan taat, melarang
mereka untuk kufur dan maksiat dan itu merupakan bukti bahwa hamba memilki
kebebasan untuk memilih dan meraih apa yang mereka inginkan. Karena kalau
tidak demikian, maka sia-sialah semua perintah dan larangan-Nya dan ini mustahil
bagi Allah SWT. Allah berfirman,

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syam: 7-10)

5. Penjelasan tentang amal dinilai dengan akhirnya

Riwayat bukhari dari Sahal bin Sa’ad dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “sesungguhnya amal itu tergantung kepada niatnya.” Artinya
barangsiapa yang baginya dituliskan keimanan dan ketaatan di akhir umurnya,
adakalanya dia kufur dan maksiat pada suatu saat, kemudian Allah memberi taufik
kepadanya dengan keimanan dan ketaatan pada waktu menjelang akhir hayatnya.
Dia meninggal dalam keadaan demikian, maka dia masuk surga. Barangsiapa
yang telah ditetapkan baginya kekufuran dan kefasikan di akhir hayatnya. Walau
dalam suatu waktu dia beriman dan taat, kemudian Allah membiarkannya –
dikarenakan usaha, amal dan keinginannya – dia mengatakan kalimat kekufuran,
lalu beramal dengan amal ahli neraka dan meninggal dalam keadaan demikian,
maka dia masuk neraka.
REFERENSI

1. James N. Bates. 2018. Complications in Anesthesian Third Edition : Fetal


Distress. Elsevier
2. Gary Cunningam et all. 2014. Williams Obstetri 24th Edition : Fetal
Distress. McGraw-Hill Education
3. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam:
Ilmu Bedah Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2006:6:52-60
4. Jamhoer martadi soebrata, dkk. 2004. Obstetri Patofisiologi. Jakarta : EGC
5. Cleveland. Fetal Distress. Cleveland: Department of Patient Education and
Health Information. 2007
6. Hayley Willacy. Meconium Stained Liquor. US: PatientPlus. 7 Agustus
2006.

Anda mungkin juga menyukai