Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN

MAHASISWA KEPERAWATAN POLTEKKES


KEMENKES TANJUNGPINANG
“Makananku, Pikiranku dan Lambungku!”
(GERD)

Disusun Oleh :

Cempaka Inggrid Pitaloka (PO7220119 1548)

Dosen Pengampu :

Shenda Maulina Wulandari, S.Kep., Ners., M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penyuluhan ini diajukan oleh : Cempaka Inggrid Pitaloka

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul :“Makananku, Pikiranku dan


Lambungku!” (GERD)

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dosen pengampu

Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Ditetapkan di : Tanjungpinang

Waktu : Maret 2021

Dosen Pengampu

Shenda Maulina Wulandari, S.Kep., Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan proposal penyuluhan dengan judul
:“Makananku, Pikiranku dan Lambungku!” (GERD) dengan melakukan pendekatan
proses penyuluhan promosi kesehatan. Ini, bertujuan untuk mengedukasi
penyakit GERD tersebut. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan kemampuan penyusun yang terbatas.
Namun, berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari ibu dosen mata
kuliah Promosi Kesehatan serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
pembuatan proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun
berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi para pembaca umumnya serta dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang
akan datang.

Tanjungpinang, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan...............................................................................................i

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2

Bab II Tinjauan Teoritis........................................................................................3

2.1 Gastritis.................................................................................................3

2.2 Stres.......................................................................................................6

2.3 Pola Makan Gastritis.........................................................................10

Bab III Penutup....................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.........................................................................................14

Satuan Acara Penyuluhan Promkes...................................................................17

Lampiran..............................................................................................................28

Daftar Pustaka......................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis merupakan suatu gangguan pencernaan yang banyak diderita
masyarakat dunia. Hampir 10 persen penduduk dunia menderita gastritis.
(Ansari dkk, 2009). Beberapa penyebab gastritis adalah terlalu banyak
makanan pedas, asam, minuman beralkohol obat-obatan tertentu dengan dosis
tinggi seperti aspirin dan golongan anti inflamasi non steroid (AINS), Infeksi
bakteri/ virus terutama Helicobacter pylori, anemia, penyakit ginjal, diabetes,
rokok dan sebagainya (Aminudin, 2013)
Penyakit gangguan saluran cerna merupakan penyakit yang sering
diderita oleh orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran
pencernaan merupakan organ yang sangat vital bagi manusia, karena apabila
sistem pencernaan terganggu, tubuh pun akan mengalami sakit. Bila hal
tersebut terjadi, maka proses metabolisme tidak dapat berjalan dengan baik
(Ratna, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan untuk membenarkan persepsi masyarakat
tentang penyakit gastritis yaitu tenaga kesehatan salah satunya perawat perlu
memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit gastritis, memberikan
pemahaman bahwa penyakit gastritis dapat terjadi karena banyak faktor bukan
hanya karena telat makan seperti yang masyarakat persepsikan selama ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian gastritis ?
2. Apa penyebab gastritis ?
3. Apa tanda dan gejala gastritis ?
4. Bagaimana cara pencegahan gastritis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan gastritis ?
6. Apa pengertian stres?
7. Apa saja jenis-jenis stres ?

1
8. Dari mana sumber stressor ?
9. Apa saja gejala stres ?
10. Apa hubungan stres dengan gastritis ?
11. Apa pengertian pola makan pada penderita gastritis ?
12. Apa saja frekuensi makanan dan minuman ?
13. Bagaimana keteraturan makan pada pederita gastritis ?
14. Apa saja jenis makanan yang dapat dikonsumsi ?
15. Apa hubungan pola makan dengan gastritis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian gastritis
2. Menjelaskan penyebab gastritis
3. Menjelaskan tanda dan gejala gastritis
4. Menjelaskan cara pencegahan gastritis
5. Menjelaskan penatalaksanaan gastritis
6. Menjelaskan pengertian stres
7. Menjelaskan jenis-jenis stres
8. Menjelaskan sumber stressor
9. Menjelaskan gejala stres
10. Menjelaskan hubungan stres dengan gastritis
11. Menjelaskan pengertian pola makan pada penderita gastritis
12. Menjelaskan frekuensi makanan dan minuman
13. Menjelaskan keteraturan makan pada pederita gastritis
14. Menjelaskan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
15. Menjelaskan hubungan pola makan dengan gastritis

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Gastritis

2.1.1 Definisi Gastritis


Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis
atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat
merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
2.1.2 Etiologi Gastritis
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus,
atau parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor
gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari
kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.
Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin
dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun

3
Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di
antaranya:
1) Nyeri epigastrium
2) Mual
3) Muntah
4) Perut terasa penuh
5) Muntah darah
6) Bersendawa
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan
perut penuh. Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi dan dapat menimbulkan hemoragik.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan, mual, dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidak dimuntahkan.
b. Gastritis kronis
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ),
nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual
dan muntah. (Dirksen, Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011).
2.1.4 Pencegahan Gastritis
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita
mengontrol semua Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis,
dengan melakukan tindakan pencegahan seperti dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding
lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan

4
tukak/ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan
memperlambat penyembuhan luka.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari
sayur dan buah yang bersipat asam .
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik asam lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran
makanan melalui usus.
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti
pisang,kacang kacangan, dan kentang.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks (Hardi & Huda Amin, 2015)
2.1.5 Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:


1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala
mereda, gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
1) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
2) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)
b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

5
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan
ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya:
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus
lemon encer atau cuka encer
2) Bila korosi luas atau berat, 11iagno, dan lafase dihindari karena
bahaya perforasi.

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian

Stres adalah suatu respon non spesifik tubuh terhadap setiap


kebutuhan dan stimuli konsep yang lebih bernuansa biologis karena
perubahan temperatur mekanik (Sinaga, 2013).

Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh


yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami
oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu
seperti dampak: fisiksosial, intelektual, psikologis dan spiritual
(Pathmanathan dan Husada, 2013).

Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres


kadang dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk
bertingkah laku positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut
dengan eustress dan stres yang berdampak negatif biasa disebut dengan
distress. Stres bukan hanya sebagai stimulus atau respon, karena setiap

6
individu dapat memberikan respon yang berbeda pada stimulus yang
sama. Adanya perbedaan karakteristik individu menyebabkan adanya
perbedaan respon yang diberikan kepada stimulus yang datang
(Gunawati, dkk, 2006).

2.2.2 Jenis-jenis stres

Quick dan Quick dalam Almasitoh (2011) mengkategorikan jenis


stres menjadi dua, yaitu:

(1) eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang
berupa timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima
sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu, meningkatnya
motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas
tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan,
serta meningkatnya kreativitas dalam situasi kompetitif.

(2) distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya
perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur,
mudah marah, sering melakukan kesalahan, timbul sikap keragu-
raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta
timbulnya sikap apatis.

2.2.3 Sumber stressor

Sumber stres dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan


manusia tetapi kondisi stres juga dapat terjadi di setiap saat sepanjang
kehidupan. Stresor merupakan semua faktor yang mempengaruhi
timbulnya stres yang mengganggu keseimbangan dalam tubuh. Menurut
Smet dalam Indriana, dkk (2010) sumber-sumber stres antara lain
adalah :

7
1. Dari dalam diri: stres juga akan muncul dalam seseorang melalui
penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan bila seseorang
mengalami konflik. Konflik merupakan sumber utama stres.
2. Di dalam keluarga: stres dapat bersumber dari interaksi di antara
para anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah
keuangan, kehadiran anggota keluarga baru. Ada beberapa stresor
dalam keluarga, yaitu perselisihan dalam masalah keuangan,
perasaan saling acuh tak acuh, perbedaan yang tajam dalam
menentukan tujuan, kebisingan karena suara radio, televisi atau
tape yang dinyalakan dengan suara keras sekali, keluarga yang
tinggal di lingkungan yang terlalu sesak, dan kehadiran adik baru.
Stresor lain dalam keluarga adalah kehilangan anak yang
disayangi akibat bencana alam, kesakitan atau kecelakaan,
kematian suami atau istri.

2.2.4. Gejala stres

Indriana, dkk (2010) menyatakan bahwa beberapa gejala stres antara


lain adalah sebagai berikut :

1. Gejala fisiologik, meliputi: denyut jantung bertambah cepat, banyak


berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot
terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan
lambung dan seterusnya,
2. Gejala psikologik, meliputi : resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan
kewalahan (exhausted) dan sebagainya.
3. Tingkah laku, meliputi : berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, berubah nafsu makan
(bertambah atau berkurang) dan seterusnya.

8
2.2.5 Hubungan Stres dengan Gastritis

Untuk memahami hubungan stres dengan produksi asam lambung


dapat ditinjau dari percobaab yang telah dilakukan pada sekitar abad ke-
19 oleh Ivan Pavlov, seorang fisiologi Rusia. Dalam penelitian tersebut
Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Pada
anjing tersebut dibuat lubang pada kerongkongan dan lambungnya,
sehingga getah lambung yang diproduksi dapat dikumpulkan. Dengan
adanya lubang kerongkongan, maka secara otomatis tidak ada
sedikitpun makanan yang dapat mencapai lambung. Dari hasil
percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa pengeluaran tetap dapat
terjadi dalam jumlah yang cukup banyak walaupun tidak ada makanan
yabg masuk ke lambung. Akhirnya Pavlov dapat membuktikan bahwa
dengan adanya rasangan melihat makanan dan mencium bau makanan
sudah cukup untuk membuat getah lambung diproduksi.
Kesimpulannya adalah pengeluaran getah lambung bermula dari adanya
serangkaian refluks saraf (nervous vagus).

Menurut para ahli kedokteran yang menyatakan bahwa kenaikan


asam HCL yang berlebihan pada lambung terutama disebabkan oleh
ketegangan atau stres mental / kejiwaan. Dan sesuai pula dengan
pendapat Laylawati (2001) dalam Maulidiyah (2006) bahwa apabila
stres dan emosi dibiarkan maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri
dan bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian
dapat menyebabkan terjadiya perubahan-perubahan patologis dalam
jaringan atau organ tubuh manusia melalui saraf otonom. Sebagai
akibatnya, akan timbul penyakit adaptasi yang berupa tukak lambung
atau gastritis dan lain sebagainya.

Oleh karena itu penderita gastritis haru hidup lebih rileks dan
mengindari stres karena stres dapat merangsang produksi asam
lambung sehingga menyebabkan terjadinya radang.

9
2.3 Pola Makan Penderita Gastritis

2.3.1 Pola Makan

Pola makan dapat diartikan sebagai cara kerja atau usaha untuk
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mengkonsumsi makanan,
dengan demikian pola makan sehat dapat diartikan sebagai suatu cara
atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Kebiasaan
makan dapat dilihat dari makan yang baik dan makan yang buruk.
Kebiasaan makan yang baik adalah kebiasaan makan yang dapat
menunjang kebutuhan cukupan gizi sedangkan kebiasaan makan yang
buruk adalah kebiasaan yang dapat menghambat terpenuhinya
kecukupan gizi seperti adanya pantangan yang berlawanan dengan
konsep gizi. Pola makan sangat berkaitan dengan produksi asam
lambung. Asam lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang
masuk kedalam lambung. Produksi asam lambung tetap berlangsung
walaupun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat
mempengaruhi sekresi asam lambung karena kondisi tersebut
memudahkan lambung untuk mengenali waktu makan sehingga
produksi asam lambung bisa terkontrol. Kebiasaan makan tidak teratur
akan mempengaruhi lambung sulit beradaptasi. Apabila hal tersebut
berlangsung lama maka produksi asam lambung akan menjadi
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung
dan timbul sebagai gastritis. Hal ini dapat menyebabkan rasa perih dan
mual bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa terbakar.
(Kusumadewi, 2012).

2.3.2 Frekuansi Makan dan Minum


Frekuensi makanan dan minuman adalah jumlah makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi sehari-hari baik kualitatif maupun
kuantitatif. Secara fisiologis makanan diolah didalam tubuh melalui
saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama

10
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Pada umumnya lambung kosong antara 3 sampai 4 jam,
maka seharusnya jadwal makan menyesuaikan dengan kosongnya
lambung. Sesorang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur
mudah terserang gastritis dikarenakan saat perut harus diisi namun
dibiarkan tetap kosong atau ditunda pengisiannya, maka yang akan
terjadi adalah asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung.
(Kusumadewi, 2012).

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung


dalam jumlah yang kecil setelah 4 sampai 6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar maka pada saat itu jumlah asam
lambung akan terstimulasi dan produksinya akan semakin banyak dan
berlebihan. Asam lambung yang berlebihan ini dapat mengiritasi
mukosa lambung dan dapat menimbulkan rasa nyeri pada daerah
epigastrium. (Kusumadewi, 2012).

2.3.3 Keteraturan Makan


Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap hari.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus Jika rata-rata lambung
kosong antara 3-4 jam, maka jadwal makan ini pun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung. Makan tidak teratur memicu timbulnya
berbagai penyakit karena terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh.
Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu makan. Biasanya,
ia berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu
kenyang. Sehingga, kondisi lambung dan pencernaannya menjadi
terganggu (Hidayah, 2012).

11
2.3.4 Jenis Makanan
Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen
makanan, jenis makanan yang dimaksudkan adalah jenis makanan yang
berisiko untuk penderita gastritis yang dikonsumsi selama ini. Beberapa
jenis makanan tersebut berupa makanan yang mengandung gas (sawi,
kol, kedondong), makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam,
dan lain-lain. Mengonsumsi makanan berisiko, salah satunya makanan
yang pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,
terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Bila kebiasaan
mengonsumsi makanan tersebut lebih dari satu kali dalam seminggu
dan dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan iritasi pada lambung
yang disebut dengan gastritis. Jenis makanan merupakan faktor risiko
terjadinya grastitis (Rahma, dkk, 2013).

2.3.5 Hubungan Pola Makan dengan Gastritis


Penyimpangan kebiasaan makan, pola makan serta konsumsi jenis
makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis, faktor
penyimpangan makanan merupakan titik awal yang mempengaruhi
terjadinya perubahan dinding lambung.
Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh
konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol, serta
makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat mendorong
timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung
menjadi semakin parah sehingga akan menimbulkan luka pada dinding
lambung. Jika tidak lekas ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi
gastritis kronis (Vera Uripi, 2001: 19). Namun, gastritis juga dapat
timbul setelah makan makanan pedas, asam, minum kopi atau alkohol
(Endang Lanywati, 2001:19).
Diet penderita gastritis adalah untuk memberikan makanan dan
cairan secukupnya dan tidak memberikan lambung serta mencegah dan

12
menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan. Berikut adalah
syarat diet pada penderita gastritis:
1) Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

2) Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk


menerimanya.
3) Makanan rendah lemak 10-15% dai kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai kebutuhan.

4) Makanan rendah serat, serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.

5) Cairan yang cukup, terutama bila ada muntah.

6) Tidak mengandung bahan makanan dan bumbu yang tajam baik


secara termis, mekanis, maupun secara kimia (disesuakan daya
tahan terima perorangan).

7) Rendah laktosa, bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak


dianjurkan minum susu terlalu banyak.

8) Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

9) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-
48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.

Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu


dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering
pada pasien tertetu dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara
berlebihan. Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan gastritis
misalnya porsi makan terlalu besar, makan terlalu cepat, berbaring/tidur
segera setelah makan. (Almatzier, 2010).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung


yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Menurut (Gomez 2012)
penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun

Menurut para ahli kedokteran yang menyatakan bahwa kenaikan


asam HCL yang berlebihan pada lambung terutama disebabkan oleh
ketegangan atau stres mental / kejiwaan. Stres adalah suatu respon non
spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan dan stimuli konsep yang lebih
bernuansa biologis karena perubahan temperatur mekanik (Sinaga,
2013).

Dan sesuai pula dengan pendapat Laylawati (2001) bahwa apabila


stres dan emosi dibiarkan maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri
dan bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian
dapat menyebabkan terjadiya perubahan-perubahan patologis dalam
jaringan atau organ tubuh manusia melalui saraf otonom. Sebagai
akibatnya, akan timbul penyakit adaptasi yang berupa tukak lambung
atau gastritis dan lain sebagainya.

Oleh karena itu penderita gastritis haru hidup lebih rileks dan
mengindari stres karena stres dapat merangsang produksi asam
lambung sehingga menyebabkan terjadinya radang.

14
Penyimpangan kebiasaan makan, pola makan serta konsumsi jenis
makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis, faktor
penyimpangan makanan merupakan titik awal yang mempengaruhi
terjadinya perubahan dinding lambung.

Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh


konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol, serta
makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat mendorong
timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung
menjadi semakin parah sehingga akan menimbulkan luka pada dinding
lambung. Jika tidak lekas ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi
gastritis kronis (Vera Uripi, 2001: 19). Namun, gastritis juga dapat
timbul setelah makan makanan pedas, asam, minum kopi atau alkohol
(Endang Lanywati, 2001:19).

Diet penderita gastritis adalah untuk memberikan makanan dan


cairan secukupnya dan tidak memberikan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan dan tidak
mengandung bahan makanan dan bumbu yang tajam baik secara
termis, mekanis, maupun secara kimia Pada fase akut dapat diberikan
makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat
pada lambung. Toleransi pasien terhadap makanan sangat
individual, sehingga perlu dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan
minum susu yang sering pada pasien tertetu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan.

Pencegahan gastritis yang dapat dilakukan yaitu Hindari minuman


beralkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi inflamasi.
Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks aliran balik
asam lambung. Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-

15
gejala mereda, gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan
istirahat. Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung. Makanan yang
secara langsung merusak dinding lambung yaitu makanan yang
mengandung cuka dan pedas, merica. Makanan yang sulit dicerna yang
dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat
menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat
meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue
tart, coklat dan keju.

16
Lampiran.

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Promosi Kesehatan

“Makananku, Pikiranku dan Lambungku!” (GERD)

Topik : Gangguan Pencernaan


Sub Pokok Bahasan : GERD (gastritis)
Sasaran : Mahasiswa
Waktu : 20 menit
Hari,Tanggal : Maret 2021
Tempat : Ruang Kelas Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
Nama Penyuluh          : Cempaka Inggrid

A.      Tujuan Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Mahasiswa dapat memahami
dan mengerti tentang penyakit GERD.

B.       Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang gastritis, Mahasiswa diharapkan
dapat:

1. Menjelaskan pengertian gastritis


2. Menjelaskan penyebab gastritis
3. Menjelaskan tanda dan gejala gastritis
4. Menjelaskan cara pencegahan gastritis
5. Menjelaskan penatalaksanaan gastritis
6. Menjelaskan pengertian stres
7. Menjelaskan jenis-jenis stres
8. Menjelaskan sumber stressor
9. Menjelaskan gejala stres
10. Menjelaskan hubungan stres dengan gastritis

17
11. Menjelaskan pengertian pola makan pada penderita gastritis
12. Menjelaskan frekuensi makanan dan minuman
13. Menjelaskan keteraturan makan pada pederita gastritis
14. Menjelaskan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
15. Menjelaskan hubungan pola makan dengan gastritis

C.      Materi Penyuluhan

1. Pengertian Gastritis
2. Penyebab Gastritis
3. Tanda Dan Gejala Gastritis
4. Cara Pencegahan Gastritis
5. Penatalaksanaan Gastritis
6. Pengertian Stres
7. Jenis-Jenis Stres
8. Sumber Stressor
9. Gejala Stres
10. Hubungan Stres Dengan Gastritis
11. Pengertian Pola Makan Pada Penderita Gastritis
12. Frekuensi Makanan Dan Minuman
13. Keteraturan Makan Pada Pederita Gastritis
14. Jenis Makanan Yang Dapat Dikonsumsi
15. Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis

D.      Metode Penyuluhan


1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E.       Media Penyuluhan


Poster

18
F.. Kegiatan Penyuluhan  

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1 Pembukaan 2 Menit  Membuka acara dengan Menjawab salam
mengucapkan salam dan dan
perkenalan mendengarkan
perkenalan.
 Menyampaikan topik dan Mendengarkan
tujuan Penyuluhan kepada penyampaian
sasaran topik dan
tujuan
 Kontrak waktu untuk Menyetujui
kesepakatan penyuluhan kesepakatan
dengan sasaran pelaksanaan
Penkes

2 Kegiatan Inti 15  Mengkaji ulang tingkat  Menjawab


Menit pengetahuan sasaran pertanyaan
 Memberikan reinforcement dari penyuluh
positif  Mendengarkan
 Menjelaskan pengertian materi yang
Gastritis disampaikan
 Menanyakan sasaran apakah  Menanyakan
mengerti atau tidak hal – hal yang
 Memberikan kesempatan belum
kepada sasaran untuk dipahami.
bertanya
 Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran
 Menjelaskan penyebab
Gastritis
 Menjelaskan tanda dan gejala
Gastritis
 Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
 Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
bertanya
 Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami sasaran
 Menjelaskan cara
pencegahan Gastritis
 Menjelaskan cara
penatalaksanaan Gastritis
 Menjelaskan makanan yang

19
dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien
dengan penyakit Gastritis
 Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
 Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
menanyakan hal – hal yang
belum dipahami
 Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum dipahami.

3 Evaluasi / 3 Menit  Memberikan reinforcement  Mendengarkan


Penutup positif kesimpulan
 Menyimpulkan materi  Menjawab
 Menutup acara dengan salam
mengucapkan salam

H.      Evaluasi
Diharapkan :
1. Mahasiswa memperhatikan dan mendengarkan materi dengan baik
2. Mahasiswa memahami dan mengerti tentang penyakit gastritis yang terhubung
dengan stres dan pola makan.
3. Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar

20
Lampiran

“Makananku, Pikiranku dan Lambungku!”


(GERD)
A.    Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang
sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis
(Hardi & Huda Amin, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang
timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
B.     Penyebab Gastritis
Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun
C.    Tanda dan Gejala
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut
penuh. Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi dan dapat menimbulkan hemoragik.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan.
b. Gastritis kronis

21
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati
setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.
(Dirksen, Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011).

D.    Cara Pencegahan


1.      Jaga pola makan secara baik dan teratur. Hindari menunda waktu makan
karena akan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat
2.      Makan makanan yang bersih, sehat dan bergizi. Hindari makanan yang
merangsang kerja lambung. Contohnya makanan pedas, asam, dan kopi
3.      Hindari stress yang berlebihan. Anda dapat mengalihkan rasa stress
dengan berolahraga yang baik bagi tubuh
4.      Tidak merokok
5.      Tidak mengkonsumsi alcohol
6.      Hindari penggunaan obat-obatan terutama yang mengiritasi lambung
misalnya aspirin

E.     Penatalaksanaan
Jika anda mengalami atau mempunyai riwayat gastritis, hal-hal yang dapat
anda lakukan antara lain adalah:
1.      Makan dengan porsi kecil tapi sering. Contoh makanan adalah snack atau
makanan ringan.
2.      Makan teratur dan tepat waktu
3.      Dianjurkan minum air hangat jika terjadi mual dan muntah
4.      Minumlah obat antasida (obat maag) jika gastritis kambuh
5.      Istirahat yang cukup
6.      Kalau merokok, hentikan merokok
7.      Segera periksakan ke dokter jika nyeri tidak kunjung hilang

22
F. Pengertian stres
Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang
terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap
orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti dampak:
fisiksosial, intelektual, psikologis dan spiritual (Pathmanathan dan Husada,
2013).

G. Jenis Stres
Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres kadang
dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk bertingkah laku
positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut dengan eustress dan stres
yang berdampak negatif biasa disebut dengan distress. Stres bukan hanya
sebagai stimulus atau respon, karena setiap individu dapat memberikan respon
yang berbeda pada stimulus yang sama. Adanya perbedaan karakteristik
individu menyebabkan adanya perbedaan respon yang diberikan kepada
stimulus yang datang (Gunawati, dkk, 2006).

H. Sumber Stressor
Menurut Smet dalam Indriana, dkk (2010) sumber-sumber stres antara lain
adalah :
1. Dari dalam diri: stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian
dari kekuatan motivasional yang melawan bila seseorang mengalami
konflik. Konflik merupakan sumber utama stres.
2. Di dalam keluarga: stres dapat bersumber dari interaksi di antara para
anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah keuangan, kehadiran
anggota keluarga baru.
I. Gejala Stres
Indriana, dkk (2010) menyatakan bahwa beberapa gejala stres antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Gejala fisiologik, meliputi: denyut jantung bertambah cepat, banyak
berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa

23
tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung dan
seterusnya,
2. Gejala psikologik, meliputi : resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan kewalahan
(exhausted) dan sebagainya.
3. Tingkah laku, meliputi : berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, berubah nafsu makan
(bertambah atau berkurang) dan seterusnya.
J. Hubungan Stres dengan Gastritis
Menurut para ahli kedokteran yang menyatakan bahwa kenaikan asam HCL
yang berlebihan pada lambung terutama disebabkan oleh ketegangan atau stres
mental / kejiwaan. Dan sesuai pula dengan pendapat Laylawati (2001) bahwa
apabila stres dan emosi dibiarkan maka tubuh akan berusaha menyesuaikan diri
dan bertahan hidup dengan tekanan tersebut. Kondisi yang demikian dapat
menyebabkan terjadiya perubahan-perubahan patologis dalam jaringan atau
organ tubuh manusia melalui saraf otonom. Sebagai akibatnya, akan timbul
penyakit adaptasi yang berupa tukak lambung atau gastritis dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu penderita gastritis haru hidup lebih rileks dan mengindari
stres karena stres dapat merangsang produksi asam lambung sehingga
menyebabkan terjadinya radang.

K. Pengertian Pola Makan


Pola makan dapat diartikan sebagai cara kerja atau usaha untuk melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan mengkonsumsi makanan, dengan demikian
pola makan sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk
melakukan kegiatan makan secara sehat.

L. Frekuansi Makan dan Minum


Frekuensi makanan dan minuman adalah jumlah makanan dan minuman
yang akan dikonsumsi sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Secara
fisiologis makanan diolah didalam tubuh melalui saluran pencernaan mulai dari

24
mulut sampai ke usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat
dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pada umumnya lambung kosong antara 3
sampai 4 jam, maka seharusnya jadwal makan menyesuaikan dengan
kosongnya lambung. Sesorang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur
mudah terserang gastritis dikarenakan saat perut harus diisi namun dibiarkan
tetap kosong atau ditunda pengisiannya, maka yang akan terjadi adalah asam
lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung. (Kusumadewi, 2012).

M. Keteraturan Makan
Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap hari.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus Jika rata-rata lambung kosong antara 3-4
jam, maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Makan tidak teratur memicu timbulnya berbagai penyakit karena terjadi
ketidakseimbangan dalam tubuh.
Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu makan. Biasanya, ia
berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu kenyang.
Sehingga, kondisi lambung dan pencernaannya menjadi terganggu (Hidayah,
2012).

N. Jenis Makanan
Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen makanan, jenis
makanan yang dimaksudkan adalah jenis makanan yang berisiko untuk
penderita gastritis yang dikonsumsi selama ini. Beberapa jenis makanan
tersebut berupa makanan yang mengandung gas (sawi, kol, kedondong),
makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam, dan lain-lain.
Mengonsumsi makanan berisiko, salah satunya makanan yang pedas secara
berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Bila kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut lebih dari
satu kali dalam seminggu dan dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Jenis makanan merupakan
faktor risiko terjadinya grastitis (Rahma, dkk, 2013).

25
O. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis
Penyimpangan kebiasaan makan, pola makan serta konsumsi jenis
makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis, faktor penyimpangan
makanan merupakan titik awal yang mempengaruhi terjadinya perubahan
dinding lambung. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi semakin
parah sehingga akan menimbulkan luka pada dinding lambung. Jika tidak lekas
ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi gastritis kronis . Toleransi pasien
terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien tertetu
dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara berlebihan. Berikut syarat
diet pada penderita gastritis:
1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

2. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk


menerimanya.
3. Makanan rendah lemak 10-15% dai kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai kebutuhan.

4. Makanan rendah serat, serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.

5. Cairan yang cukup, terutama bila ada muntah.

6. Tidak mengandung bahan makanan dan bumbu yang tajam baik secara
termis, mekanis, maupun secara kimia (disesuakan daya tahan terima
perorangan).

7. Rendah laktosa, bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak


dianjurkan minum susu terlalu banyak.

8. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk memberi istirahat pada lambung.

26
Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu
dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering
pada pasien tertetu dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara
berlebihan. Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan gastritis
misalnya porsi makan terlalu besar, makan terlalu cepat, berbaring/tidur
segera setelah makan. (Almatzier, 2010).

27
Lampiran

Poster

(depan)

28
(belakang)

29
DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, UH. (2011). Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat. Psikoislamika : Jurnal Psikologi Islam. Volume 8
No.1.

Almatzier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama

Aminudin. 2013. Mengenal dan Menanggulangi Penyakit Perut. Bandung: CV


Putra Setia

Ansari M, Omrani M, Sayyah B, Ansari S. Effect of Helicobacter Pylori Infection


on the Lipid, Lipoproteins, Apolipoprotein-A1, Lipoprotein A and
Apolipoprotein-B in Patient with Gastritis. African Journal of Microbiologi
Research. 2009; 4(1):84-87

Dewit, S. C., Stromberg, H., & Dallred, C. (2016). Medical Surgical Nursing:
Concept and Practice. Philadelphia: Elsevier. Philadelphia: Elsevier.

Gunawati, dkk. (2006). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa


Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi Pada
Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember ;
93 - 115

Hardi, K., & Huda, A. N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.

Hidayah. (2012). Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit


Mematikan. Jogjakarta : Buku Biru.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2010). Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia.


Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.

30
Indriana, Y, dkk (2010). Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha “Pucang Gading”
Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2.

Kusumadewi, Milla. (2012). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan


Kekambuhan Gastritis. Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu
Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan, Semarang, (Skripsi)

Lewis, S., Dirksen, S., Heitkemper, M., Bucher, I., & Camera, I. (2011).
MedicalSurgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (8th
ed.). St. Louis: Mosby.

Maulidiyah,Unun.(2006). Hubungan Antara Stress dan Kebiasaan Makan


Dengan Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Universitas Airlangga,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Semanrang, (Skripsi)
http://repository.unair.ac.id/23458/2/gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah-1422-
fkm.11_06.pdf Diakses pada tanggal 5 Maret 2021

Pathmanathan, VV dan Husada, MS. (2013). Gambaran Tingkat Stres Pada


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil
Tahun Akedemik 2012/2013. e-journal FK USU Vol. 1 No.1, 2013.

Rahma, N., dkk (2013). Hubungan Antara Pola Makan Dan Stres Dengan
Kejadian Penyakit Gastritis Di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang.
Jurnal STIKES Nani Hasanudin. Vol 1 No. 6

Sinaga, D. (2013). Pengaruh Stress Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis. Jurnal


Ilmiah Widya. Volume 1 Nomor 2

Sukarmin. (2011). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

31

Anda mungkin juga menyukai