ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS PADA ANAK
Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak II :
Oleh :
KELOMPOK 5 (3A)
1. Alvin Oktaviana (201601005)
2. Adelia Intan Permatasari (201601012)
3. Silviana Mangga (201601017)
4. Thad Qiratul (201601020)
5. Mariatul Kiptiyah (201601022)
6. Novia Eka Putri (201601031)
Puji Syukur terlimpahkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalahAsuhan Keperawatan Gastroenteritis Pada Anak.
Mojokerto,September2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
1.5 Etiologi............................................................................................................. 6
1.12 Kesimpulan................................................................................................ 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar
masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang
terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare
atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare
banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi,
faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus
diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan
tindakan-tindakan yang tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu
hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya
banyak penderita diare yang mengalami kematian. Penyakit gastrointeritis
merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi
berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas
dan dari latar belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai
penyusunan makalah keperawatan medikal bedah dengan judul gastroenteritis.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang diamaksud dengan gastroenteritis ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Khusus
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.4 Definisi
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer,
1996). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang
mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa
terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 :
501). Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari.Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang
tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
1.5 Etiologi
Faktor infeksi
1. Infeksi internal
Saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada sat ini telah
dapatdiidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare
pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah
rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus,
coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium
defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp,
staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica.
2. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli,
capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora
billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris
trichuria.
6
3. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non
invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan
bakteri invasiv adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli
hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non invasive
terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di
dalam sel-sel usus berikut ini : CAMP (cyclic adenosine monophospate), CGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
4. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti :
otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
7
2. Nyeri perut (abdominal discomfort)
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
1.8 Patofisiologis
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal
inidisebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak
penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Kuman tersebut
membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi
bakteri terbagi dua yaitu :
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.
Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang
lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak
sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan
memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi
permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel
epitel).
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit
B.sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan
membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat
merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya
rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam
lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus
8
menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi
sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau
ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah
tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare
Bakteri Enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif.Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
9
PATWAY
Diare
10
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Bahan Pemeriksaan:
a. Tinja Darah
b. Cairan duadenum
c. Biakan : Siggela, salmonella, E. coli, V. Cholarae
d. Virus : Mikroskop elektron, elisa
e. Parasit : Pemeriksaan mikroskopika
f. PH dan uji reduksi
g. Lemak (pewarna sudam III)
h. Elektrolit dan osmolalitas
i. Darah tepi lengkap
j. Asam folat serum dan eritrosit
k. Mikroskopik : glordia dorstring dan loides.
l. Biakan : kuman aerob dan anaerob.
1.10 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2. Dietetik.
3. Obat-obatan.
4. Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan bahwa pemberian cairan pada pasien
diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
Jenis cairan
a. Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak
mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana
yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl
dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara.
b. Cairan parenteral :
1. Belum ada dehidrasi : Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap
defekasi.
11
2. Dehidrasi ringan : 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).
Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
4. Dehidrasi berat :
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40
ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes
/ kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes /
kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau
intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit
atau 3 tetes/kgBB/menit.
c) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg. Kebutuhan cairan : 125 ml +
100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian
NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ m
1.11 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2. Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus, mual,
muntah.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen, hiperperistaltik
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan
13
C. INTERVENSI, RASIONAL
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare
Intervensi Rasional
jumlah feses.
14
Antipiretik Menstabilisasi koagulasi dan
Vitamin K menurunkan resiko perdarahan
2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi, usus,
mual, muntah
Intervensi Rasional
15
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit kembali normal
b. Iritasi tidak ada
c. Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
a. Ganti popok anak jika basah.
b. Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Nyeri dapat berkurang / hilang.
b. Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Kaji tingkat rasa nyeri.
c. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
d. Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.
16
D. IMPLEMENTASI
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc cairan )
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
17
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
E. EVALUASI
- Skala nyeri 3
18
P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan
19
BAB IV
PENUTUP
1.12 Kesimpulan
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam penyakit. Penyebab pasti dari diare ini
tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan melakukan berbagai macam pemeriksaan
dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali.
Barulah diketahui klien itu menderita penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak dapat dianggap remeh
walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan).Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri
dari air.Yang bila terjadi diare berarti cairan dan elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi
rentan untuk kekurangan cairan dan elektrolit.Apalagi bila diare berat maka dehidrasi tidak dapat
dihindari lagi dan dapat terjadi hipovolemik shock.
1.13 Saran
Sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat
terutama kepada orang tua yang mempunyai anak dan bayi.Agar selalu memelihara kesehatan dan
mencegah timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila
bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat penting.Bila terjadi
diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan oralit (larutan gula garam)
untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.
20
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, &. W. (1990). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3. jakarta: FKUI.
21