Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PADA TN.S DENGAN GASTRITIS
DI RSUD KEPAHIANG

NAMA KELOMPOK :

1. SETPA JUNIAR P05120218040


2. SINTA FITRI YANTI P05120218041
3. SOFI GUSTIAN P05120218042
4. VERONIKA SIMBOLON P05120218043
5. YOLANDA AULIA K P05120218044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021

1
2
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT,


karena atas rahmat dan karunianya penulis telah diberikan kekuatan dan
kemampuan untuk menylesaikan laporan makalah laporan kasus ini sesuai
waktu yang telah di tentukan . laporan studi kasus ini berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GASTRITIS”
Penulisan Laporan studi kasus ini di anjurkan sebagai salah satu
tugas PKK KMB I. Selama penulisan dan penyusunan makalah laporan
kasus ini penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : Ns. Hendri Heriyanto, S.
Kep, M. Kep selaku pembimbing akademik, Ns. Henni yulianti S.kep selaku
pembimbing lahan, Ria Ariyani, SST selaku Kabid Keperawatan RSUD
Kepahiyang, Ibu Ns. Vera Masari, S.Kep selaku Kasie Keperawatan RSUD
Kepahiang, Ibu Ns. Essy Hirusima, S.Kep selaku Kasie Diklat Keperawatan
RSUD Kepahiyang
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan makalah
laporan kasus ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
bahasa. Semoga makalah laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya serta profesi keperawatan khususnya

Kepahiyang 22 Februari 2020

Penulis

i
Daftar isi

KATA PENGATAR............................................................................................i

BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................2
Tujuan Penulisan.................................................................................................2
Manfaat Penulisan...............................................................................................2

BAB II.................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4

BAB III..............................................................................................................23
KASUS..............................................................................................................23
BAB IV PENUTUP...........................................................................................41
Kesimpulan........................................................................................................41

1. Pengkajian....................................................................................................41

2. Diagnose keperawatan..................................................................................41

3. Intervensi......................................................................................................41

4. Implementasi................................................................................................41

5. Evaluasi........................................................................................................41
6. Saran..............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang
umumnya diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat
pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak
teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas
(tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur
pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan (2001), yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan
(18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun
2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit
autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri
Helicobacter pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang
hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak
dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari
50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan
menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi
Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan
20% dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi ole H.Pylori
(Daldiyono, 2004). Penemuan infeksi Helicobacter pylori ini mungkin
berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di
Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat
menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea,
muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,

1
bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil
(kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin
parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bias juga disertai muntah darah
(Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007
hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker
lambung dan peptic ulcer.

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?
4. Bagaimana patofisiologis gastritis ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis ?

c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gastritis.
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.

d. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Masyarakat
Mengenali masalah atau penyakit gastritis yang berada dilingkungan.
b. Pengembang Ilmu Kperawatan
Menambah keluasan ilmu terapan bidang keperawatan dalam memberi dan
menjelaskan penyakit gastritis.
c. Penulis

2
Memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien gastritis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi mukosa lambung, berdasarkan


pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregularitas mukosa (Mansjoer, Arif, dkk 2000). Gastritis
(inflamasi mukosa lambung) seringkali karena diet yang tidak teratur,
individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan terlalu
berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab
lain dari gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu, atau terapi
radiasi. Gastritis dapat menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk
gastritis akut yang lebih parah di sebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
dapat menyebabkan mukosa menjadi gangreng atau perforasi (Brunner &
Suddart, 2001).

Pada gastritis mukosa memerah, edamatosa dan di tutupi oleh mucus


yang melekat, erosi kecil dan perdarahan sering timbul. Derajat peradangan
sangat bervariasi. Gastritis biasanya menghilang bila agen penyebabnya di
buang. Makanan dan cairan sebaiknya tidak di berikan sampai peradangan
dan muntah- muntah meredah. Bila muntah terus menetap, mungkin perlu
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit dengan infus intravena.
Obat-obatan antiemetik dapat di berikan untuk memperbaiki spasme otot
polos (Sylvia, 2005).

B. Anatomi Fisiologi Lambung


a. Anatomi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung
menyerupai tabung - J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomi
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau pylorus

4
(Wilson, 2002).

Gambar 2.1 Lambung

Sebelah kanan atas lambung cekungan kurvatura minor dan bagian


kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua
ujunlambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Sfingter
kardia, atau sfingter esophagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke
dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus
kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal
dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum terminal
berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinga aliran balik isi usus ke
dalam lambung. (Wilson, 2002).
b. Lambung terdiri dari 4 (empat) lapisan yaitu :
1) Tunika serosa/lapisan luar
Merupakan bagian dari peritoneum viseralis, dua lapisan
peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum dan terns memanjang ke arah hate membentuk omentum
minus. Omentum minor menunjang lambung sepanjang kurvatura
minor sampai ke hati, pada kurvatura mayor peritoneum terun kebawah
membentuk omentum mayus yang menutupi usus depan seperti apron

5
besar.
2) Muskularis
Tersusun dari tiga lapis, lapisan longitudinal bagian luar,
lapisan sirkular ditengah dan lapisan oblik bagian dalam. Susunan serat-
serat otot yang unik memungkinkan herbage macam kontraksi yang
diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel – partikel
yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan
lambung dan mendorong kearah duodenum.
3) Submukosa
Terdiri dari jaringan areoral yang menghubungkan lapisan
mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa
bergerak bersama gerakan peristaltic. Lapisan ini juga mengandung
pleksus saraf, pembuluh darah dan saluran limfe.
4) Mukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan longitudinal yang
disebut rugae. Dengan adanya lipatan – lipatan ini lambung dapat
berdistensi sewaktu diisi makanan, pada mukosa ini terjadi kelenjar
yaitu :
a) Kelenjar kardia terletak dekat lubang kardia yang mengekresi mucus.
b) Kelenjar fundus atau gastric terletak pada fundus dan hamper seluruh
korpus lambung. Pada kelenjar fundus ini terdapat tiga jenis sel
utama yaitu sel – sel zimogenik atau chiefcells mensekresikan
pepsinogen, sel parietal, mensekresikan asm hidroklorida dan factor
intrinsic, sel mucus mensekresikan mucus.
c) Kelenjar pylorus terletak pada daerah pylorus lambung yang
menghasilkan gastrin. (Wilson, 2002).

c. Fungsi lambung yaitu :


Menurut Sylvia (2005), fungsi lambung adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Motorik
Fungsi reservoir yaitu menyimpan makanan sampai makanan
tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran

6
cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan
dengan relaksasi resektif otot polos diperantai saraf vagus dan
dirangsang oleh gastarin.
2) Fungsi Mencapu
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung.
3) Fungsi pengosongan lambung diatur oleh pembukaan spingter
pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotic, keadaan fisik serta oleh emosi, obat – obatan dan
kerja.
4) Fungsi pencernaan dan sekresi
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai lambung,
pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amylase dan lipase dalam
lambung kecil peranannya.
b) Sintensis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan
vagus.

c) Sekresi faktor instrinsik memungkinkan absorbs vitamin B.12.


d) Sekresi mucus membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumus sehingga makanan lebih muda
diangkut.
d. Fisiologi Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting yaitu : Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan
oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung. Asam klorida (HCl) menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.

7
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. Prekursor
pepsin (enzim yang memecahkan protein) (Wilson, 2002).
Lambung menerima makanan dan esophagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara,
kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung.
Gelombang peristaltik di tinggi fundus berjalan berulang- ulang,
setiap menit tiga kali dan merayap perlahan-lahan pylorus. Makanan
masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Perjalanan makanan masuk ke lambung praktis beralan
lancar pada waktu orang sedang makan, tetapi perjalanan makanan
keluar lambung tidak dimulai segera mula-mula makanan harus
dibuat cair, kemudian jumlah kecil, kira-kira 70 cc, berjalan melalui
lubang pilorik masuk duodenum. isi lambung sangat asam, ketika
jumlah kecil itu masuk ke duodenum, .spinkter pilorik menutup
sampai isi asam itu sebagian telah dinetralkan oleh kerja getah
duodenum. pankreas dan empedu yang alkalis Bila otot spinkter
mengendor lagi maka duodenum menerima kiriman lain dan isi
lambung (Silvia, 2005).

C. Etiologi
Penyebab utama dari gastritis adalah karena makanan dan minuman
yang panas atau yang dapat merusak, pada mukosa lambung misalnya :
alkohol, salisilat, keracunan makanan yang mengandung toksin stafilokok,
dan lain - lain (Hadi S, 2005). Penyebab lain penyakit ini antara lain:
1. Obat obatan : Aspirin, obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS), bahan
kimia seperti Lisol, merokok, alkohol.
2. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung, luka bakar, trauma, sepsis,

8
refluks usus lambung, endotoksin.
Secara mikroskopi terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda
di temukan pada korpus dan fundus biasanya di sebabkan stress. Jika di
sebabkan karena obat-obatan AINS terutama di temukan di atrium, namun
dapat juga menyeluruh sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan
regenerasi epitel, dan di temukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal
(Mansjoer, Arif, dkk 2000).
Etiologi dan pathogenesis gastritis kronik pada umumnya belum di
ketahui, penyakit ini lebih sering terdapat pada orang tua. Namun alkohol
berlebihan, teh panas dan merokok merupakan predisposisi akan timbulnya
gastritis kronik (Sylvia, 2005).

D. Patofisiologi
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam
HCL) dan pepsi, erosi yang terkait berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
dan kerja asam- pepsin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal
dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk
bertindak sebagai barier terhadap HCL. Seseorang mungkin mengalami
gastritis karena 2 faktor yaitu hipersekresi asam pepsin dan kelemahan barrier
mukosa lambung (Sylvia, 2005).
Pada gastritis akut terdapat gangguan keseimbangan antara faktor
agresif dan faktor defensive yang berperan dalam menimbulkan lesi pada
mukosa lambung. Faktor agresif tersebut HCL, pepsin, asam empedu, infeksi,
virus, bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan faktor
defensive adalah mukosa lambung dan mikro sirkulasi (Sylvia, 2005).
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat- obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun
asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam

9
klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan selepitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna (Prabu, 2009).
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukosa
berfariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa
gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi
memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam
hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
prosesregenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif (Mansjoer, Arif,
dkk 2001). Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat
timbulnya desquamasi sel dan munculah respon radang kronis pada
gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah

10
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti
sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat.
Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang
(Mansjoer, Arif, dkk 2001).
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan pendarahan (Mansjoer, Arif, dkk
2001).

Pathway

11
E. Manifestasi Klinik
Gastritis dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas,
seperti mual sampai gejala yang paling berat seperti nyeri epigastrium,
muntah, perdarahan, dan hematemesis. Pada beberapa kasus bila gejala-gejala
menunjang dan resisten terhadap pengobatan mungkin di perlukan tindakan
diagnostik tambahan seperti endoskopi, biopsy mukosa, dan analisis cairan
lambung untuk memperjelas diagnosis (Sylvia, 2005).
Pada pemeriksaan fisik sering tidak di jumpai kelainan kadang-
kadang dapat di jumpai nyeri tekan epigastrium yang sedang saja.
Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang
dapat di jumpai anemia makrositik. Uji coba schilling tidak normal, analisis
cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria, kadar
gasmin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat.
Antibodi terhadap sel parietal dapat di jumpai pada sebagian penderita
gastritis kronik fundus (Mansjoer, Arif, dkk 2001).

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo (2006),
seperti di bawah ini :
1. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya
anemia akibat perdarahan.
2. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada
gastritis kronik yang berat.
3. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat
kelainan mukosa lambung.
4. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat
kelainan mukosa lambung.
5. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak
peningkatan asam lambung.

12
G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita gastritis antara lain :
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis,
kadang- kadang perdarahannya cukup banyak sehingga mengakibatkan
kematian. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat. Pada gastritis kronis, atrofi
lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama pada vitamin
B12 selanjutnya menyebabkan anemia yang secara klinis hampir sama
dengan anemia pernisiosa keduanya dapat di pisahkan dengan pemeriksaan
antibodi terhadap faktor intrinsik (Brunner & Suddart, 2001).
Penderita anemia pernisiosa biasanya mempunyai antibody
terhadap faktor intrinsik dalam serum dan cairan gasternya, selain vitamin
B12 penyerapan besi juga dapat terganggu. Gastritis kronik atrium pylorus
dapat menyebabkan penyempitan daerah atrium pylorus, gastritis kronik
sering di hubungkan dengan keganasan lambung terutama gastritis kronik
atrium pylorus (Brunner & Suddart, 2001).

H. Pencegahan
Mengatasi maag dengan mengetahui terlebih dahulu apa
penyebabnya. Salah satu penyebab dari penyakit maag adalah akibat makan
yang tidak teratur, dan juga serangan bakteri. Pylori yang merupakan bakteri
pencetus maag. Selain itu penyebab lainnya adalah karna mengkonsusmsi
obat-obatan yang bisa menyebabkan pemicu dari terjadinya penyakit maag.
Penyebabnya karena mengkonsumsi alkohol, pola tidur dan pola makan yang
tidak teratur, akibat stres. Biasanya pada penderita maag, penderita telat
makan, dan juga porsi makan penderita biasanya lebih banyak. Berikut
beberapa cara mengatasi gastritis menurut (Wilson, 2002) :
1. Menghindari keadaan perut kosong, karena jika perut kosong maka akan
menyebabkan asam lambung naik.
2. Mengatur jadwal makan dengan porsi makan yang kecil dan juga ringan
dan jangan makan dengan porsi yang lebih sering.
3. Makanlah makanan yang teksturnya lunak dan bisa dengan mudah dicerna

13
oleh tubuh.
4. Menghindari stres.
5. Hindarilah jenis makanan atau minuman yang mengandung alkohol, gas,
dan juga kafein.

I. Penatalaksanaan
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang
harus di perhatikan adalah penyakit lain yang keluhannya dapat di hubungkan
dengan gastritis kronik, kemungkinan itu seharusnya di cari lebih dahulu.
Anemia yang di sebabkan gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap
pemberian vitamin B12 atau preparat besi, tergantung definisinya (Prabu,
2009).
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu di anjurkan untuk makan makanan yang bergizi. Bila gejala menetap
maka cairan di berikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi maka
penatalaksanaannya adalah serupa dengan prosedur yang di anjurkan (Prabu,
2009).
Gastritis kronik di atasi dengan memodifikasi pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H.Pilopi dapat di
atasi dengan antibiotik seperti Tetrasiklin atau Amoxillin dan Garam Bismut
(Pepto Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi
Vitamin B12 yang di sebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsic
(Brunner & Suddart, 2001).
J. Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1998).
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi

14
arah kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi dapat
digunakan yaitu : pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan
lainnya. Tahap pengkajian meliputi 4 kegiatan yaitu :
1. Pengumpulan Data
Data yang berhubungan dengan kasus gastritis
1) Biodata
a) Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan
alamat.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta
hubungan keluarga.

2) Riwayat
Kesehatan
Sekarang
a) Adanya nyeri epigastrium.
b) Disertai mual, muntah, anoreksia.
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a) Alkohol.
b) Makan yang pedas.
c) Obat-obatan.
d) Riwayat diabetes mellitus.
e) Riwayat toksik
4) Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek
psikososial dan spiritual.
5) Data-data Pengkajian Klien
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Tatikardia, hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).
b) Sirkulasi
Gejala : Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia,
kelemahan nadi perifer lemah, pegisian kapiler

15
lembut/perlahan.
Warna kulit : pucat, sianosis.
Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respon psikologik).
c) Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)
Tanda : Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d) Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan
gastro intestinal atau masalah yang berhubungan dengan
gastro intestinal.
Misalnya : luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi gaster. Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi.
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan. Karakteristik feses diare, darah warna
gelap, kecoklatan atau kadang merah cerah : berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
e) Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal). Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah.
Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas,
cokelat ; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.
Tanda : Muntah warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).

f) Neurosensori

16
Gejala : Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar,
kelemahan. Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu
rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung,
sampai pingsan, dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/ oksigenisasi).
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih. Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 – 2 jam
setelah makan dan hilang dengan makan antasida (Ulkus gaster).
Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal).
Tak ada nyeri (varises esofageal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat tertentu
(salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
h) Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive,
misalnya : ASA. Tanda : Peningkatan suhu.
Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/ hipertensi
portal).

6) Pemeriksaan diagnosik
a) EGD (esofagogastroduodenoskopi) : tes diagnostik kunci
untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan/derajat ulkus jaringan/cedera.
b) Minum barium untuk foto rontgen untuk membedakan
diagnosa penyebab/sisi lesi.
c) Analisa gaster : mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster.

17
Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster.
d) Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi
tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan.
Menunjukkan sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi
perdarahan.
e) Hb/Ht : penurunan kadar terjadi dalam 6 – 24 jam setelah
perdarahan mulai.
f) Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukkan
respon tubuh terhadap cedera.
g) Analisa gastrin serum : peningkatan kadar diduga sindrom
Zollinger – Allison atau kemungkinan adanya penyembuhan
ulkus yang buruk. Normal atau rendah pada gastritis tipe B.
h) Kadar pepsinogen ; meningkat dengan penetralisir ulkus
duodenal, kadar rendah diduga gastritis.
Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis.
7) Klasifikasi Data
Mengklasifikasikan dalam data subjektif dan data objektif.

1) Data subjektif.

Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang


dikeluhkan sehubungan dengan gastritis.
2) Data obyektif
Adalah semua data senjang pada klien dengan gastritis yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik).
8) Analisa Data
Dengan melihat data subjektif dan data obyektif dapat ditentukan
permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan
patofisiologi mengenai penyebab penyakit gastritis sampai
permasalahannya tersebut.
K. Diagnosa Keperawatan

18
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
atau potensial. Dengan demikian diagnosa keperawatan yang dapat muncul /
timbul adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Cemas berhubungan dengan perubahan kesehatan..
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

19
L. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut Doctherman & Bulecheck (2008) adalah semua treatment yang di dasarkan pada penilaian klinik dan
pengetahuan perawat untuk meningkatkan pasien / klien.
Tabel 2.1 Intervensi
No. Diagnosa (NOC) (NIC)

Keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen pencedera Pain level Pain control Pain Management:
biologis (peradangan pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Kaji lokasi dan skala nyeri.
mukosa lambung). selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri
- Observasi TTV.
berkurang.
- Beri posisi yang nyaman bagi klien.
Kriteria Hasil: - Beri pasien untuk menghindari makanan yang
dapat merangsang peningkatan asam
- Tidak mengeluh nyeri uluhati
lambung.
- Skala nyeri 3 (ringan) - Penatalaksanaan dalam pemberianobat
- Nampak tenang - ranitidine.
2 Perubahan nutrisi kurang dari Nutrition Status Nutrition Management:
kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Kaji pola dan porsi makan pasien.
2 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi - Berikan makanan sedikit tapi sering.
pasien terpenuhi. - Anjurkan keluarga menyajikan makanan
Kriteria Hasil: dalam kondisi hangat dan sesuai kesukaan.
- Anjurkan pasien manjaga kebersihan oral.
- KU. Baik
- Berikan HE tentang penyakit yang di derita
pasien.
- Nafsu makan kembali baik
- Kolaborasi dengan tim
- Porsi makan dihabiskan
gizi.
22

M. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


perawatan. Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut keterampilan
dan pengetahuan yang luas dari tenaga perawat, untuk memberikan pelayanan
perawatan yang baik dan bermutu sehingga harapan dan tujuan rencana
perawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dapat tercapai. Ada dua
syarat hasil yang diharapkan (performance) yaitu :
1. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan
perawatan atau bahkan telah mencapai tujuan tersebut.
2. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan (intervensi) perawatan dapat diterima
oleh klien.

N. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perawatan adalah penilaian keberhasilan rencana perawatan


dalam memenuhi kebutuhan klien. pada klien dengan gastritis dapat dinilai
pelaksanaan perawatan dengan melihat catatan perawatan, hasil pemeriksaan
klien, melihat langsung keadaan klien dan timbul keluhan sebagai masalah baru.
Evaluasi keperawatan akan berhasil baik jikalau tindakan perawatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan klien. setelah mengadakan evaluasi dapat
dilihat empat kemungkinan yang menentukan tindakan perawatan selanjutnya
yaitu :
1. Masalah klien dapat dipecahkan.
2. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.
3. Masalah tidak dipecahkan.
4. Timbul masalah baru.
Dengan penerapan proses keperawatan diharapkan semua masalah yang
dihadapi klien dapat diatasi dengan baik, sehingga klien dapat kembali ke
rumahnya dalam keadaan sehat sesuai dengan tujuan perawat yang telah
ditentukan sebelumnya.
23

BAB III
KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Tanggal Pengkajian : 18 febuari 2021 Tanggal Masuk : 17 febuari 2021


Ruang Kelas : Raflesia/3 Nomor Register : 08.66.42
Diagnose Medis : Gastritis

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn S
Jenis kelamin : laki laki
Usia/Tanggal lahir : 63 th/ 03 Mei 1953
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku Bangsa : Rejang
Pendidikan : STM
Bahasa yang digunakan : rejang dan indonesia
Pekerjaan : tani
Alamat : talang pito

B. KELUHAN UTAMA
Hari/Tanggal/Jam MRS : rabu / 17.02.2021 / 09.00

1. Keluhan utama MRS : nyeri ulu hati , nyeri perut kiri bawah, perut kembung
dan mual
Dengan skala nyeri : 5 ( sedang)

2. Kronologis keluhan utama


 Faktor pencetus keluhan : tn. S tidak tahu faktor pencetusnya .
 Timbulnya keluhan : tiba tiba
 Lamanya keluhan : tiba tiba dan sering
 Upaya mengatasi : berobat ke dokter

3. Penanganan yang telah dilakukan : pemberian obat, TTV, cairan RL

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Hari/Tanggal/Jam pengkajian : kamis / 18.02.21 / 10.00 wib

1. Keluhan saat dikaji : nyeri perut bawah sebelah kiri, pusing dan mual.
2. Keadaan Umum : lemah
3. Kesadaran : kompos mentis
24

Tekanan Darah : 130/80 mmHg Frekuensi Nafas: 21x/m


Frek. Nadi : 88 x/m Temperatur : 36◦ C

C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang pernah diderita : hernia
2. Riwayat dirawat, Penyakit

Tempat & Waktu : curup, & 12 th yang lalu

3. Riwayat Operasi, jenis operasi : oprasi hernia

Tempat & Waktu : curup, 12 tahun lalu

4. Riwayat Merokok (jenis & lama) : tidak ada


5. Riwayat Narkoba (jenis & lama) : tidak ada
6. Riwayat Alkohol (jenis & lama) : tidak ada
7. Riwayat Alergi (jenis & gejala) : tidak ada

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (Genogram dan keterangan)

1. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor
resiko :
tidak ada riwayat penyakit keturunan keluarga

E. RIWAYAT POLA KEBIASAAN :

Pola kebiasaan
POLA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Sebelum sakit Di rumah sakit
KEBUTUHAN OKSIGENISASI
1.
 Keluhan Batuk (kering/berdahak) tidak batuk tidak batuk
 Apakah ada produksi sputum tidak ada tidak ada
 Kemampuan mengeluarkan sputum tidak ada tidak ada
 Kemampuan bernafas (susah/tidak) tidak susah tidak susah
tidak ada tidak ada
 Apakah ada nyeri dada
tidak ada tidak ada
 Apakah ada kesulitan bernafas
tidak ada tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi

KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

a. Makan 3x/ hari 3x/ hari


 Frekuensi makan/hari
25

 Jenis makanan (diit)


 Nafsu makan baik/tidak Tidak ada Tidak ada
Alasan……..
Baik Menurun
 Porsi makan yang dihabiskan
 Makan yang tidak disukai 1 piring 3-5 sendok
 Makanan yang membuat alergi
 Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada Tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tidak ada Tidak ada
b. Minum
 Frekuensi minum/hari Tidak ada Tidak ada
 Jenis minuman
 Jumlah minum/hari Tidak ada Tidak ada
 Kemampuan menelan Tidak ada +- 2 /hari
 Masalah pemenuhan kebutuhan cairan
+- 2 /hari +- 2/hari

+- 2/hari Tidak ada


Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
3. KEBUTUHAN ELIMINASI +- 4x/hari +- 7x/hari
a. ELIMINASI B.A.K Kuning/bening Kuning pucat
 Frekuensi BAK/hari Bau khas pesing
 Warna urine Tidak ada Tidak ada
 Bau urine Tidak ada Tidak ada
 Jumlah Urine Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada nyeri saat BAK Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada kesulitan memulai BAK
 Apakah ada urine menetes
 Keluhan/Gangguan BAK
 Penggunaan alat bantu (kateter,dll)

b. Eliminasi B.A.B 3-4x/hari 3x/hari


 Frekuensi BAB Kuning Kuning Pekat
 Warna Feces Kecoklatan Bau khas
Bau khas Tidak ada
 Bau Feces
Tidak ada Tidak ada
 Konsistensi Feces
Tidak ada
 Keluhan/Gangguan BAB
 Penggunaan Laxatif
26

4. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


 Lama tidur siang (jumlah jam/hari) +-2 jam/hari +-1 jam/hari
 Lama tidur malam (jumlah jam/hari) +-7 jam/hari +-5 jam/hari
 Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
 Apakah merasa segar saat bangun tidur? Merasa segar kurang segar
 Apakah ada kesulitan tidur? Tidak ada Tidak ada
tidak ada tidak ada
 Apakah sering terbangun saat tidur?
tidak ada tidak ada
 Apakah ada keluhan pemenuhan lebutuhan
tidur

5. KEBUTUHAN AKTIVITAS/MOBILISASI Tidak ada Ada


Tidak ada Ada
 Apakah ada perasaan lemah otot Mandiri Bantuan
 Apakah ada keterbatasan pergerakan Mandiri Bantuan
 Bagaimana pemenuhan personal hygiene Mandiri Mandiri
 Kemampuan berjalan Mandiri Mandiri
 Kemandirian Pemenuhan makan Tidak ada Tidak ada
 Kemandirian pemenuhan eliminasi Tidak ada Tidak ada
 Adakah sesak/pusing/lelah setelah beraktifitas
 Keluhan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
mobilisasi

6 KEBUTUHAN RASA NYAMAN Tidak ada


Tidak ada Menusuk nusuk
 (P) Apakah hal pencetus nyeri Tidak ada Perut bawah
 (Q) Bagimana kualitas nyeri yang dirasakan Tidak ada sampai kaki
 (R) Dimana lokasi dan penyebaran nyeri Tidak ada +-2-5 menit
 (S) Berapa skala nyeri (0-10, 10 sangat nyeri) Tidak ada berkeringat
 (T) Berapa lama waktu (durasi) perasaan tidak
nyaman
 Apakah ada demam/menggigil/berkeringat

7. KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE 2x/hari 1x/hari


 Frekuensi Mandi Basah Di lap
 Kebiasaan mandi (basah/dilap) Pagi Siang/sore
 Waktu mandi pagi/sore/malam 2x/hari -
 Frekuensi oral hygiene Sikat gigi -
 Kebiasaan cara oral hygiene Pagi Jarang
1 atau 2x/hari Siang
 Waktu oral hygiene (pagi/siang/setelah makan)
Pagi dan sore Jarang
 Frekuensi cuci rambut
+-1X/2 minggu Jarang
 Waktu cuci rambut
Tidak ada 1x/hari
 Kebiasaan cuci rambut
27

 Frekuensi potong kuku 2x/hari Rapih


 Kebiasaan potong kuku Rapih -
 Keluhan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene
 Frekuensi ganji baju
 Kebersihan dan kerapihan pakaian yang
digunakan
 Keluhan pemenuhan berhias

F. PENGKAJIAN FISIK (INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI,


OLFAKSI)
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat Kesadaran : compos memtis
c. Berat badan : 47 kg Tinggi badan : 162cm
IMT : 17,9

2. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : simetris kanan kiri
c. Pergerakan bola mata : simetris
d. Konjungtiva : an anemi
e. Kornea : normal
f. Sclera : normal
g. Pupil : mengecil saat terkena cahaya
h. Otot-otot mata : normal
i. Fungsi penglihatan : baik
j. Tanda-tanda radang : tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : tidak ada
l. Pemakaian lensa kontak : tidak ada
m. Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil

3. Sistem pendengaran
a. Daun telinga : simetris
b. Kondisi telinga tengah : normal
c. Cairan dari telinga : tidak ada
d. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
e. Tinnitus : tidak ada
f. Fungsi pendengaran : baik
g. Gangguan keseimbangan : tidak ada
h. Pemakaian alat bantu : tidak ada

4. System pernafasan
a. Jalan nafas : tidak ada keluhan
28

b. Pernafasan : vesikuler
c. Penggunaan otot bantu pernafasan : tidak menggunakan cuping hdung
d. Retraksi dinding dada : tidak ada
e. Frekuensi : 21x/m
f. Irama : teratur
g. Jenis pernafasan : vesikuler
h. Kedalaman : normal
i. Batuk : tidak ada
j. Sputum : tidak ada
k. Batuk darah : tidak ada
l. Suara nafas : vesikuler
m. Mengi : tidak ada
n. Wheezing : tidak ada

5. System kardiovaskuler
a. Sirkulasi peripher
- Frekuensi Nadi : 88 : Irama : teratur Kekuatan : kuat
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Distensi vena jugularis Kanan : < 8 cm
Kiri : < 8 cm
- Temperature kulit : 36◦ C
- Warna kulit : pucat
- Edema : tidak ada
- Kapilarry Refill : < 3 detik
b. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical : nomal
- Bunyi jantung : normal ( lup dup)
- Irama : reguler
- Sakit dada : tidak ada

6. System hematologi
- Pucat : normal
- Perdarahan : tidak ada

7. System syaraf pusat


- Keluhan sakit kepala : hilang timbul
- Tingkat kesadaran : compos mentis
- Glasgow coma scale : E 4 V: 5 M : 6
- Tanda-tanda peningkatan TIK : tidak ada
- Gangguan system persyarafan : tidak ada
- Pemeriksaan reflek
 Reflek fisiologis : tidak ada
 Reflek patologs : tidk ada
- Pemeriksaan Nervus I – XII :
29

1. Ps dapat membedakan bau kayu putih dan bedak dengan mata tertutup
2. Ps tidak dapat membaca dengan jarak 30 cm
3. Adanya kontraksi pupil
4. Pada ke dua mata tidak terdapat nistagamus\
5. Mata p menegedip saat di sentuh bulumata nya
6. Ps mampu menggerakan mata ke kanan dan kiri
7. Klien dapat membedakan asin dan manis
8. Fungsi pendengaran baik
9. Refleks menekan klien baik dan dapat membedakan rasa perih
10. Uvula ps simetris ketika ps embuka mulut dah berkata “AH”
11. Ps dapat mengangkat bahu dengan melawan tekanan
12. Bentuk liah simeris
8. Sistem pencernaan
a. Keadaan mulut :
1) Kondisi Mukosa dan gusi : Tidak ada lesi
2) Kondisi Gigi : utuh / rapi
3) Kondisi lidah : putih pucat
4) Kondisi Kerongkongan : normal
5) Kondisi Tonsil : tidak ada pembengkakan
b. Auskultasi abdomen : terdengar bising usus 15x/m
c. Palpasi Abdomen : tidak ada lesi
d. Perkusi Abdomena : dullnes
e. Keluhan pasien pada saluran cerna : tidak ada
f. Konsistensi feces : lembek
g. Warna & Bau Feces : bau khas

9. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Nafas berbau keton : tidak ada
Luka ganggren : tidak ada

10. Sistem urogenital


Inspeksi abdomen bawah : tidak ada kelainan
Palpasi Kandung kemih : tidak ada kelainan
Palpasi Ginjal : tidak ada kelainan
Perkusi Kandung kemih : tidak ada kelainan
Perkusi Ginjal : tidak ada kelainan
Auskultasi Abdomen (Urologi) : tidak ada kelainan
Kondisi urine : Jumlah 1500 ml /24 jam Warna : kuning pekat
Keluhan pada urogenital pasien : tidak ada keluhan

11. Sistem lntegumen


Inspeksi Warna kulit : sawo matang
Inspeksi Tekstur kulit : tidak ada lesi
30

Palpasi Turgor kulit : elastis


Kelainan yang ditemukan di kulit : tidak ada
Pemeriksaan luka , Jenis luka : tidak ada
Lokasi luka : tidak ada
Lama/usia luka : tidak ada
Warna dasar luka : tidak ada
Stadium/Kedalaman luka : tidk ada
Kelainan kondisi kulit : tidak ada
Inspeksi Rambut rambut : merata
Inspeksi Tekstur & Warna rambut : putih
Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih

12. Sistem muskuloskeletal


Inspeksi kelengkapan ektrm : lengkap
Palpasi otot dan tulang : normal
Pemeriksaan keadaan tonud otot : 5555
Pemeriksaan kekuatan Otot : normal
Pemeriksaan fungsi tulang : normal
Pemeriksaan fraktur, tipe fraktur : tidak ada
Lokasi Fraktur : tidak ada
Pemeriksaan pergerakan sendi : normal
Keluhan pada sistem musculoskeletal : tidak ada

G. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL.


a. Siapakah orang terdekat dengan pasien : istri
b. Interaksi dalam keluarga
 Pola komunikasi : verbal
 Pembuatan keputusan : musyawrah dan berbincag dengan keluarga
 Kegiatan kemasyarakatan : bersoialisasi

c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : keluarga cemas dengan tn.s


d. Masalah yang mempengaruhi pasien : sulit tidur
e. Mekanisme koping terhadap stress : stabil

f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya


 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : ingin sembuh agar cept pulang

 Harapan setelah menjalani perawatan : cepat sembuh


 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : sedikit demi sedikit
membaik

g. System nilai kepercayaan :


31

 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan: tidak menentang


pantangan yang diberikan
 Aktifitas agama/kepercayaan yang dilakukan : taat ibadah

H. DATA PENUNJANG
- Laboraturium

I. PENATALAKSANAAN (Therapi/pengobatan termasuk diet)

- IVFD RL 20 tmpt + 1 ampul neurobath/ 24 jam


- injeksi omeprazol 40 mg/ 24 jam
- Injeksi ondansentron 4 mg/ 12 jam.
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
32

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn.S UMUR : 63 tahun
RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42

DATA SENJANG PENYEBAB MASALAH


No
(SYMPTOM) (ETIOLOGY) (PROBLEMA)
1. DS : Agen biologis Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri (iritasi mukosa lambung) ……………………………
pada daerah ulu hati dan …………………………… ……………………………
perut kiri bawah …………………………… ……………………………
DO : …………………………… ……………………………
- Pasien tmpak tidak …………………………… ……………………………
nyaman, …………………………… ……………………………
- Pasien tampak meringis …………………………… ……………………………
- Skala nyeri 5 ( sedang) …………………………… ……………………………
- TD : 130/80 mmHg …………………………… ……………………………
- N : 88x/m …………………………… ……………………………
- P : 21x/m …………………………… ……………………………
- S : 36◦C …………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
2 DS : anoreksia ketidakseimbangan nutrisi
Pasien mengatakan …………………………… kurang dari kebutuhan
lemas, dan tidak nafsu …………………………… tubuh
makan …………………………… ……………………………
DO : …………………………… ……………………………
-Pasien tampak lemas …………………………… ……………………………
ttv …………………………… ……………………………
-BB : 47 Kg …………………………… ……………………………
Porsi makan …………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
…………………………… ……………………………
………………………… ……………………………
33

PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. S UMUR : 63 tahun
RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
O
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b/d agen pencedera Setelah diberikan Intervensi NIC: Pain Manajemen 1. Mengidentifikasi
biologis (peradangan pada keperawatan selama 2 x 24 jam, Aktivitas keperawatan: nyeri untuk
mukosa lambung) diharapkan pasien mampu 1. Kaji nyeri secara komerhensif melakukan intervensi
....................................................... menunjukkan: meliputi ( lokasi, karakteristik, 2. Mengetahui
....................................................... NOC: Pain Cotrol durasi, frekuensi, dan intensitas perkembangan
.......................................................  Dipertahankan pada 4 nyeri. kondisi klien
.......................................................  Ditingkatkan pada 5 2. Gunakan komunikasi teraupetik 3. Mengurangi rasa
.......................................................  1= mampu mengontrol nyeri agar klien dapat nyeri yang dirasakan
.......................................................  2= melaporkan bahwa nyeri mengekspresikan nyeri 4. Membantu
....................................................... berkurang 3. Kaji faktor yang dapat mengurangi nyeri
.......................................................  3.= mampu mengenali nyeri menimbukan nyeri dengan
.......................................................  4 = menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas nonfarmakologis
....................................................... dalam 5. Membantu menjaga
setelah nyeri berkurang
....................................................... 5. Anjurkan pasien untuk cukup kondisi klien
Dengan kriteria hasil:
....................................................... istirahat 6. Membantu
 Klien mengatakan rasa nyeri
....................................................... 6. Monitor tanda tanda vital mengurangi nyeri
berkurang / hilang.
....................................................... 7. Kolaborasi pada dokter dalam yang dirasakan
 Wajah klien tidak meringis.
....................................................... pmberian obat 7. Agar mngetahui
 Klien merasa nyaman
....................................................... 8. Edukasi pada keluarga untuk perkembangan klien
34

.......................................................  Nadi 60-100x/menit.......... memberikan suasana nyaman 8. Supaya


....................................................... .................................................... farmakologinya
....................................................... terpenuhi
9. Agar klien dan
keluarga mampu
menerapkan tindakan
saat mengalami
nyeri..........................

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang NIC: 1. Supaya dapat


dari kebutuhan tubuh b/d Setelah diberikan Intervensi Aktivitas keperawatan: memonitor makanan
anoreksia keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Kaji adanya alergi makanan yang dapat
diharapkan pasien mampu 2. Monitor penurunan BB dikonsumsi
menunjukkan: 3. Monitor lingkungan selama 2. Untuk mencegah
NOC : Nutritional Status : Food dan makan konstipasi
fluid intake 4. Monior mual dan muntah 3. Untuk mengetahui
 Dipertahankan pada 4 5. Monitor intake nutrisi keberhasilan diit
 Ditingkatkan pada 5 6. Anjurkan banyak minum 4. Supaya tidak
7. Kolaborasi dengan ahli gizi berpengaruh pada
Dengan kriteria hasil: .................................................... nafsu makan
 Albumen serum 5. Mengetahui
 Pra albumin serum perkembangan
kesehatan pasien
 Hematokrit
6. Untuk mengetahui
 Hemoglobin
nutrisi sudah
 Total iron binding c
terpenuhi atau belum
35

 Apcity 7. Supaya terhindar dari


 Jumlah limfosit dehidrasi
8. Supaya dapat
mengetahui makanan
apa saja yang telah
dikonsumsi

IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN : Tn.S UMUR : 63 tahun


RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42
HARI/TANGGAL : 18 February 2021 HARI PERAWATAN KE : Satu (1)

EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
SUMATIF (RESPON
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
S: Pasien mengatakan nyeri 1. 09.00 mengkaji nyeri secara 1. pasien mengatakan nyeri S : Pasien mengatakan nyerinya
36

dibagian perut bawah sampai komerhensif meliputi dibagian perut dengan berkurang
ke kaki. ( lokasi, karakteristik, durasi, skala nyeri 5(nyeri sedang) O : Pasien tampak lebih nyaman
0 : pasien tampak meringis frekuensi, dan intensitas 2. Pasien mengatakan -TD : 130/80
skala nyeri 5 nyeri. keluhan yang dirasakan -N : 88x/m
A:nyeri akut berhubungan 2. 09.00 menggunakan dengan terciptanya -P : 21x/m
dengan agen penderita komunikasi teraupetik agar komunikasi yang -S : 36◦C
biologis (peradangan pada klien dapat mengekspresikan terapeautik. A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
mukosa lambung ) nyeri 3. Pasien mengatakan nyeri P: Intervensi dilanjutkan 1,3,4,6,7
P: ajarkan tekhnik relaksasi 3. 09.00 mengkaji faktor yang timbul bila terlambat
nafas dalam dapat menimbukan nyeri makan
4. 09.00 mengajarkan tekhnik 4. Pasien mengatakan suadah
relaksasi nafas dalam istirahat dengan cukup.
5. 09.00 menganjurkan pasien 5. TD: 130/80
untuk cukup istirahat S : 36
6. 12.00 memonitor tanda tanda N : 88 x/ m
vital P : 21 x/ m
7. 12.30 Kolaborasi pada dokter 6. Libatkan peran dokter
dalam pemberian obat tentang terapi yang akan
8. 13.00 mengedukasi pada diberikan.
keluarga untuk memberikan 7. Pasien dan keluarga
suasana nyaman memahami edukasi yang
diberikan.
37

IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN : Tn.S UMUR : 63 tahun


RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42
HARI/TANGGAL : 19 February 2021 HARI PERAWATAN KE : Dua (2)

EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
SUMATIF (RESPON
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
S: Pasien mengatakan nyeri 1. 09.00 mengkaji nyeri secara 1. pasien mengatakan nyeri S : Pasien mengatakan nyerinya
dibagian perut bawah sampai komerhensif meliputi dibagian perut dengan berkurang
38

ke kaki mulai berkurang ( lokasi, karakteristik, durasi, skala nyeri 5(nyeri sedang) O : Pasien tampak lebih nyaman Dan
O : pasien tampak meringis frekuensi, dan intensitas 2. Pasien mengatakan skala nyeri 2
skala nyeri 5 nyeri. keluhan yang dirasakan A: Masalah teratasi
TD: 130/80 2. 09.00 mengkaji faktor yang dengan terciptanya P: - Intervensi dihentikan
S : 36 dapat menimbukan nyeri komunikasi yang - rencana hari ini pulang,pengobatan
N : 88 x/ m 3. 10.00 menjajarkan teknik terapeautik. dilanjutkan dirumah
P : 21 x/ m relaksasi nafas dalam 3. Pasien mengatakan nyeri
A:nyeri akut berhubungan 4. 12.00 memonitor tanda tanda timbul kadang-kadang
dengan agen penderita vital 4. Pasien mengatakan suadah
biologis (peradangan pada 5. 12.30 Kolaborasi pada dokter istirahat dengan cukup.
mukosa lambung ) dalam pemberian obat 5. TD: 130/80
P: ajarkan tekhnik relaksasi S : 36
nafas dalam N : 88 x/ m
P : 21 x/ m
6. Libatkan peran dokter
tentang terapi yang akan
diberikan.
7. Pasien dan keluarga
memahami edukasi yang
diberikan.
39

IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN : Tn.S UMUR : 63 tahun


RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42
HARI/TANGGAL : 18 February 2021 HARI PERAWATAN KE : Satu (1)

EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
SUMATIF (RESPON
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
S: Pasien mengatakan tidak 1. 08.00 mengkaji adanya alergi 1. Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan nafsu makan
nafsu makan makanan tidak memiliki alergi belum membaik
Pasien mengatakan mual 2. 10.30 memonitor penurunan 2. Pasien mengatakan O:
40

O: BB berat badannya turun -Pasien tampak lemas dan tidak bertenaga


-pasien tampak lemas dan 3. 12.00 memonitor lingkungan 3. Pasien mengatakan -TD : 130/80
pucat selama makan nyaman dengan -N : 88x/m
-Pasien tampak mual 4. 12.10 memonior mual dan lingkungannya -P : 21x/m
-BB : 47 Kg muntah 4. Pasien mengatakan -S : 36◦C
-TD : 130/80 5. 13.00 memonitor intake mual dan tidak -Porsi makan 3-5 sendok
-N : 88x/m nutrisi muntah A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
-P : 21x/m 6. 13.00 menganjurkan banyak 5. Pasien megatakan kurang dari kebutuan tubuh belum teratasi
-S : 36◦C minum makan 3x/hari P: Intervensi dilanjutkan. 4,5,7
-Porsi makan 3-5 sendok 7. 13.00 Kolaborasi dengan ahli 6. Pasien mengatakan
A: ketidakseimbangan nutrisi gizi minum kurang lebih
kurang dari kebutuhan tubuh 1,5L
b/d anoreksia 7. Pasien mengatakan
P: anjurkan pasien makan mendapatkan makanan
sedikit namun sering dari gizi
41

IMPLEMENTASI & EVALUASI

NAMA PASIEN : Tn.S UMUR : 63 tahun


RUANGAN : Raflesia NO.REG : 08.66.42
HARI/TANGGAL : 19 February 2021 HARI PERAWATAN KE : Dua (2)

EVALUASI
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI
SUMATIF (RESPON
(S-O-A-P) (Waktu & Tindakan) FORMATIF (RESPON HASIL)
PERKEMBANGAN)
S: Pasien mengatakan tidak 1. 12.10 memonior mual dan 1. Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan nafsu makan mulai
nafsu makan muntah mual dan tidak muntah membaik
O : pasien tampak lemas dan 2. 13.00 memonitor intake 2. Pasien megatakan O : Pasien tampak membaik
pucat nutrisi makan 3x/hari dengan A: Masalah teratasi sebagian
42

Mual 3. 13.00 Kolaborasi dengan ahli porsi 3-5 sendok P: - Intervensi dihentikan
TD : 130/80 gizi 3. Pasien mengatakan - rencana hari ini pulang,pengobatan
-N : 88x/m mendapatkan makanan dilanjutkan dirumah
-P : 21x/m dari gizi .
-S : 36◦C
-porsi makan 3-5 sendok
BB : 47 Kg
A: ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b/d anoreksia
P: anjurkan pasien makan
sedikit namun sering
43
44

BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnose gastritis di ruang
raflesia Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiyang dapat di simpulkan:
1. Pengkajian
Setelah di lakukan pengkajian pada Tn.S didapatkan hasil pasien mengalami
nyeri uluhati dengan skala 5, lemas, mual, dan nafsu makan berkurang.
2. Diagnose keperawatan
Ada dua diagnosa yang penulis tegakkan yaitu : Nyeri akut b/d agen pencedera

biologis (peradangan pada mukosa lambung) dan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

3. Intervensi

Pada klien dengan gastritis rencana dan tujuannya mencegah terjadinya

komplikasi yang berlanjut dan sesuai dengan ketentuan dan teori

4. Implementasi

Tindakan yang di lakukan adalah sesuai dengan rencana keperawatan,

prosedur, prinsip tindakan, landasan teori yang ada dan di sesuaikan dengan

keadaan serta kebutuhan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan selama 2 hari

dimulai dari tanggal 18-19 Februari 2021, kedua masalah keperawatan pada

Tn.S sudah teratasi dan tidak terjadi komplikasi selanjutnya.


45

b. Saran

Saran ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas asuhan keperawatan

yang di tujukan untuk:

6. Klien dan keluarganya

Untuk Tn.S diharapkan tetap mempertahankan makan-makanan bergizi,

minum obat sesuai instruksi, istirahat yang cukup.

7. Rumah sakit dan para medisnya

a. Pengkajian yang sistematik perlu di sosialisasikan kepada semua perawat


ruangan khususnya asuhan keperawatan klien dengan gastritis agar mampu
mendapatkan data biopsikososospiritual

b. Perlunya komunikasi berkelanjutan antar perawat sehingga dapat


mengevaluasi hasil tindakan secara berkesinambungan
c. Memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kepada klien.
8. Institusi

a. Perlunya terus meningkatkan sistem pembelajaran dan kedisiplinan para


mahasiswa agar terwujud lulusan yang berkualitas, berakhlak dan bermoral
sesuai yang di harapkan.
b. Perlunya meningkatkan fasilitas penunjang pembelajaran seperti buku-buku
yang ada dalam perpustakaan
c. Mahalnya biaya perkuliahan diharapkan dapat di imbangi dengan fasilitas
dan sarana untuk menunjang segala proses berlansungnya pendidikan seperti
perpustakaan, sarana transportasi praktek, sarana labolatorium praktek, dan
sarana kegiatan mahasiswa di luar kegiatan perkuliahan dalam hal
berorganisasi dan yang lainya.
46

DAFTAR PUSTAKA

Buku:Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi.
Jakarta: EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M, (Eds). 2008. Nursing
Intervention Classification (NIC). Mosby. St.Louis.
Depkes, RI. 2012. Indonesia Sehat 2012 Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Hadi S. 2005. Gastroenterologi. Jakarta: PT. Alumni
Hudak & Gallo. 2006. Keperawatan kritis Volume 1. EGC: Jakarta
Kozier, Berman, Snyder, Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier &
Erb. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta: Media
Aesculopius
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1 Jakarta:
Media Aesculopius
Mubarak. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik: EGC: Jakarta
NANDA, NIC & NOC, 2010, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.
Nursalam. 2008. Metodologi Penelitian & Penerapan Dalam Praktek. Jakarta:
Salemba Medika
Nasrul Effendy. (1998). Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,
dkk. Jakarta: EGC.
Prabu. 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.
47

Price & Wilson. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit Volume 1
Edisi 6 Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluyo. dkk, Jakarta: EGC.
Tamsuri A, 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
48

Anda mungkin juga menyukai