FARMAKOTERAPI
“GASTROINTESTINAL TRACT INFECTION
(Infeksi Saluran Pencernaan)”
OLEH :
KELOMPOK III
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................5
D. Manfaat.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………...………………………..........................6
B. Patofisiologi……………..................................................................................6
C. Gejala Klinik………………………………………………………………….6
D. Sasaran dan Strategi Terapi …………….…………………………………….7
E. Penatalaksanaan dan Evaluasi Obat…………………………………………12
F. Kasus Klinik…………………………………………………………………15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................20
B. Saran...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gastroenteritis atau disebut juga dengan diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Diare
adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Angka kesakitannya adalah
sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Di
Indonesia diperkirakan penderita diare sekitar 60 juta keadaan setiap tahunnya,
sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak-anak dibawah umur 5
tahun. Gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2008. Survei morbiditas
yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan, dari tahun 2000-2010
cenderung mengalami kenaikan.
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan
parasit. Beberapa bakteri penyebab penyakit ini antara lain bakteri Escherichia
coli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridia perfringens, dan Staphylococcus.
Pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obat yang paling banyak
digunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan
untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara
membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Pada
dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri
yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat. Penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai (tidak rasional) dengan
pedoman terapi, akan meningkatkan berkembangnya resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibuatlah makalah ini agar kita
dapat mengetahui penatalaksanaan terapi yang tepat.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari infeksi saluran pencernaan ?
2. Bagaimana patofisiologinya ?
3. Bagaimana gejala kliniknya ?
4. Bagaimana sasaran dan strategi terapi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat ?
6. Bagaimana kasus klinik ?
C. TUJUAN
Tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi saluran pencernaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologinya.
3. Untuk mengetahui gejala kliniknya.
4. Untuk mengetahui bagaimana sasaran dan strategi terapi.
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat.
6. Untuk mengetahui bagaimana kasus klinik.
D. MANFAAT
Manfaat makalah ini yaitu:
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari infeksi saluran pencernaan.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana patofisiologinya.
3. Agar dapat mengetahui gejala kliniknya.
4. Agar dapat mengetahui bagaimana sasaran dan strategi terapi.
5. Agar dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat.
6. Agar dapat mengetahui bagaimana kasus klinik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Infeksi saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya bakteri atau
mikroorganisme lain yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Salah satu
bakteri penyebab infeksi ini adalah Salmonella thypi yang menyebabkan demam
tifoid atau tipes. Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri ini
masuk kedalam tubuh diproses melalui saluran pencernaan. Sistem pertahanan
tubuh yaitu lambung akan membunuh bakteri yang masuk, namun apabila jumlah
bakteri yang masuk terlalu banyak, maka bakteri akan masuk sampai ke peredaran
darah dan berkembang biak. Organ tubuh utama yang diserang biasanya adalah
usus. Ketika bakteri ini sudah lama berkembang biak dalam tubuh maka akan
menyebabkan komplikasi intestinal yaitu pendarahan usus yang mengakibatkan
perporasi perlubang yang tejadi diusus halus dan terjadi pula ileus paralitik. Pada
kondisi ini,biasanya disertai dengan konstipasi namun ada beberapa pula yang
menyebabkan diare serta terjadi pula gangguan susunan saraf pusat slah satunya
gangguan kesadaran (Tandi, 2017).
C. GEJALA KLINIK
Tanda atau gejala umum yang sering ditemukan pada penderita penyakit
gangguan pencernaan diantaranya yaitu, a) Sering sembelit, b) Sering mual, c)
6
Sering sendawa, d) Perut terasa sakit dan pedih, e) Sulit untuk tidur, f) Penurunan
berat badan, g) Nafsu makan berkurang, h) Sesak pada bagian atas perut, i) Sulit
untuk buang air besar (Ashari dan Andi, 2016).
Penyakit pada pencernaan manusia lebih dikenal dengan nama gangguan
pencernaan. Gangguan pada pencernaan adalah terhalangnya fungsi pencernaan
atau kegagalan perut dalam mencerna makanan. Kebiasaan cara makan yang
kurang baik bisa menimbulkan berbagai gangguan pada pencernaan, seperti rasa
panas dalam perut, diare, pusing, sulit buang air besar, mual, perut kembung dan
demam. Penyakit pada pencernaan ini dibedakan menjadi tiga gejala awal, yaitu :
nyeri pada tenggorokan, nyeri pada perut dan nyeri sekitar anus (Ashari dan Andi,
2016).
P01 Gastritis
7
Besar)
8
P03 Salisilat ,sulfisalazine, Mengurangi atau
kortikosteroid, agen menghentikan konsumsi
imonosupreasar, diet minuman beralkohol.
elenatal atau dapat Menghindari atau
dilakukan operasi membatasi makanan
berkolesterol tinggi ,
seperti daging berlemak,
makanan berminyak, dan
mentega. Mengonsumsi
makanan kaya serat
seperti sayur, buah, dan
biji-bijian utuh. penerapan
diet dan olahraga secara
teratur diperlukan sebagai
langkah pencegahan.
Kondisi anemia,
malnutrisi dan dehidrasi,
Diet rendah serat,
suplementasi vitamin,
besi atau asalam folat.
9
makanan yang segar.
11
anestesi lokal,
vasokonstriktor,
lubricant, emollient dan
zat pembersih perianal
(mengurangi rasa tidak
nyaman/sakit), pada
grade ini dianjurkan
untuk melakukan operasi
(Kristiana, 2018).
Untuk menghindari peyakit gangguan penernaan langkah awalnya yaitu
dengan membiasakan dengan pola makan dan pola hidup sehat, tidak
mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok (Ashari dan Andi, 2016).
13
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak
diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat
ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun
adalah 300 ml, 1 – 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan
dewasa adalah 2400 ml. Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata
menjadi bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan
minum air putih atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat
diberikan lagi. Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat
diberikan secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan
volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan
penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan
penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan
dirumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada
pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam
keadaan dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan
pengobatan yang terbaik adalah pemberian cairan parenteral.
c. Pengobatan diare dehidrasi berat TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah
Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit
selama pemberian cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum
dengan baik, biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk anak
yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa
dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan
Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun
1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1
tahun 1⁄2 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 1⁄2 jam berikutnya 70
cc/kgBB.
14
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V.
dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,
lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan
diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
(Burns dkk., 2016).
15
yang menyakitkan saat melewati fesesnya. 3 hari yang lalu ia pulang dari
perjalanan bisnis ke anak benua India. Pada hari keberangkatannya ia memilih
untuk bergaul dengan penduduk setempat untuk mendapatkan langsung makanan
dan minuman asli dari pedagang kaki lima. pemeriksaan fisik menunjukkan
seorang pria yang sakit kritis dengan nyeri perut parah. Diagnosis disentri M.T.
kemungkinan disebabkan oleh S. dysenteriae tipe 1 terkait dengan perjalanannya
baru-baru ini ke anak benua India. Hasil diagnosis menunjukkan bahwa M.T.
mengalami shigellosis (Disentri Basiler).
b. Tujuan terapi
Mengurangi angka kesakitan maupun kematian akibat disentri akut yang
melanjut menjadi kronik/persisten dan malnutrisi.
Mengurangi durasi rata-rata penyakit dari 5 hingga 7 hari menjadi sekitar 3
hari dan mengurangi komplikasi serius terkait infeksi
Mengurangi karier dan ekskresi shigella, sehingga membatasi penyebaran
infeksi.
c. Strategi terapi
Terapi farmakologi
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang
dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam
elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare.
16
pengaturan disentri parah yang terkait dengan mual dan muntah,
ceftriaxone parenteral adalah pilihan empiris yang masuk akal.
Terapi non farmakologi
1. Peningkatan hygiene dan sanitasi karena peningkatkan hygiene dan
santiasi dapat menurunkan insiden diare
2. Jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah
3. Mengosumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu
4. Mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja
5. Buang air besar dijamban
6. Untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk
dehidrasi
d. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Asupan nutrisi (makanan) harus diteruskan untuk mencegah atau
meminimalkan gangguan gizi yang terjadi
2. Banyak minum air, terutama jika mengalami demam
3. Hindari konsumsi minuman bersoda atau ringan atau minuman lain yang
mengandung glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap
ke usus sehingga dapat memperberat kondisi diare
4. Hindari membeli dan mengonsumsi makanan atau minuman dari
toko/penjual yang tidak terjamin kesehatannya
5. Biasakan untuk mencuci seluruh bagian tangan secara cermat dengan sabun
dan air tiap kali sesudah buang air besar atau kecil, dan sebelum
menyiapkan makanan, untuk mencegah penularan diare.
Bagian-bagian pemberian informasi terapi yaitu :
1. Oralit
Indikasi : Mengatasi kondisi kekurangan eletrolit dan mineral
di dalam tubuh akibat dehidrasi yang terjadi akibat
diare, muntah kronis, hingga aktivitas fisik yang
berlebihan.
17
yang diminum dalam 4-6 jam sekali.
Dehidrasi sedang: 100 mL cairan oralit per kg
berat badan yang diminum dalam 4-6 jam sekali.
Aturan Pakai : mencampurkan satu sachet oralit ke dalam segelas
(200 cc) air larutan oralit diteguk sedikit demi
sedikit, 2 - 3x lalu berhenti 3 menit.
2. Ceftriaxone
Indikasi : Untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri
e. Monitoring
18
Gejala
Dilihat fakta yang dialami pasien setelah mengkonsumsi obat. Apakah
frekuensi buang air besar masih sering atau tidak, dilihat dari karakteristik
feses, serta demam masih tinggi atau tidak
Efek samping
Dilihat efek samping obat yang terjadi pada pasien seperti mual, muntah,
gangguan pencernaan, bahaya dilambung maka segera hubungi dokter.
BAB III
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah :
1. Penyakit gangguan pencernaan merupakan suatu penyakit yang terjadi
akibat teganggunya sistem pencernaan manusia.
2. Patofisiologi infeksi saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya
bakteri atau mikroorganisme lain yang masuk ke dalam tubuh melalui
makanan. Salah satu bakteri penyebab infeksi ini adalah Salmonella thypi
yang menyebabkan demam tifoid atau tipes.
3. Tanda atau gejala umum yang sering ditemukan pada penderita penyakit
gangguan pencernaan diantaranya yaitu, a) Sering sembelit, b) Sering
mual, c) Sering sendawa, d) Perut terasa sakit dan pedih, e) Sulit untuk
tidur, f) Penurunan berat badan, g) Nafsu makan berkurang, h) Sesak pada
bagian atas perut, i) Sulit untuk buang air besar.
4. Sasaran terapi penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh
virus, bakteri dan protozoa. Strategi terapi dapat menggunakan strategi
terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.
5. Penatalaksaan terapi dan evaluasi obat sesuai dengan penyakit yang
dialami oleh seseorang.
B. Saran
Saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan demi penulisan
dan pemilihan kata serta isi makalah yang dapat disusun lebih tepat lagi demi
proses pembelajaran yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
20
Anorital dan Lelly A., 2017, Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang disebabkan oleh Amuba di Indonesia, Media Litbang
Kesehatan, Vol. 21 (1).
Ashari dan Andi Y. M., 2016, Implementasi Model Backpropagation dan Forward
Chaining Dalam Mendiagnosa Penyakit Pencernaan Dengan
Pengobatan Cara Herbal, Jurnal Inspiraton, Vol. 6 (2).
Burns, M.A., Terry S., Barbara W., Patrick M., Jill K., dan Joseph D., 2016,
Pharmacotherapy Principles and Practice 4th Edition, New York.
Kristiana, T., 2018, Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Saluran
Pencernaan Dengan Metode Forward Chaining, Informatik Jurnal Ilmu
Komputer, Vol. 1 (1).
Tandi, 2017., Kajian Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Kasus Demam Tifoid
di Instalasi Rawat Inap Anutapura Palu, Pharmacon, Vol. 6 (4).
21
22