Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI
“GASTROINTESTINAL TRACT INFECTION
(Infeksi Saluran Pencernaan)”

OLEH :

KELOMPOK III

1. SUKMAWATI (O1A1 17 067)

2. WA ODE FAATIMA (O1A1 17 070)

3. WA ODE FITRIANI (O1A1 17 071)

4. WA ODE HALMIATI (O1A1 17 072)

5. WA ODE NURHAIRANI (O1A1 17 073)

6. WA ODE SITTI ROSMAWATI (O1A1 17 074)

7. YUNI SARI DIMA (O1A1 17 076)

8. ISNAYANTI (O1A1 17 099)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul
“Gastrointestinal Tract Infection”. Makalah ini sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
penulis banyak  menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penulis sendiri. Adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki maka
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-
baiknya.
Penulis dalam kesempatan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis
sebagai manusia biasa menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan
datang. Aamiin

Kendari, 30 November 2019

                                                                    
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................4
B.    Rumusan Masalah............................................................................................5
C.    Tujuan...............................................................................................................5
D.    Manfaat.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………...………………………..........................6
B. Patofisiologi……………..................................................................................6
C. Gejala Klinik………………………………………………………………….6
D. Sasaran dan Strategi Terapi …………….…………………………………….7
E. Penatalaksanaan dan Evaluasi Obat…………………………………………12
F. Kasus Klinik…………………………………………………………………15

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.....................................................................................................20
B.    Saran...............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit gastroenteritis atau disebut juga dengan diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Diare
adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Angka kesakitannya adalah
sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Di
Indonesia diperkirakan penderita diare sekitar 60 juta keadaan setiap tahunnya,
sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak-anak dibawah umur 5
tahun. Gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2008. Survei morbiditas
yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan, dari tahun 2000-2010
cenderung mengalami kenaikan.
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan
parasit. Beberapa bakteri penyebab penyakit ini antara lain bakteri Escherichia
coli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridia perfringens, dan Staphylococcus.
Pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obat yang paling banyak
digunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan
untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara
membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Pada
dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri
yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat. Penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai (tidak rasional) dengan
pedoman terapi, akan meningkatkan berkembangnya resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibuatlah makalah ini agar kita
dapat mengetahui penatalaksanaan terapi yang tepat.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari infeksi saluran pencernaan ?
2. Bagaimana patofisiologinya ?
3. Bagaimana gejala kliniknya ?
4. Bagaimana sasaran dan strategi terapi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat ?
6. Bagaimana kasus klinik ?

C. TUJUAN
Tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi saluran pencernaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologinya.
3. Untuk mengetahui gejala kliniknya.
4. Untuk mengetahui bagaimana sasaran dan strategi terapi.
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat.
6. Untuk mengetahui bagaimana kasus klinik.

D. MANFAAT
Manfaat makalah ini yaitu:
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari infeksi saluran pencernaan.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana patofisiologinya.
3. Agar dapat mengetahui gejala kliniknya.
4. Agar dapat mengetahui bagaimana sasaran dan strategi terapi.
5. Agar dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan evaluasi obat.
6. Agar dapat mengetahui bagaimana kasus klinik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INFEKSI SALURAN PENCERNAAN


Penyakit gangguan pencernaan merupakan suatu penyakit yang terjadi
akibat teganggunya sistem pencernaan manusia. Penyebab utama dari penyakit
gangguan pencernaan ini biasanya terjadi karena pola makan yang tidak teratur
dan kurang sehat serta stres, infeksi bakteri, cacing dan bisa juga karena adanya
gangguan pada lambung. Banyak sekali penyakit yang berhubungan dengan
gangguan pencernaan. Diantaranya seperti penyakit diare, radang usus buntu,
Gastritis, tukak lambung, maag, dan mual (Ashari dan Andi, 2016).

B. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Infeksi saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya bakteri atau
mikroorganisme lain yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Salah satu
bakteri penyebab infeksi ini adalah Salmonella thypi yang menyebabkan demam
tifoid atau tipes. Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri ini
masuk kedalam tubuh diproses melalui saluran pencernaan. Sistem pertahanan
tubuh yaitu lambung akan membunuh bakteri yang masuk, namun apabila jumlah
bakteri yang masuk terlalu banyak, maka bakteri akan masuk sampai ke peredaran
darah dan berkembang biak. Organ tubuh utama yang diserang biasanya adalah
usus. Ketika bakteri ini sudah lama berkembang biak dalam tubuh maka akan
menyebabkan komplikasi intestinal yaitu pendarahan usus yang mengakibatkan
perporasi perlubang yang tejadi diusus halus dan terjadi pula ileus paralitik. Pada
kondisi ini,biasanya disertai dengan konstipasi namun ada beberapa pula yang
menyebabkan diare serta terjadi pula gangguan susunan saraf pusat slah satunya
gangguan kesadaran (Tandi, 2017).

C. GEJALA KLINIK
Tanda atau gejala umum yang sering ditemukan pada penderita penyakit
gangguan pencernaan diantaranya yaitu, a) Sering sembelit, b) Sering mual, c)

6
Sering sendawa, d) Perut terasa sakit dan pedih, e) Sulit untuk tidur, f) Penurunan
berat badan, g) Nafsu makan berkurang, h) Sesak pada bagian atas perut, i) Sulit
untuk buang air besar (Ashari dan Andi, 2016).
Penyakit pada pencernaan manusia lebih dikenal dengan nama gangguan
pencernaan. Gangguan pada pencernaan adalah terhalangnya fungsi pencernaan
atau kegagalan perut dalam mencerna makanan. Kebiasaan cara makan yang
kurang baik bisa menimbulkan berbagai gangguan pada pencernaan, seperti rasa
panas dalam perut, diare, pusing, sulit buang air besar, mual, perut kembung dan
demam. Penyakit pada pencernaan ini dibedakan menjadi tiga gejala awal, yaitu :
nyeri pada tenggorokan, nyeri pada perut dan nyeri sekitar anus (Ashari dan Andi,
2016).

D. SASARAN DAN STRATEGI TERAPI


1. Sasaran Terapi
Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri
dan protozoa. Sasaran pada GITI yakni pencegahan masuknya mikroorganisme
misalnya penyebab diare yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khusus-
nya S. flexneri dan S. dysenteriae. Entamoeba histolytica (E.histolytica)
merupakan penyebab disentri pada anak yang usianya di atas lima tahun dan
jarangditemukan pada balita (Anorital dan Lelly., 2017).
2. Strategi Terapi

Kode Nama Penyakit

P01 Gastritis

P02 Kolotis Uselratif

P03 Pankreatitis Akut

P04 Diare Akut Atau Gastroentritis

P05 Infeksi Saluran Bawah (Usus

7
Besar)

P06 Hemoroid Grade I

P07 Hemoroid Grade II

P08 Hemoroid Grade III

P09 Usus Buntuk (Apendiks)

Kode penyakit Terapi farmakologi Terapi non farmakologi


P01 PPL 2 x 20mg, Anox 2 x Pola makan yang harus
1000 mg, Antagonis diubah (makan sedikit
Reseptor Hz, Inhibitor tetapi sering), kurangi
Pump Proton stress atau fikiran, kurangi
(mengendalikan jumlah makanan yang asam,
asam lambung), santan
antikolinergik dan
antasid.

P02 Antispamodik, Edukasi untuk pasien


antikolinergik misalnya serta diet atau nutrisi yang
Papaveria 3x1 sehari, bergizi hindari makanan
Sufasalazine. yang tinggi serat
(insoluble) seperti : kubis,
brokoli, jagung manis,
kulit buah seperti apel dan
anggur dan konsumsi
makanan seperti : buah-
buahan dan sayursayuran
yang sudah dikupas,
bubur.

8
P03 Salisilat ,sulfisalazine, Mengurangi atau
kortikosteroid, agen menghentikan konsumsi
imonosupreasar, diet minuman beralkohol.
elenatal atau dapat Menghindari atau
dilakukan operasi membatasi makanan
berkolesterol tinggi ,
seperti daging berlemak,
makanan berminyak, dan
mentega. Mengonsumsi
makanan kaya serat
seperti sayur, buah, dan
biji-bijian utuh. penerapan
diet dan olahraga secara
teratur diperlukan sebagai
langkah pencegahan.
Kondisi anemia,
malnutrisi dan dehidrasi,
Diet rendah serat,
suplementasi vitamin,
besi atau asalam folat.

P04 Oralit, RL (Ringer Mencuci tangan sebelum


Laktat), NACL Isotoma + makan, menjauhi
1 ampul Na Bikarbonat makanan yang
7,5% 50 ml. kebersihannya diragukan
dan tidak minum air
keran. Memisahkan
makanan yang mentah
dari yang matang,
Utamakan bahan

9
makanan yang segar.

P05 Pengobatan semantik dan Perbanyak Konsumsi


antibiotik bertujuan untuk Serat, kurangi komsumsi
membunuh bakteri, bumbu berlebihan,
rehidrasi dan pemberian perbaiki pola makan,
oralit

P06 Pengobatan konservatif. meningkatkan konsumsi


antara lain koreksi cairan, menghindari
konstipasi jika ada, konstipasi dan
meningkatkan konsumsi mengurangi mengejan
serat, laksatif, dan saat buang air besar,
menghindari obat-obatan kurangi komsumsi
yang dapat menyebabkan makanan pedas
kostipasi seperti kodein,
mengkonsumsi suplemen
serat untuk memperbaiki
gejala dan perdarahan.
Obat antiinflammasi
digabungkan dengan
anestesi lokal,
vasokonstriktor,
lubricant, emollient dan
zat pembersih perianal
(mengurangi rasa tidak
nyaman/sakit)

P07 Pengobatan konservatif. Menghindari konstipasi


antara lain koreksi dan mengurangi
konstipasi jika ada, mengejan saat buang air
meningkatkan konsumsi besar, kurangi konsumsi
10
serat, laksatif, dan makanan pedas
menghindari obat-obatan
yang dapat menyebabkan
kostipasi seperti kodein,
mengkonsumsi suplemen
serat untuk memperbaiki
gejala dan perdarahan.
Obat antiinflammasi
digabungkan dengan
anestesi lokal,
vasokonstriktor,
lubricant, emollient dan
zat pembersih perianal
(mengurangi rasa tidak
nyaman/sakit), pada
grade ini dianjurkan
untuk melakukan operasi

P08 Pengobatan konservatif. Meningkatkan konsumsi


antara lain koreksi cairan, menghindari
konstipasi jika ada, konstipasi dan
meningkatkan konsumsi mengurangi mengejan
serat, laksatif, dan saat buang air besar,
menghindari obat-obatan kurangi komsumsi
yang dapat menyebabkan makanan pedas
kostipasi seperti kodein,
mengkonsumsi suplemen
serat untuk memperbaiki
gejala dan perdarahan.
Obat antiinflammasi
digabungkan dengan

11
anestesi lokal,
vasokonstriktor,
lubricant, emollient dan
zat pembersih perianal
(mengurangi rasa tidak
nyaman/sakit), pada
grade ini dianjurkan
untuk melakukan operasi

P09 Jika Kronis dapat Konsumsi makanan


diberikan antibiotik dan berserat, tidak menahan
penghilang rasa sakit apa buang air besar, banyak
bila akut maka adanya konsumsi air putih
operasi

(Kristiana, 2018).
Untuk menghindari peyakit gangguan penernaan langkah awalnya yaitu
dengan membiasakan dengan pola makan dan pola hidup sehat, tidak
mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok (Ashari dan Andi, 2016).

E. PENATALAKSANAAN DAN EVALUASI OBAT


1. Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi
dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare
juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:
12
a. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
c. ASI dan makanan tetap diteruskan
d. Antibiotik selektif
e. Nasihat kepada orang tua
(Burns dkk., 2016).
2. Evaluasi Obat
a. Pengobatan diare tanpa dehidrasi TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan untuk mencegah
dehidrasi, seperti: air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita.
Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1
tahun adalah 50 – 100 ml, 1 – 5 tahun adalah 100 – 200 ml, 5 – 12 tahun adalah
200 – 300 ml dan dewasa adalah 300 – 400 ml setiap BAB. Untuk anak
dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1
sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir atau
gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10
menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2 – 3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain
cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus
diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali
sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama pisang. Makanan
yang merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan dulu
karena dapat menyebabkan diare bertambah berat. Bila dengan cara
pengobatan ini diare tetap berlangsung atau bertambah hebat dan keadaan anak
bertambah berat serta jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang, obati
dengan cara pengobatan dehidrasi ringan-sedang.

b. Pengobatan diare dehidrasi ringan – sedang : TRO (Terapi Rehidrasi Oral)


Penderita diare dengan dehidrasi ringan–sedang harus dirawat di sarana

13
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak
diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat
ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun
adalah 300 ml, 1 – 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan
dewasa adalah 2400 ml. Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata
menjadi bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan
minum air putih atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat
diberikan lagi. Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat
diberikan secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan
volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan
penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan
penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan
dirumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada
pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam
keadaan dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan
pengobatan yang terbaik adalah pemberian cairan parenteral.
c. Pengobatan diare dehidrasi berat TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah
Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit
selama pemberian cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum
dengan baik, biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk anak
yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa
dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan
Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun
1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1
tahun 1⁄2 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 1⁄2 jam berikutnya 70
cc/kgBB.

14
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V.
dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,
lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan
diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
(Burns dkk., 2016).

F. KASUS KLINIK DARI RHINITIS ALERGI SERTA TATALAKSANA


TERAPINYA
1. Contoh Kasus
M.T. adalah pria berusia 30 tahun yang kelihatan tidak sehat dirawat di
rumah sakit karena diare dan demam berdarah. Dua hari sebelum masuk, ia
mencatat timbulnya demam, kram perut, dan enam hingga tujuh feses yang tidak
berdarah dan berair. Diare-nya telah memburuk menjadi 10 hingga 12 feses
dengan volume kecil dengan darah dan lendir, dan dia sekarang mengeluh tegang
yang menyakitkan saat melewati fesesnya. 3 hari yang lalu ia pulang dari
perjalanan bisnis ke anak benua India. Selama bagian bisnis dari perjalanan, ia
tetap di hotel dimana semua makanannya disiapkan oleh staf hotel yang terlatih
dengan baik dalam persiapan makanan sanitasi. Namun, pada hari
keberangkatannya ia memilih untuk bergaul dengan penduduk setempat untuk
mendapatkan langsung makanan dan minuman asli dari pedagang kaki lima. M.T.
tinggal sendirian di Florida, tidak memiliki riwayat medis yang signifikan atau
alergi obat, dan tidak minum obat. Saat masuk, suhunya adalah 101°F dan
pemeriksaan fisik menunjukkan seorang pria yang sakit kritis dengan nyeri perut
parah.
2. Penyelesaian
a. Identifikasi Permasalahan Pasien
M.T. adalah pria berusia 30 tahun yang kelihatan tidak sehat dirawat di
rumah sakit karena diare dan demam berdarah. Dua hari sebelum masuk, ia
mencatat timbulnya demam, kram perut, dan enam hingga tujuh feses yang tidak
berdarah dan berair. Diare-nya telah memburuk menjadi 10 hingga 12 feses
dengan volume kecil dengan darah dan lendir, dan dia sekarang mengeluh tegang

15
yang menyakitkan saat melewati fesesnya. 3 hari yang lalu ia pulang dari
perjalanan bisnis ke anak benua India. Pada hari keberangkatannya ia memilih
untuk bergaul dengan penduduk setempat untuk mendapatkan langsung makanan
dan minuman asli dari pedagang kaki lima. pemeriksaan fisik menunjukkan
seorang pria yang sakit kritis dengan nyeri perut parah. Diagnosis disentri M.T.
kemungkinan disebabkan oleh S. dysenteriae tipe 1 terkait dengan perjalanannya
baru-baru ini ke anak benua India. Hasil diagnosis menunjukkan bahwa M.T.
mengalami shigellosis (Disentri Basiler).
b. Tujuan terapi
 Mengurangi angka kesakitan maupun kematian akibat disentri akut yang
melanjut menjadi kronik/persisten dan malnutrisi.
 Mengurangi durasi rata-rata penyakit dari 5 hingga 7 hari menjadi sekitar 3
hari dan mengurangi komplikasi serius terkait infeksi
 Mengurangi karier dan ekskresi shigella, sehingga membatasi penyebaran
infeksi.
c. Strategi terapi
 Terapi farmakologi
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang
dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam
elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare.

2. Terapi simptomatik (pemberian antibiotik)


Spesies Shigella terkenal dengan resistensi yang berkembang cepat
setelah paparan antimikroba. Oleh karena itu, pemilihan terapi empiris
harus didasarkan pada pola kerentanan antimikroba lokal. Dalam

16
pengaturan disentri parah yang terkait dengan mual dan muntah,
ceftriaxone parenteral adalah pilihan empiris yang masuk akal.
 Terapi non farmakologi
1. Peningkatan hygiene dan sanitasi karena peningkatkan hygiene dan
santiasi dapat menurunkan insiden diare
2. Jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah
3. Mengosumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu
4. Mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja
5. Buang air besar dijamban
6. Untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk
dehidrasi
d. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Asupan nutrisi (makanan) harus diteruskan untuk mencegah atau
meminimalkan gangguan gizi yang terjadi
2. Banyak minum air, terutama jika mengalami demam
3. Hindari konsumsi minuman bersoda atau ringan atau minuman lain yang
mengandung glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap
ke usus sehingga dapat memperberat kondisi diare
4. Hindari membeli dan mengonsumsi makanan atau minuman dari
toko/penjual yang tidak terjamin kesehatannya
5. Biasakan untuk mencuci seluruh bagian tangan secara cermat dengan sabun
dan air tiap kali sesudah buang air besar atau kecil, dan sebelum
menyiapkan makanan, untuk mencegah penularan diare.
Bagian-bagian pemberian informasi terapi yaitu :
1. Oralit
Indikasi : Mengatasi kondisi kekurangan eletrolit dan mineral
di dalam tubuh akibat dehidrasi yang terjadi akibat
diare, muntah kronis, hingga aktivitas fisik yang
berlebihan.

Dosis : Untuk orang dewasa yang mengalami dehidrasi:

 Dehidrasi ringan: 50 mL cairan per kg berat badan

17
yang diminum dalam 4-6 jam sekali.
 Dehidrasi sedang: 100 mL cairan oralit per kg
berat badan yang diminum dalam 4-6 jam sekali.
Aturan Pakai : mencampurkan satu sachet oralit ke dalam segelas
(200 cc) air larutan oralit diteguk sedikit demi
sedikit, 2 - 3x lalu berhenti 3 menit.

Efek Samping : Perut kembung akibat terlalu banyak cairan yang


masuk, merasa mual, kadar kalsium tinggi dalam
darah

2. Ceftriaxone
Indikasi : Untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri

Dosis : Dewasa: 1 gram satu kali sehari melalui suntikan ke


dalam otot atau pembuluh darah vena, selama
setidaknya 2-4 menit. Infus ke pembuluh darah vena
secara intermitten selama minimal 30 menit, dapat
ditingkatkan menjadi 2-4 gram setiap hari sebagai
dosis tunggal jika infeksi berat

Aturan Pakai : Ceftriaxone diberikan melalui suntikan ke dalam otot


atau pembuluh darah vena oleh dokter. Dosis yang
diberikan sesuai dengan kondisi medis dan respons
terhadap pengobatan. Obat biasanya diberikan sekali
atau dua kali dalam sehari.

Efek Samping : Mual, muntah, feses menjadi hitam, kelelahan atau


merasa lemas

e. Monitoring
18
 Gejala
Dilihat fakta yang dialami pasien setelah mengkonsumsi obat. Apakah
frekuensi buang air besar masih sering atau tidak, dilihat dari karakteristik
feses, serta demam masih tinggi atau tidak

 Efek samping
Dilihat efek samping obat yang terjadi pada pasien seperti mual, muntah,
gangguan pencernaan, bahaya dilambung maka segera hubungi dokter.

BAB III
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah :
1. Penyakit gangguan pencernaan merupakan suatu penyakit yang terjadi
akibat teganggunya sistem pencernaan manusia.
2. Patofisiologi infeksi saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya
bakteri atau mikroorganisme lain yang masuk ke dalam tubuh melalui
makanan. Salah satu bakteri penyebab infeksi ini adalah Salmonella thypi
yang menyebabkan demam tifoid atau tipes.
3. Tanda atau gejala umum yang sering ditemukan pada penderita penyakit
gangguan pencernaan diantaranya yaitu, a) Sering sembelit, b) Sering
mual, c) Sering sendawa, d) Perut terasa sakit dan pedih, e) Sulit untuk
tidur, f) Penurunan berat badan, g) Nafsu makan berkurang, h) Sesak pada
bagian atas perut, i) Sulit untuk buang air besar.
4. Sasaran terapi penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh
virus, bakteri dan protozoa. Strategi terapi dapat menggunakan strategi
terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.
5. Penatalaksaan terapi dan evaluasi obat sesuai dengan penyakit yang
dialami oleh seseorang.
B. Saran
Saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan demi penulisan
dan pemilihan kata serta isi makalah yang dapat disusun lebih tepat lagi demi
proses pembelajaran yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
20
Anorital dan Lelly A., 2017, Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang disebabkan oleh Amuba di Indonesia, Media Litbang
Kesehatan, Vol. 21 (1).
Ashari dan Andi Y. M., 2016, Implementasi Model Backpropagation dan Forward
Chaining Dalam Mendiagnosa Penyakit Pencernaan Dengan
Pengobatan Cara Herbal, Jurnal Inspiraton, Vol. 6 (2).

Burns, M.A., Terry S., Barbara W., Patrick M., Jill K., dan Joseph D., 2016,
Pharmacotherapy Principles and Practice 4th Edition, New York.
Kristiana, T., 2018, Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Saluran
Pencernaan Dengan Metode Forward Chaining, Informatik Jurnal Ilmu
Komputer, Vol. 1 (1).
Tandi, 2017., Kajian Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Kasus Demam Tifoid
di Instalasi Rawat Inap Anutapura Palu, Pharmacon, Vol. 6 (4).

21
22

Anda mungkin juga menyukai