Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEGENERATIF

GATROENTERITIS

Disusun Oleh:

AL ANDIKA (2109060034)

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan kepada kita semua berlimpah
nikmat yang tidak sebanding dengan rasa dengan rasa syukur yang kita ucapkan. Sholawat
dan salam kepada Rasulullah yaitu Nabi muhammad S.A.W Dengan perjuangannya kita bisa
merasakan kekebebsan dan menuntut ilmu tanpa di batasi oleh golongan ras dan suku.
Sholwat dan salam juga kepada ahli keluarga dan sahabat beliau yang ikut membantu beliau
dengan harta dan tenaga.

Ucap terima kasih kepada Ibu Lalu dwi satria Ardiansyah,M.pd sebagai dosen
pengampuh mata kuliah “PATOFISIOLOGI PENYAKIT DEGENERATIF” Semoga ilmu
yang beliau berikan diberkahi oleh Allah SWT Amin.

Ucapan terimakasih juga kepada pembaca, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan sumber refrensi dalam mempelajari “Gastroentritis”, dan
didalam ini tentu ada kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu mohon kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki kesalahan dan kekeliruan yang ada di dalam penulisan makalah
ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR MEDIS...........................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................................4
D. Patofisiologi....................................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................5
F. Penatalaksanaan Medis...................................................................................................6
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN.......................................................................8
A. Pengkajian.......................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................9
C. Rencana Asuhan Keperawatan........................................................................................9
D. Pathways.......................................................................................................................12
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai defekasi yang meningkat (Padila, 2013).
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare (89%),
dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan
pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering,
penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10% pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea
dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al, 2012)
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis dirumah
sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235
dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilan terpadu tahun
2010 jumlah kasus diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, cakupan penemuan dan
penanganan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih tinggi dibandingkan
tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa cakupan penemuan dan
penanganan diare tertinggi adalah Kota Pekalongan (106,85%) dan terendah adalah
Kabupaten Boyolali (16,42%). (Dinkes Jateng, 2014).

B. Tujuan Penulisan Makalah

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit gastroenteritis

2. Tujuan khusus

1
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi gastroenteritis
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis gastroenteritis
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinis gastroenteritis
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan penunjang gatroenteritis
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan klasifikasi gastroenteritis
f. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan medis gastroenteritis
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan keperawatan
gastroenteritis

2
BAB II KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus halus (Lewis, 2000 ).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di tandai
dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz, 2002).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh.

B. Etiologi
Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :

1) Faktor infeksi
a. Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama gastroenteritis. meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan
jamur (C. albicans)
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
3) Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan cemas ).

3
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut Cecyly dan Betz (2009)
adalah :
1. Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara
menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak berlendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sekit perut.
7. Rasa kembung.
8. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
9. Kadang-kadang demam.

D. Patofisiologi

Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus


setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang
baik, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin
yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae,Vibrio
parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic E.coli) yang menghasilkan
kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses bercampur darah dan lendir bekas sisa
sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella,
organisme campylobacter, dan enterovasif E.coli yang menyebabkan terjadinya
destruksi,serta inflamasi (Jones, 2003).

Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat kerana tidak dapat

4
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler (Levine, 2009)

Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi,yaitu
gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake. Meskipun yang
hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit (Prescilla, 2009).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat


sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan
menurut Suraatmaja (2007) adalah :
1) Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P serum pada
diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena malnutrisi/malabsorbsi
tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih,
pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
4) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

F. Klasifikasi

Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare diklasifikasikan menjadi diare


akut dan kronis.
1) Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi:
a. Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare menjadi cair dengan
volume besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak

5
ada sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapatkan cairan yang seseuai
sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaaan feses rutin.
b. Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala
klinis ditandai dengan adanya mulas sampai dengan nyeri kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, tanda dan gejala dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada
pemeriksaan feses rutin dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorphonuklear
(PMN).
2) Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis diklasifikasikkan kembali secara
klinis menjadi:
a. Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan oleh gangguan
transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun
kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin
bakteri seperti toksin kolera, pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif
non osmotic dan hormone intestinal (gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP))2)
b. Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus sehingga
osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari dalam plasma ke lumen usus sehingga
terjadilah diare. Misalnya malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat
garam magnesium.
c. Diare eks datif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus
besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non-infeksi
seperti gluten sensitive enteropathy, inflammatory bowel disease ataupun akibat radiasi.
Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan dan
minuman diusus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel
atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini.

G. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis


meliputi:

6
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien,
tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes),
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.

2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air
tajin, tepung beras, dsb ).

a. Obat Anti sekresi


Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg /
kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium loperamia tidak di
gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic

7
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya
kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat
penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.

2) Penatalaksaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain :
1. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun, anuria,
keadaan kulit/turgor.
3. Hentikan makanan padat
4. Monitor tanda –tanda vital
5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

8
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah :

1) Identitas /Biodata
a) Identitas Pasien
b) Identitas Penanggung Jawab
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola fungsi kesehatan :
a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola Nutrisi dan metabolik
c) Pola Eliminasi
d) Pola aktifitas dan latihan
e) Pola istirahat tidur
f) Pola persepsi sensoris dan kognitif
g) Pola hubungan dengan orang lain
h) Pola reproduksi / seksual
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
j) Pola mekanisme koping
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
4) Pemeriksaan fisik ( head to toe)
a) Data umum
b) Pemeriksaan head to toe

9
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut NANDA
adalah :

1. Kekurangan volume cairan behubungan dengan kehilangan volume cairan aktif


(diare, muntah)
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan
4. Kurang pengetahuan tentang gastroenteritis berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana Asuhan keperawatan menurut NANDA NIC NOC adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare,
muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan
teratasi dan keseimbangan elektrolit, asam basa dapat tercapai dengan kriteria hasil:
keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat asupan makanan
dan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pantau warna, jumlah, dan
frekuensi kehilangan volume cairan (rasional untuk mempermudah penghitungan
balance cairan), pantau status hidrasi misal kelembaban membran mukosa, keadekuatan
nadi (rasional untuk menentukan tingkatan dehidrasi), tingkatkan asupan cairan per oral
(rasional untuk mengurangi dehidrasi), manajemen nutrisi misal diet makanan padat,
pantau asupan makan klien (rasional untuk menyediakan asupan makanan dalam diet
seimbang), kolaborasi pemberian cairan parenteral RL (rasional untuk menggantikan
cairan dalam tubuh yang hilang saat diare)

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ( proses infeksi )


Tujuan:

10
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi
dengan kriteria hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam
batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna
kulit tidak ada.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat kenaikan suhu
tubuh (rasional untuk suhu 380 – 400C menunjukan proses infeksi sehingga membantu
untuk menentukan interveni yang tepat), pantau warna kulit (rasional untuk
mempermudah mengenali hipertermi), pantau suhu badan minimal setiap dua jam atau
sesuai kebutuhan (rasional untuk indikator perkembangan kondisi pasien), pantau nadi
dan pernafasan (rasional jika hipertermi maka nadi dan pernafasan meningkat), berikan
kompres air hangat pada kening, ketiak dan lipat paha (rasional untuk menurunkan
hipertermi melalui proses evaporasi), kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
(rasional untuk menurunkan suhu tubuh dengan menstimulasi pusat pengaturan suhu
dihipotalamus)

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat, mempertahankan
berat badan atau pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah
setelah makan.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji status nutrisi pasien serta
intake dan outputnya (rasional untuk mengetahui status nutrisi pasien), timbang BB
setiap hari (rasional untuk mengetahui apakah ada penurunan BB atau tidak karena ini
indikator perubahan status nutrisi), observasi dan catat respon terhadap pemberian
makan (rasional untuk mengkaji toleransi pemberian makan), anjurkan untuk
memberikan makanan sedikit tapi sering (rasional untuk mengurangi menekan kerja
gastrik sehingga mengurangi mual dan mencegah resiko muntah), kolaborasi dalam
pemberian obat anti emetik (rasional untuk mencegah muntah dengan menstimulasi
pusat pengaturan muntah chemoreceptor triger zone dan central vomiting centre)

11
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan perawatannya berhubungan
dengan kurang informasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga mengerti tentang
kondisi penyakit dan perawatan di rumah dengan kriteria hasil: keluarga pasien
mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis, cara
pencegahan dan perawatan dengan gastroenteritis serta dapat mendemonstrasikan cara
membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan (rasional untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
tentang penyakit tersebut), berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi, berikan
penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan (rasional untuk
membantu memahami informasi yang berhubungan dengan penyakitnya, mengurangi
kecemasan pada setiap melakukan tindakan), berikan penjelasan tentang perawatan di
rumah seperti pembuatan larutan gula garam (rasional untuk mengetahui penanganan
awal diare dirumah)

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare


Tujuan:
setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit tidak
mengalami kerusakan dengan kriteria hasil: hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan
dalam rentang yang diharapkan, terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit terjaga.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah bersihkan daerah bokong secara
perlahan dengan air (rasional untuk membersihkan, karena feses diare sangat
mengiritasi kulit), pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika
mungkin (rasional untuk meningkatkan penyembuhan), hindari menggunakan tissue
basah yang mengandung alkohol (rasional untuk mencegah iritasi), observasi daerah
bokong (rasional untuk mengetahui secara dini tanda-tanda infeksi), kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian salep kulit (rasional untuk mempercepat penyembuhan).

D. Pathways

12
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu
tubuh. (Muhamad Ardiansyah, 2012)

 Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut (Mansjoer Arief, 2000) :


1. Faktor infeksi
a. Infeksi Internal: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
gastroenteritis
b. Infeksi parenteral: merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Gastroenteritis dapat
terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
3. Faktor Psikologis

B. Saran

Dalam melakukan perawatan Gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati,


cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare serta derajat dehidrasi
pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan
sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien,
perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk
mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit,
penyebab diare, pencegahan, dan penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta : Diva Press

14
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults
Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of Infectious Disease. 205
: 1374-1381.

Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam .


Yogyakarta: Nuha Medika.

M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis keperawatan.Edisi
ke-9. Jakarta: EGC

Gordon, M.(1994).nursing diagnosis: procces and application (3rd ed).st.louis: Mosby

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5.
Jakarta : EGC

Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and Management of clinical


problem. Missouri : Mosby Company

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta:Media Aesculapins

15

Anda mungkin juga menyukai