Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN BERHUBUNGAN

DENGAN GASTRITIS

Dosen mata kuliah:

Ns.Moudy Lombogia, S.kep,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Hendiawan Suripto (711440120021)

Karunia Glorya Lumempow (711440120008)

Jessica Maria Rumondor (711440120007)

Intan Sri Lestari (711440120022)

Nadya A. N. Sehe (711440120056)

Mutiara M. P. Husain (711440120055)

Indri Rumawir (711440120005)

Gloria Rachel Momomuat (711440120084)

Angelica Wowor (711440120037)

POLTEKKES KEMENKES MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bias
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Dan tuhan yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa
yang sangat indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah


menyelesaikan makalah yang kami beri judul Asuhan keperawatan system
pencernaan berhubungan dengan gastritis Dalam makalah ini kami mencoba
untuk menjelaskan apa itu gastritis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki makalah kami dilain waktu.

Manado, 07 agustus 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1

1.1  Latar Belakang Masalah..................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS…........................................................3

2.1 Definisi...............................................................................................3

2.2 Etiologi...............................................................................................3

2.3 Klasifikasi..........................................................................................4

2.4 Patofisiologi.......................................................................................6

2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................8

2.6 Komplikasi………………………………………………........…....10

2.7 Pemeriksaan Diagnosa......................................................................10

2.8 Penatalaksanaan................................................................................11

Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis…………………………….12

A. Pengkajian.........................................................................................12

B. Diagnosa Keperawatan....................................................................16

C. Intervensi..........................................................................................16

D. Implementasi....................................................................................18

E. Evaluasi............................................................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………….19

Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan Diagnosa Medis Gastritis.......19

A. Pengkajian....................................................................................................19

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................27

C. Intervensi.....................................................................................................28

D. Implementasi...............................................................................................31

E. Evaluasi.......................................................................................................34

BAB IV PENUTUP.......................................................................................35

3.1 Kesimpulan..............................................................................................35

3.2 Saran........................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala
seperti gastroenteritis, konstipasi, obstipasi maupun ulkus. Gangguan
pencernaan ini banyak disebabkan oleh sebagian besar Enterobacteriaceae,
namun tidak semua Enterobacteriaceae dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti Proteus mirabilis yang merupakan flora normal usus
manusia dapat menjadi patogen bila berada di luar usus manusia dan
mengenai saluran kemih (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2010). Pada tahun
1995-2002, Enterobacteriaceae menginfeksi 24.179 saluran cerna pasien di
Amerika. Enterobacateriaceae adalah bakteri gram negatif kedua dalam
menginfeksi saluran cerna manusia di rumah sakit setelah
Pseudomonadaceae khususnya spesies Pseudomonas aeruginosa yang paling
banyak ditemukan, kedua bakteri ini ditemukan dalam 4,7 % dalam darah
pasien yang berada di ICU, dan 3,1 % dalam darah pasien yang dirawat di
luar ICU. Pada tahun 1993-2004, dilakukan penelitian di Amerika pada
kurang lebih 75.000 orang, ditemukan 13,5% Enterobacateriaceae dari
seluruh subyek penelitian (Fraser, 2012). Indonesia mempunyai angka
kejadian yang tinggi untuk infeksi saluran pencernaan, contoh diare yang
disebabkan oleh infeksi Escherichia coli yang termasuk keluarga
Enterobacteriaceae, merupakan penyakit yang morbiditasnya cukup tinggi di
Indonesia, walaupun pada tahun 2010 sudah mengalami sedikit penurunan
yaitu dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menurun menjadi 411
per 1000 penduduk pada tahun 2010 (Dinkes, 2010). Manusia terinfeksi
Enterobacteriaceae secara fecal-oral, biasanya melalui makanan dan
minuman yang kurang terjaga kebersihannya, kurang masak, dan atau
individu lainnya (Todar, 2012). Selain itu bakteri Pseudomonas aeruginosa
yang merupakan flora normal saluran intestinal dapat menginfeksi manusia
apabila terjadi ketidakseimbangan bakteri di saluran intestinal manusia,
berupa enteritis yang akan memberikan gejala seperti demam, sakit kepala,
diare (Lessnau, 2012). Menurut Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), Pseudomonas aeruginosa ditemukan pada sistem pencernaan pasien
dan meningkat sebanyak 20% dalam waktu 72 jam (Lessnau, 2012). Untuk
mencegah terjadinya infeksi saluran cerna ini, para peneliti banyak meyakini
bahwa penggunaan larutan probiotik dapat mencegah infeksi saluran cerna
(WHO, 2001). Lactobacillus adalah salah satu bakteri yang di golongkan
sebagai bakteri probiotik. Lactobacillus merupakan flora usus normal
sehingga aman untuk digunakan sebagai probiotik dan Lactobacillus dapat
melewati asam lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh minuman probiotik dalam menghambat pertumbuhan berbagai
bakteri int

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari Gastritis?


2.    Bagaimana etiologi dari Gastritis?
3.    Bagaimana klasifikasi dari Gastritis?
4.    Bagaimana patofisiologi dari Gastritis?
5.    Bagaimana manifestasi klinis dari Gastritis?
6.    Bagaimana komplikasi dari gastritis?
7.    Bagaimana pemeriksaan diagnosa dari gastritis?
8.    Bagaimana penatalaksanaan dari gastritis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Gastritis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan Diagnosa Medis
Gastritis

1.3 Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian Gastritis


2.    Untuk mengetahui etiologi dari Gastritis
3.    Untuk mengetahui klasifikasi Gastritis
4.    Untuk mengetahui patofisiologi Gastritis
5.    Untuk mengetahui manifestasi klinis Gastritis
6.    Untuk mengetahui komplikasi Gastritis
7.    Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosa Gastritis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan gastritis
9.    Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan  gastritis
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan diagnosa Medis
Gastritis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Definisi Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar gastritis
disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis, selain itu
beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya sawar mukosa
pelindung lambung (Wijaya & Putri, 2013).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung, peradangan


ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan
saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi
pada lambung (Sukarmin, 2013).

2.2 Etiologi

Penyebab dari penyakit gastritis menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010)


antara lain :

1. Stress

Seseorang dapat mengalami produksi asam lambung berlebih saat mengalami


stres. Hal tersebut karena terjadinya peningkatan kadar ACH dan histamin,
sehingga memicu terjadinya gastritis

2. Alkohol dan rokok

Mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan


gastritis, dikarenakan dalam minuman tersebut mengandung ethanol (merupakan
bahan psikoaktif yang bisa menyebabkan penurunan kesadaran apabila
dikonsumsi), yang bersifat iritatif (merusak mukosa lambung).

Rokok mengandung nikotin yang dapat mengendurkan otot polos di dalam tubuh.
Sfingter esofagus bawah merupakan otot bagian bawah kerongkongan yang
memisahkan kerongkongan dengan lambung yang termasuk ke dalam otot polos.

3. Obat – obatan anti inflamasi non-steroid seperti aspirin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumni obat-


obatan terutama golongan OAINS seluruhnya (100%) mengalami kejadian
gastritis berulang. Sejalan dengan penelitian FM. (Amrulloh & Utami, 2016)
bahwa OAINS dapat memicu terjadinya gastritis dan atau kekambuhan gastritis
karena mekanisme kerja dari OAINS adalah menghambat aksi dari enzim
sikloosigenase, akibatnya COX-1 tidak dapat membentuk prostaglandin dalam
lambung.

4. Makanan merangsang (pedas, panas, asam/alkali kuat)

Gejala maag sering kali dipicu oleh konsumsi makanan tertentu. Ada banyak jenis
makanan dan minuman yang kerap membuat gejala maag kambuh, antara lain:

 Makanan tinggi lemak trans atau lemak jenuh, misalnya margarin dan
gorengan
 Buah-buahan yang asam, misalnya anggur, jeruk, dan nanas
 Makanan pedas
 Makanan olahan atau makanan instan, misalnya sosis, mi, dan pasta
 Minuman beralkohol
 Minuman tinggi kafein, seperti kopi atau minuman bersoda
 Cokelat

5. Infeksi bakteri Helicobacter Phylori

Infeksi Helicobacter pylori merupakan gangguan pencernaan yang umum. Lebih


dari setengah populasi dunia mengalaminya dan cenderung terjadi di negara
berkembang. Infeksi bakteri ini juga lebih sering dijumpai pada anak-anak. Meski
begitu, belum diketahui pasti apa penyebab dan kapan orang terinfeksi bakteri
tersebut.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi penyakit gastritis menurut Sukarmin (2013) antara lain :

1. Gastritis akut hemoragik erosif

Gastritis akut hemoragik erosif adalah suatu peradangan permukaan lambung


yang akut dengan kerusakan – kerusakan erosi. Gastritis pada tipe ini sering
menyebabkan ulkus aktif. Gastritis akut hemoragik erosif disebabkan oleh :

 Iskemia dan syok


 Stress
 Penggunaan alkohol dan zat kimia erosive
 Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid
 Trauma
 Sinar radiasi

2. Gastritis kronik non-erosif

Gastrtitis kronik non-erosif adalah suatu peradangan bagian permukaan lambung


yang menahun. Jenis peradangan ini banyak terjadi pada daerah antrum. Penyebab
utama terjadinya gastritis aktif kronik non-erosif adalah infeksi bakteri
Helicobacter Pylori. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk merusak imunitas
sehingga tidak dianggap benda asing oleh limfosit-T, tetapi justru sebaliknya
dianggap sebagai bagian dari lambung sehingga leluasa untuk berkembang biak.
Bakteri Helicobacter Pylori dapat ditularkan melalui makanan yang
terkontaminasi kuman, vector lalat, maupun fecal-oral.

3. Gastritis atropi

Penyebab tersering tipe ini adalah autoantibodi. Immunogolobulin G dan limfosit


B kehilangan daya kenal terhadap sel lambung sehingga justru malah merusaknya.
Sel parietal lambung mengalami atropi dan mengalami gangguan terhadap
reseptor gastrin, karbohidrase, ATP dan

faktor intrinsik. Atropi sel parietal mengakibatkan penurunan sekresi getah


lambung dan faktor intrinsik menurun tetapi justru terjadi peningkatan sekresi
gastrin. Penurunan faktor intrinsic akan menurunkan ikatan kobalamin dengan
faktor intrinsic sehingga terjadi defisienisi kobalamin (berakibat anemia
pernisiosa)

4. Gastritis reaktif

Gastritis reaktif tersering disebabkan pasca operasi daerah antrum atau daerah
pylorus yang mengakibatkan refluks enterogastrik yang menyebabkan enzim
pancreas dan garam empedu menyerang mukosa lambung sehingga mengalami
pengikisan.
2.4 Patofisiologi

Mukosa barrier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan


terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini.
Ketika mukosa barrier ini rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung
(gastritis). Setelah barrier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan dibentuk dan
diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCI dapat
berdifusi baik kedalam mukus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil,
yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barrier.
Perlahan – lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kongesti vaskular,
edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah
penebalan. Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan
dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan
mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan
fungsi sel utama dan parietal memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam
memburuk, sumber – sumber faktor intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat
terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam badan menipis secara
merata yang menyebabkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin ditemukan
pada sel utama dan parietal sekresi asam lambung menurun secara berangsur, baik
jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko
terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun
gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut
atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronik (Dermawan &
Rahayuningsih, 2010).
2.5 Manisfestasi klinis

Gambaran klinis pada penyakit gastritis menurut Dermawan & Rahayumingsih


(2010) adalah :

1. Nyeri seperti terbakar

2. Nyeri ulu hati setelah makan

3. Anoreksia

4. Mual, muntah, cegukan

5. Sakit kepala

6. Malaise

7. Perut kembung

8. Rasa asam di mulut

9. Hemorhagi

10. Kolik usus dan diare

Gambaran klinis pada penyakit gastritis berdasarkan klasifikasi menurut Sukarmin


(2013) adalah :

1. Gastritis akut hemoragik erosif

a. Nyeri yang hilang timbul pada ulu hati Terjadi akibat peningkatan sekresi
gastrin yang menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung.

b. Mual – mual dan muntah

Terjadinya gangguan pada saluran pencernaan dapat memicu peningkatan sekresi


lambung dan rangsangan saraf vagus yang berakibat mual dan muntah.

c. Perdarahan saluran cerna

Perdarahan pada saluran cerna dapat terjadi akibat dari perlukaan pada organ
pencernaan

2. Gastritis kronis non-erosif

a. Perasaan penuh, anoreksia


Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika
ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena
sebagian besar telah terisi oleh mucus dan cairan hasil sekresi.

b. Distress epigastrik yang tidak nyata

Distress epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster
seperti penuh. Respon ini terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung
lama.

c. Cepat kenyang

Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti lambung terasa cepat


penuh.

3. Gastritis atropi

a. Nyeri epigastrik

Terjadi akibat peningkatan sekresi gastrin, yang menyebabkan iritasi dan muncul
nyeri.

b. Anemia pernisiosa

Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada intestinum dapat mengakibatkan


anemia pernisiosa.

c. Mual dan muntah

Terjadinya gangguan pada saluran pencernaan dapat memicu peningkatan sekresi


lambung dan rangsangan saraf vagus yang berakibat mual dan muntah.

4. Gastritis reaktif

a. Muntah yang berlebihan

Ketidaksempurnaan hasil operasi organ abdomen dapat refluks enzim lipase dari
pankreas dan mengakibatkan peningkatan sekresi lambung.

b. Nyeri epigastrium

Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu dapat menurunkan ambang
nyeri.
c. Lemah

Lemah dapat diakibatkan oleh penurunan jumlah cairan dan nutrisi oleh muntah
yang berlebihan.

4. Gastritis reaktif

a. Muntah yang berlebihan

Ketidaksempurnaan hasil operasi organ abdomen dapat mengakibatkan refluks


enzim lipase dari pankreas dan mengakibatkan peningkatan sekresi lambung.

b. Nyeri epigastrium

Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu dapat menurunkan ambang
nyeri.

c. Lemah

Lemah dapat diakibatkan oleh penurunan jumlah cairan dan nutrisi oleh muntah
yang berlebihan.

2.6 Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) :

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan


medis
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat
4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung

2.7 Pemeriksaan diagnose

Pemeriksaan penunjang penyakit gastritis menurut Sukarmin (2013) antara lain :

1. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa adanya kuman Helicobacter Pylori


dalam darah dan dapat juga digunakan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

2. Pemeriksaan feses
Memeriksa apakah terdapat kuman Helicobacter Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi, dan adanya darah dalam feses
menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

3. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dalam tes ini dapat terlihat adanya keabnormalan pada saluran cerna bagian atas.
Dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan atas usus kecil.

4. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini dapat melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Pasien akan diminta menelan cairan barium sebelum dilakukan rontgen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit gastritis menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010)


adalah :

1. Keperawatan

Istirahat baring, mengurangi stress, diit lambung yang lunak dan tidak
merangsang, tidak merokok dan minum alkohol.

2. Medis

Bila perdarahan lambung berikan anti-koagulan, pemberian obat anti-kolinergik,


anti-emetik, analgesik, sedative, antasida, dan antibiotik. Terapi pendukung
seperti intubasi, cairan intra vena. Pembedahan untuk mengangkat ganggren dan
perforasi.

Penatalaksanaan penyakit gastritis menurut Adwan dkk. (2013) :

1. Antasida berisi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.

Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia dengan cara menetralisasi asam
di perut.

2. Histamin blocker, seperti famotidine dan ranitidine.


Bersifat menurunkan produksi asam dengan mempengaruhi langsung pada lapisan
epitel lambung dengan cara menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom
pada nervus vagus.

3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, pantoprazole,


rabeprazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat
produksi asam melalui penghambatan terhadap electron yang menimbulkan
potensial aksi pada saraf otonom vagus.

4. Jika gastritis disebabkan oleh NSAID (Nonsteroid Antiinflamasi Drug) seperti


aspirin, aspilet maka penderita disarankan untuk berhenti minum obat tersebut.

5. Apabila penyebabnya adalah Helicobacter Pylori maka perlu penggabungan


obat antasida, PPI, dan antibiotic seperti amoksilin dan klaritromisin untuk
membunuh bakteri.

6. Pemberian makanan yang tidak langsung merangsang, karena makanan seperti


pedas, kecut, dan asam dapat meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga
dapat meningkatkan resiko inflamasi pada lambung.

7. Manajemen stress karena stress dapat mempengaruhi sekresi asam lambung


melalui nervus vagus.

Konsep asuhan keperawatan gastritis

Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam
usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf optimal melalui
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu kebutuhan klien
(Nursalam, 2005).

Dalam asuhan keperawatan pasien dengan gastritis, menggunakan pendekatan


proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan (implementasi), dan evaluasi. Proses
keperawatan ini merupakan pedoman untuk melaksanakan asuhan keperawatan
dengan uraian masing-masing sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan


secara sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untumengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan
catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis.
Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :

a. Data dasar (Identitas Klien) : Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat
dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama, bahasa yang digunakan, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber dana/ biaya serta identitas orang
tua.

b. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri bawah.

2). Riwayat kesehatan sekarang : Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari


gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

3). Riwayat kesehatan terdahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan


penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

4). Riwayat kesehatan keluarga : Dihubungkan dengan kemungkinan adanya


penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular
akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji
adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat
dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya dengan
kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum-minuman yang panas,
bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan,
penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok

5). Genogram : Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai dengan
kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua generasi
dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi keatas. 6) Riwayat
psikososial : Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya.

7). Pola kebiasaan sehari-hari. Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan seharihari
pada pasien gastritis, yaitu :

a). Pola nutrisi

b). Pola eliminasi

c). Pola istirahat dan tidur

d). Pola aktivitas/ latihan


e). Pola kognisi-perceptual

f). Pola toleransi-koping stress

g). Pola persepsi diri/ konsep koping

h). Pola seksual reproduktif

i). Pola hubungan dan peran

j). Pola nilai dan keyakinan

c. Kebutuhan dasar Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi
dan kebersihan diri dan faktor alergi.

d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskiltasi. Menurut Doengoes (2000), data dasar pengkajian pasien gastritis
meliputi :

1) Data Subjektif

a. Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri


tekan di kwadran epigastrik.
1) Tanda-tanda vital
2) B1 (Breath) : Takhipnea
3) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
4) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
5) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
6) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
7) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan
b. Kesadaran : Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/ bingung, sampai koma (tergantung pada volume
sirkulasi/ oksigenasi).

2) Data objektif
a). Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut.

b). Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke
jaringan), konjungtiva pucat dan kering

c). Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan intrasel mukosa) bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan
personal hygiene).

d). Abdomen

1). Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan bentuk
abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada sering
merubah posisi, menandakan pasien nyeri.

2). Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, dan
hipoaktif setelah perdarahan.

3). Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan hypertimpani
(bisng usus meningkat).

4). Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan
pada region epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung) (Doengoes, 2000).

e). Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2000).

f) Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto (2009) yang ditemukan pada pasien


gastritis, yaitu :

1). Endoscopy

2). Pemeriksaan histopatologi

3). Laboratorium

4). Analisa gaster

5). Gastroscopi.

B. Diagnosa keperawatan
1. (D.0077) nyeri akut b.d agaen pencederaan fisiologis (inflamasi) d.d
mengeluh nyeri
2. ( D.0019) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d
nafsu makan menurun
3. (D. 0037 ) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d muntah

C. Rencana Keperawatan

NO Diangnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasial Intervensi keperawatan


. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. (D.0077) nyeri akut b.d (L.08066) Setelah dilakukan (I.08238) Manajemen nyeri
agaen pencederaan tindakan keperatan tingkat nyeri Observasi :
fisiologis (inflamasi) d.d menurun dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi
mengeluh nyeri  Keluhan nyeri 5 menurun karakteristik,
 Meringis 5 menurun durasi,frekuensi,
 Gelisah 5 menurun kualitas,intensitas
 Perilaku 5 membaik nyeri, dan skala
nyeri
 Identifikasi respon
nyeri non ferbal
 Identifikasi factor
yang memperberat
dan meperingan
nyeri
Traupetik :
 Berikan teknik non
farmakologis unutk
mengurangi rasa
nyeri
 Fasilitas istirahat
dan tidur.
Edukasi :
 Jelaskan penyebab.
Priode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Kolaborasi
 Pemberian
anakgetik jika perlu
2. ( D.0019) Defisit nutrisi (L.03030) Setelah dilakukan (I.03119) Manajemen
b.d ketidakmampuan tindakan keperatan tingkat nyeri nutrisi
mencerna makanan d.d menurun dengan kriteria hasil :  Observasi
nafsu makan menurun  Status nutrisi membaik 5 identifikasi status
membaik nutrisi
 Porsi makan yang  Monitor asupan
dihabiskan 5 meningkat makanan
 Kekuatan otot menelan 5 Traupetik :
meningkat  Berikan makan
 Nyeri abdomen 5 secara menarik dan
menurun suhu yang sesuai
 Frekuensi makan 5 Kolaborai :
membaik  pemberian meditasi
 Nafsu makan 5 membaik sebelum makan
(misalnya Pereda
nyeri)

3. (D. 0037 ) Resiko (L.05020) Keseimbagan cairan (I.03122) pemantauan


ketidakseimbangan meningkat elektrolit
elektrolit b.d muntah  Asupan cairan 5  Observasi :
meningkat identifikasi
 Asupan makanan 5 kemungkinan
meningkat penyebab ketidak
 Membrane mukosa 5 keseimbangan
membaik elektrolit
 Monitor mual
muntah
 Monitor kehilngan
cairan
Teraupetik :
 Atur interpal
pemantauan sesaui
dengan kondisi
pasien
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan

D. Implementasi keperawatan
Menurut Doenges (2000), implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan
yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan
dicatat dalam catatan keperawatan .

E : Evaluasi

Adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis

hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan

atau asuhan

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GASTRITIS

Tanggal pengkajian : Jumat, 06- Agustus-2021 Jam 07.30 WITA


Diagnose ,medis : Gastritis

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny “L”
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
TTL : Wongkay, 02 oktober 2001
Agama : Kristen protestan
Pendidikan terakhir : Perguruan tinggi
Pekerjaan : pelajar/mahasiswa
Alamat : Wongkay 1, Jaga III kec.Ratahan kab.
Minahasa Tenggara
Suku/bangsa : Indonesia/Minahasa
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny”T”
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Wongkay 1, Jaga III kec.Ratahan kab.
Minahasa Tenggara
Agama : Kristen protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Hub. Dgn pasien : orang tua

3. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan utama
Seorang permpuan, Ny “L” umur 19 tahun mengeluh nyeri pada
ulu hatinya klien mengeluh mual dan muntah serta tidak napsu
makan.
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/i
KU : Lemah
RR : 24 x/menit
Suhu badan : 36,5 °C
BB : 45
Tinggi badan : 160 cm
 Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sakit pada bagian ulu hati sejak 2 hari yan lalu.
Kemudian pada keesokan harinya pukul 10.WITA klien belum
sarapanpagi, tiba-tiba mengeluh sakit perut pada bagian ulu hati.
pada jam 14.00 WITA nyeri bertambah hebat ditusuk-tusuk dan
seperti rasa terbakar pada saat 2 jam setelah klien makan siang
yang disertai mual da muntah.skala nyeri 8 menurut (smeltzer. S.C
bare B.G)
 Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa klien sudah pernah mengalami penyakit
semacam ini.klien tidak mempunyai penyakit keturunan DM,TB
paru, hipertensi, maupun penyakit menular.klien tidak pernah
dirawat dirumah sakit sebelumya.
 Pengkajian berdasarkan PQRST
P : Nyeri pada saat klien terlambat makan
Q; Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri di rasakan pada bagian ulu hati
S: Skala nyeri 8(berat)
T: Nyeri berlangsung ± 10-15 menit ,lalu kemudian berhenti
sekitar 5 menit, lalu rasa sakit muncul kembali, nyeri bertambah
hebat apabila klien terlambat makan dan sesudah makan.
4. GENOGRAM
Keterangan:

: laki- laki

: perempuan

: klien

: meninggal

:hubungan pernikahan

: hubungan anak

5. Pola kebutuhan

Persepsi kesehatan-penaganan kesehatan

Saat sehat : klien mengatakan kesehatan sangatlah penting,


jika sudah
merasakan sakit langsung pergi ke puskesmas
terdekat.

Saat sakit : klien terlihat lemah,wajah klien pucat

1) Pola Nutrisi metabolic


Saat sehat : klien mengatakan makan 2x sehari .klien juga
mengatakan sering mengkonsumsi makanan yang bersifat pedas,
asam,dan sering terlambat makan.

Saat sakit : klien hanya makan 2jam sehari dengan


porsisedikit,komposisi makanan yang lembek
(bubur).pasien minum air putih ± 500cc/hari.BB 45.
2) Pola eliminasi
Saat sehat :pasien BAB 2x sehari dengan konsistensi feses
warna kuning lembek ,tidak ada kesulitan saat BAK
.
Saat sakit : klien BAK±4x/hari warna kuning bau khas
amoniak..BAB klien ±2x/hari kuning padat tidak
ada kesulitan.
3) Pola aktivitas dan latihan
Saat sehat : selama di rumah klien beraktivitas secara normal .
Saat sakit :sejak 2 hari yang lalu klien mengatakan merasa
lelah dan lemas saat

melakukan aktivitas.

4) Pola tidur dan istirahat


Saat sehat : klien mengatakan istirahat/tidur ±6-7
jam/hari.klien tidak memiliki masakah tidur.
Saat sakit : klien mengatakan tidak ada masalah
5) .pola kognitif persepsi
Saat sehat : Pasien mengatakan tahu tentang sakitnya dan
berusaha menghindari makanan yang bisa membuat kambuh
tentang sakitnya
Saat sakit : pasien dan keluarga mengatakan paham tentang
sakit yang diderita dan tahu bagaimana cara menghilangkan sakit
yang diderita oleh pasien.
6) Pola persepsi diri/konsep diri
Saat sehat :klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
dibencinya, karena
semua yang ada pada dirinya adalah anugerah dari
TYME.

Saat sakit :pasien berharap cepat sembuh agar dapat


beraktivitas seperti biasanya.
7) Pola peran-hubungaan
Saat sehat :klien dapat berkomunikasi dengan baik,dengan
keluarganya maupun teman-temannya.perannya
tidak terganggu serta dapat melakukan aktifitas serta
perannya.
Saat sakit :peran hubungan pasien terganggu karena pasien
lemas dan lebih banyak diam.
8) Pola seksua-reproduksi
Saat sehat :klien mengatakan tidak mengalami masalah dalam
hal reproduksi seksual.
Saat sakit : tidak mengalami masalah dalam hal reproduksi
seksual.
9) Pola koping-toleransi stress
Saat sehat :klien mengatakan jika mengalami stress langsung
bercerita pada keluarganya.
Saat sakit : klien mau diajak berobat ke layanan kesehatan.
10) Pola nilai kepercayaan
Saat sehat :klien mengatakan selalu mengikuti kegiatan
ibadah.\
Saat sakit :pasien mengatakan masih tetap menjalankan ibadah
namun terkadang ditinggalkan saat kondisinya
sedang drop.

1) PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum

Keadaan umum : sedang

Tingkat kesadaraan :composmentis

Tinggi badan :160 cm

BB :45 Kg

2. Tanda – tanda vital


Suhu tubuh :36,5°C
N :80x/i
RR :24x/menit
TD :110/80 mmHg
3. integumen
a. Kepala
 Inspeksi : warna rambut cokelat panjang, kepala
tampak bersih,
bentuk kepala ova/lonjongl, wajah tampak
meringis, klien tampak gelisah.
 Palpasi : tidak teraba adanya benjolan
b. Mata
 Inspeksi : mata kanan dan kiri simetris, penglihatan
normal
,konjungtiva tidak anemis.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada palpebra.
c. Hidung
 Inspeksi : hidung tampak bersih, tidak ada polip,
peradagan,
perdarahan, secret dan tidak menggunakan
alat bantu, pendegarab baik.
 Palpasi : tidak ada kelainan atau nyeri tekan
d. Telinga
 Inspeksi : tidak Nampak serumen pada kedua telinga,
tidak tampak

tanda- tanda peradagan ,tidak mengunakaan


alat bantu, pendegaran baik.
 Palpasi : tidak ada kelainan
e. Mulut
 Inspeksi : bibir tampak pucat, mukosa bibir kering,
keadaan mulut
tampak bersih, jumlah lengkap, tidak ada
kesulitan menelan.
 Palpasi : tidak ada kelainan
f. Leher
 Inspeksi : tidak ada kelainan atau pembesaran vena
jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Palpasi : tidak adanya kelainan atau pembesaran
tiroid
g. Thoraks
 Inspeksi :tidak ada kelainan bentuk dada, dada
simetris saat inspirasi
dan ekspresi
 Palpasi : tidak adanya kelainan atau nyeri tekan
 Perkusi : bunyi thoraks sonor
 Auskultasi : bunyi napas veskuler
h. Jantung
 Auskultasi : bunyi jantung 1(lup) bunyi jantung
2(dup), tidak
ada kelainan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau
pembesaran jantung
i. Abdomen
 Inspeksi : pasien tampak memegangi perut
bagian atas, kulit : tampak kering , tidak
ada lesi dan massa.
 Auskultasi : bising usus terdengar 10x/menit
 Perkusi : bunyi kuadran 1(redup), kuadran
2,3 dan 4 bunyi
abdomen (timpani)
 Palpasi : ada nyeri tekan pada bagian
epigastrium
j. Genitalia dan rectal
 Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan fisik
secara langsung
pada genetalia . tetapi data diperoleh
langsung dari pasien. Pasien
mengatakan tidak ada kelainan di
genetalianya. Tidak terpasang kateter
dan tidak memakai pempers.
 Rectal : tidak dilakukan pemeriksaan fisik
pada rectal, tetapi
data diperoleh langsung dari klien,
klien mengatakan tidak terdapat
benjolan atau kelainan pada rectal.

k. Integument
 Inspeksi : keadaan kulit tampak bersih, warna
kulit putih
 Palpasi : kulit teraba hangat, tugor kulit
elastic.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :-

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Iritasi mukosa Gangguan rasa
Pasien mengatakan lambung nyaman :nyeri b.d
 Sakit pada bagian iritasi mukosa
ulu hati sejak 2 hari lambung
yang lalu
 Nyeri bertambah
hebat setelah 2 jam
Ny”L” makan siang
yang disertai
dengan mual dan
muntah.
 Sebelumnya
memang
mempunyai maag
gastritis
DO:
 KU: lemah
 Pengkajian PQRST
P: Nyeri pada saat
terlambat makan
Q: nyeri seperti
diyusuk-tusuk dan
seperti terbakar
R :nyeri dirasakan
pada ulu hati
S: skala nyeri 8
(berat) dari 1-10
T:nyeri berlangsung
±10=15
menit,kemudian
berhenti sekitar 5
menit lalu muncul
kembali, nyeri
bertambah hebat
apabila klien
terlambat makan
dan sesudah makan
 Wajah tampak
meringis dan
gelisah
 Ada nyeri tekan
pada bagian
epigastrium
 Pasien tampak
memegangi perut
bagian atas
DS: Intake nutrisi tidak Ketidakseimbangan
 Sering adekuat nutrisi: kurang dari
mengkonsusmsi kebutuhan tubuh
makanan yang
bersifat pedas dan
kadang sering
terlambat makan
 Sejak 2 hari yang
lalu nafsu makan
klien menurun dan
disertai mual dan
muntah lebih dari
3x sehari biasanya
sebelum makan dan
sesudah makan\
 Pasien mengatakan
BB sebelumnya 50
kg
 Sebelumnya
mempunyai
penyakit maag dan
gastritis
DO:
 Bibir tampak
pucat,mukosa bibir
kering
 Pasien tampak
lemah
 BB setelah sakit 45
kg

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas maka diagnose prioritas dari Ny “L”
adalah:
1. D.0074gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d iritasuimukosa lambung d.d
nyeri pada ulu hati
2. D.0019 Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi tidak adekuat d.d mual muntah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI (SIKI)


O (SDKI) KRITERIA HASIL
(SLKI)
1 D.0074 gangguan Status kenyamanan Manajemen nyeri
rasa nyaman : nyeri L.08064 I.08238
b.d iritasi mukosa Expektasi : Observasi:
lambung . meningkat  Identifikasi
Kiteria hasil: lokasi,
 kebisingan karakteristik,
menurun durasi,
 Keluhan sulit frekuensi,
tidur menurun kualitas,
 Mual meurun intensitas nyeri
 Lelah  Identifikasi
menurun skala nyeri
 Merintih  Identifikasi
menurun respons nyeri
 Pola eliminasi non verbal
membaik  Identifikasi
 Pola hidup faktor yang
membaik memperberat
 Pola tidur dan
membaik memperingan
nyeri
Teraupetik:
 Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi:
 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
 Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
D.0019 L.03030 I.03119
Ketidakseimbangan Ekspektasi: membaik Observasi:
nutrisi :kurang dari kriteria hasil:  Identifikasi
kebutuhan tubuh  Porsi status nutrisi
b.d intake nutrisi makanan yang  Identifikasi
tidak adekuat d.d dihabiskan makanan yang
mual muntah.  Perasaan disukai
cepat kenyang  Monitor
menurun asupan
 Nyeri makanan
abdomen  Monitor berat
menurun badan
 Berta badan Teraupetik:
membaik  Lakukan oral
 Indeks massa hygiene
tubuh (IMT)  Berikan
 Frekuensi makanan
makan tinggi serat
membaik untuk
 Bising usus mencegah
membaik konstipasi
 Membrane  Berikan
mukosa makanan
membaik tinggi kalori
dan protein
Edukasi:
 Anjurkan
posisi duduk,
jika perlu
 Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan(mis.
Pereda nyeri,
antlemetik,jika
perlu
 Kolaborasi
degan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrein yang
dibutuhkan
jika perlu.
D.IMPLEMENTASI

NO HARI/TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTASI


. L KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Jum’at, 6 agustus D.0074 gangguan rasa 08.00-08.30WITA
2021 nyaman : nyeri b.d Melakukan pengkaji nyeri pada klien.
peningkatan asam  P :nyeri pada saat terlambat
lambung makan
 Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan seperti terbakar
 R: nyeri dirasakan pada bagain
ulu hati
 S :skala nyeri 8(berat) dari 1
1-0
 T : nyeri berlangsung ±10-15
menit, lalu kemudian berhenti
sekitar 5 menit, lalu muncul
kembali, nyeri bertambah heba
apabila klien terlambat makan
dan sesudah makan
09.15-10.00WITA
Melakukan identifikasi respons nyeri
non verbal pada klien.
10.15-11.00 WITA
mengatur posisi pasien yang nyaman
bagi klien
11.15-12.00 WITA
menganjurkan klien makan sedikit tap
sering

Defisit nutrisi D.0019


Ketidakseimbangan 08.00 -09.00WITA
nutrisi :kurang dari menganjurkan pasien untuk tidak
kebutuhan tubuh b.d makan Makanan yang mengiritasi
intake nutrisi tidak lambung
adekuat d.d mual 09.10-10.00 WITA
muntah Melakukan oral hygine pada klien
dengan membantu klien menyikat gig
10.15-11.00WITA
Memberikan klien makanan yang
tinggi serat untuk mencegah konstipas
dan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
11.15-12.00WITA
Memonitior asupan makanan yaitu
seberapa banyak makan yang
dihabiskan klien
Monitor berat badan, yaitu mengukur
BB klien.
Sabtu t, 7 agustus D.0074 gangguan rasa 08.00-09.00 WITA
2021 nyaman : nyeri b.d Mengukur TTV klien
iritasi mukosa 09.10-10.00
lambung . Menganjurkan pada klien melakukan
teknik relaksasi seperti nafas dalam
mendengarkan music , nonton tv, dan
membaca.
10.15-11.00 WITA
Menjelaskan pada klien untuk
menghindari makanan yang
merangsang lambung,seperti makan
pedas, asam dan mengandung gas.
11.15-12.00 WITA
Mengkaji ulang tingkat nyeri yang
dirasakan oleh klien

09.00 WITA
Defisit nutrisi D.0019 Mengkaji ulang TTV dan KU
Ketidakseimbangan 10.00 WITA
nutrisi :kurang dari Menjelaskan informasi tentang
kebutuhan tubuh b.d pemenuhan nutrisi
intake nutrisi tidak 11.00 WITA
adekuat d.d mual Mengajurkan pasien makan sedikt tap
muntah serinng
12.00 WITA
Mengkaji makanan yang disukai pasie

.
minggu, 8 agustus D.0074 gangguan rasa 09.00 WITA
2021 nyaman : nyeri b.d Mengkaji ulang TTV dan mengkaji
iritasi mukosa ulang skala nyeri pada pasien
lambung . 10.00 WITA
Memonitior asupan makanan yaitu
seberapa banyak makan yang
dihabiskan klien
Memonitor berat badan, yaitu
mengukur BB klien.
11.00 WITA
Menciptakan lingkungan yang nyama
pads klien
12.00 WITA
Mengatur posisi semi fowler pada
pasien

08.00 -09.00WITA
Defisit nutrisi D.0019 Menganjurkan pasien untuk tidak
Ketidakseimbangan makan Makanan yang mengiritasi
nutrisi :kurang dari lambung
kebutuhan tubuh b.d 09.10-10.00 WITA
intake nutrisi tidak Melakukan oral hygine pada klien
adekuat d.d mual dengan membantu klien menyikat gig
muntah 10.15-11.00WITA
Memberikan klien makanan yang
tinggi serat untuk mencegah konstipas
dan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
11.15-12.00WITA
Memonitior asupan makanan yaitu
seberapa banyak makan yang
dihabiskan klien
Memonitor berat badan, yaitu
mengukur BB klien.
E.EVALUASI

TGL/JAM DX EVALUASI
09/08/2021 I S:mengatakan nyeri pada ulu hatinya
sudah hilang
O: klien tampak rileks
Klien tampak tidak meringis lagi
TD:110/80 mmHg
N:80x/i
RR:20x/i
SB : 36,8C°
A: masalah teratasi
P: -

S: ps mengatakan sudah bisa


09/08/2021 II menghabiskan makanan
Ps mengatakan tidak mual dan
muntah
O; ps menunjukkan perilaku
mempertahankan pola nutriasi
A; masalah teratasi
P; -
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori.

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan


mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.

Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang
secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada
perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.

Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri
gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari
ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).

B. Saran

Semoga makalah dan asuhan keperawatan ini bisa bermanfaat bagi banyak
orang, dan kami selaku penyusun makalah ini meminta maaf jika ada salah
kata yang ada di dalam makalah ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan
serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain guna
untuk menyempurnakan makalah kami. Terima kasih sudah membaca
makalah kami, dan semoga kita semua diberi kesehatan selalu.

Anda mungkin juga menyukai