Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GASTROENTERITIS

Dosen Pengampu : Yuliana, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Aidil Fatra 20010001


Fatimah Asri Nul Hakim 20010020
Fikoh Fiana 200010021
Giva 20010024
Lina Susanti 20010029
Mudtia Fitri 20010033
Intan Mirnawati 20010027
Maya Permadani 20010032
Putri Rifilinda 20010036
Resita 20010040
Resti Dwi Andini 20010042
Shelvy Dwi Argita 20010048
Widya Dieva Erista 20010054
Yona Sandika 20010055

Program Studi D3 Keperawatan

Akademi Keperawatan Pangkalpinang

Oktober 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku penulis makalah berjudul “Makalah
Gastroenteritis“ yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas Mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat
waktunya.
Maka dengan terselesaikannya makalah ini, maka kami selaku penulis
tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat dipergunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerja sama kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr.Wb

Pangkalpinang, 20 Oktober 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Pengertian........................................................................................................... 3
2. Etiologi............................................................................................................... 3
3. Patofisiologi........................................................................................................ 4
4. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 5
5. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................6
6. Klarifikasi............................................................................................................7
7. Penatalaksanaan.................................................................................................. 8
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian..........................................................................................................10
2. Diagnosis Keperawatan......................................................................................11
3. Intervensi............................................................................................................11
4. Implementasi......................................................................................................16
5. Evaluasi..............................................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................17
B. Saran ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
defekasi yang meningkat (Padila, 2013).
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah
(81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang paling
sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang
sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit,
atau perubahan status mental, terdapat pada <10% pada hasil pemeriksaan.
Gejala pernafasan yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea
dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al, 2012)
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa
Tengah berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus
diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, cakupan penemuan
dan penanganan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota,
diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah
Kota Pekalongan (106,85%) dan terendah adalah Kabupaten Boyolali
(16,42%). (Dinkes Jateng, 2014).

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan dan Sebutkan Konsep Medis Pada Pasien Dengan Penyakit
Gastroenteritis
2. Jelaskan dan Sebutkan Konsep Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penyakit Gastroenteritis

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit gastroenteritis
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi gastroenteritis
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis
gastroenteritis
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinis
gastroenteritis
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan
penunjang gatroenteritis
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan klasifikasi
gastroenteritis
f. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan
medis gastroenteritis
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan
keperawatan gastroenteritis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus
halus (Lewis, 2000 ).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz, 2002).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada
lambung dan  usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu  tubuh. 

2. Etiologi
Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis. meliputi infeksi
bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
2) Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media
akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi

3
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab
gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
c. Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan
basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut
dan cemas ).

3. Patofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembang baik, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin.
Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli dan Vibrio
cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran
sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa
memproduksi sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae,Vibrio
parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic E.coli) yang
menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi
enterosit dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme
campylobacter, dan enterovasif E.coli yang menyebabkan terjadinya
destruksi,serta inflamasi [ CITATION Jon03 \l 1033 ].
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa
(metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-Bikarbonat

4
bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat kerana tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler (Levine, 2009).
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat
adalah dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang
disebabkan output melebihi intake. Meskipun yang hilang adalah cairan
tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit (Prescilla, 2009).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut
[ CITATION Cec09 \l 1033 ] adalah :
a. Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu)
baik secara menetap atau berulang à panderita akan mengalami
penurunan berat badan.
b. BAB kadang bercampur dengan darah.
c. Tinja yang berbuih.
d. Konsistensi tinja tampak berlendir.
e. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
f. Penderita merasakan sekit perut.
g. Rasa kembung.
h. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
i. Kadang-kadang demam.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis yang tepat sehingga tepat juga dalam memberikan obat.

5
Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut [CITATION
Sur17 \l 1033 ] adalah :
a. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis,
biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi
terhadap berbagai antibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar
gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
b. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca,K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan
dapat terjadi karena malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum
tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih,
pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan
Bikarbonat
d. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik

6. Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronis.
a. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara
klinis menjadi:
1) Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan
diare menjadi cair dengan volume besar tanpa lendir dan

6
darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada
sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapatkan
cairan yang seseuai sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit
pada pemeriksaaan feses rutin.
2) Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran
sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas
sampai dengan nyeri kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,
tanda dan gejala dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir
dan darah pada pemeriksaan feses rutin dan secara mikroskopis
terdapat sel leukosit polimorphonuklear (PMN).

b. Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis


diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi:
1) Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun
kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus menurun.
Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin kolera,
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif
non osmotic dan hormone intestinal (gastrin vasoaktif intestinal
polypeptide (VIP))2)
2) Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
oleh usus sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik
dari dalam plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare.
Misalnya malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau
akibat garam magnesium.
3) Diare eksdatif

7
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non-infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflammatory bowel disease ataupun
akibat radiasi. Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan dan minuman diusus
menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus
iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien
gastroenteritis meliputi:
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

a) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang
di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
b) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu
tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya
cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat /
ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
(1) Dehidrasi Ringan

8
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian
125 ml / kg BB /oral.
(2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB /hari.
(3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg
BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya
105 ml / kg BB oralit per oral.
2) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang
hilang melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air
tajin, tepung beras, dsb ).

a) Obat Anti sekresi


Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga
diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.

9
b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut [ CITATION Nug11 \l 1033 ] penatalaksanaan keperawatan
antara lain :
1) Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2) Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi,
tensi turun, anuria, keadaan kulit/turgor.
3) Hentikan makanan padat
4) Monitor tanda –tanda  vital
5) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah :
a. Identitas /Biodata
1) Identitas Pasien
2) Identitas Penanggung Jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola fungsi kesehatan :
1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola Nutrisi dan metabolik
3) Pola Eliminasi
4) Pola aktifitas dan latihan
5) Pola istirahat tidur
6) Pola persepsi sensoris dan kognitif

10
7) Pola hubungan dengan orang lain
8) Pola reproduksi / seksual
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
d. Pemeriksaan fisik ( head to toe)
1) Data umum
2) Pemeriksaan head to toe

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
gastroenteritis menurut NANDA adalah :
1. Kekurangan volume cairan behubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif (diare, muntah)
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
hilangnya nafsu makan
4. Kurang pengetahuan tentang gastroenteritis berhubungan dengan
kurangnya informasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena
diare

3. Rencana Asuhan keperawatan menurut NANDA NIC NOC adalah


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif (diare, muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekurangan
volume cairan teratasi dan keseimbangan elektrolit, asam basa dapat
tercapai dengan kriteria hasil: keseimbangan cairan, hidrasi yang

11
adekuat, status nutrisi yang adekuat asupan makanan dan cairan,
keseimbangan elektrolit dan asam basa. 
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pantau
warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan volume cairan (rasional
untuk mempermudah penghitungan balance cairan), pantau status
hidrasi misal kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi
(rasional untuk menentukan tingkatan dehidrasi), tingkatkan asupan
cairan per oral (rasional untuk mengurangi dehidrasi), manajemen
nutrisi misal diet makanan padat, pantau asupan makan klien
(rasional untuk menyediakan asupan makanan dalam diet seimbang),
kolaborasi pemberian cairan parenteral RL (rasional untuk
menggantikan cairan dalam tubuh yang hilang saat diare)

b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ( proses infeksi )


Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil: suhu kulit dalam
rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi dan
pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna kulit
tidak ada.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat
kenaikan suhu tubuh (rasional untuk suhu 38 0 – 400C menunjukan
proses infeksi sehingga membantu untuk menentukan interveni yang
tepat), pantau warna kulit (rasional untuk mempermudah mengenali
hipertermi), pantau suhu badan minimal setiap dua jam atau sesuai
kebutuhan (rasional untuk indikator perkembangan kondisi pasien),
pantau nadi dan pernafasan (rasional jika hipertermi maka nadi dan
pernafasan meningkat), berikan kompres air hangat pada kening,
ketiak dan lipat paha (rasional untuk menurunkan hipertermi melalui
proses evaporasi), kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

12
(rasional untuk menurunkan suhu tubuh dengan menstimulasi pusat
pengaturan suhu dihipotalamus)

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,


hilangnya nafsu makan.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan
cairan adekuat, mempertahankan berat badan atau pertambahan berat
badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah setelah makan.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji status
nutrisi pasien serta intake dan outputnya (rasional untuk mengetahui
status nutrisi pasien), timbang BB setiap hari (rasional untuk
mengetahui apakah ada penurunan BB atau tidak karena ini indikator
perubahan status nutrisi), observasi dan catat respon terhadap
pemberian makan (rasional untuk mengkaji toleransi pemberian
makan), anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
(rasional untuk mengurangi menekan kerja gastrik sehingga
mengurangi mual dan mencegah resiko muntah), kolaborasi dalam
pemberian obat anti emetik (rasional untuk mencegah muntah
dengan menstimulasi pusat pengaturan muntah chemoreceptor triger
zone dan central vomiting centre)

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan


perawatannya berhubungan dengan kurang informasi. 
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga
mengerti tentang kondisi penyakit dan perawatan di rumah dengan
kriteria hasil: keluarga pasien mengerti tentang pengertian,

13
penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis, cara pencegahan dan
perawatan dengan gastroenteritis serta dapat mendemonstrasikan
cara membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar.
Intervensi untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat
pengetahuan tentang penyakit dan perawatan (rasional untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit tersebut),
berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi, berikan penjelasan
setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan (rasional
untuk membantu memahami informasi yang berhubungan dengan
penyakitnya, mengurangi kecemasan pada setiap melakukan
tindakan), berikan penjelasan tentang perawatan di rumah seperti
pembuatan larutan gula garam (rasional untuk mengetahui
penanganan awal diare dirumah)

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena


diare.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas
kulit tidak mengalami kerusakan dengan kriteria hasil: hidrasi,
pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan,
terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit terjaga.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah bersihkan daerah bokong
secara perlahan dengan air (rasional untuk membersihkan, karena
feses diare sangat mengiritasi kulit), pajankan dengan ringan kulit
utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin (rasional untuk
meningkatkan penyembuhan), hindari menggunakan tissue basah
yang mengandung alkohol (rasional untuk mencegah iritasi),
observasi daerah bokong (rasional untuk mengetahui secara dini
tanda-tanda infeksi), kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
salep kulit (rasional untuk mempercepat penyembuhan)

14
Pathways

4. Implementasi

15
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
( independen ) dan tindakan kolaborasi [CITATION tar15 \l 1033 ].
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi [CITATION koz10 \l
1033 ].

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan [CITATION
tar15 \l 1033 ].
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan / hasil atau
keefektifan rencana asuhan keperawatan [CITATION koz10 \l 1033 ].

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan  usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu  tubuh[ CITATION Muh12 \l 1033 ].
Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut (Mansjoer Arief, 2000):
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Internal: infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis
b. Infeksi parenteral: merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan gastroenteritis
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
3. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan
cemas ).

B. Saran
Dalam melakukan perawatan Gastroenteritis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat
proses penyembuhan.
perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare serta derajat
dehidrasi pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara
keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan

17
tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
diare, pencegahan, dan penanganan

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Jogyakarta : Diva Press
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis
Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal
of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.
Nugroho, d. T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika.
M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. 2011. Buku Saku Diagnosis
keperawatan.Edisi ke-9. Jakarta: EGC
Gordon, M.1994.nursing diagnosis: procces and application (3rd ed).st.louis:
Mosby
Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik, ed.5. Jakarta : EGC
Lewis, S, M. et al.2000. Medical-surgical Nursing. Assessment and
Management of clinical problem. Missouri : Mosby Company.
Kozier, dkk ( 2010 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktek Volume : 1 edisi 7, Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Hartonah, ( 2015 ). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawtan, Jakarta : Salemba Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai