Anda di halaman 1dari 21

GASTROENTRITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Dosen Pengampu :
Syukomawena,S.Kep,M.Kes
Disusun Oleh :
1. Farha diba panerli (PO7120119033 )
2. Febriani suci priadi (PO7120119034 )
3. Fenni octa labina (PO7120119035 )
4. Fholsen frohansen (PO7120119036 )
5. Fitria oktaviani (PO7120119037 )
6. Herawati (PO7120119039 )
7. Hesty wulandari (PO7120119040 )
8. Iin aryani (PO7120119041 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kamidapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah
Patofisiologi dengan judul :Asuhan keperawatan Gastroenteritis.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 17 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Definisi..........................................................................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................................................3
2.3 Manisfetasi klinis...........................................................................................................4
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................4
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................5
2.6 Klasifikasi......................................................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................................7
2.8 Komplikasi.....................................................................................................................9
BAB III ASKEP PADA PENDERITA GASTROENTERITIS.....................................10
3.1 Pengkajian.....................................................................................................................10
3.2 Diagnosa........................................................................................................................11
3.3 Intervensi.......................................................................................................................12
3.4 Implementasi.................................................................................................................14
3.5 Evaluasi.........................................................................................................................16
BAB IV PEUTUP...............................................................................................................17
Kesimpulan..........................................................................................................................17
Saran....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit
penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama
kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini
tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau
gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari
penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan,
higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan
serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang
mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak
dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal
penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi
sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian.
Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra
ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang
mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat
mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain
yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara
memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang
berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang
baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat
tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga
sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit

1
gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk.
Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya
penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul
penderita gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat luas dan dari latar belakang tersebut penyusun
mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan
medikal bedah dengan judul gastroenteritis

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Definisi Gastroenteritis?
2. Apa itu Etiologi dari Gastroenteritis?
3. Manisfetasi klinis ?
4. Patofisiologi ?
5. Pemeriksaan Penunjang ?
6. Klasifikasi ?
7. Penatalaksanaan ?
8. Komplikasi ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Definisi Gastroenteritis
2. Untuk mengetahui Etilogi Gastroenteritis
3. Untuk mengetahui Manisfetasi klinis Gastroenteritis
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Gastroenteritis
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis
6. Untuk mengetahui Klasiifikasi Gastroenteritis
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Gastroenteritis
8. Untuk mengetahui Komplikasi Gastroenteritis

2
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan
usus halus (Lewis, 2000 ). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane
mukosa lambung dan usus halus yang di tandai dengan muntah-
muntah dan diare yang berakibatkehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( cecyly,
Betz, 2002).
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung
dan  usus yang memberikan gejala diare,dengan atau tanpa disertai
muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu  tubuh. 
 
2.2 Etiologi
 Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :
1. Faktor infeksi
Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama   gastroenteritis. meliputi infeksi
bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit
(E.hystolytica,G.lamblia,T.hominis) dan jamur
(C.albicans),Infeksi paren teral merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis. 
Seperti : Otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab
gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.

3
3. Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan
cemas ).
    
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguangastroenteritis menurut Cecyly
dan Betz (2009) adalah :
1. Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang A panderita akan mengalami penurunan
berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak berlendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6. Penderita merasakan sekit perut.
7. Rasa kembung.
8. Mual, kadang-kadang sampai muntah. 
9. Kadang-kadang demam.
 
2.4 Patofisiologi
 
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang baik, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri
(seperti E.coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung
dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal.

4
Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae,Vibrio parahaemolitikus, Clostridium difficile,
enterohemorrhagic E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel
mukosa, serta menyebabkan feses bercampur darah dan lendir bekas
sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan beberapa
mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif
E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,serta inflamasi (Jones,
2003).
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan,
elektrolit memberikan manifestasi pada ketidakseimbanganan asam
basa(metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-
Bikarbonat bersama feses.Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat kerana
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam
cairan intraseluler (Levine, 2009)
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare
berat adalah dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air
yang disebabkan output melebihi intake. Meskipun yang hilang
adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit
(Prescilla, 2009).
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis yang tepat sehingga tepat juga dalam memberikan
obat. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan
menurut Suraatmaja (2007) adalah :
1. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan
kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap

5
berbagai antibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi glukosaa.
2. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K
dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat
terjadi karena malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum
tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah
putih,pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
4. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronis.
Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis
menjadi :
A. Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
menjadi cair dengan volume besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada
sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapatkan
cairan yang seseuai sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit
pada pemeriksaaan feses rutin.
B. Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di
kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas sampai dengan
nyeri kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan gejala
dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada

6
pemeriksaan feses rutin dan secara mikroskopis terdapat sel
leukosit polimorphonuklear (PMN).
Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis
diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi :
A. Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan
oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi
dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa
usus ke dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri
seperti toksin kolera, pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, laksatif non osmotic dan hormone intestinal (gastrin
vasoaktif intestinal polypeptide (VIP))2)
B. Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari dalam
plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya
malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat
garam magnesium. 
C. Diare eksdatif 
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non-infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflammatory bowel disease ataupun akibat
radiasi. Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan dan minuman diusus
menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus

iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini.


2.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien
gastroenteritis  meliputi : 
A. Pemberian cairan

7
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di
berikan peroral berupa   cairan yang berisikan NaCl dan Na
HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
B. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB
/oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB
/hari.
3. Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /
menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral.
 
2) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras,
dsb ).
1. Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2. Obat spasmolitik
mumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untukmengatasi diare akut lagi, obat

8
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50
mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat
penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
2.8 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA
GASTROENTERITI

1.      Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah
:
A.    Identitas klien.

B.     Riwayat keperawatan.

a.         Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.

b.         Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak

air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada

bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,

selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali

dengan konsistensi encer.

C.     Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
D.    Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya,
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
E.     Kebutuhan dasar.

a.         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

10
b.         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c.          Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d.         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e.          Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.

F.      Pemerikasaan fisik.

a.         Pemeriksaan psikologis :


Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.         Pemeriksaan sistematik :
   Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
   Perkusi : adanya distensi abdomen.
   Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
   Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c.          Pemeriksaan
tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.

d.         Pemeriksaan penunjang.


Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa Keperawatan.


1.      Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.

11
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB
yang berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

3.      Intervensi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

       Tujuan             :  Devisit cairan dan elektrolit teratasi


                 Kriteria hasil   : 
  Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
  Mukosa mulut.
  Bibir  lembab.
  Cairan seimbang.

                   Intervensi        : 
   Observasi tanda-tanda vital.
   Observasi tanda-tanda dehidrasi.
   Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
   Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan
lab elektrolit.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan             :  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

12
Kriteria hasil   :
  Intake nutrisi klien meningkat
  Diet habis 1 porsi yang  disediakan
  Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi        :
   Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
   Timbang berat badan klien.
   Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
   Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB


yang berlebihan.

Tujuan             :  Gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria hasil   :
  Integritas kulit kembali normal
  Iritasi tidak ada
  Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi        :
  Ganti popok anak jika basah.
  Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
  Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
  Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai
indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan             :  Nyeri dapat teratasi.


       Kriteria hasil   : 
  Nyeri dapat berkurang / hilang.

13
  Ekspresi wajah tenang.
Intervensi        :
  Observasi tanda-tanda vital.
  Kaji tingkat rasa nyeri.
  Atur posisi yang nyaman bagi klien.
  Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai
indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

       Tujuan             :  Pengetahuan keluarga meningkat


       Kriteria hasil   :    
  Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
  Ekspresi wajah tenang
  Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
                   Intervensi        :
  Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
  Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
  Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
  Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
  Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4.      Implementasi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
                  
a.         Mengobservasi tanda-tanda vital.
b.        Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.

14
c.         Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d.        Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e.         Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan
pemeriksaan lab elektrolit.
f.         Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah.

a.       Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.


b.      Menimbang berat badan klien.
c.       Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d.      Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan
auskultasi ).
e.       Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f.       Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB


yang berlebihan.

a.    Mengganti popok anak jika basah.


b.    Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c.    Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d.   Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi
sesuai indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

a.  Mengobservasi tanda-tanda vital.


       b.  Mengkaji tingkat rasa nyeri.

15
       c.  Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
       d.  Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
       e.  Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik
sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

a.    Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.


b.    Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c.    Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d.   Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.
e.    Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

5.      Evaluasi
1)      Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3)      Integritas kulit kembali normal.
4)      Rasa nyaman terpenuhi.
5)      Pengetahuan kelurga meningkat.
6)      Cemas pada klien teratasi.

16
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih
dari 200 – 250 gram
Etiologi terdiri dari 3 faktor infeksi :
1. Infeksi internal
Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua
golongan besar, ialah bakteri non invasive dan bakteri invasive
2. Infeksi parenteral
Gejala klinik pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami
nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, torgor kulit
menurun, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik.Tes
diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian penyakit diare
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan : jenis cairan, cara
memberikan dan jumlah cairan,Dietetik,Obat-obatan Pemberian
asuhan keperawatan diperikan untuk penderita diare
4.2 Saran
Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan
untuk perbaikan bagi penulis, diharapkan penulis mampu membuat
karya tulisanya lagi lebih baik dimasa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N.
M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli
dipublikasikan pada
tahun 1993)
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai