Anda di halaman 1dari 142

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERWATAN KMB DENGAN GASTRITIS

Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Konsep dasar Keperawatan II di UNIVERSITAS SARI
MUTIARA INDONESIA. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan
bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih
dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya makalah ini bisa berguna baik siapapun yang membacanya nanti,
saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.

Medan 23 Juli 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola
makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan)
sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan
malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%)
dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis
bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi
dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI)
tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah
terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter
pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa
daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau
sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan
tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang
mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?

2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?

3. Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?

4. Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?

5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?

6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan


preventif?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)

3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis

4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik

5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita


gastritis
6. Untuk mengetahui tindakan preventif dari gastritis tersebut
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

B. ANATOMI FISIOLOGIS
Gaster atau lambung
Ventrikulum atau maag atau lambung atau gaster merupakan saluran makanan
yang paling dapat mengembang lebih besar terutama pada epigastrium
Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas :

 Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke dalam


lambung
 Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas terletak disebelah
kiri osteum kardiak biasanya terisi gas
 Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum kardiak lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor.
 Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum kardiak
sampai pilorus
 Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju kekanana sampai pilorus inferior
 Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung
mempunyai otot tebal yang membentuk sfingter pilorus

Fungsi gaster antara lain :

 Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan , dan menghaluskan


makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung
 Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua makan
dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida.
 Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin

 Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin


C. Definis gastritis

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta


Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisihal749)
Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal
422).
Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi bakteri
(Charlene. J, 2001, hal : 138)
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris
atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut.
Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan
yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis

Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung


yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau
bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam
lambung yang pekat.
D. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut
1. Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:

□ Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan


obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
□ Minuman beralkohol

□ Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci

□ Infeksi virus oleh sitomegalovirus

□ Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis

□ Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.

□ Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan


minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab
iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik

Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
□ Gastritis infeksi

Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan


manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal
berikut.
a) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab
utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
b) Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)

c) Infeksi parasit (Wehbi, 2008).

d) Infeksi virus (Wehbi, 2008).

□ Gastritis non-infeksi

a) Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu


kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).
b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

C. Patofisiologi

1. Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung


akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan
berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari
penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan
nutrisi cairan & elektrolit.

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel
dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

D. Manifestasi Klinik

1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan


saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia
2. Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan
pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

E. Komplikasi

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:

 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis,


terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
 Ulkus, jika prosesnya hebat

 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan


vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
F. pathway
G. manifestasi Klinis

merupakan sebuah gejala klinis yang dimana ditemukan mengennai suatu penyakit yang diderita
seseorang atau dapat dikatakan sebuah perkembangan dan dampak yang muncul dari perkembangan
satu atau beberapa penyakit didalam tubuh.

H. potensial komplikasi

 terjadinya pendarahan

 syok

 perforasi

 peradangan selaput perut

 kanker lambung

I. Penatalaksanaan

 Berikan diet tinggi kalori sesuai toleransi

 Berikan terapi antasida dan antibiotik

 Berikan agen penyekat kalsium,procardia,isordil

 Berikan analgesik jenis cair topikal


ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

PENGKAJIAN.

Anamnese meliputi :

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Jenis pekerjaan :

5. Alamat :

6. Suku/bangsa :

7. Agama :

8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan


rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan

a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan


bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri


tekan di kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

1. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,


nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2
jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang
lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau
antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).

- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu


(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.

2. Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis

/ hipertensi portal)

3. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang


mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal )
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat


terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak


toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3.1.3 Fokus Pengkajian

4. Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

5. Sirkulasi

Gejala : kelemahan, berkeringat

Tanda : - hipotensi (termasuk postural)

- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

- nadi perifer lemah

- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)

- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok,


nyeri akut, respons psikologik)

6. Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),


perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
7. Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena


perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi

- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah


perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan
diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

8. Makanan / Cairan

Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi


pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan

- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk (perdarahan kronis).

9. Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Intervensi Rasional


1. Nyeri (akut) 1. Puasakan pasien di 6jam 1. Mengurangi
berhubungan pertama, inflamasi pada
dengan inflamasi mukosa lambung,
mukosa lambung.
2. Berikan makanan lunak
sedikit demi sedikit dan
berikan minuman hangat,
Tujuan: 2. Dilatasi gaster
dapat terjadi bila
Setelah dilakukan
pemberian makanan
tindakan
setelah puasa terlalu
keperawatan selama
3. Atur posisi yang nyaman
cepat,
1 x 24 jam
bagi klien.
- Nyeri klien
berkurang atau
hilang.
- Skala nyeri 0.
3. Posisi yang tepat
- Klien dapat relaks. dan dirasa nyaman oleh
- Keadaan umum klien dapat mengurangi
klien baik. resiko klien terhadap
nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan
reklasasi.

5. Kolaborasi dalam 4. Dapat membuat


pemberian analgetik. klien jadi lebih baik
dan melupakan nyeri.

5. Analgetik dapat
memblok reseptor
nyeri pada susunan
saraf pusat.
2. Volume cairan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang
individual. Anjurkan klien adekuat akan
kurang dari
untuk minum (dewasa : 40- mengurangi resiko
kebutuhan tubuh
60 cc/kg/jam). dehidrasi pasien
berhubungan
dengan intake yang
2.Awasi tanda-tanda vital, 2. menunjukkan
tidak adekuat dan
evaluasi turgor kulit, status dehidrasi atau
output cair yang
pengisian kapiler dan kemungkinan
berlebih (mual dan
membran mukosa peningkatan
muntah)
kebutuhan
- Tujuan :
3. Pertahankan tirah baring, penggantian cairan.
mencegah muntah dan 3. Aktivitas/muntah
Setelah dilakukan
tegangan pada defekasi meningkatkan
tindakan
tekanan intra
keperawatan
abdominal dan dapat
1x24jam,masalah
mencetuskan
kekurangan volume 4. Berikan terapi IV line
perdarahan lanjut.
cairan pasien dapat sesuai indikasi
teratasi.

4. Mengganti
kehilangan cairan
5. Kolaborasi pemberian
yang hilang dan
cimetidine dan ranitidine
memperbaiki
Kriteria Hasil :
keseimbanngan cairan
Mempertahankan
segera.
volume cairan
5. Cimetidine dan
adekuat dengan
ranitidine berfungsi
dibuktikan oleh
untuk menghambat
mukosa bibir
sekresi asam lambung
lembab, turgor kulit
baik, pengisian
kapiler berwarna
merah muda, input
3. Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi
kebutuhan tubuh makan sedikit demisedikit tetap terpenuhi dan
b/d anorexia dengan porsi kecil namun mencegah terjadinya
sering. mual dan muntah
Tujuan : yang berlanjut.
2. Berikan makanan yang
Setelah dilakukan
lunak dan makanan yang di 2. Untuk
tindakan
sukai pasien/di gemari.
keperawatan 3x24 mempermudah pasien
jam kebutuhan dalam mengunyah
3. lakukan oral higyne 2x
nutrisi pasien dapat makanan.
sehari
terpenuhi 3. kebersihan mulut
akan merangsang
4. timbang BB pasien setiap
Kriteria hasil : nafsu makan pasien.
hari dan pantau turgor
- Keadaan umum
kulit,mukosa bibir dll
4. Mengetahui status
cukup
nutrisi pasien.
-Turgor kulit baik
5. Konsultasi dengan tim
5. Mempercepat
- BB meningkat ahli gizi dalam pemberian
pemenuhan
menu.
- Kesulitan kebutuhan nutrisi
menelan berkurang dengan pemberian
menu yang tepat
sasaran.
4. Intoleransi aktifitas 1. Observasi sejauh mana 1. Mengetahui
b/d kelemahan fisik klien dapat melakukan aktivitas yang dapat
Tujuan : Klien aktivitas. dilakukan klien.
dapat beraktivitas.
2. Berikan lingkungan yang 2. Menigkatkan

Kriteria hasil : tenang. istirahat klien.


3. Membantu bila
- Klien dapat
3. Berikan bantuan dalam perlu, harga diri
beraktivitas tanpa
aktivitas. ditingkatkan bila
bantuan,
- Skala aktivitas 0-1 klien melakukan
4. Jelaskan pentingnya sesuatu sendiri.
beraktivitas bagi klien. 4. Klien tahu
5. Tingkatkan tirah baring pentingnya
atau duduk dan berikan obat beraktivitas.
sesuai dengan indikasi 5.Tirah baring dapat
meningkatkan
stamina tubuh pasien
sehinggga pasien
dapat beraktivitas
kembali.

5. Ansietas b/d 1. Awasi respon fisiologi 1. Dapat menjadi


misalnya: takipnea, indikator derajat takut
perubahan status
palpitasi, pusing, sakit yang dialami pasien,
kesehatan,ancaman
kepala, sensasi kesemutan. tetapi dapat juga
kematian dan nyeri.
berhubungan dengan
2.Dorong pernyataan takut kondisi fisik atau
Tujuan :
dan ansietas, berikan umpan status syok.
Setelah dilakukan
balik. 2.Membuat hubungan
tindakan
3. Berikan informasi yang terapeutik
keperwatan
akurat.
1x24jam pasien
3. Melibatkan pasien

Kriteria hasil : 4. Berikan lingkungan yang


dalam rencana asuhan

tenang untuk istirahat. dan menurunkan


-Mengungkapkan
ansietas yang tak
perasaan dan
perlu tentang
5. Dorong orang terdekat
pikirannya secara
ketidaktahuan.
untuk tinggal dengan
terbuka
4. Memindahkan
pasien.
-Melaporkan
6. Tunjukan teknik pasien dari stresor
Berkurangnya
cemas dan takut relaksasi. luar, meningkatkan

-Mengungkapkan relaksasi, dapat

mengerti meningkatkan

tentangpeoses keterampilan koping.

penyakit 5.Membantu

-Mengemukakan menurunkan takut

menyadari terhadap melalui pengalaman

apa yang menakutkan menjadi

diinginkannya yaitu seorang diri.

menyesuaikan diri 6.Belajar cara untuk

terhadap perubahan rileks dapat

fisiknya membantu

menurunkan takutdan

ansietas
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan


submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian
secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan
tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

B. KRITIK DAN SARAN


Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta
saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA

Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba


Medika Chandrasoma, & Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi
Edisi 2. Jakarta

:EGC

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.

Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta : Gosyen Publising.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen pembimbing : Ns. Masri Saragih, M.Kep

Disusun Oleh :

TIUR THERESIA SITORUS


190204010

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN IMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
T.A 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Juanda DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAPASAN :TB PARU

ABSTRAK

Latar belakang : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Hal ini
dikarenakan ketika penderita TB paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan
kuman TB paru atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB paru hanya dengan
menghirup sejumlah kecil kuman TB. Kemudian data dari Depkes menunjukkan pada tahun 2009,
1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus
baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).
Tujuan : Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu
mengaplikasikannya pada penderita TB Paru meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
Hasil : Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 2 diagnosa yang
teratasi : nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, dan gangguan pola
tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk. Disamping itu ada 3 diagnosa yang teratasi
sebagian : brsihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sekret kental,
risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis, dan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.
Kesimpulan : Untuk perawatan pasien dengan TB Paru, harus ada kerjasama antara tenaga
kesehatan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien
dan memberi pendidikan kesehatan pada keluarga dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan pasien dan keluarga.
Kata Kunci : Tuberkulosis, sesak napas, batuk, paru-paru

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia
karena angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini tinggi.
Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Indonesia sendiri menempati
peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil
Survey Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya
perempuan) (Depkes, 2011).
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu


mengaplikasikannya pada penderita TB Paru.
2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan TB Paru.


b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan TB Paru.

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan TB Paru.


e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).
Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah infeksi batang tahan
asam-alkohol (acid-alcoholfast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis terutama
mengenai paru, kelenjar getah bening, dan usus.

B. ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril,
2007).

C. TANDA DAN GEJALA

1. Demam

2. Batuk/batuk berdahak

3. Sesak napas
4. Nyeri dada 5. Malaise
(Tierney, 2002)

D. PATOFISIOLOGI

Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tdak membunuh,
sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel
epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah
pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret.
Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan
imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007).

E. PATHWAYS
Mycrobacterium Tuberculosis

alveolus

Responradang

Leukosit dema Pelepasan bahan tuberkel


memfagosit bacteri m dari dinding kavitas

Leukosit digantikan
Trakeobronkial
oleh makrofag
Bersihan
jalan
makrofag mengadakan napatidakefektif Penumpukan
Sekret
infiltrasi s

Terbentuk
Seltuberkel batuk Anoreksia
, mual
epiteloid munta
h
Nekrosis
kaseosa Nyeri
drople
t Gangguan
granulasi keseimbangan
nutrisikurang
Jaringan
paru Risikotinggi darikebutuha
penyebara n
kolagenosa
t
n infeksi

Kerusakan
membran
alveolar

Gangguan
Sesaknapa Gangguanpola
Pertukaran
Gas tidu
s
r
Inadekuat
oksigen
untukberaktivitas

Intoleransi
Aktivitas
Sumber :
Sylvia dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007; NANDA,
2011; Wilkinson, 2007; Carpenito, 2007; Doenges, 2005.
RESUME KEPERAWATAN I. Indentitas
Identitas pasien
Nama : Tn. Juanda gustioraja
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Kwaon Rt 7 / Rw IV, Jemawan, Jatinom,
Klaten
Catatan masuk rumah sakit :
Tanggal masuk : 30 Maret
2020,
Nomor RM : 393188
Ruang : Cempaka III
Diagnosa medis : TB Paru.

II. Analisa Data


No DATA ETIOLOGI PROBLEM
Dx
1 DS : Pasien mengatakan batuk Penumpukan Bersihan
berdahak, pasien mengatakan sesak sekret, sekret jalan napas
napas kental tidak efektif
DO : napas pendek, auskultasi : creakles
pada percabangan bronkus, TTV:
TD :
110/70 mmHg, S : 36 C, N : 84
x/menit, RR : 28 x/menit, sekret
kental
2 DS : pasien mengatakan nyeri pada dada Inflamasi paru, Nyeri akut
saat batuk. Pengkajian nyeri : P : batuk menetap
batuk menetap Q : menusuk, R :
dada, S : 5, T : timbul kadang-
kadang saat batuk
DO : pasien meringis kesakitan, BTA
positif. TTV: TD : 110/70 mmHg,
S : 36 C, N : 84 x/menit, RR : 28
x/menit
3 DS : pasien mengatakan sering kontak Adanya infeksi Risiko tinggi
dengan orang lain. Pasien kuman penyebaran
mengatakan tuberkulosis infeksi
saat batuk di depan orang tidak
menutup mulut dan membuang
dahak pada plastik yang ditali dan
dibuang di tempat sampah.
DO : pasien sering batuk di depan orang
lain tanpa menutup mulut. BTA
positif
4 DS : pasien mengatakan tidur tidak Sesak napas Gangguan
nyenyak dan sering terbangun dan batuk pola tidur
karena batuk, pasien mengatakan
batuk berdahak, pasien mengatakan
sesak napas, pasien tidur ± 6-7 jam
sehari dan tidur siang ± 1-2 jam
DO : kantong mata bawah hitam,
konjungtiva anemis
5 DS : pasien mengataka badannya Keletihan Intoleransi
lemas, pasien mengatakan dan aktivitas
kepalanya pusing, pasien inadekuat
mengatakan sesak napas oksigen
DO : pasien hanya ditempat tidur dan untuk
saat beraktivitas dibantu oleh beraktivitas
keluarga, RR
= 28 x/menit, Hb = 11,1 g/dl

III. PEMBAHASAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sekret kental.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
batuk berdahak, pasien mengatakan sesak napas. Objektif : auskultasi : creakles pada
percabangan bronkus, TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36C, N : 84 x/menit, RR : 28 x/menit,
sekret kental.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, kedalaman, penggunaan otot
asseroris). Catat kemampuan untuk mengeluarkan mulkosa/batuk efektif. Berikan pasien posisi
semi/fowler tinggi, ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Bersihkan sekret dari mulut
dan trakea, penghisapan sesuai keperluan. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi, anjurkan pasien minum air putih hangat banyak. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya tidak semua intervensi dilakukan, bersihkan sekret dari mulut
dan trakea, penghisapan sesuai keperluan tidak dilakukan karena pasien sudah mampu
mengeluarkan sekret dengan nafas dalam dan batuk efektif
Dari hasil evaluasi penulis, masalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sekret, sekret kental hanya dapat teratasi sebagian dalam waktu 3 x 24
jam. Terbukti dengan data subjektif pasien mengatakan masih batuk dan sesak napas berkurang,
dan objektif pasien bernapas menggunakan otot bantu pernapasan leher, napas dangkal cepat,
suara napas creakles pada percabangan bronkus, RR : 28 x/menit. Dibandingkan dengan kriteria
hasil mempertahankan jalan napas pasien, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk
efektif, pasien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan
napas, sesak napas berkurang, batuk berkurang.
2. Nyeri berhubungan dengan batuk menetap dan inflamasi paru.

Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
nyeri pada dada saat batuk, pengkajian nyeri : P : batuk menetap, Q : menusuk, R : dada, S : 5,
T : timbul kadang-kadang saat batuk.. Objektif : pasien meringis kesakitan, TTV : TD : 130/80
mmHg, S : 36,3C, N : 74 x/menit, RR : 28 x/menit. BTA positif
Intervensi berikut penulis susun berdasarkan data dalam pengkajian yang
menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri akut, adapun intervensinya sebagai berikut :
observasi karakteristik nyeri (PQRST). Observasi TTV. Beri posisi yang nyaman . Ajarkan
teknik relaksasi napas dalam. Anjurkan pasien menekan dada saat batuk. Kolaborasi dalam
pemberian analgesik sesuai indikasi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun implementasi memberikan lingkungan yang nyaman
dan tenang kurang begitu efektif, dikarenakan kondisi ruangan kelas 3 yang penuh dengan
pasien dan keluarga yang lain dan letak tempat tidur yang berdekatan serta pengunjung yang
banyak berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, didapatkan masalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi paru dan batuk menetap dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data
pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan mampu mengontrol nyeri, pasien relaks,
pengkajian nyeri : P = batuk menetap, Q = menusuk, R = dada, S = 3, T = timbul kadang-
kadang saat batuk, TTV : TD :130/80mmHg, S : 36,3C, RR : 28 x/menit, N : 74 x/menit,
dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu menyatakan nyeri berkurang dan terkontrol, pasien
tampak rileks, skala nyeri 3.
3. Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
sering kontak dengan orang lain, pasien mengatakan batuk di depan orang lain tanpa menutup
mulut, pasien mengatakan membuang dahak pada plastik yang ditali dan dibuang di tempat
sampah. Objektif : pasien sering batuk di depan orang lain tanpa menutup mulut. BTA positif.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh :
anggota rumah, sahabat karib dan tetangga. Observasi TTV. Anjurkan pasien untuk batuk /
bersin dan mengeluarkan dahak pada tisu dan membuang dahak si tempat tertutup, menghindari
meludah sembarangan dan cuci tangan yang tepat. Tekankan pentingnya tidak menghentikan
obat. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dengan rasional untuk mempercepat
penyembuhan infeksi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh : anggota
rumah, sahabat karib dan tetangga kurang begitu terlaksana dengan baik, dikarenakan
kurangnya kesadaran keluarga untuk memeriksakan diri terkait penularan TB Paru walaupun
sudah mengerti tentang penularan TB Paru dan tidak adanya tindakan isolasi bagi pasien TB
Paru.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah risiko tinggi penyebaran infeksi hanya dapat
teratasi sebagian dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data pasien mengatakan pasien
mengatakan sudah menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak di tempat tertutup,
menghindari meludah sembarangan dan cuci tangan tepat, tidak ada anggota keluarga, orang
dekat yang mempunyai gejala sama dengan pasien, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36,3C, N :
74 x/menit, RR : 28 x/menit, yang dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi, menunjukkan/melakukan
perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk menetap.

Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif :

pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena batuk, pasien mengatakan
batuk berdahak, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan kurang puas saat tidur dan
pasien tidur ± 6-7 jam sehari dan tidur siang ± 1-2 jam. Objektif : kantong mata bawah hitam,
konjungtiva anemis.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : observasi pola tidur pasien dan TTV. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
masalah tidur. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. Berikan posisi yang nyaman.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya semua implementasi sesuai dengan intervensi, dan
semua intervensi telah dilakukan selama tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun
implementasi memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang kurang begitu efektif,
dikarenakan kondisi ruangan kelas 3 yang penuh dengan pasien dan keluarga yang lain dan letak
tempat tidur yang berdekatan serta pengunjung yang banyak berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan
sesak napas dan batuk teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Hal ini terbukti dengan data pasien
mengatakan tidurnya sudah nyenyak dan sedikit bangun karena batuk, pasien tidur ± 7-8 jam
pada malam hari, ± 1 jam siang hari, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36,3C, N : 74 x/menit, RR :
28 x/menit, yang dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu pasien mampu tidur tanpa gangguan,
TTV normal, kebutuhan tidur terpenuhi minimal 8 jam.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif :

pasien mengatakan badannya lemas, pasien mengatakan kepalanya pusing, Pasien mengatakan
sesak napas. Objektif : pasien hanya ditempat tidur dan saat beraktivitas dibantu oleh keluarga,
RR = 28 x/menit, Hb = 11,1 g/dl.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : observasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai indikasi. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien saat beraktivitas. Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun pada intervensi menciptakan lingkungan yang nyaman
kurang begitu terlaksanakan dikarenakan lingkungan yang ramai oleh keluarga pasien dan
pengunjung yang berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah intoleransi aktivitas hanya dapat teratasi
sebagian dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data pasien mengatakan masih lemes dan
hanya mampu beraktivitas sedikit, pasien masih dibantu jika beraktivitas, RR : 28 x/menit yang
dibandingkan dengan kriteria hasil melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital
normal.
Di dalam kasus ini terdapat 2 diagnosa yang ada dalam teori tapi tidak muncul dalam
kasus, yaitu : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pertukaran gas. Hal ini
dikarenakan hal ini kurang ditemukannya data pengkajian yang mendukung ditegakkannya
diagnosa tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan head to toe yang
mendukung ditegakkannya diagnosa.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret
kental, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, risiko tinggi
penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis, gangguan
pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas Semua diagnosa yang muncul
dalam kasus sesuai dengan teori.
3. Intervensi yang disusun penulis berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian
yang sesuai untuk menegakkan diagnosa. Selain itu sejalan dengan teori dalam tinjauan
keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Namun
terdapat beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan dikarenakan keterbatasan
fasilitas dan kebijakan dari rumah sakit. Selain ituterdapat faktor penghambat yang
membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya kurang maksimal.
5. Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 2 diagnosa yang
teratasi : nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, dan
gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk. Selain itu ada 3
diagnosa yang teratasi sebagian : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret, sekret kental, risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
adanya infeksi kuman tuberkulosis, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.

B. SARAN

Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:

1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan halhal yang
menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat
2. Keluarga senantiasa memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola hidup dan
kesehatan pasien.
3. Perawat sebagai tim kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
4. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih bahasakan
oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal
diakses : 20 Maret 2011.

Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and
documenting client care. Philadelphia : F.A. Davis Company.

NANDA International. 2002. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011. Dialih
bahasakan oleh Made Sumarwati, dkk. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit, dkk. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh Yasmin, Asih, dkk. Jakarta :
EGC.

Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan oleh Annisa
Rahmalia. Jakarta : Erlangga.

Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk. Jakarta: EGC.

_______________________ 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk. Jakarta: EGC.

Tierney, Lawrence M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Dialih
bahasakan oleh Abdul Gofir, dkk. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkonson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialih bahasakan oleh
Widyawati, dkk. Jakarta : EGC

ASKEP KMB
1. apa yang dimaksud dengan peradangan?

2. Bagaimana cara mengatasi peradangan ?

3. Apa yang terjadi jika pasien gastritis kekurangan istirahat?

4. Berapa lama proses pemulihan gastritis ?

5. Apa yang seharusnya dilakukan jika obat yang seharusnya merupakan alergi ?

Jawaban

1. Radang atau inflamasi (bahasa Inggris: inflammation) adalah respons dari suatu organisme
terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi
pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi.

2. Cara yang paling sederhana ialah : memperbanyak minum air putih, mengonsumsi makanan
yang lembut, berkumur dengan air garam, dan mengurangi berbicara.

3. Tidak terlalu berpengaruh tetapi akan memperdalam sakitnya secara perlahan

4. Penyembuhan gastritis kronis seperti yang Anda alami ini bergantung pada tingkat
keparahan kondisi Anda serta risiko yang dapat Anda alami.

Waspadai penyebab naiknya asam lambung, seperti stres dan tekanan mental. Jika
asam lambung naik, maka Anda akan kehilangan kontrol dan gastritis kronis ini
akan kembali muncul gejalanya.

5. Menggantikan obatnya dan sebelumnya memberikan penawarnya dulu.


MAKALAH KONSEP DASAR KEPERWATAN KOMUNITAS
Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang
memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana
keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu
sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang
normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di masing-
masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai:
“ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang
difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam
perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik
budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya
yang spesifik pada masyarakat.”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana  asuhan keperawatan pasien pada komunitas ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan proses asuhan keperawatan komunitas
b. Mampu memahami dan menjelaskan program evaluasi keperawatan komunitas
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya (menurut
teori Madeleine Leininger)

D. Manfaat

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.

1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan
keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas III.

2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :


a. Bagi mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya

Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa Stikes Hang
Tuah Surabaya lainnya dalam asuhan keperawatan komunitas.

b. Untuk Penulis

Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya,
yang akan melakukan penulisan asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem
Komunitas III.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu
sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari
ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat
bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat
dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan
derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).

B. Konsep Keperawatan Komunitas


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif,
ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan komunitas
merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan
kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang berfokus pada
masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan
kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas (Mubarak, 2005).

5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/
klien (Riyadi, 2007).

b. Keluarga sebagai klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

c. Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan
masyarakat adalah :
1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).

2) Proses kelompok (Group Process)


Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien
termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus,
perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan
status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat,
yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan
pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community
development) (Elisabeth, 2007).

3) Kerjasama atau kemitraan (Partnership)


Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan
yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan
pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan
atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan
baru (Elisabeth, 2007).

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
a) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.

b) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri.

c) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

d) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah
binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang
komunitas sebagai klien.

C. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider )
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor )


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis
atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

3. Sebagai Panutan (Role Model)


Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup
sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat
keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent )
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.

6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim
kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan
sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)


Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu
instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah
mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)


Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota
tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang
membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari
alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui
fase-fase ini (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana
organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung
disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi,
2009).
Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal
pula (Efendi, 1998).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional
STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana
alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang
lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok,
yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan, 2010),
yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat
baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan,
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas
(masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.

b. Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

c. Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.

2. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain: dari angka
mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan komunitas
kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada
kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit kronis, penyakit
menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
1) ISPA
2) Penyakit asma
3) TBC paru
4) Penyakit kulit
5) Penyakit mata
6) Penyakit rheumatic
7) Penyakit jantung
8) Penyakit gangguan jiwa
9) Kelumpuhan
10) Penyakit menahun lainnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
1) Pola pemenuhan nutrisi
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktivitas gerak
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
f. Status psikososial
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
i. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

3. Data lingkungan fisik


a. Pemukiman
1) Luas bangunan
2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
4) Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5) Dinding : tembok, kayu, bambu
6) Lantai : semen, keramik, tanah
7) Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
8) Pencahayaan : kurang, baik
9) Penerangan : kurang, baik
10) Kebersihan : kurang, baik
11) Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12) Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik

b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak
dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry

c. Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2) Pekarangan
3) Sarana olahraga
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah

d. Batas – batas wilayah


Sebelah utara, barat, timur dan selatan

e. Kondisi geografis
f. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
a) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
b) Jumlah kunjungan
c) Sistem rujukan

2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)


a) Lokasi
b) Kepemilikan
c) Kecukupan

3) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia

4) Keamanan dan transportasi


a) Keamanan
(1) System keamanan lingkungan
(2) Penanggulangan kebakaran
(3) Penanggulangan bencana
(4) Penanggulangan polusi, udara dan air tanah

b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada

5) Politik dan pemerintahan


a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

6) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi

7) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
b) Jenis bahasa yang digunakan

8) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi

a. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1) Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

b. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.

2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).

Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang pengkajian
komunitas
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada
masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara
perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara
atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,
perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan
adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya
membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi
(Mubarak, 2005).

2. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data

3. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
Tujuan analisis data :
1.      Menetapkan kebutuhan community
2.      Menetapkan kekuatan
3.      Mengidentifikasi pola respon community
4.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

4. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005)

5. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke (1988)
mempunyai kriteria penapisan, antara lain:
a) Sesuai dengan peran perawat komunitas
b) Jumlah yang beresiko
c) Besarnya resiko
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e) Minat masyarakat
f) Kemungkinan untuk diatasi
g) Sesuai dengan program pemerintah
h) Sumber daya tempat
i) Sumber daya waktu
j) Sumber daya dana
k) Sumber daya peralatan
l) Sumber daya manusia

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009).
Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.

2. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :


1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala

2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut


diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
b) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
c) Partisipasi dan peran serta masyarakat

Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :


(1) Masalah…………sehat………..sakit
(2) Karakteristik populasi
(3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)
Sehubungan dengan:………………………….(karakteristik community dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :………………… (indikator kesehatan
/analisa data)

1. Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:


a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan,
penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan kotoran (buang air
besar)

2. Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :


a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi pada
murid-murid SDN Somowinangun Lamongan

3. Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi

4. Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di desa Somowinangun
RW.2 sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi

5. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X,
RW.Y sehubungan dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan

6. Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun
sehubungan dengan :
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan : 
jumlah  usia lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%,
hipertensi 32,42%, katarak 7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia
lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur 45,4%

7. Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 sehubungan dengan :


a. Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan
b. Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai
dengan : jumlah remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%,
minum-minuman keras 0,19%, dan main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu
luang berkumpul dengan teman sebaya 38,8%, hasil observasi banyak ditemukan remaja
berkumpul di gang-gang jalan , dan hasil wawancara didapatkan cukup banyak remaja
yang mengisi waktu dengan minum-minuman keras dan merokok
8. Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang
dimanifestasikan dengan :
a. 35,5% ibu hamil mengeluh pusing
b. 25% ibu hamil pucat dan lemah
c. 71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil,
jumlah kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT yang
tidak mau menjadi kader, 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru dicuci, 90%
ibu hamil tidak mempunyai KMS, 75% ibu hamil tidak memperoleh informasi  tentang
kebutuhan gizi ibu hamil, dan 20% ibu hamil menyatakan kebutuhan gizinya kurang dari
biasanya

9. Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan ditandai dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang  tidak mempunyai  jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%

10. Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan
balita berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang
keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%

11. Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai
dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%,
DM 3,92%, reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat antara lain sebagai
berikut:
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis
8. Disusun secara berurutan

D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah:
1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)

2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak,
2009).

3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).

4. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2009).

5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti
organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak,
2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998:

1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila
masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan
dengan melihat respon komunitas terhadap.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu : Ilmu
Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan
langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode
asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan intervensi jika
perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang
direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen
yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan pengaruh
intervensi terhadap status kesehatan klien.

B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau
penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori  


       dan  Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta
     : Sagung Seto
https://samoke2012.wordpress.com/2012/12/03/asuhan-keperawatan-komunitas/

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :


     Gosyen Publishing
ASKEP KOMUNITAS :
1. Apa yang dimaksud dengan komunitas ?
Jawab : Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
2. Sebutkan 5 peran perawat dalam komunitas ?
jawab : - Sebagai penyedia pelayanan (Care provider )
- Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor )
- Sebagai Panutan (Role Model)
- Sebagai pembela (Client Advocate)
- Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
3. Jelaskan perbedaan Data subjektif dan Objketif ?
Jawab : Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan.

Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
4 . Sebutkan komponen utama yang terkandung dalam Diagnosis keperawatan ?
Jawab : komponen utama yaitu :
-Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

-Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
-Symptom atau gejala :
d. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
e. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
5 . Paradigma keperawatan komunitas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien/komunitas yaitu :
Jawab : Kesehatan
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "KONSEP
DASAR KEPERAWATAN JIWA". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
"KONSEP DASAR KEPERAWATAN II " di UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
dengan Dosen pembimbing Ns. Masri Saragih, M.Kep
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua pihak
yang membacanya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati saya
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah
selanjutnya akan menjadi lebih baik.Medan , 24 juli 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien
dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah
sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.

1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah definisi kesehatan dan keperawan jiwa?
3. Bagaimanakah prinsip keperawatan jiwa?
4. Bagaimanakah ciri-ciri sehat jiwa?
5. Bagaimanakah konsep dasar kesehatan dan keperawatan jiwa?
6. Bagaimanakah tanda dan gejala gangguan jiwa?
7. Bagaimanakah penyebab terjadinya gangguan jiwa?
8. Bagaimanakah fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan masalah kesehatan
jiwa?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
1)      WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian
yg bersangkutan.
2)      UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang
dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan
profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-
sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas).
3)      American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
4)      Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat dari adanya
kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan bukan hanya
merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa.

1. Prinsip Keperawatan Jiwa

1)      Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat,
mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang
bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan.
Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2)      Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan
luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3)      Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4)      Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik.

1. Ciri-ciri Sehat Jiwa

1)      Bersikap positif terhadap diri sendiri


2)      Mampu tumbuh, kembang dan aktualisasi diri
3)      Mampu mengatasi stress dan masalah pada dirinya
4)      Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang di ambil
5)      Persepsi realistic
6)      Menghargai perasaan dan sikap orang lain
7)      Menyusuaikan diri dengan lingkungan

1. Konsep Dasar Kesehatan dan keperawatan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1)      Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2)      Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3)      Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.

1. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala gangguan
jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap
stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1)      Kesadaran
2)      Ingatan
3)      Orientasi
4)      Efek dan emosi
5)      Psikomotor
6)      Intelegensi
7)      Kepribadian
8)      Penampilan
9)      Proses pikir, persepsi
10)  Pola hidup

1. Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa

Walaupun gejala utama terdapat pada unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di badan
(Somatogenik), di lingkungan sosial (Sosiogenik) atau psike (Psikogenik) Penyebabnya tidak
tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak
diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa
tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang. Reaksi
tiap orang terhadap stress berbeda-beda.
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa :
1)      Somatogenik

1. a)      Neuroanatomi
2. b)      Neurofiologi
3. c)      Neurokimia
4. d)     Tingkat perkembangan organik
5. e)      Faktor pre and perinatal
6. f)       Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine

2)      Faktor Psikologik

1. a)      Interaksi ibu dan anak


2. b)      Peranan ayah
3. c)      Persaingan antar saudara kandung
4. d)     Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat
5. e)      Kehilangan
6. f)       Kosep diri
7. g)      Pola adaptasi
8. h)      Tingkat perkembangan emosi

3)      Faktor Sosial Budaya

1. a)      Kestabilan keluarga
2. b)      Pola asuh anak
3. c)      Tingak ekonomi
4. d)     Perumahan
5. e)      Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai

1. Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dalam Upaya Penanganan Masalah Kesehatan  Jiwa

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan
keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yaitu :
 Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social sehingga dapat
membentu penyembuhan pasien.
 Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi
segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
 Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
 Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting. dalam
hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
 Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas yang
mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
 Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga
dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
 Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan
petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja
social, psikolog, dan lain-lain.
 Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang
menjadi bawahannya.
 Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk
digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat.

1. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


o Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
o Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
o Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
o Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
o Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
o Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
o Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
o Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
o Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
o Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
o Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).

1. Hak-hak Pasien Jiwa


o Hak untuk dihormati sebagai manusia
o Hak memperoleh privacy
o Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya dlm pelayanan
kesehatan pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan, transportasi dan hokum
o Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa, pengobatan
perawatan dan pelayanan yg tersedia
o Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm
pengambilan keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan rehabilitasi
o Hak untuk complain
o Hak untuk mendapatkan advocacy
o Hak untuk menghubungi teman dan saudara
o Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan jenis
kelamin
o Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa diskriminasi
1. Pelayanan Keperawatan Komprehensif

1)      Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan
kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.

Aktivitas

1. Program pendidikan kesehatan, program sosialisasi, manajmen stres dan persiapan menjadi
orang tua.
2. Program dukungan sosial
3. Program pencegahan penggunaan obat.

2)      Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas

1. Menentukan kasus sedini mungkin


2. Melakukan skrining dan langkah-langkah lanjut
3. Follow up

3)      Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada tahap
pemulihan.
Aktivias

1. Program dukungan sosial dan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat


2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
3. Program pencegahan stigma.

1. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak
diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa
tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1)      Manusia
2)      Lingkungan
3)      Kesehatan
4)      Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1)      Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2)      Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3)      Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan
keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.

1. Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGYosep.
ASUHAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
Dosen pembimbing : Ns. Masri Saragih, M.Kep

Disusun Oleh :

TIUR THERESIA SITORUS


190204010

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
T.A 2019/2020
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS                          : 19 November 2016


Tanggal dirawat di ruangan    : 22 November 2016
Tanggal pengkajian                 : 30 Desember 2016
Ruang rawat                            : merpati
A.      Identitas Klien
Nama               : Tn. A
Umur               : 34 tahun
Alamat            : Pasuruan
Pendidikan      : SMP
Agama             : islam
Status              : duda
Pekerjaan         : wiraswasta
Jenis kelamin   : laki-laki
Nomor CM      : 1145xxx
B.       Alasan Masuk
1.        Data Primer
       Pasien mengatakan dibawa ke RSJ karena ngamuk-ngamuk, melempar barang di rumah.
2.        Data Sekunder
       Hari kamis tanggal 17 November 2016 pasien kontrol, sorenya saat berada di rumah pasien ada
masalah dengan keluarga kemudian menyendiri di kamar lalu marah-marah, melempar barang.
Pasien sulit tidur.
3.        Keluhan Utama Saat Pengkajian
       Tn A mengatakan mendengar bisikan yang menyuruhnya tidak boleh tidur, disuruh melempar
barang, suara terdengar saat menyendiri pada saat  siang dan malam hari. Pasien merasa takut saat
mendengar suara bisikan.
C.      Riwayat Penyakit Sekarang (faktor Presipitasi)
       Pasien kambuh lagi setelah kontrol hari kamis tanggal 17 November 2016 sebelum MRS
penyebab kekambuhannya adalah karena ada masalah keluarga (masalah dengan adik laki-lakinya).
Gejalanya marah-marah tanpa sebab, pasien ke kamar tiba-tiba mengamuk, sulit tidur sehingga
pasien dibawa berobat ke RSJ lawang untuk dirawat inap.
D.      Riwayat Penyakit Dahulu (faktor Predisposisi)
1.        Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Iya
Penjelasan:
Pasien sakit yang pertama kali sejak satu tahun yang lalu, gejalanya marah-marah, sulit tidur, pernah
dirawat di RSJ lawang satu kali. Pulang dari RSJ sembuh. Pasien kontrol rutin tetapi pasien tidak
minum obat secara teratur.
Diagnosa keperawatan: Regimen terapeutik inefektif
2.        Faktor penyebab atau pendukung
a.         Riwayat trauma
No. Riwayat Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga 34     Tidak Adik kandung
tahun ada
5. Tindakan kriminal
Penjelasan:
Pasien ada masalah keluarga. pasien marah-marah dengan adik kandung, lalu menyendiri di kamar,
tiba-tiba mengamuk melempari barang-barang yang ada di sekitarnya.
Diagnosa keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
b.        Pernah melakukan upaya/ percobaan/ bunuh diri
Penjelasan:
Pasien tidak pernah melakukan upaya/ percobaan/ bunuh diri.
c.         Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian, perpisahan)
Penjelasan:
Pasien mengatakan sedih karena gagal dalam pernikahan, cerai dengan istri, anak ikut istri,
Diagnosa keperawatan: respon pasca trauma
d.        Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Jika ya  jelaskan:
Pasien menatakan menurut orang tua saya, saya sering kejang-kejang saat masih kecil. Namun
sekarang sudah tidak pernah kejang lagi.
e.         Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat terlarang.
3.        Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya:
Penjelasan:
Pasien dibawa ke RSJ dan hasilnya keluhan sedikit demi sedikit berkurang hingga pulang dan jika
kambuh pasien dibawa lagi ke RSJ lawang.
4.        Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jiwa.
Penjelasan:
a.         Pola asuh: sejak kecil Tn A tinggal dengan kedua orang tuanya. Sifat ibu dan ayahnya baik, sabar,
dan penuh kasih sayang.
b.        Komunikasi: orang yang terdekat adalah ibu. namun tidak selalu menceritakan masalahnya kepada
orang terdekat.
c.         Pengambil keputusan: di dalam keluarga pengambil keputusan adalah ayahnya, setelah cerai dengan
istri bila Tn. A ada masalah oleh keluarganya dibiarkan saja sehingga sering marah-marah.
2.        Konsep diri
a.         Citra Tubuh
       Tn. A mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kumis Karena menarik. Tidak ada
bagian tubuh yang tidak disukai.
b.        Identitas
       Tn. A sangat puas sebagai seorang laki-laki karena sebagai seorang laki-laki kuat dan tampan.
c.         Peran
       Saat di rumah Tn. A sebagai kepala kelurga sebelum cerai dengan istri. Setelah cerai degan istri,
Tn. A merasa sedih karena tidak dapat menjalankan perannya sebagai ayah dan seorang suami. Saat
di rumah sakit kurang aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari hanya mau mengikuti senam saja.
d.        Ideal Diri
       Tn. A mengatakan ingin segera pulang dan bisa bekerja kembali seperti saat saya sebelum
dirawat disini, saat di ruah saya bekerja sebagai penjual sehingga dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Tn. A mengatakan sedih karena kondisinya saat ini berada di rumah sakit jiwa, merasa
malu karena menurutnya tidak sakit jiwa.
e.         Harga Diri
Tn. A merasa sedih karena tidak dapat menjalankan perannya sebagai ayah dan seorang suami. Tn. A
mengatakan sedih karena kondisinya saat ini berada di rumah sakit jiwa, merasa malu karena
menurutnya tidak sakit jiwa.
Diagnosa kerawatan: Harga diri rendah
3.        Hubungan Sosial
a.         Orang yang berarti/ terdekat
       Orang yang paling dekat dengan Tn. A adalah ibunya, namun tidak selalu menceritakan
masalahnya kepada orang terdekat.
b.        Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
       Selama di rumah Tn. A sering menyendiri, suka mengaji, hubungan dengan orang lain kurang.
Saat di rumah sakit pasien suka menyendiri, jalan-jalan sendiri. Berbicara bila ada perlunya.
c.         Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
       Tn. A mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi dengan orang lain, namun jarang
berhubungan dengan orang lain, hanya mau berbicara bila ada sesuatu yang penting. Tidak mau
bergaul dengan pasien yang lain karena mengganggap semuanya adalah orang tidak waras.
Diagnosa keperawatan: Menarik diri
4.        Spiritual
a.         Nilai dan keyakinan
       Tn. A mengaku agamanya islam.
b.        Kegiatan ibadah
       Tn. A mengatakan tidak pernah sholat, perasaannya biasa saja ketika meninggalkan sholat.
F.        Pemeriksaan Fisik
1.        Keadaan umum
       Pasien jika diajak berbicara menatap mata lawan bicara dengan tajam, penampilan sesuai dengan
umur, bersih.
2.        Kesadaran
       Kesadaran composmetis.
3.        Tanda- tanda vital
Tekanan darah: 120/80 mmhg
Nadi: 92x/ menit
Suhu: 36,8 derajat celcius
Pernafasan: 22x / menit
4.        Ukur
Berat badan: 51kg
Tinggi badan: 170 cm
5.        Keluhan fisik
Penjelasan:
Tn. A dulu pernah kejang tetapi sekarang tidak pernah.
G.      Status Mental
1.        Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Penjelasan:
Cara berpakaian Tn. A memakai seragam rumah sakit,  tidak terbalik, Tn. A mengatakan mandi dua
kali sehari yaitu pagi dan sore. Badan dan rambut tidak kotor.
2.        Pembicaraan (Frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Penjelasan:
Pandangan mata tajam, frekuensi lambat, volume keras, jumlah terkadang banyak terkadang sedikit,
jawaban sesuai dengan pertanyaan.
3.        Aktifitas motorik/ Psikomotor
a.         Kelambatan: Katalepsi
penjelasan:
Aktifitas ini muncul bila pasien habis kejang
b.        Peningkatan:
1)        Katapleksi
penjelasan: Pasien sering mondar-mandir seperti orang bingung
2)        Kompulsif: Epilepsi
penjelasan: Pasien mempunyai riwayat kejang, aktifitas ini terjadi pada saat kejang.
4.        Mood dan Afek
a.         Mood: Khawatir
Penjelasan:
Pasien mengatakan merasa khawatir tidak bisa pulang dari rumah sakit, pengen cepat pulang. Pasien
terlihat sering melamun, gelisah.
b.        Afek: Tumpul/ Dangkal/ Datar
Penjelasan:
Perilaku Tn. A tidak ada perubahan roman muka saat menceritakan sedih ataupun gembira, tatapan
tetap tajam.
Diagnosa keperawatan: ansietas ringan
5.        Interaksi Selama Wawancara: Mudah tersinggung
penjelasan:
Saat berbicara Tn. A menunjukkan sikap permusuhan, mudah tersinggung, tatapan mata tajam
seperti orang mau marah. Sesekali menunduk saat diajak berbicara.
Diagnosa Keperawatan: risiko perilaku kekerasan
6.        Persepsi Sensori
a.         Halusinasi: Pendengaran
b.        Ilusi: Tidak ada
Penjelasan:
Tn A mengatakan mendengar bisikan yang menyuruhnya tidak boleh tidur, disuruh melempar
barang, suara terdengar saat menyendiri pada saat  siang dan malam hari. Pasien merasa takut saat
mendengar suara bisikan.
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
7.        Proses Pikir
a.         Arus Pikir:
1)      Koheren
2)      sirkumtansial
Penjelasan:
Pasien dapat menjawab setiap diajak berbicara namun jawabannya berbelit-belit.
b.        Isi Pikir: Pikiran curiga
Penjelasan:
Tn. A tidak percaya dengan orang lain, selalu curiga dengan orang yang mengajak berbicara
c.         Bentuk Pikir:
1)      Non realistik
2)      otistik
Penjelasan:
Tn. A mengatakan dirinya tidak sakit, pengen cepat pulang, tidak mau berkumpul dengan orang sakit
jiwa.  Dia berada pada dunianya sendiri/ halusinasinya.
8.        Kesadaran
a.         Orientasi (Waktu, Tempat, Orang)
Penjelasan:
Waktu: Pasien mengatakan saat pengkajian adalah siang hari
Tempat: Pasien mengatakan saat ini sedang berada di RSJ Lawang ruang Merpati.
Orang: Pasien mampu menyebutkan nama perawat yang ada disekitarnya
b.        Menurun: Kesadaran berubah
Penjelasan:
Kesadaran pasien berubah yaitu berada pada dunianya (halusinasi), terbukti pasien masih mendengar
suara bisikan-bisikan yang menyuruhnya tidak boleh tidur dan menyuruh melempari barang.
9.        Memori
a.     Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bln)
Penjelasan: Pasien mengatakan tiga bulan yang lalu saat kesini saya diantar oleh adik kandung saya.
b.    Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam-<1 bln)
Penjelasan: Pasien mengatakan satu minggu terakhir mahasiswa yang praktik adalah dari Kediri.
c.     Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik-15 menit)
Penjelasan: Pasien mengatakan tadi saya makan sama ikan telor dan sayur tahu.
10.    Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a.    Konsentrasi: Mudah beralih
Penjelasan: Tn. A jika diajak bicara sering mengalihkan pembicaraan
b.    Berhitung
Penjelasan: Tn. A mampu berhitung secara sederhana, 100+5= Tn. A menjawab 105
11.    Kemampuan Penilaian: gangguan ringan
Penjelasan:
Pasien dapat mengambil keputusan secara sederhana dengan bantuan perawat
12.    Daya Tilik Diri: Mengingkari penyakit yang diderita
Penjelasan: Tn. A merasa tidak sakit jiwa, pengen segera pulang.
Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir
H.      Kebutuhan Persiapan Pulang
1.        Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a.         Perawatan Kesehatan dan transportasi
       Tn. A mengatakan kalau sakit saya akan ke puskesmas , biasanya diantar oleh saudara saya
dengan sepeda motor.
b.        Tempat tinggal
       Tn. A mengatakan setelah pulang dari sini saya akan tinggal bersama keluarga.
c.         Keuangan dan kebutuhan lainnya
       Tn. A mengatakan untuk memenuhi kebutuhannya akan bekerja berjualan seperti dulu sebelum
masuk rumah sakit ini.
2.        Kegiatan hidup sehari-hari
a.         Perawatan diri
1)        Mandi
Penjelasan: Tn. A mengatakan mandi dua kali sehari pagi dan sore menggunakan sabun.
2)        Berpakaian, berhias, dan berdandan
Penjelasan: Tn. A ganti baju satu kali sehari, pakaian yang digunakan sesuai dan tidak terbalik.
3)        Makan
Penjelasan: Tn. A makan tiga kali sehari di ruang makan dan di taman, habis satu porsi, dan alat
makan dicuci sendiri.
4)        Toileting (BAK,BAB)
Penjelasan: Tn. A BAK dan BAB di kamar mandi, tidak mengalami kesulitan dan selalu dibersihkan.
b.        Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari?
Tn. A makan tiga kali sehari diruang makan dan di taman habis satu porsi. Alat makan dicuci sendiri.
Bagaimana nafsu makannya?
Nafsu makan Tn. A baik. Bagaimana berat badannya
Berat badan Tn. A 51 kg, tidak mengalami penurunan selama dirawat inap.
c.         Tidur
1.        Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama - s/d   -
Tidur malam, lama 21.00 WIB s/d 04.00 WIB
Penjelasan:
Aktifitas sebelum tidur: makan, mandi
Aktifitas sesudah tidur: Jalan-jalan dilingkungan rumah sakit, senam bersama
2.        Gangguan tidur: Lain-lain
Penjelasan: Tn. A mengatakan tidur malamnya nyenyak selama perawatan selalu bias tidur setelah
minum obat
3.        Kemampuan lain-lain
a.         Mengantisipasi kebutuhan hidup: Tn. A mengatakan ingin bekerja kembali
b.        Membuat keputusan berdasarkan keinginannya: Tn. A mengatakan akan bekerja kembali setelah
pulang dari rumas sakit jiwa ini
c.         Mengatur prnggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri: Tn. A
mengatakan saat dirumah sakit saya minum obat sesuai dengan aturan yang disediakan oleh perawat.
Tn. A mengatakan obatnya dipegang oleh saudara saya dan setelah pulang akan control di puskesmas
saja lebih dekat.
4.        Sistem Pendukung
a.         Keluarga: Ya
Penjelasan: Tn. A mengatakan keluarga yang mengantar control dan juga membantu segala
kebutuhan sehari-hari.
b.        Kelompok Sosial: Ya
Penjelasan: Tn. A mengatakan saat dirumah aktif dalam mengaji dan kurang berinteraksi dengan
tetangga rumah.
I.         Mekanisme Koping
Penjelasan: Tn. A mengatakan bila ada masalah terkadang tidak mampu menyelesaikannya, biasanya
mengurung diri dikamar dan akan berusaha membanting-banting barang yang ada disekitar.
J.        Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a.         Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan sebelum sakit aktif dalam mengaji diterima baik oleh teman-temannya dan
harapannya setelah pulang masih diterima lagi.
b.        Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan lingkungannya dan masyarakat yang tinggal disekitar rumahnya mau menerima
keadaannya apa adanya.
c.         Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan merasa puas dengan pendidikannya sehingga bias membaca.
d.        Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan rasa puas dengan pekerjaannya yang bekerja sebagai penjual taqwa (sarung),
dengan pekerjaannya itu, Tn. A mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
e.         Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan merasa senang dirumahnya, karena rumahnya sangat bersih, banyak jendela
sehingga rumah terlihat terang, di halaman banyak pohon-pohon.
f.         Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A mengatakan dengan pekerjaannya sebagai penjual taqwa (sarung) mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan bias membantu ekonomi keluarga orangtuanya
g.        Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A mengatakan puas dengan pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, dan
pengobatan jalan yang dilakukan di puskesmas. Perawat dan dokternya baik-baik.
h.        Masalah lainnya, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A ingin cepat pulang dari rumah sakit ingin segera  berkumpul dengan keluarga dan
ingin segera bekerja kembali.
Diagnosa Keperawatan:
K.      Aspek Pengetahuan
a.         Penyakit/ gangguan jiwa: Tn. A mengatakan tidak sakit jiwa. Dibawa kerumah sakit jiwa
merupakan cobaan dari Tuhan.
b.        Sistem pendukung: Tn. A mengatakan keluarga selalu mengantarkan untuk kontrol
c.         Faktor presipitasi: Tn. A mengatakan kambuh lagi karena tidak mau minum obat
d.        Penatalaksanaan: Tn. A ngatakan saya sekarang sedang sakit namun bukan sakit jiwa namun
saya membutuhkan obat.
e.         Lain-lain: koping
Tn. A mengatakan jika ada masalah yang tidak bias diatasi Tn. A cenderung diam, mengurung diri
dan membanting benda-benda disekitar.
L.       Aspek Medis
1.        Diagnosis Medis
F06.8  (Epilepsi Psikomotor)
2.        Diagnosa Multi axis
Axis I  : F06.8
Axis II
Axis III
Axis IV : masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 20-11
3.        Terapi Medis (tanggal 30 Januari 2017)
1.        Karbamazepin 200mg 11/2-11/2-11/2
2.        Clobazam 10mg 0-0-1
3.        Respiredone 2mg 1-0-1
4.        Triheksilpenidil 2mg 1-0-1
5.        Phenitoin 100mg 1-0-1

M.     Analisa Data
No. Data Diagnosa Keperawatan
1.          Ds. Tn. A mengatakan mendengar suara bisikan Gangguan sensori dan
tidak boleh tidur, disuruh melempari barang saat persepsi: Halusinasi
menyendiri, pada siang dan malam hari. pendengaran
Do.
-            pasien sering mondar-mandir
-            pasien menyendiri
-            pasien melamun

2.          Ds. Tn. A mengatakan mendengar suara bisikan Risiko perilaku kekerasan
tidak boleh tidur, disuruh melempari barang saat
menyendiri, pada siang dan malam hari.
Do.
-            Pandangan mata tajam
-            Volume pembicaraan keras
-            Pasien mondar-mandir
3. Ds: pasien mengatakan kontrol rutin semenjak Regimen terapeutik
satu tahun yang lalu pulang dari RSJ tetapi tidak inefektif
minum obat secara teratur.
Gejala kekambuhan menyendiri, marah-marah
dan membanting barang di rumah dan sulit
tidur.
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSJ
lawang satu kali, satu tahun yang lalu.
Do: - pasien kambuh lagi dan MRS pada
tanggal 19 November 2016
4. Ds: Pasien mengatakan sedih karena gagal Respon pasca trauma
dalam pernikahan, cerai dengan istri, anak ikut
istri.
Do: - pasien sering melamun
Pasien nampak gelisah
        

5. Ds: - pasien mengatakan tidak mau bergaul Menarik diri


dengan pasien yang lain karena menggap
semuanya tidak waras. Pasien mengatakan mau
berbicara bila ada perlunya.
Do: - pasien terlihat suka menyendiri
Mondar-mandir
        

6. Ds:- pasien mengatakan malu karena kondisinya Harga diri rendah


saat ini berada di rumah sakit jiwa.
Pasien mengatakan sedih karena tidak bisa
        

menjalankan perannya sebagai seorang ayah


dan suami
Do: - pasien terlihat suka menyendiri
Mondar-mandir
        

Interaksi
         selama wawancara mudah
tersinggung
Saat diajak bicara sesekali menunduk
        

7. Ds: - pasien mengatakan dirinya tidak sakit jiwa Gangguan proses pikir
Ingin cepat pulang
        

Do: - proses pikir sirkumtansial (bila diajak


berbicara jawaban berbelit-belit)
Bentuk pikir non realistik dan otistik
        

Konsentrasi
         mudah beralih, bila diajak
berbicara selalu mengalihkan pembicaraan.

N.      Daftar Diagnosa Keperawatan


1.      Gangguan sensori dan persepsi: Halusinasi pendengaran
2.      Risiko perilaku kekerasan
3.      Regimen terapeutik inefektif
4.      Respon pasca trauma
5.      Menarik diri
6.      Harga diri rendah
7.      Gangguan proses pikir

O.      Masalah
 Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
 Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

 Isolasi sosial: menarik diri

 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

P.       Prioritas Diagnosa Keperawatan


1.        Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran

Rencana Tindakan Keperawatan


Klien dengan: Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
Nama Klien: Tn.
A                                                                                                                                          Dx Medis:
F06.8
No.
CM:          1145xx                                                                                                                                    
Ruangan: Merpati
No Dx. Keperawatan Perencanaa
. Tujuan Kriteria Evalua
1.        Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi TUM: Setelah dilakukan sa
Pendengaran Klien tidak mencederai interaksi klien mamp
diri, orang lain, atau membina hubungan
lingkungan percaya dengan pera
TUK: dengan k riteria hasi
1.      Klien dapat membina          Membalas sapaan
hubungan saling percaya perawat
         Ekspresi wajah
bersahabat dan sena
         Ada kontak mata
         Mau berjabat tanga
         Mau menyebutkan
         Klien mau duduk
berdampingan denga
perawat
         Klien mau menguta
masalah yang dihada

2.      TUK 2: Klien mampu menge


Klien dapat mengenal halusinasinya denga
halusinasinya criteria hasil:
         Klien dapat menyeb
waktu timbul halusin
         Klien dapat
mengidentifikasi kap
frekwensi, situasi sa
terjadi halusinasi
         Klien dapat
mengungkapkan per
saat muncul halusina
TUK 3:          Klien dapat
Klien dapat mengontrol mengidentifikasi tin
halusinasinya yang dilakukan untu
mengendalikan halu
         Klien dapat menunj
cara baru untuk
mengontrol halusina
TUK 4:          Klien dapat memili
Klien dapat dukungan dari mengatasi halusinas
keluarga dalam          Klien melaksanakan
mengontrol halusinasinya yang telah dipilih
memutus halusinasin
TUK 5:          Keluarga dapat mem
Klien dapat menggunakan hubungan saling per
obat dengan benar untuk dengan perawat
mengendalikan halusinasi          Keluarga dapat men
pengertian, tanda da
tindakan untuk
mengalihkan halusin
         Klien dan keluarga
menyebutkan manfa
dosis dan efek samp
obat
         Klien minum obat t
         Klien dapat informa
tentang manfaat dan
samping obat
         Klien dapet memah
akibat berhenti minu
obat tanpa konsultas
         Klien dapat menyeb
prinsip 5 benar
penggunaan obat

 
Implementasi dan Evaluasi
Nama: Tn. A                                       Ruang: Merpati                                   RM No. 1145XX
No. Tanggal dan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Jam
30 Januari 20171.      Membina hubungan saling percaya S: - pasien mau
16.00 dengan pasien memperkenalkan
2.      Membantu pasien mengenal halusinasi, dirinya
isi, jenis, waktu, frekwensi halusinasi          Pasien mau
3.      Menjelaskan cara cara mengontrol menceritakan isi,
halusinasi jenis, waktu,
4.      Mengajarkan pasien mengontrol frekuensi halusinasi
halusinasi dengan cara pertama:           
menghardik halusinasi O: Pasien dapat
memperagakan cara
menghardik
         Pasien mampu
mengenal isi, jenis,
waktu, dan frekwensi
halusinasi.
         Pasien mengetahui
cara mengontrol
halusinasi
A: Masalah
halusinasi belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
1.      Evaluasi cara
menghardik
2.      Lanjutkan SP 2
         Evaluasi jadwal
kegiatan harian
pasien
         Melatih mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
         Menganjurkan
memasukkan jadwal
kegiatan harian
1.      Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi S: Pasien
dengan cara menghardik mengatakan mengerti
2.      Melatih pasien mengontrol halusinasi cara mengontrol
dengan cara kedua: bercakap-cakap halusinasi yang
3.      Menganjurkan memasukkan kejadwal pertama dan kedua
latihan harian O:
         Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol,
menghardik dan
bercakap-cakap
         Pasien tidak banyak
melamun
A: Masalah
halusinasi belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
         Evaluasi kegiatan
harian yang sudah
dimasukkan jadwal
         Melatih mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
kegiatan
         Memasukkan jadwal
5 PERTANYAAN MENGENAI KONSEP DASAR KEPERAWATAN II
1. Seorang laki-laki berusia 34 tahun, dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan sering
ngomong dan tertawa sendiri terkadang disertai dengan marah-marah sambil melempar
barang yang ada dirumah dan tiba-tiba klien diam menyendiri sambil menangis. Saat ini klien
dirawat untuk ke tiga kalinya.
Pertanyaan :
Data apakah yang perlu perawat kaji untuk menguatkan data pasien?
Jawab : Penyebab pasien kambuh
2. Seorang perempuan berusia 19 tahun, diketemukan terkulai lemas dengan tangan
berlumurkan darah dan mulut keluar busa. Sehari sebelumnya pasien baru saja diputus oleh
pacarnya. Saat dirawat dan dikaji pasien masih diam dan tidak mau menjawab pertanyaan
perawat.
Pertanyaan :
Apakah yang perlu perawat perhatikan dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien?
Jawab: Menjauhkan klien dari benda tajam
3. Seorang perempuan berusia 29 tahun, dibawa ke rumah sakit jiwa sudah 4 hari ini. Klien
selama dirawat cenderung menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan perawat/teman
klien yang lain. Dari hasil pengkajian,klien pernah gagal mengikuti tes POLRI. Perawat
sudah melakukan komunikasi terapiutik dengan klien tetapi klien masih belum kooperatif.
Pertanyaan :
Apakah tindakan keperawatan selanjutnya yang perlu dilakukan perawat?
Jawab : Membantu memenuhi kebutuhan dasar klien
4. Seorang laki-laki usia 35 tahun bawa ke Rumah Sakit Jiwa dengan marah-marah pada
tetangganya, memukul, muka merah, bicara keras, pandangan mata tajam dan klien
mengatakan : “Saya dihina dan di olok-olok oleh tetangga saya sehingga saya marah dan
memukul tetangga saya tersebut”..
Pertanyaan :
Apakah masalah utama pada kasus pasien diatas?
Jawab : Resiko menciderai diri sendiri / orang lain / lingkungan
 
5. Seorang laki - laki berusia 29 tahun, sudah hampir 1 bulan dirawat di RSJ dengan keluhan
masuk sering ngomel sendiri dan teriak-teriak. Klien selama dirawat cenderung menyendiri
dan tidak mau berinteraksi dengan perawat/teman klien yang lain. Selain itu tampak pakain
dan penampilannya acak-acakan serta bau. Perawat sudah menyiapkan peralatan mandi tetapi
jarang digunakan oleh klien.
Pertanyaan :
Apakah tindakan keperawatan yang perlu dilakukan perawat?
Jawab : Membantu pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan keperawatan Gerontik.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
KONSEP DASAR KEPERAWTAN II di UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan
beberapa pihak dan sumber. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan
apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya makalah ini bisa berguna baik siapapun yang membacanya nanti,
saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.

Medan 23 Juli 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
 Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf  kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha  sosial ekonomi
lansia.   
 Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37 %
penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar di
masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-
hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang prima.
Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan
organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah tersebut dapat
diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga
dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi tindakan keperawatan,
dan bahan pengambilan keputusan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian keperawatan gerontik?


2.      Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
3.      Apa fungsi dari perawat gerontik?
4.      Apa peran dari perawat gerontik?
5.      Apa masalah kesehatan pada lansia?
6.      Apa saja pendekatan yang dapat digunakan?
7.      Apa saja model konseptual gerontik menurut para ahli?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui defenisi gerontik


2.      Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gerontik
3.      Untuk mengetahui fungsi dari perawat gerontik
4.      Untuk mengetahui peran dari perawat gerontik
5.      Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut para ahli

 D.  Manfaat

1.      Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan gerontik


2.      Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan bagi lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama
tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti
lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut
usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan
dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari
gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang
ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan
badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter dan
Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah keperawatan
gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic
nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah
ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik.
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut
usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para
ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological
nursing  karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier
(1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan
status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

B.     Tujuan Keperawatan Gerontik


 Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1.         Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan
dengan proses penuaan
2.         Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik
jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3.         Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia
4.         Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5.         Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6.         Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7.         Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat

Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:


1.         Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2.         Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3.         Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis
yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4.         Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5.         Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada
stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan


fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui
ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008).

C.      Fungsi Perawat Gerontik


Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1.         Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2.         Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3.         Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan  hal yang sama)
4.         Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan)
5.         Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6.         Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7.         Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8.         Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9.         Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
10.     Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11.     Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan
rehabilitative)
12.     Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13.     Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh)
14.     Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15.     Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16.     Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17.     Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18.     Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghadapi proses kematian)
19.     Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan
perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
D.    Peran Perawat Gerontik
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting,
seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan
kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai
macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu
perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat
gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara
langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan
klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan,
mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat
pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini
sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis
klinis memiliki peran, diantaranya:
a)      Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan
kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya
memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka
perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul
di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan
perawatan di akhir hidup.
b)      Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based
practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan
mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada
pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data.
c)      Manajer Perawat                
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan
sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam
mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua
di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas
hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan
keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
d)     Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur
seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya
kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun,
perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan
untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat,
meskipun di dalam situasi yang sulit.
e)      Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang
menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan
berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres
untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus
mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan
jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
f)       Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator  yakni
dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta
melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g)      Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan
fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus
disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.

E.     Masalah Kesehatan Pada Lansia


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena  penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment
(gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste,
smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition
(kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal
dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang  seoptimal mungkin.
Kesehatan
1.    Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2.     Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun
faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan.  Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
3.     Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali
dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki
terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah,
baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup
dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan
untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan
dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan
beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4.    Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50
%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga
perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
5.     Infeksi:  merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan
di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa
faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan
gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan
mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6.    Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua
semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-
otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi,
sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7.    Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat,
kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi
usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam
usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih
berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8.     Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya
depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita
dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa
perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan
gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat
badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain,
merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak
berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan
tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan
fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan
dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9.    Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik,
mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
10.      Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit
tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai  peranan di
dalam menjalani masa tuanya.
11.     Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita
penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat
yaqng digunakan.  
12.      Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia
adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin
maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua
proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan
normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur
nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni 
sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya
banyak mimpi,  jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun
dipagi hari. 
13.      Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang 
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula  karena
berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit
yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang.
Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh dan lain-lain.
14.  Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi
yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3
bulan.   Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang
dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi
ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan
minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam
alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang
terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan (Siburian, 2009).

F.     Mitos Pada Lansia


1.         Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a.       Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit
b.      Depresi
c.       Kekhawatiran
d.      Paranoid
e.       Masalah psikotik
2.      Mitos konservatisme dan kemunduran
a.       Konservatif
b.      Tidak kreatif
c.       Menolak inovasi
d.      Berorientasi ke masa silam
e.       Merindukan masa lalu
f.       Kembali ke masa kanak-kanak
g.      Susah berubah
h.      Keras kepala
i.        Cerewet
3.      Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4.      Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5.      Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah
berkurang
6.      Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7.      Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

G.    Pendekatan pada Lansia


1.      Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian
terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
a.       Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu
melakukannya sendiri.
b.      Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat  harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini,
terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
2.      Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.
3.      Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan
sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca surat kabar dan
majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan sesama
mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda.

H.    Tempat Pemberian Pelayanan Bagi Lansia


1.         Pelayanan social di keluarga sendiri
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yangdlakukan di
rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan
adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia sekaligus
memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a.       Perseorangan : perawat, pemberi asuhan
b.      Keluarga
c.       Kelompok
d.      Lembaga / organisasi sosial
e.       Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi.
Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau
keluarganya membutuhkan.
2.      Foster Care Service
Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan
kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga
lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada
dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang
dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat
dilayani oleh keluarganya sendiri.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa
a.       Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan memberi makanan
b.      Peningkatan gizi
c.       Bantuan aktivitas
d.      Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
e.       Pendampingan rekreasi
f.       Olah raga dsb
3.      Pusat santunan keluarga (pusaka)
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri
atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan
ekonomi.
4.      Panti social Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan
untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Ø  Kegiatan rutin
a.       Pemenuhan makan 3x/hari
b.      Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih  otak dsb)
c.       Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d.      Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e.       Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)

Ø  Kegiatan waktu luang


a.       Bermain (catur, pingpong)
b.      Berpantun/baca puisi
c.       Menonton film
d.      Membaca Koran

I.       Model Keperawatan Gerontik Menurut Ahli

1.    Model Konseptual Adaptasi Callista Roy


Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus pada
kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam penerapannya Roy
menegaskan bahwa individu  adalah makhluk  biopsikososial sebagai satu kesatuan  utuh
yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh pada
perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas
diri, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu
kebutuhan dan menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya
atau prilaku tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.

2.    Model Konseptual Human Being Rogers


Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan lima
asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan
individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan lingkungan.
Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia diidentifikasi
dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang
tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
1.      Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya, individu dan
lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi
lapangan pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia
(Rogers, 1992).
2.      Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan. Ditujukan
terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah pembangunan manusia.
Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang dapat mengambil
manfaat (Rogers, 1992).
3.      Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi
dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai
sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi
dan kesehatan adalah sebuah nilai.
3.  Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan
keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang
mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level
maksimum dari total wellness. Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi
dari semua variabel yang mana mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981)
menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi
kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu
pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan
seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan
dapat dicegah.
4.  Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup
secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai
dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam
melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau
mencapai kematian yang damai. Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya
pengetahuan kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14
komponen kebutuhan dasar.
5.  Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai  Trancultural Nursing Theory atau
teori perawatan transkultural.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture
shock atau culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien
akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan
tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan
nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu,
keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih
tinggi daripada budaya kelompok lain.
6.  Model Konseptual Perilaku Johnson
 Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien
beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress actual atau potensial dapat
mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress
sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson,
1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokkan
perilaku berikut:
1.      Perilaku mencari keamanan
2.      Perilaku mencari perawatan
3.      Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
4.      Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
5.      Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan cultural
6.      Perilaku seksual dan identitas peran
7.      Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku
diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif
didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien
menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan
beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
7.  Model Konseptual Self Care Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan klien
untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
a.    Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan
dalam mencapai taraf kesehatannya.
b.    Teori Self care
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka deficit perawatan diri
terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya
c.    Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan
individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang
berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif terhadap
klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu
klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bias
dipenuhi sendiri oleh klien.

B.       SARAN

Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan


keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa
tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia
sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012
dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC

Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012


dari http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i

Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012


dari http://cheezabluesecret.multiply.com/journal
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.M
DENGAN HIPERTENSI

Dosen pembimbing : Ns. Masri Saragih, M.Kep

Disusun Oleh :

TIUR THERESIA SITORUS


190204010

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
T.A 2019/2020

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 juni 2020 jam 07.00 wib di Rumah sakit Karya
Husada, Perdagangan
a.    Nama                                 : Ny. M
b.   Usia                                   : 68 tahun
c.    Jenis Kelamin                    : Perempuan
d.   Status Pernikahan             : Menikah
e.    Agama                               : Kristen protestan
f.    Alamat                              : Raja maligas 1
g.   Pekerjaan                           : wiraswata
h.   Dx. Medis                         : Hipertensi

keluarga atau orang yang lain penting/ yang dapat di hubungi


a.       Nama                                           : Tn. H
b.      Usia                                             : 45 tahun
c.       Alamat                                         : Raja maligas 1
d.      Pekerjaan                                     : Wiraswata
e.       Hubungan dengan penerima        : Anak

2.      Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian belakang kepala.

3.      Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang
Pasien merasa lemas ± 3hari di rumah, tidak berobat. Pada tanggal 25 September  2017  jam
14.30 keluarga mengantar klien ke RS Karya Husada dengan keluhan nyeri kepala (pusing)
mengeluh badan lemas tidak enak badan. Keluarga mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi. TD 200/122 mmHg, RR 26 x/menit, Nadi 120x/menit, suhu 360C.
P : Peningkatan tekanan darah
Q : Nyeri cekot – cekot
R : Nyeri di bagian kepala
S : Skala 6
T : Nyeri terus menerus
Pasien tampak meringis menahan sakit kepala yang sangat hebat, pasien tampak gelisah. Lalu
di RS diberikan terapi infuse RL 20 tetes/menit, injeksi Ceftriaxon 1 gr, Ranitidin 25 mg,
Piracetam 3 gr, Norages 500 mg. lalu dokter menyarankan untuk opname.
b.   Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan mempuyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, pasien pernah di
opname dengan masalah hipertensi
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun yaitu
hipertensi.
d.   Genogram

4.      Lingkungan Tempat Tinggal


Keluarga mengatakan rumah yang dihuni beratap asbes , lantai ubin , terdapat pintu ,
mempunyai kamar mandi dan WC di dalam rumah. Keadaan sekitar lingkungan dan rumah
cukup bersih, rumah disapu 2 x sehari, ada tempat sampah di dalam rumah, ada selokan untuk
pembuangan limbah rumah tangga.
5.      Pola Pengkajian Fungsional
a.       Pola persepsi – management kesehatan
Menururut klien, kesehatan itu sangat penting, apalagi usia sudah tua harus sehat
b.      Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit klien makan 3 x dalam sehari, selama sakit makan 3 x sehari. makan hanya ½
porsi dari makanan yang disajikan, jenis makanan bubur, lauk dan sayur, klien mengatakan
tidak nafsu makan karena makanan yang disajikan rasanya hambar.
c.       Pola eliminasi
BAK : Sebelum sakit klien BAK 3-5 kali/hari , dan selama sakit klien
BAK 3-5 x/hari dengan konsistensi warna kuning, bau khas urine
BAB : Sebelum sakit klien BAB 1 kali/hari dengan konsistensi warna kuning, lembek, bau
khas feses dan selama sakit klien mengatakan sudah 4 hari belum BAB.    
d.      Pola latihan aktivitas
Sifat
No Macam ADL
Mandiri Tergantung
1 Makan √
2 Kontinen (BAB / BAK) √
3 Berpindah √
4 Mandi √
5 Ke kamar kecil √
6 Berpakaian √
Kesimpulan :
Nilai A : kemandirian dalam hal makan, konitnen (BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil, mandi dan
berpakaian.

e.       Pola kognitif perseptual


Persepsi Sensori : klien mengatakan nyeri di bagian kepala
P  : saat digunakan untuk beraktivitas
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 6 (sedang)
T : berulang, nyeri datang ketika kelelahan dan banyak pikiran.
O : klien tampak menahan pusing, dan lemah.
Pendengaran        : Tidak ada kelainan
Penciuman            : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan          : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan          : tidak ada kelainan/dalam batas normal
Perabaan               : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengkajian fungsi kognitif
No Item pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ? √
Jawaban : jam 19.00 malam
2 Tahun berapa sekarang ? √
Jawaban : tahun 2020
3 Kapan nenek lahir ? √
Jawaban : 26 maret 1952
4 Berapa umur nenek sekarang ? √
Jawaban : 68 tahun
5 Dimana alamat nenek sekarang ? √
Jawaban : Raja maligas 1
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √
bersama nenek ?
Jawaban : 1 orang
7 Tahun ke berapa kemerdekaan indonesia ? √
Jawaban : 1945
8 Siapa nama presiden RI sekarang ? √
Jawaban : Joko Widodo
9 Coba hitung terbalik dari 20 ke 1 √
Jawaban : 20, 19, 18, 17, 16, 15, .......1
JUMLAH BENAR 8 1
Pengkajian fungsi kognitif didapat didapatkan skor 8  (tidak ada gangguan), karena klien
menjawab dengan benar 8 pertanyaan dari 9 pertanyaan yang diajukan.
SKALA DEPRESI
1.      Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Ya
2.      Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau kesenangan anda ?Ya
3.      Apakah anda merasa kehidupan anda sepi dan kosong ?Tidak
4.      Apa anda sering merasa bosan ?Tidak
5.      Apa anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?Ya
6.      Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?Tidak
7.      Apa anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?Ya
8.      Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?Ya
9.      Apakah anda lebih senang tinggal diwisma daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang
baru ?Ya
10.  Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding
kebanyakan orang ?Tidak
11.  Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan ?Ya
12.  Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?Tidak
13.  Apakah anda merasa penuh semangat ?Ya
14.  Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?Tidak
15.  Apakah anda pkir bahwa orang lain lebih baik keadaanya daripada anda ?Tidak
f.       Pola istirahat tidur
Klien mengatakan ketika di rumah tidak memiliki gangguan tidur, sebelum sakit klien tidur
malam selama 7 jam dan tidur siang 1-2 jam, ketika di rawat di rumah sakit saat siang hari
hanya tidur 1 jam dan malam hari klien susah tidur biasanya klien tidur malam dirumah sakit
±5 jam karena terlalu banyak pasien,  klien merasa kegerahan.
klien saat siang hari terkadang bisa tidur tetapi Juga terlihat sering tidak bisa tidur
g.      Pola konsep diri – persepsi diri
1). Identitas diri : Klien mengatakan sudah tidak bekerja, dirumah dengan suami
2). Peran diri      : Klien menyadari tentang perannya sebagai seorang nenek
3). Ideal diri    : Klien mengatakan bahwa hidupnya sekarang menyenangkan dan klien
merasa bahwa keadaannya bahagiaya  
4). Harga diri      : Klien mengatakan bahwa dirinya nenek yang sayang dan
disayangi   cucunya
5). Citra tubuh   : Klien menerima kondisi tubuhnya saat ini
h.      Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan mempunyai suami dan suaminya telah meninggal dunia , klien mempunyai
anak 5 dan 12 cucu . Hubungan klien dengan keluarga dan tetangga baik
i.        Pola reproduksi/seksual
Klien adalah seorang perempuan, klien sudah menoupose dan memiliki 5 anak.
j.        Pola pertahanan diri
Klien mengatakan jika mempunyai masalah klien mengatasinya dengan bercerita kepada
anak beliau.
k.      Pola keyakinan dan nilai
Setiap hari minggu beliau selalu pergi ke gereja di dekat rumah beliau Sehari hari
menjalankan dan mengikuti kegiatan agama dirumah, klien melakukan sholat jamaah di
mushola
6.      Pemeriksaan Fisik
a.       Tanda – tanda vital
TD            : 132/91 mmHg
N              : 83 x/menit
S               : 36,40C
RR            : 23 x/menit
b.      Pemeriksaan head to toe
1)          Kepala : Bentuk kepala mesosephal, agak kotor, sedikit berbau, rambut beruban mudah
dicabut dan tidak ada lesi, pusing (-)
2)          Mata : Isokor, reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric, tidak
ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara
terbatas.
3)          Hidung dan telinga : Hidung(Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, kadang tampak nafas
cuping hidung sewaktu sesak nafas).Telinga(Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan
ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan tidak berdengung).
4)          Mulut dan tenggorokan : Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut lembab, tonsil tidak membesar.
5)          Leher : Tidak tampak retraksi suprasternal, pembesaran kelenjar getah bening tidak teraba.
6)       Dada : Bentuk normal, pengembangan simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
7)         Jantung
Inspeksi                    : Ictus cordis tak tampak
Palpasi                      : Ictus cordis teraba di IC V- VI sinistra..
Perkusi                     : Terdengar suara pekak.
Auskultasi                : Terdengar bunyi jantung I-II.
8)         Paru-paru
Inspeksi                    : Simetris, statis dinamis
Palpasi                      : Tactil fremitus normal
Perkusi                     : Terdengar suara sonor seluruh lapisan paru
Auskultasi                : Tidak terdengar suara ronchi
9)      Abdomen
Inspeksi                    : Datar, tidak ad lessi pada abdomen
Auskultasi    : bising usus normal
Palpasi          : tidak teraba pembesaran hati dan limpa, ada nyeri tekan pada simpisis pubis
Perkusi                     : tympani.
10)     Punggung
Tidak ada lessi, Punggung klien bengkok ke kiri karena pernah jatuh 20 yang lalu.
11)     Genetalia
Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid.
12)     Ekstremitas
Tidak ada sianosis, akral hangat, tidak ada kelemahan otot, refleks fisiologis ada refleks
patologis tidak ada capilary refill < 2 dtk
13)     Kulit
Warna sawo matang, lembab, ada luka tetapi sudah kering, elastis terpasang infus RL 20
tetes/menit.

B.     ANALISA DATA
NO. Tanggal Data Masalah Keperawatan
1. 06 juni S : Klien mengatakan menderita hipertensi Nyeri berhubungan
sejak 2 tahun yang lalu hingga sekarang. Klien
2020 mengeluh sakit kepala. dengan agen cidera
Pengkajian nyeri yang didapatkan : biologis
P        : saat digunakan untuk beraktivitas
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 6 (sedang)
T : berulang, nyeri datang ketika kelelahan dan
banyak pikiran.
O : klien tampak menahan pusing, dan lemah.
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N   : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S    : 36,4oC
2. 08 juni S: Klien mengatakan ketika di rumah tidak Gangguan Pola Tidur
memiliki gangguan tidur, sebelum sakit klien
2020 tidur malam selama 7 jam dan tidur siang 1-2 berhubungan dengan
jam, ketika di rawat di rumah sakit saat siang kondisi fisik
hari hanya tidur 1 jam dan malam hari klien
susah tidur biasanya klien tidur malam dirumah
sakit ±5 jam karena terlalu banyak
pasien,  klien merasa kegerahan.
O : klien saat siang hari terkadang bisa tidur
tetapi Juga terlihat sering tidak bisa tidur
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N   : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S   : 36,4 oC
C.      PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan inflamasi
2.      Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kondisi fisik
                                                                             
D.    RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TANGGAL DX.KEP TUJUAN DAN KH INTERVENSI TTD
1 06 juni 2020 Nyeri Tujuan: 1.    Observasi keadaan Henryco
setelah dilakukan umum
tindakan 2.    Monitor tanda-tanda
keperawatan selama vital
3x7 jam gangguan3.    Kaji nyeri pada
rasa nyeri (pusing) penerima manfaat
dapat teratasi 4.    Ajarkan cara
mengatasi nyeri
KH : dengan tehnik
penerima manfaat distraksi relaksasi
tampak rileks, sehat,
5.    Berikan penjelasan
skala nyeri 1 mengenai penyakit
(ringan)
hipertensi
6.    Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapy
2 08 juni 2020 Gangguan Tujuan : setelah 1.   Bina hubungan saling Henryco
dilakukan tindakan
pola tidur keperawatan selama percaya dengan Klien
3x7 jam 2.   Identifikasi situasi
diharapkan pola yang mencetuskan
tidur PM
gejala kurang tidur.
dapat tercukupi
3.   Identifikasi metode
KH : koping yang
1.      Pola Tidur PM digunakan dalam
tercukupi menghadapi
2.      Penerima manfaat gejala kurang tidur.
tampak lebih rileks 4.   Identifikasi tanda –
tanda gejala kurang
tidur
5.   Ajarkan  Klien  cara
mengatasi kurang
tidur

E.     TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/waktu No Dx Implementasi Respon PM TTD


Kep
07 juni 2020 I Mengobservasi S : Klien mengatakan Henryc
jam 15.00 WIB keadaan umum Klien kepalanya agak pusing, kaki o
dan tangan  kemeng-kemeng
O : Klien tampak lemah dan
hanya rebahan di tempat tidur

S: Klien mengatakan bersedia


16.30 WIB untuk di tensi berbaring
I Memonitor TTV klien O: Klien tampak tenang
TD : 130/90 mmhg
N   : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S    : 36 oC

S: klien mengatakan
kepalanya pusing.
P       : saat digunakan untuk
17.00
beraktivitas
I Mengkaji Nyeri klien
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 4 (sedang)
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.

S: Klien mengatakan bersedia


di ajari teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi
nyeri
O: Klien mampu
18.15 WIB
mempraktekkan teknik
I, II Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam yang
relaksasi nafas dalam
diajarkan oleh perawat.
kepada Klien untuk
mengurangi nyeri
S: Klien mengatakan sering
merasakan sulit tidur setelah
bangun pada tengah malam.
O: Klien tampak kurang tidur
TD : 130/90 mmhg
N   : 76 x/menit
19.30 WIB
RR : 20 x/menit
II Mengidentifikasi
S    : 36 oC
penyebab gangguan
pola tidur S: Klien mengatakan
kalau gelisah, tidurnya kuran
g
O: Klien tampak gelisah,
kurang fokus saat diajak
berbincang-bincang.
11.00 WIB
II Mengidentifikasi
tanda-tanda kurang
tidur Klien
07 juni 2020 I Mengobservasi S: Klien mengatakan Henryco
jam 15.00 WIB keadaan umum Klien kepalanya masih pusing, kaki
dan tangan  kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan
hanya rebahan di tempat tidur

S: Klien mengatakan bersedia


16.30 WIB untuk di tensi
I Memonitor TTV O: Klien tampak tenang
Klien TD : 130/90mmhg
N   : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S    : 36 oC

S: Klien mengatakan
kepalanya pusing.
17.00 WIB
P       : saat digunakan untuk
I
beraktivitas
Mengkaji Nyeri Klien
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 4 (sedang)
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.

S: Klien mengatakan bersedia


melakukan teknik relaksasi
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
18.15 WIB
O: Klien tampak mampu
I, II
mempraktekkan teknik
Meminta Klien
melakukan teknik relaksasi nafas dalam yang
relaksasi nafas untuk diajarkan oleh perawat.
mengurangi nyeri.
S: Klien mengatakan tidurnya
agakcukup
O: Klien tampak lebih rileks

S: Klien mengatakan bersedia


melakukan kegiatan relaksasi
otot progresif seperti yang
19.20 WIB telah diajarkan oleh perawat.
II O: Klien tampak lebih tenang
Mengkaji pola
tidur Klien

20.30 WIB
II
Mengajarkan Klien
melakukan relaksasi
otot progresif

08 juni 2020 I Mengobservasi S: Klien mengatakan Henryco


jam 09.00 WIB keadaan umum Klien kepalanya masih pusing, kaki
dan tangan  kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan
hanya rebahan di tempat tidur

S: Klien mengatakan bersedia


09.30 WIB untuk di tensi
I Memonitor TTV O: Klien tampak tenang
Klien TD : 140/90mmhg
N   : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
S    : 36 oC

S: Klien mengatakan
pusingnya sudah agak
10.00 WIB berkurang.
I P       : saat digunakan untuk
Mengkaji Nyeri Klien beraktivitas
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 3
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.

S: Klien mengatakan bersedia


melakukan teknik relaksasi
10.15 WIB nafas dalam untuk
I mengurangi nyeri.
Meminta Klien O: PM tampak mampu
melakukan teknik mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam yang
untuk mengurangi diajarkan oleh perawat.
nyerinya
S: Klien mengatakan menjadi
lebih paham mengenai
hipertensi setelah diberikan
penjelasan
10.30 WIB O: Klien tampak
I S: Klien mengatakan bersedia
Memberikan penkes diajari cara relaksasi otot
mengenai hipertensi progresif
O: Klien tampak lebih tenang
pada Klien
setelah diajari cara relaksasi
otot progresif.

11.00 WIB
II
Mengajarkan Klien
cara relaksasi otot
progresif
F.     CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/waktu No Dx Evaluasi TTD
Kep
08 juni 2020 I S: Klien mengatakan kepalanya agak pusing, kaki Henryco
Jam 20.30 WIB dan tangan  kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan hanya rebahan di tempat
tidur
TD : 130/90 mmhg
N   : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S    : 36 oC
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Ulangi intervensi no 1,2,3,4,6

S: Klien mengatakan belum bisa tidur nyenyak


II O: PM tampak lemah
TD : 130/90 mmhg
N   : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S    : 36 oC
A: Masalah gangguang tidur belum teratasi
P: Ulangi intervensi no. 5 dan lanjutkan
intervensi no. 6
10 juni 2020 I S : Klien mengatakan kepalanya masih pusing, kaki Henryco
jam 20.30 WIB dan tangan  kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan hanya rebahan di tempat
tidur
TD : 130/90mmhg
N   : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S    : 36 oC
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Ulangi intervensi 1-6

S: Klien mengatakan tidurnyqnya sudah


agak enak
II O: Klien tampak lebih tenang
A: Masalah gangguan tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi no. 7
08 juni 2020 I S: klien mengatakan kepalanya masih pusing, kaki Henryco
Jam 13.30 WIB dan tangan  kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan hanya rebahan di tempat
tidur
A: TD : 140/90mmhg
N   : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
S    : 36 oC
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Ulangi intervensi no 1-6

S: Klien mengatakan tidurnya sudah agak enak


II O: Klien tampak lebih tenang
A: Masalah gangguan tidur teratasi
P: Optimalkan intervensi 1-7
PERTANYAAN ASKEP GERONTIK :
1.      Apa pengertian keperawatan gerontik?
Jawab : Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan professional yang berdasarkan
ilmu & kiat keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual & cultural yang holistic
ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok & masyarakat.
2.      Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
Jawab : Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
- Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan
proses penuaan
- Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik
jasmani, rohani, maupun social secara optimal
         - Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia
- Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
-  Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
-   Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
-  Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat
3.      Apa fungsi dari perawat gerontik?
Jawab : fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1.         Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2.         Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3.         Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan  hal yang sama)
4.         Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan)
5.         Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan)

4.      Apa peran dari perawat gerontik?


Jawab : a)      Provider of care
b)      Peneliti
c)      Manajer Perawat                
d)     Advokat
e)      Edukator
f)       Motivator
g)      Manajer kasus

5.      Apa masalah kesehatan pada lansia?


Jawab : Masalah kesehatan sering yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang,
sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah

Anda mungkin juga menyukai