Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Konsep dasar Keperawatan II di UNIVERSITAS SARI
MUTIARA INDONESIA. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan
bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih
dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya makalah ini bisa berguna baik siapapun yang membacanya nanti,
saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola
makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan)
sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan
malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%)
dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis
bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi
dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI)
tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah
terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter
pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa
daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau
sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan
tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang
mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
B. ANATOMI FISIOLOGIS
Gaster atau lambung
Ventrikulum atau maag atau lambung atau gaster merupakan saluran makanan
yang paling dapat mengembang lebih besar terutama pada epigastrium
Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut.
Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan
yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
□ Gastritis infeksi
□ Gastritis non-infeksi
C. Patofisiologi
1. Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel
dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
D. Manifestasi Klinik
E. Komplikasi
merupakan sebuah gejala klinis yang dimana ditemukan mengennai suatu penyakit yang diderita
seseorang atau dapat dikatakan sebuah perkembangan dan dampak yang muncul dari perkembangan
satu atau beberapa penyakit didalam tubuh.
H. potensial komplikasi
terjadinya pendarahan
syok
perforasi
kanker lambung
I. Penatalaksanaan
PENGKAJIAN.
Anamnese meliputi :
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis pekerjaan :
5. Alamat :
6. Suku/bangsa :
7. Agama :
1. Nyeri / Kenyamanan
2. Keamanan
/ hipertensi portal)
3. Penyuluhan / Pembelajaran
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Aktivitas / Istirahat
5. Sirkulasi
6. Integritas ego
8. Makanan / Cairan
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk (perdarahan kronis).
9. Neurosensi
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
Intervensi Keperawatan
5. Analgetik dapat
memblok reseptor
nyeri pada susunan
saraf pusat.
2. Volume cairan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang
individual. Anjurkan klien adekuat akan
kurang dari
untuk minum (dewasa : 40- mengurangi resiko
kebutuhan tubuh
60 cc/kg/jam). dehidrasi pasien
berhubungan
dengan intake yang
2.Awasi tanda-tanda vital, 2. menunjukkan
tidak adekuat dan
evaluasi turgor kulit, status dehidrasi atau
output cair yang
pengisian kapiler dan kemungkinan
berlebih (mual dan
membran mukosa peningkatan
muntah)
kebutuhan
- Tujuan :
3. Pertahankan tirah baring, penggantian cairan.
mencegah muntah dan 3. Aktivitas/muntah
Setelah dilakukan
tegangan pada defekasi meningkatkan
tindakan
tekanan intra
keperawatan
abdominal dan dapat
1x24jam,masalah
mencetuskan
kekurangan volume 4. Berikan terapi IV line
perdarahan lanjut.
cairan pasien dapat sesuai indikasi
teratasi.
4. Mengganti
kehilangan cairan
5. Kolaborasi pemberian
yang hilang dan
cimetidine dan ranitidine
memperbaiki
Kriteria Hasil :
keseimbanngan cairan
Mempertahankan
segera.
volume cairan
5. Cimetidine dan
adekuat dengan
ranitidine berfungsi
dibuktikan oleh
untuk menghambat
mukosa bibir
sekresi asam lambung
lembab, turgor kulit
baik, pengisian
kapiler berwarna
merah muda, input
3. Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi
kebutuhan tubuh makan sedikit demisedikit tetap terpenuhi dan
b/d anorexia dengan porsi kecil namun mencegah terjadinya
sering. mual dan muntah
Tujuan : yang berlanjut.
2. Berikan makanan yang
Setelah dilakukan
lunak dan makanan yang di 2. Untuk
tindakan
sukai pasien/di gemari.
keperawatan 3x24 mempermudah pasien
jam kebutuhan dalam mengunyah
3. lakukan oral higyne 2x
nutrisi pasien dapat makanan.
sehari
terpenuhi 3. kebersihan mulut
akan merangsang
4. timbang BB pasien setiap
Kriteria hasil : nafsu makan pasien.
hari dan pantau turgor
- Keadaan umum
kulit,mukosa bibir dll
4. Mengetahui status
cukup
nutrisi pasien.
-Turgor kulit baik
5. Konsultasi dengan tim
5. Mempercepat
- BB meningkat ahli gizi dalam pemberian
pemenuhan
menu.
- Kesulitan kebutuhan nutrisi
menelan berkurang dengan pemberian
menu yang tepat
sasaran.
4. Intoleransi aktifitas 1. Observasi sejauh mana 1. Mengetahui
b/d kelemahan fisik klien dapat melakukan aktivitas yang dapat
Tujuan : Klien aktivitas. dilakukan klien.
dapat beraktivitas.
2. Berikan lingkungan yang 2. Menigkatkan
mengerti meningkatkan
penyakit 5.Membantu
fisiknya membantu
menurunkan takutdan
ansietas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
:EGC
Disusun Oleh :
ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Hal ini
dikarenakan ketika penderita TB paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan
kuman TB paru atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB paru hanya dengan
menghirup sejumlah kecil kuman TB. Kemudian data dari Depkes menunjukkan pada tahun 2009,
1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus
baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).
Tujuan : Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu
mengaplikasikannya pada penderita TB Paru meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
Hasil : Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 2 diagnosa yang
teratasi : nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, dan gangguan pola
tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk. Disamping itu ada 3 diagnosa yang teratasi
sebagian : brsihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sekret kental,
risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis, dan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.
Kesimpulan : Untuk perawatan pasien dengan TB Paru, harus ada kerjasama antara tenaga
kesehatan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien
dan memberi pendidikan kesehatan pada keluarga dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan pasien dan keluarga.
Kata Kunci : Tuberkulosis, sesak napas, batuk, paru-paru
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia
karena angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini tinggi.
Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Indonesia sendiri menempati
peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil
Survey Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya
perempuan) (Depkes, 2011).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).
Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah infeksi batang tahan
asam-alkohol (acid-alcoholfast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis terutama
mengenai paru, kelenjar getah bening, dan usus.
B. ETIOLOGI
1. Demam
2. Batuk/batuk berdahak
3. Sesak napas
4. Nyeri dada 5. Malaise
(Tierney, 2002)
D. PATOFISIOLOGI
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tdak membunuh,
sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel
epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah
pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret.
Tuberkulosis sekunder muncul bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan
imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007).
E. PATHWAYS
Mycrobacterium Tuberculosis
alveolus
Responradang
Leukosit digantikan
Trakeobronkial
oleh makrofag
Bersihan
jalan
makrofag mengadakan napatidakefektif Penumpukan
Sekret
infiltrasi s
Terbentuk
Seltuberkel batuk Anoreksia
, mual
epiteloid munta
h
Nekrosis
kaseosa Nyeri
drople
t Gangguan
granulasi keseimbangan
nutrisikurang
Jaringan
paru Risikotinggi darikebutuha
penyebara n
kolagenosa
t
n infeksi
Kerusakan
membran
alveolar
Gangguan
Sesaknapa Gangguanpola
Pertukaran
Gas tidu
s
r
Inadekuat
oksigen
untukberaktivitas
Intoleransi
Aktivitas
Sumber :
Sylvia dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007; NANDA,
2011; Wilkinson, 2007; Carpenito, 2007; Doenges, 2005.
RESUME KEPERAWATAN I. Indentitas
Identitas pasien
Nama : Tn. Juanda gustioraja
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Kwaon Rt 7 / Rw IV, Jemawan, Jatinom,
Klaten
Catatan masuk rumah sakit :
Tanggal masuk : 30 Maret
2020,
Nomor RM : 393188
Ruang : Cempaka III
Diagnosa medis : TB Paru.
III. PEMBAHASAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sekret kental.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
batuk berdahak, pasien mengatakan sesak napas. Objektif : auskultasi : creakles pada
percabangan bronkus, TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36C, N : 84 x/menit, RR : 28 x/menit,
sekret kental.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, kedalaman, penggunaan otot
asseroris). Catat kemampuan untuk mengeluarkan mulkosa/batuk efektif. Berikan pasien posisi
semi/fowler tinggi, ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Bersihkan sekret dari mulut
dan trakea, penghisapan sesuai keperluan. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi, anjurkan pasien minum air putih hangat banyak. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya tidak semua intervensi dilakukan, bersihkan sekret dari mulut
dan trakea, penghisapan sesuai keperluan tidak dilakukan karena pasien sudah mampu
mengeluarkan sekret dengan nafas dalam dan batuk efektif
Dari hasil evaluasi penulis, masalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sekret, sekret kental hanya dapat teratasi sebagian dalam waktu 3 x 24
jam. Terbukti dengan data subjektif pasien mengatakan masih batuk dan sesak napas berkurang,
dan objektif pasien bernapas menggunakan otot bantu pernapasan leher, napas dangkal cepat,
suara napas creakles pada percabangan bronkus, RR : 28 x/menit. Dibandingkan dengan kriteria
hasil mempertahankan jalan napas pasien, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk
efektif, pasien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan
napas, sesak napas berkurang, batuk berkurang.
2. Nyeri berhubungan dengan batuk menetap dan inflamasi paru.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
nyeri pada dada saat batuk, pengkajian nyeri : P : batuk menetap, Q : menusuk, R : dada, S : 5,
T : timbul kadang-kadang saat batuk.. Objektif : pasien meringis kesakitan, TTV : TD : 130/80
mmHg, S : 36,3C, N : 74 x/menit, RR : 28 x/menit. BTA positif
Intervensi berikut penulis susun berdasarkan data dalam pengkajian yang
menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri akut, adapun intervensinya sebagai berikut :
observasi karakteristik nyeri (PQRST). Observasi TTV. Beri posisi yang nyaman . Ajarkan
teknik relaksasi napas dalam. Anjurkan pasien menekan dada saat batuk. Kolaborasi dalam
pemberian analgesik sesuai indikasi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun implementasi memberikan lingkungan yang nyaman
dan tenang kurang begitu efektif, dikarenakan kondisi ruangan kelas 3 yang penuh dengan
pasien dan keluarga yang lain dan letak tempat tidur yang berdekatan serta pengunjung yang
banyak berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, didapatkan masalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi paru dan batuk menetap dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data
pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan mampu mengontrol nyeri, pasien relaks,
pengkajian nyeri : P = batuk menetap, Q = menusuk, R = dada, S = 3, T = timbul kadang-
kadang saat batuk, TTV : TD :130/80mmHg, S : 36,3C, RR : 28 x/menit, N : 74 x/menit,
dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu menyatakan nyeri berkurang dan terkontrol, pasien
tampak rileks, skala nyeri 3.
3. Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif : pasien mengatakan
sering kontak dengan orang lain, pasien mengatakan batuk di depan orang lain tanpa menutup
mulut, pasien mengatakan membuang dahak pada plastik yang ditali dan dibuang di tempat
sampah. Objektif : pasien sering batuk di depan orang lain tanpa menutup mulut. BTA positif.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh :
anggota rumah, sahabat karib dan tetangga. Observasi TTV. Anjurkan pasien untuk batuk /
bersin dan mengeluarkan dahak pada tisu dan membuang dahak si tempat tertutup, menghindari
meludah sembarangan dan cuci tangan yang tepat. Tekankan pentingnya tidak menghentikan
obat. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dengan rasional untuk mempercepat
penyembuhan infeksi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh : anggota
rumah, sahabat karib dan tetangga kurang begitu terlaksana dengan baik, dikarenakan
kurangnya kesadaran keluarga untuk memeriksakan diri terkait penularan TB Paru walaupun
sudah mengerti tentang penularan TB Paru dan tidak adanya tindakan isolasi bagi pasien TB
Paru.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah risiko tinggi penyebaran infeksi hanya dapat
teratasi sebagian dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data pasien mengatakan pasien
mengatakan sudah menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak di tempat tertutup,
menghindari meludah sembarangan dan cuci tangan tepat, tidak ada anggota keluarga, orang
dekat yang mempunyai gejala sama dengan pasien, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36,3C, N :
74 x/menit, RR : 28 x/menit, yang dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi, menunjukkan/melakukan
perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk menetap.
pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena batuk, pasien mengatakan
batuk berdahak, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan kurang puas saat tidur dan
pasien tidur ± 6-7 jam sehari dan tidur siang ± 1-2 jam. Objektif : kantong mata bawah hitam,
konjungtiva anemis.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : observasi pola tidur pasien dan TTV. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
masalah tidur. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. Berikan posisi yang nyaman.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya semua implementasi sesuai dengan intervensi, dan
semua intervensi telah dilakukan selama tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun
implementasi memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang kurang begitu efektif,
dikarenakan kondisi ruangan kelas 3 yang penuh dengan pasien dan keluarga yang lain dan letak
tempat tidur yang berdekatan serta pengunjung yang banyak berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan
sesak napas dan batuk teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Hal ini terbukti dengan data pasien
mengatakan tidurnya sudah nyenyak dan sedikit bangun karena batuk, pasien tidur ± 7-8 jam
pada malam hari, ± 1 jam siang hari, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36,3C, N : 74 x/menit, RR :
28 x/menit, yang dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu pasien mampu tidur tanpa gangguan,
TTV normal, kebutuhan tidur terpenuhi minimal 8 jam.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.
Diagnosa ini penulis tegakkan sebab ditemukan data subjektif :
pasien mengatakan badannya lemas, pasien mengatakan kepalanya pusing, Pasien mengatakan
sesak napas. Objektif : pasien hanya ditempat tidur dan saat beraktivitas dibantu oleh keluarga,
RR = 28 x/menit, Hb = 11,1 g/dl.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diagnosa, penulis menyusun intervensi
sebagai berikut : observasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai indikasi. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien saat beraktivitas. Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Dalam pelaksanaannya semua intervensi telah dilakukan selama tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Namun pada intervensi menciptakan lingkungan yang nyaman
kurang begitu terlaksanakan dikarenakan lingkungan yang ramai oleh keluarga pasien dan
pengunjung yang berdatangan.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah intoleransi aktivitas hanya dapat teratasi
sebagian dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data pasien mengatakan masih lemes dan
hanya mampu beraktivitas sedikit, pasien masih dibantu jika beraktivitas, RR : 28 x/menit yang
dibandingkan dengan kriteria hasil melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital
normal.
Di dalam kasus ini terdapat 2 diagnosa yang ada dalam teori tapi tidak muncul dalam
kasus, yaitu : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pertukaran gas. Hal ini
dikarenakan hal ini kurang ditemukannya data pengkajian yang mendukung ditegakkannya
diagnosa tersebut.
A. SIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan head to toe yang
mendukung ditegakkannya diagnosa.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret
kental, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, risiko tinggi
penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman tuberkulosis, gangguan
pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas Semua diagnosa yang muncul
dalam kasus sesuai dengan teori.
3. Intervensi yang disusun penulis berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian
yang sesuai untuk menegakkan diagnosa. Selain itu sejalan dengan teori dalam tinjauan
keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Namun
terdapat beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan dikarenakan keterbatasan
fasilitas dan kebijakan dari rumah sakit. Selain ituterdapat faktor penghambat yang
membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya kurang maksimal.
5. Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 2 diagnosa yang
teratasi : nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap, dan
gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan batuk. Selain itu ada 3
diagnosa yang teratasi sebagian : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret, sekret kental, risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
adanya infeksi kuman tuberkulosis, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan dan inadekuat oksigen untuk beraktivitas.
B. SARAN
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan halhal yang
menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat
2. Keluarga senantiasa memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola hidup dan
kesehatan pasien.
3. Perawat sebagai tim kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
4. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih bahasakan
oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal
diakses : 20 Maret 2011.
Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and
documenting client care. Philadelphia : F.A. Davis Company.
NANDA International. 2002. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011. Dialih
bahasakan oleh Made Sumarwati, dkk. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit, dkk. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh Yasmin, Asih, dkk. Jakarta :
EGC.
Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan oleh Annisa
Rahmalia. Jakarta : Erlangga.
Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk. Jakarta: EGC.
Tierney, Lawrence M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Dialih
bahasakan oleh Abdul Gofir, dkk. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkonson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialih bahasakan oleh
Widyawati, dkk. Jakarta : EGC
ASKEP KMB
1. apa yang dimaksud dengan peradangan?
5. Apa yang seharusnya dilakukan jika obat yang seharusnya merupakan alergi ?
Jawaban
1. Radang atau inflamasi (bahasa Inggris: inflammation) adalah respons dari suatu organisme
terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi
pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi.
2. Cara yang paling sederhana ialah : memperbanyak minum air putih, mengonsumsi makanan
yang lembut, berkumur dengan air garam, dan mengurangi berbicara.
4. Penyembuhan gastritis kronis seperti yang Anda alami ini bergantung pada tingkat
keparahan kondisi Anda serta risiko yang dapat Anda alami.
Waspadai penyebab naiknya asam lambung, seperti stres dan tekanan mental. Jika
asam lambung naik, maka Anda akan kehilangan kontrol dan gastritis kronis ini
akan kembali muncul gejalanya.
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang
memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana
keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu
sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang
normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di masing-
masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai:
“ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang
difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam
perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik
budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya
yang spesifik pada masyarakat.”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pasien pada komunitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan proses asuhan keperawatan komunitas
b. Mampu memahami dan menjelaskan program evaluasi keperawatan komunitas
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya (menurut
teori Madeleine Leininger)
D. Manfaat
Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.
1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan
keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas III.
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa Stikes Hang
Tuah Surabaya lainnya dalam asuhan keperawatan komunitas.
b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya,
yang akan melakukan penulisan asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem
Komunitas III.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan
kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/
klien (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan
masyarakat adalah :
1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan
atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan
baru (Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
a) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.
b) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri.
c) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
d) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah
binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang
komunitas sebagai klien.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim
kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan
sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang
membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari
alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui
fase-fase ini (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang
lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok,
yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan, 2010),
yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat
baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan,
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas
(masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.
b. Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
c. Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak
dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
c. Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2) Pekarangan
3) Sarana olahraga
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah
e. Kondisi geografis
f. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
a) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
b) Jumlah kunjungan
c) Sistem rujukan
3) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada
6) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
7) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
b) Jenis bahasa yang digunakan
8) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
a. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1) Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
b. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang pengkajian
komunitas
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada
masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara
perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara
atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,
perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan
adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya
membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi
(Mubarak, 2005).
2. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
3. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
Tujuan analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
5. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke (1988)
mempunyai kriteria penapisan, antara lain:
a) Sesuai dengan peran perawat komunitas
b) Jumlah yang beresiko
c) Besarnya resiko
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e) Minat masyarakat
f) Kemungkinan untuk diatasi
g) Sesuai dengan program pemerintah
h) Sumber daya tempat
i) Sumber daya waktu
j) Sumber daya dana
k) Sumber daya peralatan
l) Sumber daya manusia
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009).
Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
2. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)
Sehubungan dengan:………………………….(karakteristik community dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :………………… (indikator kesehatan
/analisa data)
3. Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4. Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di desa Somowinangun
RW.2 sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi
5. Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X,
RW.Y sehubungan dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan
6. Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun
sehubungan dengan :
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan :
jumlah usia lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%,
hipertensi 32,42%, katarak 7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia
lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur 45,4%
9. Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan ditandai dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
10. Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan
balita berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang
keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%
11. Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai
dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%,
DM 3,92%, reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah:
1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak,
2009).
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti
organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak,
2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998:
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila
masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan
dengan melihat respon komunitas terhadap.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu : Ilmu
Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan
langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode
asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan intervensi jika
perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang
direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen
yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan pengaruh
intervensi terhadap status kesehatan klien.
B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau
penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
4 . Sebutkan komponen utama yang terkandung dalam Diagnosis keperawatan ?
Jawab : komponen utama yaitu :
-Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
-Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
-Symptom atau gejala :
d. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
e. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
5 . Paradigma keperawatan komunitas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien/komunitas yaitu :
Jawab : Kesehatan
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul "KONSEP
DASAR KEPERAWATAN JIWA". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
"KONSEP DASAR KEPERAWATAN II " di UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
dengan Dosen pembimbing Ns. Masri Saragih, M.Kep
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua pihak
yang membacanya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati saya
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah
selanjutnya akan menjadi lebih baik.Medan , 24 juli 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien
dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah
sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah definisi kesehatan dan keperawan jiwa?
3. Bagaimanakah prinsip keperawatan jiwa?
4. Bagaimanakah ciri-ciri sehat jiwa?
5. Bagaimanakah konsep dasar kesehatan dan keperawatan jiwa?
6. Bagaimanakah tanda dan gejala gangguan jiwa?
7. Bagaimanakah penyebab terjadinya gangguan jiwa?
8. Bagaimanakah fungsi perawat kesehatan jiwa dalam upaya penanganan masalah kesehatan
jiwa?
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
1) WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian
yg bersangkutan.
2) UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang
dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan
profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-
sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas).
3) American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
4) Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat dari adanya
kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan bukan hanya
merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa.
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat,
mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang
bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan.
Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan
luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala gangguan
jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap
stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1) Kesadaran
2) Ingatan
3) Orientasi
4) Efek dan emosi
5) Psikomotor
6) Intelegensi
7) Kepribadian
8) Penampilan
9) Proses pikir, persepsi
10) Pola hidup
Walaupun gejala utama terdapat pada unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di badan
(Somatogenik), di lingkungan sosial (Sosiogenik) atau psike (Psikogenik) Penyebabnya tidak
tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak
diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa
tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang. Reaksi
tiap orang terhadap stress berbeda-beda.
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa :
1) Somatogenik
1. a) Neuroanatomi
2. b) Neurofiologi
3. c) Neurokimia
4. d) Tingkat perkembangan organik
5. e) Faktor pre and perinatal
6. f) Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine
2) Faktor Psikologik
1. a) Kestabilan keluarga
2. b) Pola asuh anak
3. c) Tingak ekonomi
4. d) Perumahan
5. e) Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
1. Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dalam Upaya Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan
keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yaitu :
Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social sehingga dapat
membentu penyembuhan pasien.
Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi
segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting. dalam
hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas yang
mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga
dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan
petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja
social, psikolog, dan lain-lain.
Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang
menjadi bawahannya.
Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk
digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat.
1) Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan
kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas
1. Program pendidikan kesehatan, program sosialisasi, manajmen stres dan persiapan menjadi
orang tua.
2. Program dukungan sosial
3. Program pencegahan penggunaan obat.
2) Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas
3) Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada tahap
pemulihan.
Aktivias
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak
diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa
tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan
keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa
yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
1. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGYosep.
ASUHAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
Dosen pembimbing : Ns. Masri Saragih, M.Kep
Disusun Oleh :
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga 34 Tidak Adik kandung
tahun ada
5. Tindakan kriminal
Penjelasan:
Pasien ada masalah keluarga. pasien marah-marah dengan adik kandung, lalu menyendiri di kamar,
tiba-tiba mengamuk melempari barang-barang yang ada di sekitarnya.
Diagnosa keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/ percobaan/ bunuh diri
Penjelasan:
Pasien tidak pernah melakukan upaya/ percobaan/ bunuh diri.
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian, perpisahan)
Penjelasan:
Pasien mengatakan sedih karena gagal dalam pernikahan, cerai dengan istri, anak ikut istri,
Diagnosa keperawatan: respon pasca trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Jika ya jelaskan:
Pasien menatakan menurut orang tua saya, saya sering kejang-kejang saat masih kecil. Namun
sekarang sudah tidak pernah kejang lagi.
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat terlarang.
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya:
Penjelasan:
Pasien dibawa ke RSJ dan hasilnya keluhan sedikit demi sedikit berkurang hingga pulang dan jika
kambuh pasien dibawa lagi ke RSJ lawang.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jiwa.
Penjelasan:
a. Pola asuh: sejak kecil Tn A tinggal dengan kedua orang tuanya. Sifat ibu dan ayahnya baik, sabar,
dan penuh kasih sayang.
b. Komunikasi: orang yang terdekat adalah ibu. namun tidak selalu menceritakan masalahnya kepada
orang terdekat.
c. Pengambil keputusan: di dalam keluarga pengambil keputusan adalah ayahnya, setelah cerai dengan
istri bila Tn. A ada masalah oleh keluarganya dibiarkan saja sehingga sering marah-marah.
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Tn. A mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kumis Karena menarik. Tidak ada
bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas
Tn. A sangat puas sebagai seorang laki-laki karena sebagai seorang laki-laki kuat dan tampan.
c. Peran
Saat di rumah Tn. A sebagai kepala kelurga sebelum cerai dengan istri. Setelah cerai degan istri,
Tn. A merasa sedih karena tidak dapat menjalankan perannya sebagai ayah dan seorang suami. Saat
di rumah sakit kurang aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari hanya mau mengikuti senam saja.
d. Ideal Diri
Tn. A mengatakan ingin segera pulang dan bisa bekerja kembali seperti saat saya sebelum
dirawat disini, saat di ruah saya bekerja sebagai penjual sehingga dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Tn. A mengatakan sedih karena kondisinya saat ini berada di rumah sakit jiwa, merasa
malu karena menurutnya tidak sakit jiwa.
e. Harga Diri
Tn. A merasa sedih karena tidak dapat menjalankan perannya sebagai ayah dan seorang suami. Tn. A
mengatakan sedih karena kondisinya saat ini berada di rumah sakit jiwa, merasa malu karena
menurutnya tidak sakit jiwa.
Diagnosa kerawatan: Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/ terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. A adalah ibunya, namun tidak selalu menceritakan
masalahnya kepada orang terdekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
Selama di rumah Tn. A sering menyendiri, suka mengaji, hubungan dengan orang lain kurang.
Saat di rumah sakit pasien suka menyendiri, jalan-jalan sendiri. Berbicara bila ada perlunya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tn. A mengatakan tidak ada masalah berkomunikasi dengan orang lain, namun jarang
berhubungan dengan orang lain, hanya mau berbicara bila ada sesuatu yang penting. Tidak mau
bergaul dengan pasien yang lain karena mengganggap semuanya adalah orang tidak waras.
Diagnosa keperawatan: Menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Tn. A mengaku agamanya islam.
b. Kegiatan ibadah
Tn. A mengatakan tidak pernah sholat, perasaannya biasa saja ketika meninggalkan sholat.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pasien jika diajak berbicara menatap mata lawan bicara dengan tajam, penampilan sesuai dengan
umur, bersih.
2. Kesadaran
Kesadaran composmetis.
3. Tanda- tanda vital
Tekanan darah: 120/80 mmhg
Nadi: 92x/ menit
Suhu: 36,8 derajat celcius
Pernafasan: 22x / menit
4. Ukur
Berat badan: 51kg
Tinggi badan: 170 cm
5. Keluhan fisik
Penjelasan:
Tn. A dulu pernah kejang tetapi sekarang tidak pernah.
G. Status Mental
1. Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Penjelasan:
Cara berpakaian Tn. A memakai seragam rumah sakit, tidak terbalik, Tn. A mengatakan mandi dua
kali sehari yaitu pagi dan sore. Badan dan rambut tidak kotor.
2. Pembicaraan (Frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Penjelasan:
Pandangan mata tajam, frekuensi lambat, volume keras, jumlah terkadang banyak terkadang sedikit,
jawaban sesuai dengan pertanyaan.
3. Aktifitas motorik/ Psikomotor
a. Kelambatan: Katalepsi
penjelasan:
Aktifitas ini muncul bila pasien habis kejang
b. Peningkatan:
1) Katapleksi
penjelasan: Pasien sering mondar-mandir seperti orang bingung
2) Kompulsif: Epilepsi
penjelasan: Pasien mempunyai riwayat kejang, aktifitas ini terjadi pada saat kejang.
4. Mood dan Afek
a. Mood: Khawatir
Penjelasan:
Pasien mengatakan merasa khawatir tidak bisa pulang dari rumah sakit, pengen cepat pulang. Pasien
terlihat sering melamun, gelisah.
b. Afek: Tumpul/ Dangkal/ Datar
Penjelasan:
Perilaku Tn. A tidak ada perubahan roman muka saat menceritakan sedih ataupun gembira, tatapan
tetap tajam.
Diagnosa keperawatan: ansietas ringan
5. Interaksi Selama Wawancara: Mudah tersinggung
penjelasan:
Saat berbicara Tn. A menunjukkan sikap permusuhan, mudah tersinggung, tatapan mata tajam
seperti orang mau marah. Sesekali menunduk saat diajak berbicara.
Diagnosa Keperawatan: risiko perilaku kekerasan
6. Persepsi Sensori
a. Halusinasi: Pendengaran
b. Ilusi: Tidak ada
Penjelasan:
Tn A mengatakan mendengar bisikan yang menyuruhnya tidak boleh tidur, disuruh melempar
barang, suara terdengar saat menyendiri pada saat siang dan malam hari. Pasien merasa takut saat
mendengar suara bisikan.
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
1) Koheren
2) sirkumtansial
Penjelasan:
Pasien dapat menjawab setiap diajak berbicara namun jawabannya berbelit-belit.
b. Isi Pikir: Pikiran curiga
Penjelasan:
Tn. A tidak percaya dengan orang lain, selalu curiga dengan orang yang mengajak berbicara
c. Bentuk Pikir:
1) Non realistik
2) otistik
Penjelasan:
Tn. A mengatakan dirinya tidak sakit, pengen cepat pulang, tidak mau berkumpul dengan orang sakit
jiwa. Dia berada pada dunianya sendiri/ halusinasinya.
8. Kesadaran
a. Orientasi (Waktu, Tempat, Orang)
Penjelasan:
Waktu: Pasien mengatakan saat pengkajian adalah siang hari
Tempat: Pasien mengatakan saat ini sedang berada di RSJ Lawang ruang Merpati.
Orang: Pasien mampu menyebutkan nama perawat yang ada disekitarnya
b. Menurun: Kesadaran berubah
Penjelasan:
Kesadaran pasien berubah yaitu berada pada dunianya (halusinasi), terbukti pasien masih mendengar
suara bisikan-bisikan yang menyuruhnya tidak boleh tidur dan menyuruh melempari barang.
9. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bln)
Penjelasan: Pasien mengatakan tiga bulan yang lalu saat kesini saya diantar oleh adik kandung saya.
b. Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam-<1 bln)
Penjelasan: Pasien mengatakan satu minggu terakhir mahasiswa yang praktik adalah dari Kediri.
c. Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik-15 menit)
Penjelasan: Pasien mengatakan tadi saya makan sama ikan telor dan sayur tahu.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi: Mudah beralih
Penjelasan: Tn. A jika diajak bicara sering mengalihkan pembicaraan
b. Berhitung
Penjelasan: Tn. A mampu berhitung secara sederhana, 100+5= Tn. A menjawab 105
11. Kemampuan Penilaian: gangguan ringan
Penjelasan:
Pasien dapat mengambil keputusan secara sederhana dengan bantuan perawat
12. Daya Tilik Diri: Mengingkari penyakit yang diderita
Penjelasan: Tn. A merasa tidak sakit jiwa, pengen segera pulang.
Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir
H. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a. Perawatan Kesehatan dan transportasi
Tn. A mengatakan kalau sakit saya akan ke puskesmas , biasanya diantar oleh saudara saya
dengan sepeda motor.
b. Tempat tinggal
Tn. A mengatakan setelah pulang dari sini saya akan tinggal bersama keluarga.
c. Keuangan dan kebutuhan lainnya
Tn. A mengatakan untuk memenuhi kebutuhannya akan bekerja berjualan seperti dulu sebelum
masuk rumah sakit ini.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Penjelasan: Tn. A mengatakan mandi dua kali sehari pagi dan sore menggunakan sabun.
2) Berpakaian, berhias, dan berdandan
Penjelasan: Tn. A ganti baju satu kali sehari, pakaian yang digunakan sesuai dan tidak terbalik.
3) Makan
Penjelasan: Tn. A makan tiga kali sehari di ruang makan dan di taman, habis satu porsi, dan alat
makan dicuci sendiri.
4) Toileting (BAK,BAB)
Penjelasan: Tn. A BAK dan BAB di kamar mandi, tidak mengalami kesulitan dan selalu dibersihkan.
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari?
Tn. A makan tiga kali sehari diruang makan dan di taman habis satu porsi. Alat makan dicuci sendiri.
Bagaimana nafsu makannya?
Nafsu makan Tn. A baik. Bagaimana berat badannya
Berat badan Tn. A 51 kg, tidak mengalami penurunan selama dirawat inap.
c. Tidur
1. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama - s/d -
Tidur malam, lama 21.00 WIB s/d 04.00 WIB
Penjelasan:
Aktifitas sebelum tidur: makan, mandi
Aktifitas sesudah tidur: Jalan-jalan dilingkungan rumah sakit, senam bersama
2. Gangguan tidur: Lain-lain
Penjelasan: Tn. A mengatakan tidur malamnya nyenyak selama perawatan selalu bias tidur setelah
minum obat
3. Kemampuan lain-lain
a. Mengantisipasi kebutuhan hidup: Tn. A mengatakan ingin bekerja kembali
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginannya: Tn. A mengatakan akan bekerja kembali setelah
pulang dari rumas sakit jiwa ini
c. Mengatur prnggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri: Tn. A
mengatakan saat dirumah sakit saya minum obat sesuai dengan aturan yang disediakan oleh perawat.
Tn. A mengatakan obatnya dipegang oleh saudara saya dan setelah pulang akan control di puskesmas
saja lebih dekat.
4. Sistem Pendukung
a. Keluarga: Ya
Penjelasan: Tn. A mengatakan keluarga yang mengantar control dan juga membantu segala
kebutuhan sehari-hari.
b. Kelompok Sosial: Ya
Penjelasan: Tn. A mengatakan saat dirumah aktif dalam mengaji dan kurang berinteraksi dengan
tetangga rumah.
I. Mekanisme Koping
Penjelasan: Tn. A mengatakan bila ada masalah terkadang tidak mampu menyelesaikannya, biasanya
mengurung diri dikamar dan akan berusaha membanting-banting barang yang ada disekitar.
J. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan sebelum sakit aktif dalam mengaji diterima baik oleh teman-temannya dan
harapannya setelah pulang masih diterima lagi.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan lingkungannya dan masyarakat yang tinggal disekitar rumahnya mau menerima
keadaannya apa adanya.
c. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan merasa puas dengan pendidikannya sehingga bias membaca.
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan rasa puas dengan pekerjaannya yang bekerja sebagai penjual taqwa (sarung),
dengan pekerjaannya itu, Tn. A mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Penjelasan:
Tn. A mengatakan merasa senang dirumahnya, karena rumahnya sangat bersih, banyak jendela
sehingga rumah terlihat terang, di halaman banyak pohon-pohon.
f. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A mengatakan dengan pekerjaannya sebagai penjual taqwa (sarung) mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan bias membantu ekonomi keluarga orangtuanya
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A mengatakan puas dengan pengobatan yang dilakukan dirumah sakit, dan
pengobatan jalan yang dilakukan di puskesmas. Perawat dan dokternya baik-baik.
h. Masalah lainnya, spesifiknya
Penjelasan: Tn. A ingin cepat pulang dari rumah sakit ingin segera berkumpul dengan keluarga dan
ingin segera bekerja kembali.
Diagnosa Keperawatan:
K. Aspek Pengetahuan
a. Penyakit/ gangguan jiwa: Tn. A mengatakan tidak sakit jiwa. Dibawa kerumah sakit jiwa
merupakan cobaan dari Tuhan.
b. Sistem pendukung: Tn. A mengatakan keluarga selalu mengantarkan untuk kontrol
c. Faktor presipitasi: Tn. A mengatakan kambuh lagi karena tidak mau minum obat
d. Penatalaksanaan: Tn. A ngatakan saya sekarang sedang sakit namun bukan sakit jiwa namun
saya membutuhkan obat.
e. Lain-lain: koping
Tn. A mengatakan jika ada masalah yang tidak bias diatasi Tn. A cenderung diam, mengurung diri
dan membanting benda-benda disekitar.
L. Aspek Medis
1. Diagnosis Medis
F06.8 (Epilepsi Psikomotor)
2. Diagnosa Multi axis
Axis I : F06.8
Axis II
Axis III
Axis IV : masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 20-11
3. Terapi Medis (tanggal 30 Januari 2017)
1. Karbamazepin 200mg 11/2-11/2-11/2
2. Clobazam 10mg 0-0-1
3. Respiredone 2mg 1-0-1
4. Triheksilpenidil 2mg 1-0-1
5. Phenitoin 100mg 1-0-1
M. Analisa Data
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. Ds. Tn. A mengatakan mendengar suara bisikan Gangguan sensori dan
tidak boleh tidur, disuruh melempari barang saat persepsi: Halusinasi
menyendiri, pada siang dan malam hari. pendengaran
Do.
- pasien sering mondar-mandir
- pasien menyendiri
- pasien melamun
2. Ds. Tn. A mengatakan mendengar suara bisikan Risiko perilaku kekerasan
tidak boleh tidur, disuruh melempari barang saat
menyendiri, pada siang dan malam hari.
Do.
- Pandangan mata tajam
- Volume pembicaraan keras
- Pasien mondar-mandir
3. Ds: pasien mengatakan kontrol rutin semenjak Regimen terapeutik
satu tahun yang lalu pulang dari RSJ tetapi tidak inefektif
minum obat secara teratur.
Gejala kekambuhan menyendiri, marah-marah
dan membanting barang di rumah dan sulit
tidur.
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSJ
lawang satu kali, satu tahun yang lalu.
Do: - pasien kambuh lagi dan MRS pada
tanggal 19 November 2016
4. Ds: Pasien mengatakan sedih karena gagal Respon pasca trauma
dalam pernikahan, cerai dengan istri, anak ikut
istri.
Do: - pasien sering melamun
Pasien nampak gelisah
Interaksi
selama wawancara mudah
tersinggung
Saat diajak bicara sesekali menunduk
7. Ds: - pasien mengatakan dirinya tidak sakit jiwa Gangguan proses pikir
Ingin cepat pulang
Konsentrasi
mudah beralih, bila diajak
berbicara selalu mengalihkan pembicaraan.
O. Masalah
Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
Implementasi dan Evaluasi
Nama: Tn. A Ruang: Merpati RM No. 1145XX
No. Tanggal dan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Jam
30 Januari 20171. Membina hubungan saling percaya S: - pasien mau
16.00 dengan pasien memperkenalkan
2. Membantu pasien mengenal halusinasi, dirinya
isi, jenis, waktu, frekwensi halusinasi Pasien mau
3. Menjelaskan cara cara mengontrol menceritakan isi,
halusinasi jenis, waktu,
4. Mengajarkan pasien mengontrol frekuensi halusinasi
halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi O: Pasien dapat
memperagakan cara
menghardik
Pasien mampu
mengenal isi, jenis,
waktu, dan frekwensi
halusinasi.
Pasien mengetahui
cara mengontrol
halusinasi
A: Masalah
halusinasi belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
1. Evaluasi cara
menghardik
2. Lanjutkan SP 2
Evaluasi jadwal
kegiatan harian
pasien
Melatih mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
Menganjurkan
memasukkan jadwal
kegiatan harian
1. Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi S: Pasien
dengan cara menghardik mengatakan mengerti
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi cara mengontrol
dengan cara kedua: bercakap-cakap halusinasi yang
3. Menganjurkan memasukkan kejadwal pertama dan kedua
latihan harian O:
Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol,
menghardik dan
bercakap-cakap
Pasien tidak banyak
melamun
A: Masalah
halusinasi belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Evaluasi kegiatan
harian yang sudah
dimasukkan jadwal
Melatih mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
kegiatan
Memasukkan jadwal
5 PERTANYAAN MENGENAI KONSEP DASAR KEPERAWATAN II
1. Seorang laki-laki berusia 34 tahun, dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan sering
ngomong dan tertawa sendiri terkadang disertai dengan marah-marah sambil melempar
barang yang ada dirumah dan tiba-tiba klien diam menyendiri sambil menangis. Saat ini klien
dirawat untuk ke tiga kalinya.
Pertanyaan :
Data apakah yang perlu perawat kaji untuk menguatkan data pasien?
Jawab : Penyebab pasien kambuh
2. Seorang perempuan berusia 19 tahun, diketemukan terkulai lemas dengan tangan
berlumurkan darah dan mulut keluar busa. Sehari sebelumnya pasien baru saja diputus oleh
pacarnya. Saat dirawat dan dikaji pasien masih diam dan tidak mau menjawab pertanyaan
perawat.
Pertanyaan :
Apakah yang perlu perawat perhatikan dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien?
Jawab: Menjauhkan klien dari benda tajam
3. Seorang perempuan berusia 29 tahun, dibawa ke rumah sakit jiwa sudah 4 hari ini. Klien
selama dirawat cenderung menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan perawat/teman
klien yang lain. Dari hasil pengkajian,klien pernah gagal mengikuti tes POLRI. Perawat
sudah melakukan komunikasi terapiutik dengan klien tetapi klien masih belum kooperatif.
Pertanyaan :
Apakah tindakan keperawatan selanjutnya yang perlu dilakukan perawat?
Jawab : Membantu memenuhi kebutuhan dasar klien
4. Seorang laki-laki usia 35 tahun bawa ke Rumah Sakit Jiwa dengan marah-marah pada
tetangganya, memukul, muka merah, bicara keras, pandangan mata tajam dan klien
mengatakan : “Saya dihina dan di olok-olok oleh tetangga saya sehingga saya marah dan
memukul tetangga saya tersebut”..
Pertanyaan :
Apakah masalah utama pada kasus pasien diatas?
Jawab : Resiko menciderai diri sendiri / orang lain / lingkungan
5. Seorang laki - laki berusia 29 tahun, sudah hampir 1 bulan dirawat di RSJ dengan keluhan
masuk sering ngomel sendiri dan teriak-teriak. Klien selama dirawat cenderung menyendiri
dan tidak mau berinteraksi dengan perawat/teman klien yang lain. Selain itu tampak pakain
dan penampilannya acak-acakan serta bau. Perawat sudah menyiapkan peralatan mandi tetapi
jarang digunakan oleh klien.
Pertanyaan :
Apakah tindakan keperawatan yang perlu dilakukan perawat?
Jawab : Membantu pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
Oleh :
TIUR THERESIA SITORUS
190204010
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Masri Saragih, M.Kep
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan keperawatan Gerontik.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
KONSEP DASAR KEPERAWTAN II di UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan
beberapa pihak dan sumber. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan
apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya makalah ini bisa berguna baik siapapun yang membacanya nanti,
saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi
lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37 %
penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar di
masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-
hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang prima.
Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan
organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah tersebut dapat
diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga
dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi tindakan keperawatan,
dan bahan pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. KESIMPULAN
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang
berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif terhadap
klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu
klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bias
dipenuhi sendiri oleh klien.
B. SARAN
Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012
dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678
Disusun Oleh :
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 juni 2020 jam 07.00 wib di Rumah sakit Karya
Husada, Perdagangan
a. Nama : Ny. M
b. Usia : 68 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Pernikahan : Menikah
e. Agama : Kristen protestan
f. Alamat : Raja maligas 1
g. Pekerjaan : wiraswata
h. Dx. Medis : Hipertensi
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian belakang kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien merasa lemas ± 3hari di rumah, tidak berobat. Pada tanggal 25 September 2017 jam
14.30 keluarga mengantar klien ke RS Karya Husada dengan keluhan nyeri kepala (pusing)
mengeluh badan lemas tidak enak badan. Keluarga mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi. TD 200/122 mmHg, RR 26 x/menit, Nadi 120x/menit, suhu 360C.
P : Peningkatan tekanan darah
Q : Nyeri cekot – cekot
R : Nyeri di bagian kepala
S : Skala 6
T : Nyeri terus menerus
Pasien tampak meringis menahan sakit kepala yang sangat hebat, pasien tampak gelisah. Lalu
di RS diberikan terapi infuse RL 20 tetes/menit, injeksi Ceftriaxon 1 gr, Ranitidin 25 mg,
Piracetam 3 gr, Norages 500 mg. lalu dokter menyarankan untuk opname.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan mempuyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, pasien pernah di
opname dengan masalah hipertensi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun yaitu
hipertensi.
d. Genogram
B. ANALISA DATA
NO. Tanggal Data Masalah Keperawatan
1. 06 juni S : Klien mengatakan menderita hipertensi Nyeri berhubungan
sejak 2 tahun yang lalu hingga sekarang. Klien
2020 mengeluh sakit kepala. dengan agen cidera
Pengkajian nyeri yang didapatkan : biologis
P : saat digunakan untuk beraktivitas
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 6 (sedang)
T : berulang, nyeri datang ketika kelelahan dan
banyak pikiran.
O : klien tampak menahan pusing, dan lemah.
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,4oC
2. 08 juni S: Klien mengatakan ketika di rumah tidak Gangguan Pola Tidur
memiliki gangguan tidur, sebelum sakit klien
2020 tidur malam selama 7 jam dan tidur siang 1-2 berhubungan dengan
jam, ketika di rawat di rumah sakit saat siang kondisi fisik
hari hanya tidur 1 jam dan malam hari klien
susah tidur biasanya klien tidur malam dirumah
sakit ±5 jam karena terlalu banyak
pasien, klien merasa kegerahan.
O : klien saat siang hari terkadang bisa tidur
tetapi Juga terlihat sering tidak bisa tidur
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,4 oC
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kondisi fisik
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TANGGAL DX.KEP TUJUAN DAN KH INTERVENSI TTD
1 06 juni 2020 Nyeri Tujuan: 1. Observasi keadaan Henryco
setelah dilakukan umum
tindakan 2. Monitor tanda-tanda
keperawatan selama vital
3x7 jam gangguan3. Kaji nyeri pada
rasa nyeri (pusing) penerima manfaat
dapat teratasi 4. Ajarkan cara
mengatasi nyeri
KH : dengan tehnik
penerima manfaat distraksi relaksasi
tampak rileks, sehat,
5. Berikan penjelasan
skala nyeri 1 mengenai penyakit
(ringan)
hipertensi
6. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapy
2 08 juni 2020 Gangguan Tujuan : setelah 1. Bina hubungan saling Henryco
dilakukan tindakan
pola tidur keperawatan selama percaya dengan Klien
3x7 jam 2. Identifikasi situasi
diharapkan pola yang mencetuskan
tidur PM
gejala kurang tidur.
dapat tercukupi
3. Identifikasi metode
KH : koping yang
1. Pola Tidur PM digunakan dalam
tercukupi menghadapi
2. Penerima manfaat gejala kurang tidur.
tampak lebih rileks 4. Identifikasi tanda –
tanda gejala kurang
tidur
5. Ajarkan Klien cara
mengatasi kurang
tidur
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
S: klien mengatakan
kepalanya pusing.
P : saat digunakan untuk
17.00
beraktivitas
I Mengkaji Nyeri klien
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 4 (sedang)
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.
S: Klien mengatakan
kepalanya pusing.
17.00 WIB
P : saat digunakan untuk
I
beraktivitas
Mengkaji Nyeri Klien
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 4 (sedang)
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.
20.30 WIB
II
Mengajarkan Klien
melakukan relaksasi
otot progresif
S: Klien mengatakan
pusingnya sudah agak
10.00 WIB berkurang.
I P : saat digunakan untuk
Mengkaji Nyeri Klien beraktivitas
Q : berdenyut
R : kepala bagian belakang
S : skala nyeri 3
T : berulang, nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak
pikiran
O: Klien tampak menahan
rasa sakit.
11.00 WIB
II
Mengajarkan Klien
cara relaksasi otot
progresif
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/waktu No Dx Evaluasi TTD
Kep
08 juni 2020 I S: Klien mengatakan kepalanya agak pusing, kaki Henryco
Jam 20.30 WIB dan tangan kemeng-kemeng
O: Klien tampak lemah dan hanya rebahan di tempat
tidur
TD : 130/90 mmhg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36 oC
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Ulangi intervensi no 1,2,3,4,6