DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula saya juga mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah membantu saya untuk mengerjakan makalah ini. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pegalaman bagi para pembaca,
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
September, 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun, dan
jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi dari ini.Organisasi
Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri terjadi kira-kira setiap
tiga detik, dan terdapat satu orang setiap menit yang meninggal karena bunuh diri.Penyebab
bunuh diri merupakan hal yang kompleks.Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh
diri ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor- faktor
ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh
diri dalam keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau
perceraian.
Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan Kessler dan
kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh diri sebesar 2,8% - 3,3% dari
populasi umum, dan Weissman dkk, melaporkan. antara 2 dan 18% pada sembilan negara.
Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar terjadinya bunuh
diri. Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan bahwa hanya
sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5%
hingga 7%.Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan
depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.Dan adanya data yang
menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya tidak
melakukan percobaan bunuh diri dan setidaknya ada satu studi tentang percobaan bunuh diri
yang menemukan sekitar 10% akhirnya mati dengan bunuh diri. Dengan demikian gagasan
dan perencanaan bunuh diri merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan
bunuh diri.
Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di rumah sakit
pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.
Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207 pasien rawat
inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 - 10 tahun, terdapat 14 pasien
yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin
tidak ada solusi untuk masalah kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh diri
sebagai jalan keluar dari situasi yang tak tertahankan.Menurut formulasi Beck's, putus asa
merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung antara depresi
dan bunuh diri.
PEMBAHASAN
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive.
Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah akan menimbulkan kematian.(Stuart & Sundeen,
1995)
1. Ancaman bunuh diri – peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara
verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mingkin juga
mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya,
dan sebagainya. Pesan- pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa
kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian.
Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri – semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri – mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.1.2 Tingkah Laku Bunuh Diri
a. Rentang Menghargai-Merusak Diri
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif sampai respon
maladaptif pada bunuh diri.
:: :: ::
mengembangkan diri
Gambar : Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 1987) hlm. 484)
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor. Respon individu
terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang
dialami. Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon
secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri. (Budi Anna Keliat, 1991:2-3)
2.1.3 Faktor Penyebab Bunuh Diri Penyebab bunuh diri pada anak:
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
Situasi keluarga yg kacau
Perasaan tdk disayang atau selalu dikritik
Gagal sekolah
Takut atau dihina disekolah
Kehilangan org yg dcintai
Dihukum org lain
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada remaja:
Hubungan interpersonal yg tdk bermakna
Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
Perasaan tdk dimengerti org lain
Kehilangan org yg dicintai
Keadaan fisik
Masalah dgn org tua
Masalah seksual
Depresi
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menetukan tingkat
risiko dari tingkah laku bunuh diri. Untuk ini ada beberapa pendapat dan petunjuk yang dapat
dipilih oleh perawat, sebagai berikut:
Pertama, pengkajian tingkat risiko oleh Hasson, Valente dan Rink (1977, dikutip oleh
Shiver, 1986) pada table berikut:
Intensitas Risiko
Perilaku atau gejala
No Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau
panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi-menarik diri Perasaan depresi yang Perasaan tidak Tidak berdaya,
samar, tidak menarik berdaya, putus asa, putus asa,
diri menarik diri menarik diri,
protes pada diri
sendiri
4. Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada Baik pada beberapa Tidak baik pada
semua aktifitas aktifitas semua aktifitas
5. Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
6. Strategi koping Umumnya Sebagian Sebagian besar
konstruktif konstruktif destruktif
7. Orang penting/dekat Beberapa Sedikit atau hanya Tidak ada
satu
8. Pelayanan psikiatriyang Tidak, sikap positif Ya, umumnya Bersikap negative
lalu memuaskan terhadap
pertolongan
9. Pola hidup Stabil Sedang (stabil tak Tidak stabil
stabil)
10. Pemakai alcohol dan Tidak sering Sering Terus-menerus
Obat
11. Percobaan bunuh diri Tidak, atau yang tidak Dari tidan sampai Dari tidak
sebelumnya fatal dengan cara yang sampai berbagai
agak fatal cara yang fatal
12. Disorientasi dan Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
Disorganisasi
13. Bermusuhan Tidak atau tidak Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14. Rencana bunuh diri Samar, kadang- Sering dipikirkan Sering dan
kadang ada pikiran, kadang-kadang ada Konstan
tidak ada ide untuk dipikirkan dengan
merencanakan rencana
yang spesifik
Kedua pengkajian yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen (1988, hal 496-497) yang
mengkaji 10 fakor dan masing-masing diberi nilai, dan nilai akhir akan menentukan tingkat
potensialitas dari bunuh diri tersebut.
Ketiga pengkajian yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1977, dikutip oleh
Shivers, 1988 hal 475) mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal Intertion
Rating Scale), dengan skor 0-4,
yaitu :
Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya: “tinggalkan saya sendiri atau saya akan bunuh
diri”
2.2.2 Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan diagnosis keperawatan, tujuan dan intervensi
keperawatan. Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan pada keadaan gawat darurat
adalah sebagai berikut:
1) Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi
2) Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani stress,
persaan bersalah.
3) Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai
pemecahan masalah
4) Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba (di
rumah, komuniti)
5) Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun
6) Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan
(sekolah, hubungan interpersonal).
Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat
adalah melindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu
klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang konstruktif.
2.2.3 Intervensi
a. Intervensi secara umum:
Stuart dan Sundeen (1987) mengidentifikasi intervensi utama pada klien tingkah laku
bunuh diri sebagai berikut:
1. Melindungi. Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi, serta
semua tindakan dijelaskan pada klien. Pengawasan satu-satu selam 24 jam
harus dlakukan pada klien yang resiko tinggi melakukan bunuh diri. Krisis
intervensi merupakan tindakan yang tepat. Kecenderungan bunuh diri yang
ada di masyarakat memerlukan bantuan yang segera dari “klinik krisis” atau
tenaga sukarela yang membantu klien melalui telepon (hot line). Hot line
biasanya tersedia 24 jam, melayani setiap orang, tidak perlu perjanjian dan
bayaran, dan memberi bantuan dengan segera.
2. Meningkatkan harga diri. Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri
yang rendah. Dengan menyediakan waktu dan diri bagi klien membuktikan
bahwa klien penting. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan
negative, berikan pujian pada hal yang positif. Bersama klien identifikasi
sumber kepuasaan dan rencana aktivitas yang memungkinkan akan
keberhasilan.
3. Menguatkan koping konstruktif atau sehat. Perawat perlu mengkaji koping
yang sering dipakai klien. Berikan pujian dan penguatan untuk koping yang
konstruktif. Untuk koping yang destruktif pelu dimodifikasi atau diganti
dengan koping baru yang sehat, misalnya klien yang selalu menekan perasaan
marah dapat dibimbing untuk mengikuti latihan asertif (mengekspresikan
marah secara efektif dan konstrktif).
4. Menggali perasaan. Perawat membantu klien untuk mengenal perasaannya.
Bersama mencari factor predisposisi atau partisipasi yang mempengaruhi
perilaku klien. Dengan mengenal perasaan dan penyebab perilakunya, maka
klien dapat mengubahnya di masa yang akan dating.
5. Menggerakkan dukungan social. Biasanya klien yang mempunyai
kecenderungan bunuh diri tidak atau kurang dukungan social. Untuk itu,
perawat mempunyai peran menggerakkan system social klien. Keluarga,
teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat dapat membantu
mengontrol perilaku klien. Keluarga dan klien memerlukan bantuan dalam
meningkatkan pola dan kualitas komunikasi.
Intervensi:
3. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi
Tujuan jangka panjang:
1) Klien dapat mengembangkan konsep diri yang realistic dan positif
2) Klien dapat membina hubungan yang berarti (keluarga atau teman)
1) Terlindung dari merusak diri sampai klien bertanggung jawab atas dirinya
2) Mengekspresikan marah dengan konstruktif
3) Memenuhi kebutuhan fisik
4) Berperan serta dalam aktifitas
Intervensi:
Intervensi :
1. Dengarkan dengan penuh perhatian dan serius pada semua pembicaraan tentang
bunuh diri
2. Jangan bicara diluar bunuh diri
3. Pakai pendekatan pemecahan masalah untuk memecahkan keinginan bunuh diri :
a. Dorong klien meneliti alas an untuk hidup dan untuk mati.
b. Dorong klien menguraikan tujuan yang ingin dicapainya
c. Mengingatkan bahwa bunuh diri hanya satu dari banyak alternative
d. Diskusikan kemungkinan akibat dari bunuh diri.
e. Diskusikan kemungkinan hasil dari alternative lain
4. Kuatkan koping klien yang sehat :
a. Bantu klien mengenali koping yang maladaptive
b. Identifikasi alternative koping yang lain.
c. Beri pujian atau pengakuan atas perilaku koping yang sehat
5. Diagnose : Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang
menurun
Tujuan angka panjang: Mempertahankan hubungan social dengan orang lain
Tujuan jangka pendek:
1) Membina hubungan dengan perawat dan klien di bangsal
2) Menerima dukungan dari keluarga dan system social yang lain di masyarakat
Intervensi:
6. Diagnose : Gangguan konsep diri : perasaan tidak berharga sehu- bungan dengan
kegagalan
Tujuan jangka panjang: Klien dapat menerima dirinya dan mem- punyai harga diri
Tujuan jangka pendek:
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif dari dirinya
3) klien dapat mendemonstrasikan kemampuannya
Intervensi:
2.3.1 Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri,
ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara
dapat melakukan tindakan berikut :
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman.
2) Menjauhi semua benda yang berbahaya ( misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang).
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri.
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar ini,
saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
“Bagaimana perasaan B hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?”
KERJA
“Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B merasa
paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah B merasa tak
berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
B berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B mati? Apakah B
pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri
hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan B.”
“Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat diruangan ini dan
juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B jangan sendirian ya? Katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh
diri?”
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak dan ibu dirumah
sakit ini”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap selamat dan
tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya
Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B.
KERJA
“Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan pekerjaan dan
ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi B
yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi B terus-
menerus. Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti
ini B tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun”
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan B
untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-barang
tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika bicara dengan B fokus pada hal-hal
positif, hindarkan pernyataan negatif”.
“Selain itu sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain sepak
bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh
diri?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita temani B, sampai
keinginan bunuh dirinya hilang.”
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
Berikan oujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang posittif.
Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.
SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari ini? O..
jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh diri?
Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi
keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!”
KERJA
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka
untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan
teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang telah
kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih
ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau
sudah tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara
meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.”
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umunya muncul pada pasien
beresiko bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah.
Menjauhkan barang-barang yang bisa untuk bunuh diri. Jauhkan psien dari
barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan
bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya zat yang
berbahaya seperti obat nyamukatau racun serangga.
Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut diatas.
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain:
a. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
b. Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan bantuan
medis.
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.
a. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
b. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur
untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip 5
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunaannya, dan benar waktu penggunaannya.
ORIENTASI
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi
dari bunuh diri.”
“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama Bapak/Ibu
punya waktu untuk diskusi?”
KERJA
“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunu diri.
Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda melalui percakapan
misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya.” Apakah B pernah
mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap B ditingkatkan,
jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau
menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk
bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan
untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan
juga kebaikan-kebaikan B.”
“Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan
orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah,
Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”
TERMINASI
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera
hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara
meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah.”
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu lalu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
ORIENTASI
KERJA
“Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau
B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang
bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik
yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?.”
“Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan
B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi
hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara
mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-
perasaan yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh
diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita
membicarakan jadual B selama dirumah.”
KERJA
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan dirumah?’
tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B selama
di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan
tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi
Suster C dirumah sakit harapan peduli,rumah sakit terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon rumah sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya suster C yang akan membantu
memantau perkembangan B”
TERMINASI
“Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat C di
rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada
gejala yang tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”
BAB III
KESIMPULAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive. Bunuh diri merupakan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tingkah laku bunuh diri ada 2, yaitu rentang harapan-putus harapan dan rentang
menghargai-merusak diri.
1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan
depresi
2. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan
menangani stress, persaan bersalah.
3. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri
sebagai pemecahan masalah
4. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-
tiba (di rumah, komuniti)
5. Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang
menurun
6. Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan
kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal).
Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat
adalah melindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu
klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa: pendekatan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan, BLU Rumah Sakit Dr H. Marzoeki Mahdi, Bogor, Mei 20009.