Dosen Pembimbing :
Ns. Iin Aini Isnawati, S.Kep.,M.Kes
Genggong, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
membunuh diri sendiri(Sheila L, 2001).
Bunuh diri didefinisikan dalam dua kelompok yaitu langsung dan tidak
langsung( Edwin,1963).
Menurut kelompok kami Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari
dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan
berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.
Bunuh diri ialah perbuatan untuk menamatkan atau menghilangkan
nyawa diri sendiri.
2.3 Penyebab
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen(1997) faktor predisposisi bunuh diri antara
lain:
1) Diagnostik: 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
5) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri :
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
intrapersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Adaptif Maladaptif
pertumbuhan langsung
Pohon Masalah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. PENGKAJIAN PADA KLIEN
A. IDENTITAS
Identitas Klien:
Nama, jenis kelamin, umur, tempat, tanggal lahir, status, agama,
alamat, pendidikan terakhir, suku, tanggal mrs, tanggal pengakajian,
no. Med. Rec , diagnosa medis,
Identitas Penanggung Jawab
Nama, jenis kelamin,agama, alamat,hubungan dengan klien
B. ALASAN MASUK
Sebelum masuk RS, keadaan klien saat di rumah tidak bisa tidur,
sering marah, mencoba bunuh diri, tidak mau bicara. Keluarga belum pernah
membawa klien untuk berobat
Saat dikaji klien tampak berdiam diri, menundukkan kepala, tidak mau
bicara, tidak mau makan, dan minum.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebelumnya, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah
dibawa untuk berobat. Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga, tindakan criminal baik klien sebagai pelaku, korban, maupun
saksi, tidak terkaji.
1. Ds : -
Do : Klien sering marah - marah tidak jelas.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : pernah menyaksikan
kejadian orang bunuh diri.
2. Ds : -
Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Isolasi Social.
D. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 80/60 mmHg
S : 36°C
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
2. Ukur
TB : -
BB : -
3. Keluhan Fisik
Ds : -
Do : tidak ada cacat di tubuh klien, klien diam mematung, tidak mau
berbicara.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Mengalami
gangguan jiwa :
halusinasi
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Ds : klien mengatakan mandi 3 kali sehari, klien punya kebiasaan suka
cuci muka
Do : Klien tampak rapid an bersih
Masalah Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Ds : -
Do : Klien tampak membisu, tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
3. Aktivitas Motorik
Ds : -
Do : Klien tampak lesu, diam mematung, dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
4. Alam Perasaan
Ds : -
Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
5. Afek
Ds : -
Do : ekspresi wajah klien datar, tidak ada respon.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
6. Interaksi selama wawancara
Ds : -
Do : tidak ada kontak mata, tidak mau menatap lawan bicara, diam
mematung.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
7. Persepsi
Ds : -
Do : dalam mempersepsikan sesuatu cepat
Masalah Keperawatan : -
8. Proses Pikir
Ds :-
Do : Klien tergolong siswa berprestasi
Masalah Keperawatan: -
9. Isi Pikir / waham
Ds :-
Do : Klien gelisah akan nasibnya
Masalah Keperawatan: resiko bunuh diri
10. Tingkat Kesadaran
Ds :-
Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala
Masalah Keperawatan: Resiko bunuh diri.
11. Memori
Ds :-
Do : ingatan klien bagus
Masalah keperawatan: -
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Ds :-
Do : konsentrasi bagus tapi mudah terpecah
Masalah keperawatan: -
13. Kemampuan Penilaian
Ds :-
Do : Klien tidak mudah menilai orang lain
Masalah Keperawatan: -
14. Daya Tilik Diri
Ds :-
Do : Klien tidak mudah menunjukkan daya tarik dirinya
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
H. MEKANISME KOPING
Ds : -
Do : Klien mudah stress dalam menanggapi masalah
MK : perubahan pola pikir
J. PENGETAHUAN
Tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung,
penyakit fisik, obat-obatan.
Ds : -
Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala.
MK : kurang pengetahuan
K. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik sebenlunya : Schizophrenia paranoid.
Therapi medic :
Thrihexypheniadyl (THD) :2X1
Chlorpromazine (CPZ) :0–0–½
TFP : 2 X 5 mg
L. DATA LAIN
Data pengkajian :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1) Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah,
melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri
2) Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras,
bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam,
merusak dan melempar barang-barang.
b. Gangguan harga diri rendah
1) Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
2) Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup.
2) Data objektif :
Klen terlihat menunjukkan tanda-tanda skizofrenia, dari chek
up terlihat adanya penyakit kronis maupun akut, klien terlihat
depresi.
Data lain yang perlu dikaji :
1. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru
dialami
2. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
3. Riwayat pengobatan.
4. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari
individu dengan gangguan mood.
6. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah
yang sulit.
Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana
yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat
gelisah, keparahan gangguan mood).
Sistem pendukung yang ada.
Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit
lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru
dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar
keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan
rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
7. Symptom yang menyertainya
Apakah klien mengalami :
Ide bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Percobaan bunuh diri
Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan
dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait
dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih
mendalam lagi diantaranya :
Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya
atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai
dengan rencananya.
Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien
untuk merencanakan dan mengagas akan suicide
Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu
mampu diakses oleh klien.
8. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko
bunuh diri:
Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak
mengancam dan mendorong komunikasi terbuka.
Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan
kata – kata yang dimengerti klien
Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
Peroleh riwayat penyakit fisik klien
9. Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki
resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :
Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh
diri
Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan
bunuh diri.
Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
Menunjukkan impulsivitas dan agressif
Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri
misal pistol, obat, racun.
Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif
dengan pengobatan
Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
10. Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien
melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan
1) Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3
kali lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih
sering 3kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh
diri
2) Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau
lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65
tahun lebih.
3) Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
mengalami sindrome depresi.
4) Previous attempts (Percobaan sebelumnya) 65- 70% orang
yang melakukan bunuh diri sudah pernah melakukan
percobaan sebelumnya
5) ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alcohol
6) Rational thinking Loss ( Kehilangan berpikir rasional) Orang
skizofrenia dan dementia lebih sering melakukan bunuh diri
disbanding general populasi
7) Sosial support lacking ( Kurang dukungan social) Orang
yang melakukan bunuh diri biasanya kurannya dukungan
dari teman dan saudara, pekerjaan yang bermakna serta
dukungan spiritual keagaamaan
8) Organized plan ( perencanaan yang teroranisasi) Adanya
perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri merupakan
resiko tinggi
9) No spouse ( Tidak memiliki pasangan) Orang duda, janda,
single adalah lebih rentang disbanding menikah
10) Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.
Tindakan :
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
I. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
Data Objektif :
Bersikap impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi,psikosis,dan penyalahgunaan
alkohol)
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
Pengganguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,atau kegagalan
dalam karier)
Status perkawinan yang tidak harmonis
Data Subjektif :
Memiliki ide untuk melakukan tindakan bunuh diri/ mengakhiri
kehidupan
Mengungkapkan keinginan untuk mati
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga
Berbicara tentang kematian,menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Bunuh Diri
3. TUJUAN KEPERAWATAN
Klien tetap aman dan selamat
Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Klien dapat meningkatkan harga diri
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
Melakukan kontrak pengkajian dengan klien
Menemani klien terus menerus
Menjauhkan semua benda yang membahayakan klien
Memastikan bahwa klien telah benar-benar meminum obatnyajika
klien mendapatkan obat
Menjelaskan dengan lembut kepada klien bahwa perawat akan
melindungi klien sampai klien tidak mempunyai keinginan bunuh diri
Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
3. TERMINASI
Evaluasi Perasaan Klien Setelah Berbincang-bincang
“Bagaimana perasaan Bapak A setelah kita berbincang-bincang?
Apakah Bapak A merasa ada manfaatnya kita berbincang-bincang
saat ini?Apakah saat ini keinginan bunuh diri itu ada?”.
Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan pada Pertemuan Ini
“Apakah Bapak A masih ingat cara mengatasi keinginan bunuh diri?
Coba Bapak A sebutkan agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul
lagi.”
Tindak Lanjut
“Saya harap bila nanti keinginan untuk bunuh diri itu muncul
lagi,Bapak A bisa mempraktikkan cara-cara yang sudah kita pelajari
tadi.”
Kontrak untuk Pertemuan yang Akan Datang
a. Topik : “Baiklah kita sudah berbincang-bincang selama 15 menit,
bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang tentang cara
mengatasi rasa bersalah dan rasa rendah diri yang Bapak
alami?”
b. Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau disini saja?”
c. Waktu : “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11 siang nanti,
setelah Bapak A bertemu dengan teman-teman?”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Penyebab bunuh diri ada dua
yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi
meliputi: diagnostik, sifat, kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat
keluarga, faktor biokimia. Sedangkan faktor presipitasi meliputi : perasaan
terisolasi, kegagalan beradaptasi, perasaan marah/ bermusuhan, cara
untuk mengakhiri keputusasaan. Tanda dan gejala klien yang resiko
bunuh diri biasanya putus asa, BB menurun, harga diri rendah dan lain-
lain.
Salah satu mitos tentang bunuh diri adalah Individu yang
berbicara tentang bunuh diri tidak pernah melaksanakannya, padahal
faktanya individu yang bunuh diri seringkali mengirimkan pesan samar-
samar atau tidak terlalu smar-samar yang menyampaikan pikiran internal
tentang keputusasaan dan destruktif-diri. Baik pesan samar (isyarat
tertutup) dan pesan langsung (isyarat terbuka) tentang bunuh diri harus
ditanggapi secara serius, dengan pengkajian dan intervensi yang tepat.
4.2 Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon
perawat harus memahami secara rinci tentang gangguan jiwa terutama
pada klien dengan resiko bunuh diri sehingga kita dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar terhadap klien dengan gangguan jiwa
yang resiko bunuh diri. Selain itu diharapkan bagi perarawat untuk selalu
mendampingi pasien dengan resiko bunuh diri setelah membaca
penjabaran makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
1999
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.