1. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik endokrin dimana penderita
memiliki kadar gula darah yang tinggi, baik karena pankreas tidak memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup ataupun karena sel tubuh tidak merespon insulin yang sudah di
produksi.
2. Epidemiologi
Menurut current medical diagnosis and treatment, pada tahun 2010, terdapat 25,8 juta orang
(8.3%) di Amerika yang menderita penyakit diabetes melitus, sekitar 1 juta orang menderita
DM tipe 1 dan sebagian besar sisanya menderita DM tipe 2. kelompok ketiga lainnya masuk
ke dalam golongan “ kelompok spesifik lain” menurut ADA ( American Diabetes
Association) yang jumlahnya hanya sekitar ribuan, di dalamnya termasuk defek sel B
pankreas, gangguan primer eksokrin pankreas, endokrinopati, dan diabetes terinduksi obat
Menurut riskesdas tahun 2013 prevalensi diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan
wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan
Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi hipertiroid tertinggi di DI Yogyakarta dan DKI
Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa Timur (0,6%), dan Jawa Barat (0,5%).
1. Anatomi pankreas
Deskripsi:
Pankreas: - kelenjar eksokrin dan endokrin
Organ memanjang,letaknya di epigastrium kuadran kiri atas
Struktur lunak, berlobulus, pada dinding posterior abdomen belakang peritoneum
Bagian :
o Caput pankreatis
Seperti cakram
Didalam lengkung duodenum
o Collum pankreatis
Bagian yang menghubungkan caput dan corpus
Bagian yang mengecil
o Corpus pankreatis
Ke atas, kiri, menyilang garis tengah
o Cauda pankreatis
Berjalan ke depan
Ductus Pancreaticus : mulai dari cauda pankreatis dan berjalan sepanjang kelenjar,
bermuara ke pars ascenden duodenum dan bersama dengan ductus choledocus
papila duodeni mayor
Ductus Pancreaticus accesorius ( kalau ada ) papila duodeni minor
Perdarahan
Arterie :
o Arteria lienalis
o Arteria pancreaticoduodenalis superior et inferior
Venae :
o Mengalir ke sistem porta
Persarafan
2. HISTOLOGI PANKREAS
Insula pancreatica:
Warna lebih pucat
Tersusun berderet dan berkelompok
Kapsul jaringan ikat tipis memisahkan kelenjar endokrin dan eksokrin
Pada sediaan histologik rutin, sel-sel di pulau lagerhans tidak bisa di identifikasi
o Sel beta = penghasil insulin
o Sel alfa= penghasil glukagon
Pankreas adalah organ yang terdiri dari jaringan endokrin dan eksokrin. Bagian
eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui duktus
pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Bagian endokrin yaitu dikenal sebagai
pulau ( islet) langerhans terdapat di antara bagian eksokrin dan menyebar di seluruh
pankreas.
Sel endokrin pankreas adalah Sel beta sebagai tempat sintesis dan sekresi insulin, Sel
alfa menghasilkan glukagon, Sel D ( delta) tempat sintesis somatostatin.
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa,asam lemak dan asam amino darah serta
mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut.
1. Efek pada karbohidrat
Insulin menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan glukosa
dengan cara: mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel,
merangsang glikogenesis, menghambat glikogenolisis, menghambat
glukoneogenesis.
2. Efek pada lemak
Insulin Cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa dari darah dan
mendorong penyimpanannya ke jaringan
3. Efek pada protein
Insulin memiliki efek anabolik protein yang esensial untuk pertumbuhan normal.
Secara singkat , insulin terutama menimbulkan efek dengan bekerja pada otot
rangka inaktif, hati dan jaringan lemak. Hormon ini merangsang jalur-jalur
biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa, peningkatan
penyimpanan karbohidrat dan lemak, serta meningkatkan sintesis protein. Jadi
hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Dan
pengeluarannya di rangsang oleh kadar glukosa dalam darah.
kontrol utama
sekresi insulin
Kerja Insulin
Insulin berfungsi sebagai penolong penyerapan atau difusi aktif glukosa ke dalam
sebagian besar sel tubuh, terutama lemak dan otot.Terdapat reseptor untuk insulin
pada setiap sel dari organ tersebut. Organ tubuh lainnya, yaitu otak, ginjal, dan
usus melaksanakan difusi pasif terfasilitasi glukosa untuk mendapatkan glukosa
melewati membran plasmanya.
PATOFISIOLOGI
6. PEMERIKSAAN
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
1. Vital sign
Nadi : normal-takikardia
2. Antropometri
a. Tinggi badan
b. Berat badan
c. Lingkar perut
d. Lingkar pinggang
3. Tanda-tanda neuropati
Gangguan sensorik
Gangguan motorik
Gangguan refleks fisiologis : berkurang
Kadar insulin
- Normal : 5-25 µU/ml
- Diabetes tipe 1 kadar insulin kurang /rendah , karena itu
tipeini sangat tergantung dengan insulin
- Diabetes tipe 2 kadar insulin tinggi tetapi reseptor insulin
perifer tidak dapat berfungsi dengan baik
o Pernafasan aseton
Hanya dengan mencium bau aseton dari nafas pasien menentukan
keparahan dari penyakit diabetes
Produksi badan keton lebih banyak pada diabetes tipe 1
o Hemoglobin A1c
Dalam darah, gula mengikat irreversibel dengan molekul
hemoglobin dalam sel darah merah untuk membentuk hemoglobin
terglikasi
Jumlah glukoa yang terikat, berkaitan dengan jumlah glukosa
dalam darah.
Umur sel darah merah 120 hari, dengan demikian hasil tes dapat
memberikan gambaran gula darah dalam 2-3 bulan sebelumnnya
o LDL ( low density protein)
Merupakan lipoprotein yang berasal dari penyerapan makanan dari
usus, memiliki densitas rendah, mudah menggumpal dan lengket
pada dinding pembuluh darah
Dapat membentuk plak aterosklerosis
LDL meningkat pada diabetes oleh karena meningkatnya kadar
asam lemak dan protein pada darah yang akan digunakan sebagai
sumber energi karena karbohidrat tidak dapat dipergunakan
Nilai normal:
- Normal : =< 100 mg/dL
- Diatas normal : 100-129 mg/dL
- Cukup tinggi: 130-159 mg/dL
- Tinggi : 160-180 mg/dL
- Sangat tinggi : >190 mg/dL
o HDL ( high density lipoprotein )
Kolesterol baik, mengandung banyak protein yang berfungsi untuk
menyebarkan kelebihan kolesterol dari dalam arteri, agar tidak
terjadi penumpukan kolesterol di tubuh
Semakin tinggi kadar HDL , semakin baik, memperkecil resiko
koroner
Nilai normal:
- Pria : 40-50 mg/dL
- Wanita: 50-60 mg/dL
- Kenaikan 1 mg/dL perkecil resiko koroner 2-4%
o Trigliserida
Sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai sumber energi
Bila makan makan berlebihan akan disimpan sebagai trigliserida
dari sel-sel lemak untuk penggunaan selanjutnya.
Diabetes , gangguan ginjal dapat meningkatkan trigliserida kadar
normal:
- 2-29 tahun 10-140 mg/dL
- 30-39 tahun 20-150 mg/dL
- 40-49 tahun 20-160 mg/dL
- 50-59 tahun 20-190 mg/dL
- 60-101 tahun 20-200 mg/dL
o Kolesterol total
Adalah ukuran dari kolesterol LDL, HDL, dan komponen
lipid/lemak lainnya dalam tubuh.
Level total normal: < 200 mg ( rata-rata )
Per usia
- 12-19 tahun ( 120-230 mg/dL)
- 20-29 tahun (120-240 mg/dL)
- 30-39 tahun (140-270 mg/dL)
- 40-49 tahun ( 150-310 mg/dL)
- 50-59 tahun ( 160-330 mg/dL)
o LED
Pada penderita diabetes melitus meninggi karena meningkatnya
konsentrasi darah oleh karena jumlah glukosa darah yang
meningkat
Wintrobe
- Pria 0-5 mm/jam
- Wanita 0-15 mm/jam
Westergreen
- Pria 0-15 mm/jam
- Wanita 0-20 mm/jam
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien
wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126
mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas
DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum cukup
kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan
menddapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl,
kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi
glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
DIAGNOSIS BANDING
hiperglikemia
kadar insulin
gangguan pada sel
normal sampai
Beta Pankreas
tinggi
penyakit normal
cacat genetik penyakit eksokrin diabetes
autoimun infeksi virus diabetes tipe 2 lain ( contoh:
fungsi sel pankreas gestasional
sindrom cushing )
7. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat-obatan
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan
jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa
darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan
intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM
dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan.
Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi
dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan
dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu.
Pengelolaan Farmakologis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes mellitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral
(OHO). Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan, antara lain
(Soegondo,2007) :
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
1. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal
dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang.
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
Universitas Sumatera Utara
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
B. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
Tiazolidindion
Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan
ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat
edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan
tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di
samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang
diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin
dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan
pada saat atau sesudah makan.
D. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai
efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.
Guyton, A.C and Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi: 11. Jakarta : EGC; 2007.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi:6. Jakarta: EGC, 2005.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata K M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Volume II. Edisi V. Jakarta; Interna Publishing;2009
Ala Alwan. Raising the priority accorded to diabetes in global health and development. Edisi:
2; 139-140. International Journal of Diabetes Melitus. 2010.
Papadakis, Maxine A dan Mcphee, Stephen J. Current diagnosis and Treatment. New York:
McGraw Hill. 2014.